Askep Anak Dengan Encephalitis
Askep Anak Dengan Encephalitis
(a)
Pengertian
Patogenesis Ensefalitis
Setempat:virus
alirannya
terbatas
Penyebaran
hematogen
primer:virus
lain
berupa
gelisah,
iritabel,
perubahan
perilaku,
: - Herpes simplex
Jarang
: - Entero virus
- Mumps
- Adeno virus
Post Infeksi
: - Measles
- Influenza
- Varisella
penyebab
Esenfalitis
adalah
Staphylococcusaureus,Streptokok,E.Coli,Mycobacterium
:
dan
T.
Pallidum.
Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus
morbili,virus
rabies,virus
polio,cockscakie
rubella,virus
A,B,Herpes
denque,virus
Zoster,varisela,Herpes
simpleks,variola.
Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :
-
kaku
kuduk
apabila
infeksi
kadang
disertai
Dapat
disertai
mengenai meningen.
-
Anak
tampak
perubahan
gelisah
tingkah
laku.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Keluhan utama
menderita
penyakit
Herpes,
penyakit
infeksi
pada
Imunisasi
yang
semPemenuhan
Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan
dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,
b. Pada
pasien
dengan
Ensefalitis
biasanya ditandai
Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
.
c. Status Gizi yang berhubungan dengan
keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan
sampai 6
tahun
Umur (dalam tahun) x 2 + 8
Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi
badan lahir.
Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan
yang bergizi kurang.
Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang
kurang pengetahuan tentang nutrisi.
Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70%
berat badan normal.
3.
Pola Eliminasi
a. Kebiasaan Defekasi sehari-hari
pada
pasien Ensefalitis
frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan
menurun ,konsentrasi urine pekat.
4.
Pola Aktivitas
a
Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image ,seef Eslum ,identitas deffusion deper
somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.
8.
a. Sensori
- Daya penciuman
Daya rasa
Daya
raba
- Daya penglihatan
- Daya pendengaran
9.
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
10.
gangguan kesadaran :
- Stress fisiologi biasanya anak hanya
dapat mengeluarkan
air mata saja ,tidak bisa menangis
dengan
afasia.
-
II.
1.
2.
Resiko
tinggi
perubahan
peR/usi
jaringan
b/d
Hepofalemia, anemia.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
DIAGNOSA KEPERAWATAN I.
Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
- tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
- Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran
infeksi
endogen
Intervensi
1.
baik
petugas
atau
pengunmjung.
Pantau
dan
batasi
pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol
penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu
yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
2.
Deteksi
dini
tanda-tanda
infeksi
merupakan
indikasi
perkembangan
Meningkosamia .
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan
Kriteria hasil
:
Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1.
Berikan
pengamanan
pada
pasien
dengan
memberi
3.
Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan
kejang.
4.
1.
:
Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil
1.
2.
3.
4.
5.
Kolaborasi
untuk
pemberian
pengobatan
spastik
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan
Terapi,
Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta,
1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan
Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah
Kedokteran
Mengenai CNS
Insevalitis
Tik
Panas/Sakit kepala
Muntah- muntah
Rasa Nyaman
Mual
Saraf Pusat
BB Turun
- Gangguan Penglihatan
Kejang Spastik
- Gangguan Bicara
Nutrisi Kurang
- Gangguan Pendengaran
- Kekemahan Gerak
Resiko Cedera
Resiko Contuaktur
- Gangguan Sensorik
Motorik
aktivitas
Hb
sintensis ennim
pertumbuhan albumin
BB rendah
fagosit
oediem/asites
anemia
ganguan Pencernaan
Infeksi
dan
metabolisme
Gangguan
Pengankutan O2
Nutrisi
gangguan integritas
mudah infeksi
gangguan nutrisi
Kurang
I.
kulit
/terkena infeksi
Nama
an . K
Jenis kelamin
Laki-laki
Surabaya ,28-9-1997
Umur
3th, 10 bulan
Anak ke
:
:
II
Nama Ayah
Tn. Lr
Nama Ibu
Ny. N
Pendidikan Ayah
S.M.P
Pendidikan Ibu
S D.
Agama
Islam
Suku Bangsa
Jawa
Alamat
Kedurus IV A/ 20
Tgl masuk
7-7-2001
Diagnosa medis
Sumber informasi
Ibu pasien
II.
Riwayat Keperawatan.
1.1
1.2
Keluhan Utama
Pasien mengalami kejang spastik selama kurang lebih 10 menit dan
kurang lebih 4x / jam.
1.3
K.P valiun
2.
