Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA ABORTUS INSIPIEN


1. Subjektif
1.1 Biodata
Nama : untuk mempermudah mengenali pasien
Umur : semakin bertambahnya usia semakin bertambah pula resiko
keguguran
Alamat : untuk membedakan pasien satu dengan pasien yang lain serta
untuk mengetahui jarak yang ditempuh untuk menjangkau tempat
pelayanan.
1.2 Keluhan Utama
Keluhan utama untuk mengkaji kesehatan pasien dengan abortus
insipient adalah pasien mengatakan telat datang bulan dan datang
dengan mengeluh nyeri abdomen dan perdarahan per vaginam. Nyeri /
mules perut bagian bawah secara intermiten(sebentar-sebentar),
progresif (meningkat) diakibatkan oleh kontraksi uterus yang
menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks. Jumlah pendarahan
sangat bervariasi. Beberapa pasien berdarah hebat dan beberapa pasien
menunjukkan gejala minimum.
1.3 HPHT
1.2.1 Untuk menentukan usia kehamilan.
1.2.2 Meskipun sebagian besar abortus timbul sebelum 12 minggu
setelah siklus haid terakhir,namun abortus yang lambat dapat terjadi
selama trimester kedua.
1.4 Riwayat Kesehatan yang Terdahulu
Untuk mengkaji riwayat kesehatan pasien saat ini yang merupakan
resiko tinggi terhadap abortus insipient yaitu hipertensi, penyakit
ginjal,disfungsi tiroid, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria atau
diabetes mellitus.
1.5 Riwayat Kehamilan,Persalinan dan Nifas Terdahulu
Pasien yang telah mengalami abortus sebelumnya, sering mengenal
gejala terdini abortus berulang
1.6 Riwayat KB
Kontrasepsi pada waktu lampau pernah berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus, namun kaitan tersebut sekarang sudah tidak

ditemukan lagi. Hal tersebut benar untuk kontrasepsi oral dan obat
spermissid yang digunakan dalam krem dan jeli kontrasepsi.

2. Objektif
2.1 Keadaan Umum (Baik ,cukup atau kurang)
2.2 Kesadaran
2.3 Tanda Vital
Mengkaji : suhu

: 36,5 0c-37,50c

nadi

: 60 100 x/menit

Respirasi

: 16 25 x/menit

TD

: 110/70 130/90 mmHg

2.4 Pemeriksaan Fisik


2.4.1 Mata :Konjungtiva merah muda atau bisa pucat jika kehilangan
banyak darah
2.4.2 Leher: Untuk mengetahui penyakit pada kelenjar teroid
2.4.3 Pemeriksaan Payudara : Untuk melihat adanya hiperpigmentasi pada
areola yang menandakan adanya kehamilan.
2.4.4 Abdomen
2.4.4.1Abdomen lunak dan tidak ada nyeri tekan
2.4.4.2 Fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan
2.4.5 Genetalia
Tampak ada perdarahan. Pada pemeriksaan speculum, serviks membuka
dan teraba sebagian jaringan hasil konsepsi. Selaput amnion dapat terlihat
menonjol melalui serviks atau dapat robek, dengan cairan amnion ada di
dalam vagina.
Pemeriksaan bimanual menunjukkan uterus membesar dan lunak, besarnya
kurang lebih sama dengan lamanya amenore.

2.4.6 Pemeriksaan Tangan dan Kaki


Untuk melihat warna kuku dimana kuku yang berwarna pucat menandakan
gejala anemia

2.4.7

Pemeriksaan penunjang

2.4.7.1 Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokter


untuk memeriksa detak jantung janin dan menentukan hasil konsepsi
di dalam uterus
2.4.7.2 Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran
hormon kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam
menentukan apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan
plasenta.
2.4.7.3

Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat

dikirim ke laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran


telah terjadi dan bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab
lain dari perdarahan kehamilan.
2.4.7.4

Foto abdomen untuk melihat adanya pembentukan gas

intraintestinal

oleh

clostridium.

Gas

dalam

kavum

peritoni

menunjukkan terjadinya perforasi.

3. Assesment
3.1 Diagnosis dan Masalah Akual
Dx: Ny. Umur.. th GxPxxxxAbxxx

UKminggu dengan Abortus

Insipien
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah
atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atau data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik dan apabila ditemukan masalah dapat segera ditentukan
kebutuhan yang diperlukan berdasarkan masalah.
Berdasarkan tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan maka dapat ditentukan dengan abortus insipien.
Dasar : ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan keluar darah banyak
disertai gumpalan dari jalan lahir.

Masalah : masalah pada pasien abortus insipien adalah perasaan cemas


karna ada rasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan banyak.
Kebutuhan : Berikan ibu dukungan psikologis dan penjelasan tentang
abortus insipient dan berikan obat analgetik untuk megurangi rasa nyeri.
3.2 Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Pada kasus abortus insipien didiagnosis apabila pada wanita hamil
ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya
dilatasi serviks sehingga jari pemeriksaan dapat masuk dan ketuban dapat
teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu.
Dengan masalah potensial yang timbul adalah abortus inkompletikus atau
abortus kompletikus.
4. Penatalaksanaan
4.1 Mandiri

Memperbaiki keadaan umum.

Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus


dengan Aspirsi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat
segera dilakukan:
-

Berikan ergometrin 0,2mg I.M (dapat diulang sesudah 15 menit


jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
sesudah 4 jam jika perlu).

Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari


uterus.

Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu :


-

Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi


sisa-sisa hasil konsepsi.

Jika perlu,lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan


I.V (garam fisiologis atau larutan Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.

Pemberian analgesik mungkin dibutuhkan untuk menghilangakn rasa

nyeri.
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4.2 Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan tindakan

curettage.
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah.

4.3 Rujukan
Jika pasien membutuhkan penanganan yang lebih lanjut seperti
pembedahan yang meliputi aspirasi vakum atau kuratase hisap, dilatasi dan
evakuasi (D & E), dilatasi dan ekstraksi (D & X), Dilator higroskopik
ataupun laparotomi. Maka pasien harus segera dirujuk dengan didampingi
oleh penolong.
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas tujukan
atau fasilitas yang memiliki saran lebih lengkap, diharapkan dapat
mengurangi komplikasi pada kasus abortus. Sangat sulit untuk menduga
kapan kompikasi akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk pasien ke
fasilitas rujukan secara optimal dan tepat waktu. Setiap penolong harus
mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana
kasus gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, seperti pada kasus aborsi
ini penolong mengetahui tempat yang menyediakan tranfusi darah dan
tersedia fasilitas penanganan gawatdarurat maternal lainnya.

Selain itu juga informasi tentang biaya, waktu dan jarak tempuh ke
tempat tujuan. Serta yang terpenting adalah beritahu ibu dan keluarga
mengenai kondisi terakhir ibu dan janin.
4.4 Evaluasi
Langkah terakhir ,yaitu evaluasi yang merupakan tindakan untuk
memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar tercapai
tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada
langkah diagnose dan masalah baik potensial maupun aktual.

Anda mungkin juga menyukai