Laporan LETAL FIX Kel.10
Laporan LETAL FIX Kel.10
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Genetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat.
Unit terkecil bahan sifat keturunan adalah gen. Secara kimiawi pada
eukariotik gen adalah molekul AND yang berasosiasi dengan protein histon
dan nonhiston. Secara umum fungsi gen adalah menumbuhkan serta mengatur
berbagai jenis karakter dalam tubuh, karakter fisik (morfologi, anatomi,
fisiologis) maupun psikis (Yatim, 1999).
Hukum Mendel II menyatakan adanya pengelompokkan gen
secara
bebas.
Sepertitelah
diketahui,
persilangan
antara
dua
sifat
tersebut
masing-masing
terletak
pada
memmenag menemukan bahwa sifat biji ercis yang bulat mengalahkan sifat
biji keriput (kisut), warna polong (ercis) yang kuning mengalahkan warna
polong yang hijau, letak bunga axial mengalahkan letak bunaga yang terminal
dan sebagainya.
Menurut Corebima (2013) Interaksi antara faktor-faktor
(sepasang)
Interaksi
Lethal
Dominan
pada
Persilangan
Drosophila
Drosophila melanogaster
1. Kondisi
medium
yang
digunakan
sebagai
nutrisi
dalam
faktor-faktor
gen
yang
dapat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Drosophila melanogaster
Sistematika dari Drosophilla melanogaster, menurut Strorer dan Usinger
(1957) sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Subklas
: Pterygota
Ordo
: Diptera
Sub ordo
: Cyclophorpha
Famili
: Drosophilidae
Subfamili
: Drosophilinae
Genus
: Drosophila
Spesies
: Drosophila melanogaster
Siklus hidup
Drosophila melanogaster terdiri dari fase telur, larva, pupa, dan imago atau
Drosophila melanogaster dewasa. Tahapan larva masih dibagi lagi menjadi
larvar instar 1, larva instar 2, dan larva instar 3 (Geiger, 2002).
Pm
sehingga pigmen mata tidak lagi diproduksi dalam keadaan warna merah
melainkan berubah menjadi warna lain dan salah satunya warna mata yang
terekspresi adalah ungu .
Apabila gen rosy pada kedua kromosom homolog tersebut rusak maka
enzyme XDH tidak dapat disintesis sama sekali yang dapat menyebabkan
kematian pada
(XDH) mengkatalisis oksidasi xanthine menjadi asam urat. asam urat telah
terbukti memilki sifat anti-oksidatif penting menjaga terhadap kerusakan
oksidatif pada lipid, protein dan asam nukleat (Zhou dan Riddiford, 2012). Gen
Rosy mengkode XDH pada Drosophila melanogaster. XDH memilki efek
perlindungan yang berhubungan dengan ROS dimana Enzim XDH
menghambat pembentukan ROS. ROS adalah molekul yang tidak berpasangan
dan oleh karena itu sangat tidak stabil dan sangat reaktif.
Kerusakan dominan akibat serangan ROS dikenal dengan stress
oxidative, sedangkan faktor yang dapat melindungi jaringan terhadap ROS
disebut antioksidant. ROS secara kimia dapat memodifikasi secara langsung
asam amino dalam protein, antibody yang dihasilkan akan bereaksi silang
dengan protein dari jaringan normal, sebagai awal munculnya berbagai
penyakit autoimune. (Bender DA, 2009). XDH memiliki peran penting dalam
respon imun bawaan/ kekebalan tubuh lalat terhadap infeksi atau radikal bebas.
Selain itu XDH juga berperan penting dalam respon imun bawaan dan usia
yang terkait proses penuaan. Penuaan terjadi sebagi akibat efek buruk dari
radikal bebas oksigen yang dihasilkan selama metabolisme. Proses penuaan
juga terkait respon imun bawaan yang mungkin disebabkan hilangnya
sebagian, aktivitas XDH. (Zhou dan Riddiford, 2012).
2.4 Gen Dominan dan Gen Resesif
biji bulat
biji keriput
Genotip
RR
rr
Gamet
F1
Rr
(Biji bulat)
Karena gen R dominan terhadap gen r maka fenotip yang akan muncul
adalah Biji bulat. Gen yang bersifat dominan akan menutupi sifat yang resesif.
