: Arthropoda
Kelas
: Crustacea
Sub kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Portunidae
Genus
: Portunus
Spesies
10
11
keadaan biasa rajungan tinggal di dasar perairan sampai kedalaman 65 meter, tapi
sesekali juga dapat terlihat di dekat permukaan atau kolom perairan pada malam
hari saat mencari makan ataupun berenang dengan sengaja mengikuti arus.
Rajungan cenderung menyenangi perairan dangkal dengan kedalaman yang
paling disenangi berkisar antara 1 sampai 4 meter. Suhu perairan rata-rata 35
Celsius dan salinitas antara 4 sampai 37 ppm (Moosa dan Juwana, 1996). Menurut
Gunarso (1985), rajungan jantan menyenangi perairan dengan salinitas rendah
sehingga penyebarannya di sekitar perairan pantai yang dangkal. Sedangkan
rajungan betina menyenangi perairan dengan salinitas yang lebih tinggi terutama
untuk melakukan pemijahan, sehingga menyebar ke perairan yang lebih dalam
dibanding jantan. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
berubah. Perubahan suhu dan salinitas di suatu perairan mempengaruhi aktivitas
dan keberadaan suatu biota (Gunarso, 1985).
Penyebaran rajungan (Portunus pelagicus) sangat luas. Rajungan biasa
hidup di dasar perairan, tetapi dapat juga terlihat berada dekat permukaan atau
pada kolom perairan di malam hari ketika mencari makanan atau saat berenang
dengan sengaja mengikuti arus. Rajungan banyak terdapat di perairan Indonesia
sampai perairan kepulauan Pasifik serta terdapat di sepanjang negara-negara Indo
Pasifik Barat, Samudera Hindia, Asia Timur dan Tenggara (Singapura, Filipina,
Jepang, Korea, Cina, Teluk Benggala), Turki, Lebanon, Sisilia, Syiria, Siprus, dan
sekitar Australia (Sulistiono, et.al., 2010).
II.1.5. Reproduksi dan rekruitmen
Reproduksi rajungan dipengaruhi oleh faktor iklim. Kangas (2000) dalam
Suryakomara (2013) menyebutkan bahwa rajungan mulai matang gonad saat
musim panas yang diawali dengan pergantian kulit (molting). Ukuran pertama kali
12
matang gonad sangat bervariasi, tergantung habitat rajungan itu berada. Namun,
rajungan yang berukuran kecil di suatu habitat sudah matang gonad akan
mengindikasikan rajungan tersebut cenderung lebih cepat memijah dikarenakan
tangkap lebih dan faktor alam.
Musim sangat berpengaruh dalam proses reproduksi rajungan. Menurut Toro
(1981) dalam Ihsan (2013), musim pemijahan rajungan terjadi sepanjang tahun
dengan puncaknya terjadi pada musim barat di bulan Desember, musim peralihan
pertama di bulan Maret, musim Timur di bulan Juli, dan musim peralihan kedua di
bulan September. Induk rajungan yang mengandung telur banyak terdapat pada
bulan Maret sampai Mei dan pada bulan Juni sampai Agustus.
Nisbah kelamin yang ideal antara jantan dan betina adalah 1:1, namun hal
ini berbeda dengan kondisi di alam yang tidak seimbang. Perbandingan jumlah
jenis kelamin dapat digunakan unuk menduga keberhasilan pemijahan, selain itu
dapat mempelajari struktur populasi di alam untuk menduga keseimbangannya
(Simanjuntak, 2010; Suryakomara, 2013). Menurut hasil penelitian Jula (2014),
Nisbah kelamin rajungan jantan dan rajungan betina berkisar antara 0,7-1,5 setiap
pengambilan contoh. Nisbah kelamin jantan:betina secara total adalah 1:0,87.
