Anda di halaman 1dari 34

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
Nama Sekolah
Bidang Keahlian
Program Keahlian
Paket Keahlian
Kelas / Semester
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Pertemuan keAlokasi Waktu

: SMK Negeri 5 Surabaya


: Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa
: Teknik Bangunan
: Teknik Gambar Bangunan
: XI / 1
: Gambar Konstruksi Bangunan
: Menggambar Konstruksi Beton Bertulang
: 10
: 4 x 45 menit (4 jam pelajaran)

I. Kompetensi Inti (KI)


KI 1

: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2

: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,


peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.

KI 3

: Memahami,

menerapkan

dan

menganalisis

pengetahuan

faktual,

konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu


pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
II. Kompetensi Dasar (KD)
1.1 Menambah

keimanan

dengan

menyadari

hubungan

keteraturan

dan

kompleksitas alam terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.

Indikator:
1.1.1. Berdoa sebelum maupun sesudah melakukan kegiatan pembelajaran.
1.1.2. Mengucap syukur ketika berhasil dalam kegiatan pembelajarannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur kebutuhan
manusia terhadap kebutuhan yang berkaitan dengan konstruksi beton.
Indikator:
1.2.1. Memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungan tempat
belajar dengan baik sebagai wujud syukur atas kebesaran Tuhan yang
maha kuasa.
1.2.2. Menggunakan segala peralatan praktik dengan baik sebagai wujud
syukur atas Tuhan yang maha kuasa.
1.2.3. Menjaga lingkungan belajar dengan baik sebagai wujud syukur atas
kesempatan belajar yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa .
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan percobaan dan diskusi.
Indikator:
2.1.1. Menunjukkan sikap keterbukaan, ketekunan belajar, kerajinan, tenggang
rasa, kedisiplinan, ramah dengan teman, hormat pada orang tua,
kejujuran, menempati janji, kepedulian, tanggung jawab.
2.1.2. Menyumbang ide atau pendapat.
2.1.3. Menjadi pendengar yang baik.
2.2 Menghargai hasil kerja individu dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan pada
bidang penyediaan kebutuhan akan konstrusi beton sebagai cerminan
kehidupan dan pergaulan di masyarakat.
Indikator:
2.2.1 Peduli terhadap lingkungan
2.2.2 Dapat menghargai orang lain.
2.2.3 Bekerja sama
2.2.4 berdiskusi dalam menyelesaikan masalah.
3.5 Mengaitkan prinsip statika dan ketentuan teknis pada gambar konstruksi beton
(menggambar konstruksi kolom, balok, plat lantai beton bertulang)

Indikator:
3.5.1 Mendiskripsikan karakteristik beton bertulang.
4.5 Menyajikan gambar konstruksi beton.
Indikator:
4.5.1 Menggambar grafik karakteristik beton bertulang.
III.Tujuan Pembelajaran
1.1.1. Dengan dibimbing guru, siswa berdoa sebelum maupun sesudah melakukan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan LP KI 1.
1.1.2. Dengan kesadaran diri, siswa mengucap syukur ketika berhasil dalam
kegiatan pembelajarannya sesuai dengan LP KI 1.
1.2.1. Dengan diberi beberapa contoh bahan alam, siswa dapat memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungan tempat belajar dengan
baik sebagai wujud syukur atas segala ciptaan Tuhan yang maha kuasa
sesuai dengan LP KI 1.
1.2.3. Dengan bimbingan guru, siswa dapat menjaga lingkungan belajar dengan
baik sebagai wujud syukur atas kesempatan belajar yang diberikan oleh
Tuhan yang maha kuasa sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman
untuk belajar sesuai dengan LP KI 1.
2.1.1. Siswa dapat menunjukkan sikap keterbukaan, ketekunan belajar, kerajinan,
tenggang rasa, kedisiplinan, ramah dengan teman, hormat pada orang tua,
kejujuran,

menempati

janji,

kepedulian,

tanggung

jawab

dalam

menggambar konstruksi beton sesuai dengan LP KI 2.