Sifat dominan dan sifat resesif merupakan sifat interaksi antara dua factor gen
penyusun suatu pasang faktor (gen). Sifat homozigot adalah sifat yang
dikontrol oleh suatu pasang gen yang identik, sedangkan sifat heterozigot
adalah sifat yang dikontrol oeleh suatu pasang gen yang tidak
identik
Salah satu kajian pewarisan sifat yang menyimpang dari rasio Mendel
adalah adanya interaksi gen. Dimana dewasa ini diketahui bahwa karakter atau
sifat makhluk hidup muncul sebagai suatu produk dari rangkaian reaksi
biokimia yang bercabang-cabang, dan setiap tahap reaksi biokimia yang
dikatalisis oleh enzim. Enzim tersebut tersusun atas polipeptidapolipeptida
yang pembentukannya dikontrol oleh faktor atau gen. Dengan demikian tidak
ada satu sifat atau karakter yang dikontrol oleh satu faktor atau satu unit
karakter (gen), tetapi pengontrolan sifat (karakter) tersebut oleh satu faktor atau
unit karakter dianggap benar dalam batas satu unit tahap reaksi biokimia
(Corebima; 1997).
menggambarkan
pemikiran
bahwa
beberapa
gen
10
dominan, tetapi dapat pula bersifat resesif. Interaksi yang bersifat lethal
dominan berlangsung antara faktor faktor yang sama sama dominan,
sedangkan interaksi yang bersifat lethal resesif berlangsung antara faktor
faktor yang sama sama resesif. Faktor faktor sepasang yang interaksinya
bersifat lethal dikenal sebagai faktor lethal. Gen letal dominan dalam keadaan
heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe, sedang
gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotip normal pada individu
heterozigot.
Peristiwa letal dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep
(creeper) yaitu ayam dengan kaki dan sayap yang pendek serta mempunyai
genotip heterozigot (Cpcp). Dalam hal ini interaksi pasangan CC (homozigot
dominan) bersifat lethal. Ayam dengan genotip CpCp mengalami kematian
pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep dikawinkan maka akan
diperoleh keturunan dengan nisbah fenotip ayam redep (Cpcp) : ayam normal
(cpcp) = 2 : 1. Hal ini dikarenakan ayam dengan genotip CpCp tidak pernah
ada.
Contoh pasangan yang sama sama resesif dan interaksinya bersifat
lethal resesif adalah pasangan faktor hemofili karena memiliki pasangan faktor
hh (hemofili resesif). Tidak ada individu wanita yang terlahir sebagai penderita
yang terlahir sebagai penderita hemofili karena memilki pasangan faktor hh.
Sedangkan penderita wanita hemofili yang dapat bertahan hidup adalah yang
memiliki genetip heterozigot (Hh = Hemofili Carier) (Corebima, 2013).
Interaksi lethal juga terjadi pada tanaman jagung (Zea Mays) daun berwrna
putih. Interaksi pasangan faktor (gen) gg pada tanaman jagung menyebabkan
tanaman jagung berdaun putih dan akan mati karena tidak dapat melakukan
fotosintesis. (Suryo 1986).
Peristiwa lethal dominan yang terjadi pada gengen yang memiliki
pengaruh lethal pada individuindividu heterozigot. Dari contoh interaksi
lethal menunjukkan bahwa sifat lethal bisa bersifat resesif atau dominan
apabila mengenai genotip yang homozigot. Bahkan peristiwa lethal dominan
11
dapat terjadi pada indivu individu yang heterozigot. Kematian pada individu
yang mempunyai gen lethal juga disebabkan mutasi lethal, yaitu mutasi
biokimiawi. (Clug dan Cummings, 1994 dalam Corebima 2000) mutasi
biokimiawi dapat menimbulkan variasi nutrisional atau biokimiawi yang
menyimpang dari kondisi normal. Contoh kelompok atau macam mutasi ini
antara lain ditemukan pada bakteri dan jamur. Ketidakmampuan bakteri
ataupun jamur mensintesis suatu asam amino ataupun vitamin adalah salah satu
contohnya. Pada manusia kelainan hemofili adalah salah satu contoh mutasi
biokimiawi.
Gen yang mengalami mutasi letal umumnya tidak mampu menghasilkan
bentuk aktif protein yang tak dpat ditiadakan . pada organisme haploid, hal ini
berarti bahwa mutan itu sendiri atau keturunan mitosiis yang terdekat tidak
akan tahan hidup. Mutasi-mutasi pada gen-gen yang tak dapat ditiadakan
harus diisolasi pada haploid sebagai letal bersyarat. Mutasi letal diploid
memiliki
kemampuan
membunuh
organisme
secara
langsung
atau
BAB III
12
Faktor-faktor sepasang yang interaksinya bersifat letal dikenal dengan faktor letal (gen
.letal)
Interaksi yang terjadi antar gen dapat bersifat lethal dominan atau lethal resesif.
