Asfiksia adalah
gangguan pertukaran udara
pernafasan --> oksigen darah berkurang (hipoksia)
disertai
dengan
peningkatan
karbondioksida
(hiperkapnia) ---> organ tbh << O2 (hipoksia hipoksik) -->
kematian.
Tenggelam (drowning) adalah salah satu penyebab
terjadinya asfiksia yang juga sering ditemukan pada
kasus-kasus forensik. Kematian akibat tenggelam
kadang-kadang sulit ditegakkan bila tidak ada tandatanda yang dapat dijumpai baik pada pemeriksaan luar
maupun pemeriksaan dalam (autopsi).
Tenggelam (Drawning)
Kematian akibat mati lemas (asfiksia)
disebabkan masuknya cairan ke dalam
saluran pernafasan. Sebenarnya istilah
tenggelam harus pula mencakup proses
yang terjadi akibat terbenamnya korban
dalam air yang menyebabkan kehilangan
kesadaran dan mengancam jiwa.
Berdasarkan tempat/
lokasi
Tenggelam
dalam air tawar
Fibrilasi
ventrikel, TD
--> kematian
o/k anoksia
otak (5)
Pemeriksaan mayat
1. Menentukan identitas korban :
Pakaian dan benda-benda milik korban
Warna dan distribusi rambut dan identitas lain
Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
Sidik jari
Pemeriksaan gigi
2. Apakah korban hidup sebelum tenggelam :
Pemeriksaan diatom
membandingkan kadar kloride dalam darah jantung kiri
& kanan
benda asing dalam paru & sal. pernafasan
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Diatom
achnanthes sp
amphipleura sp
Diatom merupakan tumbuhan/pankton/alga air uniseluler
dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas
dan asam kuat yang berperan sebagai penghasil oksigen
terbanyak di dalam air. ada sekitar 10.000 species dan 174
genom dari diatom dengan berbagai ukuran antara 1- 500
m. Diatom umumnya ditemukan di perairan seperti danau,
bendungan, sungai, laut dan sebagainya. Akan tetapi
jumlahnya dapat rendah ataupun tinggi di masing-masing
tempat tergantung kepada iklim perairan tersebut.
Outcome of the
Drowning
Diatoms
a = true positive
b = false positive
c = False negative
d = True negative
test
Pemeriksaan destruksi
(digesti asam) pada paru
Ambil jaringan perifer paru sebanyak 100 gram,
masukkan ke dalam labu kjeldahl + asam H2SO4 pekat
sampai jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang
setengah hari agar jaringn hancur. Kemudian dipanaskan
dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat
sampai terbentuk cairan yang jernih, dinginkan dan
cairan di sentrifuge. Sedimen yang terjadi ditambah
dengan aquabides, sentrifuge kembali dan kemudian
dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif
bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak
(4-5/LPB) atau 10-20 per satu sediaan, atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu
Kesimpulan
Kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit
ditegakkan bila tidak ada tanda-tanda yang dapat
dijumpai baik pada pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam (autopsi). Pada mayat yang masih
segar (belum terjadi pembusukan, maka diagnosis
kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah
ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti dari :
Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, Pemeriksaan
laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi
jaringan dan berat jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat telah membusuk, maka diagnosis kematian
akibat tenggelam dibuat berdasarkan adanya diatom
yang cukup banyak pada paru-paru, yang bila disokong
oleh adanya diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom
pada sum-sum tulang, maka diagnosis akan menjadi pasti.