Nilai ini menunjukkan bahwa jumlah rajungan jantan lebih banyak daripada
jumlah rajungan betina. Hasil yang sama diperlihatkan dari penelitian Hosseini
et.al. (2012) dalam Jula (2014) di Teluk Persia, nisbah kelamin jantan:betina yaitu
1:0,88. Beberapa faktor yang mempengaruhi nisbah kelamin diantaranya faktor
musim, migrasi, dan perubahan cuaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rajungan jantan lebih dominan tertangkap, sedangkan rajungan betina hanya
dominan tertangkap pada bulan Mei.
13
Hal ini diduga karena pada bulan April rajungan melakukan migrasi ke
perairan yang lebih dalam untuk memijah kemudian kembali ke dekat pantai pada
bulan Mei, selain itu pada bulan Mei data yang diperoleh lebih banyak tangkapan
yang tertangkap di daerah perairan dengan (kedalaman 5-10 m). Rajungan betina
saat sebelum memijah tidak menetap di perairan pantai atau muara-muara sungai
seperti rajungan jantan (Potter dan Lestang, 2000; Jula, 2014).
Perkembangan gonad betina lebih banyak diperhatikan
karena
14
berbeda dengan yang dilaporkan Sunarto (2012) bahwa rekrutmen tertinggi terjadi
pada bulan April dan Mei yaitu sebesar 39.47%.
II.1.6. Makanan dan kebiasaan makan
Menurut Williams (1982), rajungan adalah hewan karnifor yang mencari
makan di dasar perairan. Hewan ini memakan bermacam jenis hewan invertebrata
yang berifat menetap dan bergerak lambat. Kebutuhan makannya sangat
tergantung pada ketersediaaan spesies lokal yang menjadi mangsanya. Makanan
utama untuk rajungan pada daerah pasang surut adalah kepiting kecil dan
gastropoda, sedangkan untuk rajungan pada daerah sub pasang surut adalah
hewan-hewan dari kelas bivalvia dan ophiuridea.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 3948 perut kepiting yang
dikumpulkan dari perairan dangkal sub-litoral di Kunduchi, teluk Msasani dan 15
sungai Mzinga yang terletak di sepanjang pantai Dar es Salaam diketahui bahwa
makanan utama rajungan (Portunus pelagicus) terdiri dari Moluska (51.3%),
Krustasea (24.1%), tulang ikan (18%) dan bahan makanan yang tidak dapat
diidentifikasi (6.6%). Adapun bahan makanan yang paling dominan diantaranya
Bivalvia Arcuatula arcuatula dan beberapa jenis Moluska lain yang termasuk ke
dalam kelompok Gastropoda seperti genus Nassarius, Littoraria, dan Conus sp.
(Chande and Mgaya, 2004).
Rajungan aktif di malam hari, berenang mengikuti arus pasang menuju
pantai, pemakan bangkai dan kanibal, meskipun kadang-kadang memakan
tumbuhan air. Menurut Hermanto (2004), rajungan sering berenang melewati
kapal pada malam hari, sehingga mereka mendapatkan keuntungan untuk ikut
bersama. Rajungan juga dapat menggali pasir dalam sekejap untuk menghindari
musuh-musuhnya.
15
badan pukat.
7. Papan rentang (otter board)
Kelengkapan pukat hela arad yang terbuat dari papan kayu berbentuk empat
persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat pembuka mulut pukat.
8. Tali ris atas (head rope)
Tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap
pukat bagian atas melalui mulut pukat bagian atas.
9. Tali ris bawah (ground rope)
16
Tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian bawah,
melalui mulut pukat bagian bawah.
10. Tali selambar (warp rope)
Tali yang berfungsi sebagai penghela pukat hela arad di belakang kapal yang
sedang berjalan dan penarik pukat hela arad ke atas geladak kapal.
Tahapan dalam pengoperasian jaring arad adalah penurunan jaring,
penghelaan jaring (towing) dan pengangkatan jaring (hauling). Daerah
penangkapan ikan (fishing ground) dalam pengoperasian jaring arad adalah daerah
yang bersubstrat pasir, lumpur, maupun lumpur dan pasir. Perairan yang
mempunyai daya produktivitas yang besar serta sumberdaya yang melimpah,
kecepatan arus pada midwater level tidak besar (< 3 knot) dan kecepatan arus
pasang tidang begitu besar merupakan syarat daerah penangkapan ikan bagi
bottom trawl. Selain itu, kondisi cuaca dan laut (arus, topan, gelombang, dan lainlain) harus memungkinkan keamanan operasi alat tangkap (Ayodhyoa, 1981;
Andriani, 2011).
