Disusun Oleh :
dr. Oki Alfin
Pembimbing :
dr. Hedi Mulyadora
PORTOFOLIO
Kasus 3
Topik: Gigitan ular derajat 0
Tanggal (Kasus) : Februari 2016
Presenter : dr. Oki Alfin
Tanggal Presentasi : 10 Maret 2016
Pendamping : dr. Hedi Mulyadora
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayunglencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Neonatus
Deskripsi : Wanita, 49 tahun, gigitan ular derajat 0
Tujuan : Tatalaksana gigitan ular
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Pustaka
Cara membahas
Diskusi
Presentasi dan
Email
Pos
diskusi
Data
Pasien:
Daftar pustaka
1. Warrell, David A. 2010. Guidelines for the management of snake-bites.
WHO Regional Office for South-East Asia
2. Warrel, David A. 2010. Snake Bite. Department of Clinical Medicine,
University of Oxford,
3. Prihatini, Trisnaningsih, Muchdor, U.N. Rachman. 2007. Penyebaran
gumpalan dalam pembuluh darah (disseminated intravascular
coagulation) akibat racun gigitan ular. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, Vol. 14, No. 1, November 2007.
4. Cribari, Cris. 2004. Management of Poisonous Snakebites. American
College of Surgeons Committee on Trauma.
5. Snake Bite. Daley, Brian James. 2011
.
http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis gigitan ular derajat 0 ad regio digiti I pedis sinistra
2. Mekanisme terjadinya gejala lokal maupun sistemik akibat gigitan ular
3. Edukasi pada keluarga mengenai penanganan awal gigitan ular
4. Langkah-Langkah Penatalaksanaan gigitan ular
5. Motivasi kepatuhan pencegahan berulang
1. Subjektif :
Sejak 2 jam SMRS os sedang bekerja membersihkan rumah, tiba-tiba
digigit ular di jempol kaki kiri. Os mengatakan bahwa ular berukuran kecil,
bentuk kepala segiempat dan mempunyai taring (os tidak ingat corak ular
tersebut). Os merasa nyeri pada kakinya, os lalu membalut kaki kanannya, lalu os
datang ke UGD RSUD Bayung Lencir. Dari keluhan berupa rasa nyeri yang
dirasakan pasien sesaat setelah digigit oleh ular, kita dapat menilai bahwa timbul
gejala lokal di area gigitan tersebut.
2. Objektif :
Dari hasil pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis gigitan ular derajat 0
Gejala Klinis :
Pasien mengaku digigit ular pada bagian jempol kaki kirinya 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. pasien merasakan nyeri pada kaki, namun tidak merasa
kakinya bengkak. Pasien juga menyangkal timbul gejala berupa kepala pusing,
mual, muntah, serta lemas.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
Keadaan sakit
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Status generalisata
o Kepala
Mata
: 36,7o C (aksila)
:
: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil isokor,
RC (+/+) 3mm/3mm.
o Leher
o Thorak
: Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok(-)
krepitasi (-), penggunaan otot bantu nafas (-)
Paru
Inspeksi : Statis simetris kanan dan kiri, dinamis kanan = kiri, tidak
ada yang tertinggal
Palpasi : Stemfremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: Vesikuler (+) normal kanan = kiri, ronkhi (-) kedua
paru, wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba linea axilaris anterior sinistra ICS VI
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra,
batas kiri linea axilaris anterior sinistra ICSVI
Auskultasi :HR 79 x/menit, reguler, Bunyi Jantung I dan II normal,
Murmur (-), Gallop (-)
o Abdomen
Inspeksi : datar, scar (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,lien tidak teraba.
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
o Genital (Tidak diperiksa)
o Ekstremitas
Ekstremitas atas
3. Assessment :
Seorang wanita berusia 49 tahun datang dengan keluhan digigit ular di kaki kanan
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien hanya mengeluh nyeri pada kaki
kananya. Pasien tidak mengeluh kaki kanannya bengkak, pusing, mual dan
muntah. Pasien mengaku ular yang menggigit ular berukuran kecil, corak tidak
ingat, bentuk kepala segiempat dan mempunyai taring yang kecil.
Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular tidak berbisa maupun
gigitan ular berbisa. Umumnya ular mengigit pada saat ia aktif, yaitu pada pagi
dan sore hari, apabila ia merasa terancam atau diganggu.