N X N
Pm X Pm
N X Pm
N X Pm
Pembahasan
13
Kesimpulan
3.2 Hipotesis
1. Fenotip F1 dan F2 dari Drosophila melanogaster pada persilangan N
><N yang muncul adalah 100% N (normal), pada persilangan Pm><
Pm fenotip yang muncul adalah N dan Pm, dan N >< Pm beserta
dengan resiproknya fenotip yang muncul adalah N dan Pm.
2. Terjadi fenomena lethal dominan pada Drosophila melanogaster strain Pm
homozigot dominan pada persilangan Pm>< Pm.
BAB IV
METODE PENELITIAN
14
Variabel Kontrol
Jenis umur Drosophila melanogaster, tempat perlakuan, medium,
intensitas cahaya, dan suhu adalah sama.
4.5 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mikroskop Stereo
10. Blender
15
15. Pisau
7. Selang Ampul
16. Senter
8. Kulkas
17. Plastik
halus.
Mengiris gula merah dengan potongan kecil-kecil dan mencairkannya pada
panci yang diberi sedikit air dengan cara dipanaskan sampai mencair
Memasukan hasil blenderan pisang dan tape singkong yang telah dihaluskan
ke dalam panci. Menambahakan gula yang telah dicairkan tadi ke dalam
16
4.6.2
Peremajaan Stok
Mengambil stok dari laboratorium
Membiakkan stok dengan meremajakan stok
Memasukkan beberapa pasang lalat dari stok utama ke botol calon stok.
Memebri label pada bagian luar botol
Menungu beberapa hari sampai berkembang biak
4.6.3
Pengampulan
Mengambil persediaan dari botol stok untuk dilakukan pengampulan
Jika sudah ada pupa hitam maka dilakukan pengampulan dengan cara,
kontaminasi
Menutup selang ampul dengan potongan gabus
Menunggu pupa sampai menetas yang selanjutnya bisa langsung
disilangkan
4.6.4
Persilangan F1
Menyiapkan botol yang sudah berisi medium
Menyiapkan ampulan yang sudah menetas dan siap untuk disilangkan
Memasukkan lalat hasil ampulan yang akan disilangkan sesuai dengan
strainnya dan sesuai dengan tipe persilangan yang diinginkan (usia lalat
17
4.6.5
persilangan untuk setiap ulangan selama 7 hari (hari ke-0 sampai ke-6)
Memasukkan data dalam tabel F1
Persilangan F2
Menyilangkan hasil ampulan dari F1 sesuai dengan fenotip yang muncul
pada tiap tipe persilangan untuk setiap ulangan, kemudian diberi label
Melepaskan jantan setelah 2 hari persilangan
Memindahkan induk betina pada medium yang baru (medium B) setelah
strain
N >< N
Pm><Pm
pm
N><Pm N
pm
N><Pm N
Pm
Ulangan
18
Tabel Data persilangan F1 Drosophila melanogaster
Parental
strain
N >< N
Pm><Pm
pm
N><Pm N
Ulangan
1
pm
N><Pm N
Pm
19
BAB V
DATA DAN ANALISIS DATA
5.1 Hasil Pengamatan
Pada penelitian ini kami menggunakan Drosophila melanogaster dengan
strain Pm dan N. Dari hasil pengamatan fenotip yang kami lakukan diperoleh
data sebagai berikut:
1. Strain Pm
Warna mata
Warna tubuh
Keadaan Sayap
Fasat mata
: Ungu
: kuning kecoklatam
: menutupi tubuh sempurna
: halus teratur
2. Strain N
20
Warna mata
: merah
Warna tubuh
: kuninga kecoklatan
Keadaan Sayap : menutupi tubuh sempurna
Fasat mata
: halus teratur
Selain mengamati fenotip dari Drosophila melanogaster kita juga
N >< N
Pm><Pm
strain
N
N
Pm
N><Pm
N
Pm
N><Pm
N
Pm
Ulangan
(jumlah)
1
33
2
55
3
36
4
70
5
72
6
75
7
75
21
3
3
25
27
11
93
63
42
48
57
75
74
2
3
21
23
9
83
1
1
14
28
24
62
59
22
2
76
80
12
11
51
18
13
89
90
19
30
40
5
7
13
7
1
-
75
16
20
55
84
8
19
18
2
4
32
46
1
6
28
3
5
87
51
12
14
49
17
17
-
21
849
151
703
853
No
Parental
strain
Ulangan
(jumlah
)
N >< N
Pm><Pm
N
Pm
N><Pm
N
Pm
N><Pm
N
Pm
1
50
2
-
3
-
4
35
5
-
6
-
7
-
71
54
42
37
51
15
75
55
28
36
11
2
104
132
21
27
72
7
11
60
55
11
16
26
2
8
64
54
8
19
7
1
2
78
93
25
22
97
16
18
-
46
14
9
-
26
10
12
-
Pm