17
18
19
20
panjang ikan nol (t0) dengan panjang infinity Ldan K, yang kemudian dikenal
sebagai rumus empiris pauly:
Log -t0 = -0,3952 - 0,2752 Log L- 1,038 Log K
Keterangan:
L = Panjang infiniti (cm)
K
21
adalah koefisien daya tangkap. E = F/Z, yaitu laju eksploitasi atau bagian dari
mortalitas yang disebabkan oleh penangkapan (Sparre dan Venema, 1999).
II.3.5. Rekruitmen
Rekruitmen menurut Saputra (2009), diartikan sebagai penambahan baru ke
dalam stok perikanan. Stok adalah kelompok ukuran ikan yang tersedia pada
waktu tertentu sehingga dapat tertangkap oleh alat tangkap. Ditinjau dari sisi
pengelolaan, rekruitmen adalah masuknya ikan ke dalam bagian populasi atau
stok yang terbuka untuk dieksploitasi. Besarnya rekruitmen diatur oleh faktorfaktor yang sifatnya bebas dari kepadatan (density-independent), misalnya polusi,
banjir, suhu, dan faktor lingkungan abiotik lainnya. Faktor ini berpengaruh secara
langsung tanpa bergantung pada besarnya populasi. Sedangkan faktor lain yang
berhubungan dengan kepadatan (density-dependent), antara lain: kompetisi,
prediksi, penyakit dan lain-lain. Faktor ini bergantung pada besarnya populasi.
Faktor yang bersifat density-independent akan langsung berpengaruh
terhadap besarnya kelahiran (rekruitmen), sedangkan faktor yang bersifat
dependent mempengaruhi kematian ikan dewasa. Hal ini menandakan bahwa
faktor dependent mempengaruhi besarnya populasi yang akhirnya mempengaruhi
besarnya kelahiran (rekruitmen), dengan asumsi bahwa tidak ada foktor densitydependent maka hubungan antara rekruitmen dengan besarnya stok akan berupa
garis lurus yang terus naik (Saputra, 2009).
II.4. Pengelolaan Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus)
Menurut Nabunome (2007), sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang
unik yaitu open acces sehingga dalam pemanfaatannya mengalami overfishing.
Sumberdaya laut tersebut meliputi berbagai jenis ikan, udang, kerang-kerangan,
moluska, rumput laut dan sebagainya. Upaya untuk memanfaatkan potensi
22
sumberdaya tersebut dilakukan eksploitasi dengan penangkapan. Pada daerahdaerah tertentu, tingkat eksploitasinya telah melebihi dari sumberdaya yang
tersedia (overfishing), sehingga perlu dilakukan suatu usaha pengelolaan terhadap
eksploitasi sumberdaya ikan.
Permintaan ikan yang meningkat memiliki dampak positif terhadap
pengembagan perikanan, baik penangkapan maupun pengembangan budidaya.
Tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti dengan
tekanan eksploitasi sumberdaya perikanan yang semakin intensif. Jika tidak
dilakukan pengelolaan secara bijaksana dikhawtirkan pemanfaatan sumberdaya
secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran dan
terjadinya
konflik
kepentingan
tehadap
sumberdaya
perikanan
tersebut
23
24
25
26
27
dimana:
c = biaya penangkapan rata-rata (Rp) pertahun
c1 = biaya penangkapan per upaya penangkapan responden ke i
n1 = harga hasil tangkapan per bulan berdasarkan indeks harga rata-rata per bulan
berdasarkan indeks harga rata-rata per bulan selama periode penelitian atau
pengamatan
p = harga pada bulan ke-i
p1 = jumlah responden
n2= jumlah bulan