Dari kriteria ular yang disebutkan pasien yaitu berukuran kecil, bentuk kepala
segiempat dan mempunyai taring, kita dapat sedikit memprediksi jenis ular
tersebut. Untuk menduga jenis ular yang mengigit adalah ular berbisa atau ular
tidak berbisa dapat dipakai rambu-rambu bertolak dari bentuk kepala ular dan
luka bekas gigitan ular sebagai berikut:
ciri ular berbisa : 1) bentuk kepala segi empat panjang, 2) Gigi taring kecil, 3)
bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
ciri ular tidak berbisa: 1) kepala segitiga, 2} dua gigi taring besar di rahang atas,
3) dua luka gigitan utama akibat gigi taring.
Dari yang telah disebutkan oleh pasien, kita dapat asumsikan bahwa ular tersebut
kemungkinan besar ialah ular yang berbisa.
Kemudian, kita tinjau dari keluhan yang pasien sebutkan, yaitu nyeri pada luka
gigitan. Hal ini merupakan gejala lokal yang timbul dalam waktu 30 menit hingga
24 jam setelah gigitan ular. Pasien menyangkal adanya gejala sistemik berupa
keluhan berupa kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual, banyak
mengeluarkan air liur, muntah, sakit kepala, dan pandangan kabur.
Dari pemeriksaan fisik, kesadaran pasien masih baik yaitu compos mentis, tanda
tanda vital pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan status generalisata, tidak
terdapat tanda tanda perdarahan yang merupakan salah satu gejala khusus
gigitan ular yaitu gejala hematotoksik. Pada pemeriksaan juga tidak ditemukan
adanya hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernafasan, ptosis, oftalmoplegi
dan paralisa otot laring yang merupakan gejala neurotoksik.
Pemeriksaan lokal pada lokasi luka yang ditemukan ialah pada ad regio maleolus
dextra tampak luka gigitan yang sangat halus dan kecil. edema (-), eritema
(+) 1 cm, darah aktif (-). Menurut klasifikasi Schwartz (Depkes,2001), gigitan
ulat tersebut masuk dalam derajat 0.
Berikut merupakan klasifikasi gigitan ular menurut Schwartz (Depkes,2001).
Deraja
t
0
Venerasi Luka
0
Nyeri
Edema
/ Sistemik
+/-
Eritema
< 3 Jam / 12 0
jam
+/-
3-12 jam / 12 0
jam
II
+++
>12-25 cm / 12 +
jam
mual,
neurotoksik,
pusing,
syok
III
IV
+++
+++
+++
>25 jam / 12 ++
ptekhiae,
jam
syok, ekhimosis
> ekstrimitas
++ gagal ginjal
akut,
koma,
perdarahan.
dikarenakan dari klasifikasi Schwartz yang didapatkan ialah derajat 0, maka tidak
memerlukan terapi anti bisa ular, namun kondisi pasien harus dipantau 12 jam
kedepan karena efek dari bisa ular dapat berkembang hingga 12 jam kedepan.
4. Plan :
Diagnosis : gigitan ular derajat 0 ad regio digiti I pedis sinistra
Penatalaksanaan :
Non farmakologi :
- edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai kondisi pasien
- cuci luka
- EKG
- Periksa laboratorium darah rutin pasien
- pantau perkembangan gigitan luka dan gejala sistemik selama 12 jam
kedepan.
Farmakologi :
- IVFD RL gtt xx/menit
- injeksi ketorolac 2 x 1 ampul (iv)
- injeksi ranitidine 2 x 1 ampul (iv)
- injeksi deksamethason 2 x 1 ampul (iv)
- injeksi anti tetanus
Prognosis
Vitam : dubia ad bonam
Functionam : dubia ad bonam
Edukasi keluarga :
1.
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit dan tatalaksana
yang akan diberikan
2.
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien mengenai kondisi klinis
pasien jika penyakit pasien terulang kembali dan tanda-tanda yang
mengharuskan pasien dibawa secepatnya kerumah sakit.
Edukasi pasien : Jika bekerja melewati hutan dan kebun sebaiknya memakan
sepatu dan celana berkulit sampai sebatas paha, hindari berjalan pada malam hari
terutama pada daerah berumput dan bersemak,
Konsultasi : Jika terjadi komplikasi lebih lanjut, pasien dirujuk ke penyakit dalam.
TINJAUAN PUSTAKA
Viperidae
Elapidae
Gambar 1 : Jenis-jenis ular berbisa
Atractaspididae
perdarahan.