2.1
Prenatal
2.2
2.3
Aler gi
Menurut ibunya klien belum pernah alergi terhadap makanan
maupun minuman
2.4
Tumbuh kembang
Anak mulai berjalan umur 1 th, duduk umur 8 bl, tengkurap
Umur 4 bl, 9 bl sudah ngoceh, 1 th mulai berbicara mama,
2.5
2.6
Status Gizi
B.B sebelum sakit 15 kg
Saat ini BB 11,9 kg
Seharusnya BB : 2x 310+8= 15,8 kg
Jadi 11,9kg / 15,8 kg = 75,3 %= gizi kurang.
3. Riwayat Kesehatan keluarga.
Komposisi keluarga
Keluarga yang tinggal dalam rumah adalah ayah, ibu dan tiga orang
anaknya.
Sebelum klien sakit kakaknya sakit dahulu.
Riwayat penyakit keturunan (kencing manis,Hipertensi,jantung,
penyakit jiwa,tidak ada)
Lingkungan Rumah dan Komunitas
Keadaan rumar bersih tapi ukuran kecil ukuran 3x5 m dihuni 5
orang lantai tekel biasa.
Kebiasaan mandi dengan air sumur, cuci baju, cuci piring, dll
dengan air sumur.
Sumber air minum dari PDAM mempunyai kamar mandi dan wc
sendiri.
Selokan sekitar rumah lancar, mengalir dengan baik. Rumah
berdekatan dengan tetangga.
5 lima sempurna.
2.
1.
Pemenuhan nutrisi .
Saat ini anak tidak dapat menelan , tidak dapat makan / minum
peroral . karena terjadi paralysis
Pada nekvius vagus sehingga terjadi gangguan proses menelan .
Makan dan minum per-sonde , yang terdiri dari:
3x100 cc tem sonde .
1x1cc juice buah .
5x1cc susu dancow .
2.
Status Gizi.
Yang berhubungan dengan ,keadaan tubuh .
Pala eliminasi.
1.
gangguan frekuensi 1x
4.
Pola aktivitas
sampai
Kekuatan otot- otot
8.
tuanya sering
melakukan komunikasi satu arah
dengan
sendiri, untuk
merangsang
pendengaran anak.
7.
belum dapat
diajarkan salah atau benar mulai umur >4
tahun
8.
1.
sensori
Daya penciuman
Daya rasa
Daya raba
Daya lihat
Daya pendengaran
9.
Kognitif
11.
Pada anak K terjadi afasia anak tidak dapat menangis, hanya dapat
mengeluarkan air mata
. 12. Pola tata nilai dan kepercayaan
pada anak K belum dapat dievaluasi karena
baru dapat diajarkan membedakan
baik dan
buruk setelah anak berumur > 4
tahun
ANALISA DATA
PENGELOMPOKAN
KEMUNGKINAN PENYEBAB
DATA
Tgl 16/7/2001
POHON MASALAH
Virus/Bakteri
Data subyektif
Ibu
klien
mengatakan
Mengenai CNS
MASALAH
Resiko
Kontruaktur
anaknya
sering
spastik
Kerusakan Susunan Saraf
Pusat
Data Obyektif
Anak
sering
Kejang / spastik
- Kontraktur
- Resiko Trauma
Data S
Paralisys
Otot-
otot Gangguan
Menelan
Pemenuhan
Nutrisi
Data Obyektif :
- Teropong Sonde
Asupan
Nutrisi
per-oral
kurang
- Diet 3x100 cc tem
sonde
Susu
Dancow
Nutrisi kurang
6x100cc
Data :
Daya
Tahan
Infeksi
S
: Ibu klien
Integritas Kulit
mengatakan
anaknya tidak bisa
menggerakkan
seluruh tubuhnya
Mudah Infeksi
Gangguan Integritas
Data Obyektif :
Tidak
bisa
bergerak
Klien
sering
ngompol
(kulit sering basah )
ada (paralysis)
2.
4.
intake cair
5.
Intervensi
1.
intervensi lanjutan.
Diagnosa keperwatan prioritas II
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan pola
makan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi (2 minggu)
Kriteria hasil :
-
Turgor baik
Hb bertambah
Intervensi
1.Berikan
penjelasan pada
keluarga
klien
tentang
penyebab
100cc
4.
1200-1500-1800-2100-2400-03000600)
R/ Deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan intervensi segera
Diagnosa keperawatan prioritas III
Resiko terjadi kontuaktur b/d kejang spastik berulang
Tujuan :
Tidak terjadi kontruktur (2minggu)
Kriteria hasil :
-
mengerti dan
3.