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio: 100% N
P2 : N x N
Pm
Pm
Pm
Pm
G1 :
x
22
207
0
636
123
789
Gamet : Pm , Pm
F2 :
Pm
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio: 100% N
b. Persilangan Pm >< Pm
P1 : Pm x Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
G1 :
x
Gamet : Pm+, Pm , Pm+, Pm
F1 :
Pm+
Pm+
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
(Pm
homozigot
(Pm heterozigot)
lethal)
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
(Pm heterozigot)
(N)
Pm
Pm
2:1
P2 : Pm x Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
G2 :
x
Gamet: Pm+ Pm , Pm+ Pm
F2 :
23
Pm+
Pm+
Pm-
Pm
Pm
Pm
Pm
(Pm
homozigot
(Pm heterozigot)
lethal)
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
(Pm heterozigot)
(N)
Pm
Pm
c. Persilangan N >< Pm
P1 : N x Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
G1 :
x
Gamet : Pm , Pm+ , Pm
F1 :
Pm+
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
(Pm
heterozigot)
heterozigot)
Pm
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio: Pm : N = 1 : 1
(Pm
P2 : N x Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
G2 :
x
Gamet : Pm+ , Pm ,Pm, Pm
24
(N)
F2 :
Pm+
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
(Pm
heterozigot)
heterozigot)
Pm
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio: Pm : N = 1 : 1
d.
Persilangan N >< Pm
P1 : N >< Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
G1 :
x
Gamet : Pm , Pm+ Pm
F1 :
Pm+
Pm
Pm
Pm
(Pm
heterozigot)
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio : Pm : N = 1:1
(Pm
P2 : N x Pm
Pm
Pm
Pm
Pm
G:
x
Gamet : Pm , Pm+ , Pm
F2:
25
(N)
Pm+
Pm
Pm
Pm
(Pm
heterozigot)
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio : Pm : N = 1 : 1
P2 : N >< Pm
Pm Pm
Pm
Pm
G:
x
Gamet : Pm , Pm+ , Pm
F2:
Pm+
Pm
Pm
Pm
(Pm
heterozigot)
Pm
Pm
Pm
(N)
Rasio : Pm : N = 1:1
5.2.2
Uji 2 (Chi-Square)
1. Persilangan P1: N x N
N x N
1
N
53
2
14
8
3
78
12
14
158 137
F0
Total
849
849
26
Fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
hitung
(0,05).
N
Pm
6
52
0
0
0
0
0
0
5
44
2
42
0
0
F0
Total
13
138
151
Fh
50,3333
100,667
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
1393,778 27,6909492
1393,778 13,8454746
41,5364238
hitung
(0,05).
33
2
2
114
31
88 150
12 36
5
27
6
6
52
8
Tota
Fh
(fo-fh)2
108
34
l
574
129
703
351,5
351,5
49506,25 140,842817
49506,25 140,842817
281,685633
hitung
27
(fo-fh)2/fh
156 179
23 49
21 139
1
27
80 138
7
26
7
0
0
F0
Total
710
143
853
Fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
426,5
426,5
80372,25 188,446073
80372,25 188,446073
376,8921454
hitung
(0,05).
121
86
F0
Total
207
207
Fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
207
0
0
hitung
(0,05).
N x N
Tota
l
28
Fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
90
114
73
22
Pm
13
18
10
17
10
2
34
1
23
54
636
379,5
65792,3
173,365613
22
123
759
379,5
65792,3
173,365613
346,7312253
2tabel(0,05) = 12,592
2hitung (346,7312253) > 2tabel (0,05) (12,592)
Kesimpulan: 2hitung lebih besar dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian ditolak.
Bahwa persilangan D. melanogaster pada P2: N x pm menghasilkan F2
dengan fenotip N : Pm dengan rasio perbandingan 1 : 1.
7. Persilangan P2: Pm x N (mengacu pada Hukum Mendel I)
Pm x N
1
N
Pm
236 115
48 27
118
27
171
47
0
0
0
0
0
0
F0
Total
640
149
789
Fh
(fo-fh)2
(fo-fh)2/fh
394,5
394,5
60270,3
60270,3
152,776299
152,776299
305,5525982
2tabel(0,05) = 12,592
2hitung (305,5525982) > 2tabel(0,05) (12,592)
Kesimpulan: 2hitung lebih besar dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian ditolak.