Procoagulant enzymes: Mengandung serine protease dan enzim prokoagulan yang
merupakan zat pengaktif faktor X, prothrombin dan faktor koagulan yang menstimulasi
pembekuan darah dengan membentuk benang fibrin pada aliran darah. Ironisnya proses
ini membuat darah menjadi sukar membeku karena hampir semua fibrin rusak dan
faktor-faktor pembekuan darah tersebuat akan berkurang dalam waktu sekitar 30 menit
platelet, saraf tepi, otot skeletal, endotel vaskular, dan membran-membran lain,
menghasilkan aktifitas neurotoksik di presinaps, dan memicu pelepasan histamin dan
antikoagulan.
Acetylcholinesterase
Hyaluronidase: meningkatkan penyebaran bisa ke seluruh jaringan.
Enzim proteolitik : meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga menybabkan edema,
munculnya bulla, lebam, dan nekrosis pada tempat gigitan. 1
Selain itu ada zat penyusun bisa ular yang bersifat neurotoksik post sinaps yaitu bungarotoxin and cobrotoxin, yang terdiri atas 60-62 atau 66-74 asam aminio dan
subunit fosfolipase A yang melepaskan asetilkolin pada saraf tepi di neuromuscular
junction dan mencegah pelepasan neurotransmiter.
Peningkatan permeabilitas vaskular jika berlangsung terus menerus akan mengakibatkan
renjatan atau syok yang jika tidak tertangani dapat menyebabkan kematian. Seringkali
bisa ular bersifat neurotoksik yang menyebabkan kelumpuhan (paralysis) dan terhentinya
pernapasan, serta pengaruh kardiotoksik menyebabkan denyut jantung berhenti juga
berpengaruh kepada terjadinya miotoksik.2
polos dan jaringan lain. Melalui bradykinin-potentiating peptide, efek hipotensif dari
bradikinin akan semakin meningkat dengan tidak aktifnya peptidyl peptidase yang
berfungsi menghancurkan bradikinin dan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II.
Penemuan patofisiologi ini merupakan awal mula sintesis captopril dan ACE inhibitor
lain.
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesa
Riwayat dan mekanisme kejadian, jenis ular yang menggigit (warna, ukuran, bentuk, ciri
khas) dapat ditanyakan langsung kepada korban gigitan, namun seringkali pasien tidak tahu.
Selain itu perlu ditanyakan waktu kejadian yang dapat mempengaruhi terapi dan prognosis
pasien, gejala yang pasien rasakan saat ini serta riwayat alergi, pengobatan (antikoagulan)
dan penyakit terdahulu (jantung, paru, ginjal).5
2.5.2 Manifestasi Klinis
- Gigitan ular tanpa masuknya bisa ular
Pada korban gigitan ular atau yang masih disangka tergigit ular biasanya akan muncul
gejala panik, cemas serta gelisah dikarenakan kerakutan yang biasa sehingga dapat muncul
gejala kaku pada ekstremitas ataupun vasovagal shock. Tekanan darah dan nadi akan
meningkat disertai menggigil dan berkeringat.
- Gigitan ular dengan masuknya bisa ular
o Tanda dan gejala awal
Setelah masuknya taring ular pada kulit akan muncul nyeri yang kemudian
berkembang sensasi terbakar, berdenyut dan nyeri akan bertambah hebat dan akan
meningkat ke bagian proksimal dari bagian yang tergigit. Pembesaran kelenjar getah
bening regional sering dijumpai (KGB ingunalis jika yang tergigit adalah ekstremitas
inferior dan KGB axila jika yang tergigit adalah ekstremitas superior.
2.5.3 Pemeriksaan Fisik 1,4,5
1. Cek tanda-tanda vital (jalan napas, napas, sirkulasi / ABC)
2. Cek tanda bekas gigitan ular berbentuk 2 titik bekas taring ular
3. Status generalis :
1) lemas, mual, muntah, nyeri perut
2) hipotensi
3) penglihatan terganggu, edema konjungtiva (chemosis)
4) pengeluaran keringat dan hipersalivasi
5) Aritmia, edema paru, shock
6) Tanda perdarahan spontan (petekie, epistaksis, hemoptoe)
7) Parestesia
4. Status lokalis :
1) terdapat sepasang lubangan (pungsi) bekas gigitan sebagai tanda luka,
2) bengkak sekitar gigitan dan berwarna kemerahan (tanda-tanda inflamasi) yang muncul
dalam 5 menit sampai 12 jam setelah kejadian
3) daerah sekitar gigitan nyeri,muncul bula
4) mati rasa atau kebas (numbness) atau kesemutan rasa berdenyut-denyut (tingling) di
sekitar wajah atau tungkai dan lengan.