2.1.2. Diberi kesempatan oleh guru, siswa dapat menyumbang ide atau pendapat
pada saat pembelajaran sesuai dengan LP KI 2.
2.1.3. Diberi kesempatan, siswa dapat menjadi pendengar yang baik pada saat
guru menerangkan maupun pada saat temannya bertanya atau mengajukan
pendapat sesuai dengan LP KI 2.
2.2.1. Dengan bimbingan guru, siswa dapat memiliki rasa peduli terhadap
lingkungan dan dapat menghargai orang lain sesuai dengan LP KI 2.
2.2.2. Diberi kesempatan kerja kelompok, siswa dapat bekerja sama dan
berdiskusi dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan LP KI 2.
3.5.1 Diberi penjelasan materi konstruksi beton, siswa dapat mendiskripsikan
karakteristik beton bertulang dengan benar sesuai dengan LP KI 3.

4.5.1. Diberikan tugas, siswa dapat menggambar grafik karakteristik beton sesuai
dengan LP KI 4.
IV. Materi Pembelajaran
7. TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN DENGAN KONSTRUKSI BETON
Beton merupakan bahan komposit dari agregat bebatuan dan semen
sebagai bahan pengikat, yang dapat dianggap sebagai sejenis pasangan bata
tiruan karena beton memiliki sifat yang hampir sama dengan bebatuan dan batu
bata (berat jenis yang tinggi, kuat tekan yang sedang, dan kuat tarik yang kecil).
Beton dibuat dengan pencampuran bersama semen kering dan agregrat dalam
komposisi yang tepat dan kemudian ditambah dengan air, yang menyebabkan
semen mengalami hidrolisasi dan kemudian seluruh campuran berkumpul dan
mengeras untuk membentuk sebuah bahan dengan sifat seperti bebatuan.
Beton mempunyai satu keuntungan lebih dibandingkan dengan bebatuan,
yaitu bahwa beton tersedia dalam bentuk semi cair selama proses pembangunan
dan hal ini mempunyai tiga akibat penting: pertama, hal ini berarti bahwa bahanbahan lain dapat digabungkan ke dalamnya dengan mudah untuk menambah
sifat yang dimilikinya. Baja yang terpenting dari baja-baja lainnya adalah baja
dalam bentuk batang tulangan tipis yang memberikan kepada bahan komposit
yakni beton bertulang kekuatan tarik dan kekuatan lentur selain kekuatan tekan.
Kedua, tersedianya beton dalam bentuk cairan membuatnya dapat dicetak ke
dalam variasi bentuk yang luas. Ketiga, proses pencetakan memberikan
sambungan antar elemen yang sangat efektif dan menghasilkan struktur yang
menerus yang meningkatkan efisiensi struktur.
Beton bertulang selain memiliki kekuatan tarik .juga memiliki kekuatan
tekan dan karena itu cocok untuk semua jenis elemen struktur termasuk elemen
struktur yang memikul beban jenis lentur. Beton bertulang juga merupakan
bahan yang kuat, dengan demikian beton dapat digunakan pada berbagai bentuk
struktur seperti pada rangka kerja di mana diperlukan bahan yang kuat dan
elemen-elemen yang ramping. Beton bertulang juga dapat digunakan untuk
membuat struktur bentang panjang, struktur yang tinggi, dan struktur bangunan
bertingkat banyak.

Gambar 7.2. Struktur beton bertulang


Sumber: Chen & M. Lui, 2005
7.1.

Sifat dan Karakteristik Beton sebagai Material Struktur Bangunan

7.1.1. Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan (fc) merupakan salah satu kinerja utama beton.
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan per
satuan luas, dan dinyatakan dengan Mpa atau N/mm2. Walaupun dalam
beton terdapat tegangan tarik yang sangat kecil, diasumsikan bahwa semua
tegangan tekan didukung oleh beton tersebut. Penentuan kuat tekan dapat
dilakukan dengan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan
prosedur uji ASTM C-39 pada umum benda uji 28 hari.
Kuat tekan beton ditetapkan oleh perencana struktur (dengan benda
uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai
dalam perencanaan struktur beton, Berdasarkan SNI 03-2847-2002, beton
harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan sesuai dengan
aturan-aturan dalam tata cara tersebut dan tidak boleh kurang daripada 17,5
Mpa.
7.1.2. Kemudahan Pengerjaan
Kemudahan pengerjaan beton juga merupakan karakteristik utama
yang juga dipertimbangkan sebagai material struktur bangunan. Walaupun
suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan yang tinggi,
5

tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di lapangan


karena sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi percuma.
Secara garis besar pengerjaan beton mengikuti diagram alir seperti pada
Gambar 7.3.