Bahwa persilangan Drosophila melanogaster pada P2 : Pm x N
menghasilkan F2 dengan fenotip N : Pm dengan rasio perbandingan.
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan
dengan rekonstruksi kromosom dan uji 2 (Chi-Square) untuk melihat pengaruh
rasio fenotip dengan hukum mendel I.
memiliki ciri warna mata merah, tubuh kuning kecoklatan, sayap menutupi tubuh
dengan sempurna, dan fasat mata halus teratur. Strain N ini merupakan strain yang
termasuk dalam wild type. Sedangkan Drosophila melanogaster strain Pm
memiliki ciri warna mata ungu kemerahan, tubuh kuning kecoklatan, sayap
29
menutupi tubuh dengan sempurna dan fasat mata halus teratur. Strain Pm ini
terletak pada kromosom 3.
Dari hasil analisis data berupa rekonstruksi kromosom dan uji Chi-square
diperoleh hasil bahwa strain N berada dalam keadaan homozigot resesif.
Sedangkan strain Pm berada dalam keadaan heterozigot dominan. Pada
persilangan N><N menghasilkan keturunan F1 dan F2 dengan fenotip N
homozigot resesif dengan rasio 100% N. Setelah diuji menggunakan uji 2 (ChiSquare) menghasilkan 2
hitung
tabel (0,05)
30
lebih besar dari 2tabel (0,05) sehingga hipotesis penelitian ditolak bahwa rasio
31
(XDH). XDH ini berperan dalam sintesis pigmen warna mata merah pada
Drosophila melanogaster (Reaume, Knecht, dan
32
lethal disisni karena adanya mutasi biokimiawi. Mutasi ini dapat menimbulkan
variasi nutrisional atau biokimiawi yang menyimpang dari kondisi normal gen
organisme tersebut.
Hal-hal
tersebut
menyebabkan
ketidakmampuan
organisme
untuk
mensintesis suatu asam amino atau protein sehingga dapat mengakibatkan suatu
sel atau organisme tidak dapat hidup atau mati pada saat tahap perkembangan.
Protein yang seharusnya dihasilkan sangat berperan penting untuk metabolisme di
dalam tubuh dan perkembangan fisiknya, viabilitas serta imunitas tubuh, karena
terjadi mutasi letal sehingga keseimbangan metabolisme dalam tubuh makhluk
hidup terganggu. Kerena tidak dihasilkannya protein tertentu yang berperan dalam
menjaga viabilitas dan imunitas tubuh, maka organisme tersebut akan mati.
Kematian ini dapat terjadi segera setelah terjadi fertilisasi namun bisa juga embrio
dapat bertahan sampai beberapa tingkat perkembangan tertentu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa Drosophila
melanogaster strain Pm dalam keadaan heterozigot dominan, sehingga dia dapat
33
Pm
Pm
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
34
1.
2.
3.
7.2 Saran
tidak mati.
Membersihkan dan mencuci botol dengan bersih dan melakukan proses
lebih akurat.
Peneliti harus lebih teliti, sabar, dan cermat pada saat menghitung anakan
hasil persilangan agar data yang diperoleh akurat.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim.
2012.
Penampakan
Lalat
Buah
betina
dan
Jantan.
35
Bender DA. Free Radicals An Antioxidant Nutrients. In: Murray K, Bender DA,
Botham KM, et al. Eds. Harpers Illuustrated Biochemistry, Ed 28th Mc
Graw Hill Lange2009;48286
Chovnick, A., S. H. Clark, F. L. Dutton, Jr. and A. G. Reaume. 1990. The rosy
locus and xanthine dehydrogenase in Drosophila melanogaster. Prog.
Clin. Biol. Res. 344: 118.
Corebima, A.D. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press
Corebima, A. D. 2013. Genetika Mendel. Surabaya : Airlangga University Press
Elrod, S , Stansfield, W. 2002. Schaums Outlines of theory Problems of Genetics,
fourth edition. The Mc. Graw-Hill Companies.
Gardner, E.J., Snustad, D.E. & Simmons, M.J. 1991. Principles of Genetics
.Kanada: John Willey & Sons, Inc. hlm 289-317.
Goodenough. 1988. Genetika Edisi ke tiga. Jilid I. Terjemahan oleh Adisoemarto.
Jakarta : Erlangga
Storer, Tracy I and usinger, Robert L. 1957. General Zoologi 3rd edition. New
York: Mc Graw Hill Book Company.
Suryo. 2004. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada Universuty press
Tamarin. R. H, 2002. Genetics A Molekuler Approach. Fong and Song Pouled
Ltd. Singapore
36
37