Biasanya setelah kejadian tergigit ular akan dilakukan beberapa cara tradisional untuk
penanganan pertama, namun sebaiknya cara- cara tersebut tidak dilakukan :
Menyedot bisa ular dengan mulut
Memasang torniquet dengan ketat di sekitar luka gigitan karena bisa mengakibatkan
Yang harus dilakukan sebagai pertolongan pertama pada korban gigitan ular sebelum ke
rumah sakit (pre hospital) :
Pastikan ABC dan monitor tanda-tanda vital (Nadi, Laju pernafasan, Tekanan Darah,
Suhu) kemudian lakukan resusitasi dengan kristaloid sekitar 500- 1000 cc.
Pembatasan pergerakan dan imobilisasi pada daerah sekitar gigitan
Segera rujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang memadai
Jangan berikan SABU terlebih dahulu 1,2,5
Rumah sakit
Selalu periksa Airway Breathing Circulation Disability of nervous system Exposure
(hindari hipotermia) dan evaluasi tanda-tand syok (takipnea, takikardia, hipotensi,
perubahan status mental). Pemberian SABU berdasarkan derajat gigitan ular.1
Keadaan yang memerlukan resusitasi segera jika adanya tanda-tanda syok dari
Efek bisa ular pada cardiovascular seperti hipovilemia, syok perdarahan, pelepasan
karena jika muncul reaksi alergi dapat segera dihentikan atau ditangani.
Infus intravena dengan pengenceran Antibisa ular dengan cairan isotonik 5-10 ml/kg
Jika terjadi reaksi alergi setelah pemberian SABU maka diberikan epinefrin
intramuskular pada sepertiga atas paha 0,5 mg untuk dewasa atau 0,01 mg/kg untuk
anak-anak dan dapat diulang 5-10 menit.
Penatalaksanaan terkait pembedahan biasanya jika ditemukan kompartemen sindrom
yang ditandai dengan 5 P (pain, pallor, paresthesia, paralysis, pulselesness. Jika
ditemukan tanda-tanda tersebut dicurgai ada komparten sindrom sehingga dilakukan
fasciotomi (diindikasikan pada pasien yang terbukti mengalami peningkatan tekanan
intrakompartemen) 5
2.7.2
Antibiotik
Antibiotik profilaksis spektrum luas masih direkomendasikan yaitu cephalosporin
generasi tiga dengan spektrum luas gram negatif (Ceftriaxone) akan menekan
pertumbuhan bakteri yang mengakibatkan infeksi sekunder.
2.7.3
Analgesik
Jika diperlukan dapat diberikan analgetik kuat seperti golongan opioid : petidin
dengan dosis dewasa 50-100 mg, anak-anak 1-1,5 kg/kgBB atau morfin dengan dosis
dewasa 5-10 mg dan anak-anak 0,03-0,05 mg/kg
2.8 Komplikasi
Hal utama penyebab kecacatan adalah nekrosis lokal dan sindrom kompartemen.
Nekrosis yang luas mungkin memerlukan tindakan debridemen atau amputasi karena
kerusakan pada jaringan yang lebih dalam. Di kemudian hari dapat saja timbul
osteomyelitis, dan ulkus kronis. Jika setelah gigitan ular sempat terjadi paralisis otot
pernapasan yang mengakibatkan hipoksia otak dan bisa mengakibatkan defisit neurologis
menetap.
2.9 Monitoring
Pada pasien dengan gagal nafas dapat diberikan oksigen, intubasi atau bagging manual
dan biasanya akan membaiki dalam 1 bulan. Dapat juga diberikan anticholinesterase.
Tirah baring dan pembatasan gerak untuk menghindari trauma diperlukan pada pasien
dengan gangguan hemostasis, dapat diberikan transfusi FFP (fresh Frozen Plasma) dan
Cryoprecipitate dengan konsentrat platelet, namun jika tidak ada dapat diebrikan Whole
Blood. Kadang diperlukan vasopressor sejenis dopamin atau norepinefrin pada pasien
dengan syok atau kerusakan miokardium dan dialisi jika terjadi AKI.