Gambar 7.3. Bagan alir aktivitas pengerjaan beton


Sumber: Mulyono, 2005
7.1.3. Rangkak dan Susut
Setelah beton mengeras, maka beton akan mengalami pembebanan.
Pada kondisi ini maka terbentuk suatu hubungan tegangan dan regangan
yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan. Beton akan menunjukan
sifat elastisitas murni jika mengalami waktu pembebanan singkat, jika tidak
maka beton akan mengalami regangan dan tegangan sesuai lama
pembebanannya.
Rangkak (creep) adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat
adanya beban yang bekerja. Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin
berkurang setelah selang waktu tertentu dan kemudian berakhir setelah
beberapa tahun. Nilai rangkak untuk beton mutu tinggi akan lebih kecil
6

dibandingkan dengan beton mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak


mengakibatkan dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan
mengakibatkan redistribusi tegangan pada beban yang bekerja dan kemudian
mengakibatkan terjadinya lendutan (deflection).
Susut adalah perubahan volume yang tidak berhubungan dengan
beban. Proses susut pada beton akan menimbulkan deformasi yang
umumnya akan bersifat menambah deformasi rangkak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut:
-

Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan semen, kualitas

adukan, dan kandungan mineral dalam agregat)


Rasio air terhadap jumlah semen
suhu pada saat pengerasan
Kelembaban nisbi pada saat proses penggunaan
Umur beton pada saat beban bekerja
Nilai slump
Lama pembebanan
Nilai tegangan
Nilai rasio permukaan komponen struktur

7.1.4. Standar Nasional Indonesia


Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkaitan dengan struktur
beton untuk bangunan gedung adalah SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, yang menggunakan
acuan normatif:
-

SK SNI S-05-1989-F, Standar spesifikasi bahan bangunan bagian B

(bahan bangunan dari besi/baja).


SNI 03 2492 1991, Metode pengambilan benda uji beton inti.
SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah

dan gedung.
SNI 03-1727-1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah

dan gedung.
SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan beton.
SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk

campuran beton segar.


SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di

laboratorium.
SNI 03-2496-1991, Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung

untuk beton.
SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton

normal.
SNI 03-3403-1991-03, Metode pengujian kuat tekan beton inti

pemboran.
SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti.
SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di

lapangan.
SNI 07-0052-1987, Baja kanal bertepi bulat canai panas, mutu dan cara

uji.
SNI 07-0068-1987, Pipa baja karbon untuk konstruksi umum, mutu dan

cara uji.
SNI 07-0722-1989, Baja canai panas untuk konstruksi umum.
SNI 07-3014-1992, Baja untuk keperluan rekayasa umum.
SNI 07-3015-1992, Baja canai panas untuk konstruksi dengan

pengelasan.
SNI 15-2049-1994, Semen portland.
ANSI/AWS D1.4, Tata cara pengelasan Baja tulangan.
ASTM A 184M, Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang

difabrikasi untuk tulangan beton bertulang.


ASTM A 185, Standar spesifikasi untuk serat baja polos untuk beton

bertulang.
ASTM A 242M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran

rendah mutu tinggi.


ASTM A 36M-94, Standar spesifikasi untuk baja karbon stuktural.
ASTM A 416M, Standar spesifikasi untuk strand baja, tujuh kawat tanpa

lapisan untuk beton prategang.


ASTM A 421, Standar spesifikasi untuk kawat baja penulangan

Tegangan tanpa pelapis untuk beton prategang.


ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton

bertulang.
ASTM A 497-94a, Standar spesifikasi untuk jaring kawat las ulir untuk

beton bertulang.
ASTM A 500, Standar spesifikasi untuk las bentukan dingin dan
konstruksi pipa baja karbon tanpa sambungan.

ASTM A 501-93, Standar spesifikasi untuk las canai-panas dan dan pipa

baja karbon struktural tanpa sambungan.


ASTM A 53, Standar spesifikasi untuk pipa, baja, hitam dan pencelupan

panas, zinc pelapis las dan tanpa sambungan.


ASTM A 572M, Standar spesifikasi untuk baja struktural mutu tinggi

campuran columbium vanadium.


ASTM A 588M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran
rendah mutu tinggi dengan kuat leleh minimum 345 MPa pada ketebalan

100 mm.
ASTM A 615M, Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos

gilas untuk beton bertulang


ASTM A 616M-96a, Standar spesifikasi untuk rel baja ulir dan polos
untuk, bertulang termasuk keperluan tambahan S1.

7.2.

Material Penyusun Beton bertulang


Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang
direkatkan oleh bahan-ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
kasar) dan ditambah dengan pasta semen. Pada prinsipnya pasta semen
mengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu kerikil, basalt dan
sebagainya). Rongga di antara bahan-bahan kasar diisi oleh bahan-bahan
halus. Hal ini memberi gambaran bahwa harus ada perbandingan optimal
antara agregat campuran yang bentuknya berbeda-beda agar pembentukan
beton dapat dimanfaatkan oleh seluruh material.
Material penyusun beton secara umum dibedakan atas:
-

semen: bahan pengikat hidrolik,


agregat campuran: bahan batu-batuan yang netral (tidak bereaksi) dan
merupakan bentuk sebagian besar beton (misalnya: pasir, kerikil, batu-

pecah, basalt);
air
bahan tambahan (admixtures) bahan kimia tambahan yang ditambahkan
ke dalam spesi-beton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang
dihasilkan (misalnya; 'accelerator', 'retarder' dan sebagainya.

Sedangkan produk campuran tersebut dibedakan atas:


-

batuan-semen: campuran antara semen dan air (pasta semen) yang


mengeras

spesi-mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air yang belum

mengeras;
mortar: campuran antara semen, agregat halus dan air yang telah

mengeras;
spesi-beton: campuran antara semen, agregat campuran (halus dan kasar)

dan air yang belum mengeras;


beton: campuran antara semen, agregat campuran dan air yang telah
mengeras;

7.2.1. Semen
Semen dipakai sebagai pengikat sekelompok bahan-ikat hidrolik
untuk pembuatan beton. Hidrolik berarti bahwa semen bereaksi dengan air
dan membentuk suatu batuan massa, suatu produksi keras (batuan-semen)
yang kedap air.
Semen adalah suatu hasil produksi yang dibuat di pabrik-semen.
Pabrik-pabrik semen memproduksi bermacam-macam jenis semen dengan
sifat-sifat dan karaktefistik yang berlainan.
Semen dibedakan dalam dua kelompok utama yakni:
-

semen dari bahan klinker-semen-Portland


semen Portland,
semen Portland abu terbang,
semen Portland berkadar besi,
semen tanur-tinggi ('Hoogovencement'),
semen Portland tras/puzzolan,
semen Portland putih.
semen-semen lain
aluminium semen,
semen bersulfat
Perbedaan di atas berdasarkan karakter dari reaksi pengerasan

kimiawi. Semen-semen dari kelompok-1, diantara yang satu dan yang lain
tidak saling bereaksi (membentuk persenyawaan lain). Semen kelompok-2
bila saling dicampur atau bercampur dengan kelompok-1 akan membentuk
suatu persenyawaan baru. Hal ini berarti semen dari kelompok-2 tidak boleh
dicampur. Semen portland dan semen portland abu-terbang adalah semen
yang umum dipakai di Indonesia.

10

Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan hidratasi


sedangkan hasil yang terbentuk disebut hidrasi-semen. Proses reaksi
berlangsung sangat cepat. Kecepatan yang mempengaruhi waktu pengikatan
adalah:
-

kehalusan semen
faktor air-semen
temperatur.
Kehalusan penggilingan semen mempengaruhi kecepatan pengikatan.

Kehalusan penggilingan dinamakan penampang spesifik (adalah total


diameter penampang semen). Jika seluruh permukaan penampang lebih
besar, maka semen akan memperluas bidang kontak (persinggungan) dengan
air yang semakin besar. Lebih besar bidang persinggungannya semakin cepat
kecepatan bereaksinya, Karena itu kekuatan awal dari semen-semen yang
lebih halus (penampang spesifik besar) akan lebih tinggi, sehingga pengaruh
kekuatan-akhir berkurang.
Ketika semen dan air bereaksi timbul panas, panas ini dinamakan
panas-hidratasi. Jumlah panas yang dibentuk antara lain tergantung dari jenis
semen yang dipakai dan kehalusan penggilingan. Dalam pelaksanaan,
perkembangan panas ini dapat membentuk suatu masalah yakni retakan yang
teijadi ketika pendinginan. Pada beberapa struktur beton retakan ini tidak
diinginkan. Terutama pada struktur beton mutu tinggi pembentukan panas ini
sangat besar. Panas hidratasi pada suatu struktur beton dapat ditentukan dan
untuk beberapa pemakaian semen yang lain, dalam masa pelaksanaannya
harus dilakukan dengan pendinginan. Aspek lain yang besar pengaruhnya
terhadap pembentukan panas hidratasi adalah faktor
air-semen.
Faktor air semen (FAS) adalah perbandingan antara berat air dan berat
semen:

Misalkan:
F.A.S = 0,5; bila digunakan semen 350 [kg/m3],
Maka banyaknya air = 350 x 0,5 = 175 [l/ m3]

11

Faktor air-semen yang rendah (kadar air sedikit) menyebabkan air


diantara bagian- bagian semen sedikit, sehingga jarak antara butiran butiran
semen pendek. Akibatnya massa semen menunjukkan lebih berkaitan,
karenanya kekuatan awal lebih dipengaruh dan batuan-semen mencapai
kepadatan tinggi.
Semen dapat mengikat air sekitar 40% dari beratnya; dengan kata
lain air sebanyak 0,4 kali berat semen telah cukup untuk membentuk seluruh
semen berhidrasi. Air yang berlebih tinggal dalam pori-pori. Beton normal
selalu bervolume pori-pori halus rata yang saling berhubungan, karena itu
disebut pori-pori kapiler. Bila spesi-beton ditambah ekstra air, maka
sebenanya hanya pori-porinya yang bertambah banyak. Akibatnya beton
lebih berpori-pori dan kekuatan serta masa pakainya berkurang.
7.2.2. Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran-beton yang saling diikat oleh
perekat semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batubatu pecah. Pemilihan agregat tergantung dari:
-

syarat-syarat yang ditentukan beton


persediaan di lokasi pembuatan beton
perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu

Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi.


Suatu pembagian yang sepintas lalu (kasar) dapat dilakukan sebagai berikut:
-

agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt)


agregat halus (puing-batu, terak-lahar, serbuk-batu/bims).
agregat kasar (bariet, bijib-besi magnetiet dan limoniet).

Kecuali agregat alam dapat juga digunakan produk-aIami sinter atau


terbakar, beton gilas atau puing tembok batu-bata.
Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk
pembuatan beton. Produksi penggalian pasir dan kerikil akan dipisahpisahkan dengan ayakan dalam 3 kelompok yaitu:
-

kerikil kasar (lebih besar dari 30 mm)


kerikil beton (dari 5 mm sampai 30 mm)

12

pasir beton (lebih kecil dari 5 mm).

Dua kelompok terakhir adalah yang cocok (atau dengan mencampurkannya


hingga cocok) untuk pembuatan beton. Dari kelompok pertama dapat
dipecahkan agar dapat digunakan.
Di samping bahan agregat diperoleh dari galian alami (hampir
langsung dapat digunakan untuk beton), dapat juga didapatkan dengan
pemecahan formasi batuan tertentu dengan mesin pecah batu (stone crusher)
sampai berbentuk batu-pecah dengan kasar yang berbeda-beda. Pemecahan
ini dilakukan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Dari jenis bongkahbongkah yang cocok seperti basalt, granit dan kuarsit akan diledakkan
dahulu sampai berupa batu-batu gumpalan. Kemudian gumpalan ini
dimasukkan ke dalam mesin pecah batu secara mekanis atau dengan tangan
dan dipecahkan sampai mendapat bentuk yang diinginkan. Umumnya
bentuk-bentuk yang didapatkan berupa butir-butir ukuran 7 mm sampai 50
mm yang nantinya ditambah dengan bahan-bahan antara 5 mm sampai 10
mm.
7.2.3. Air
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air,
maka sangat perlu diperiksa apakah air yang akan digunakan memenuhi
syarat-syarat tertentu. Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan boleh
dipakai. Bila tidak terdapat air minum disarankan untuk mengamati apakah
air yang digunakan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang merusak
beton/baja.
Pertama-tama yang harus diperhatikan adalah kejernihan air tawar,
apabila ada berberapa kotoran yang terapung, maka air tidak boleh dipakai.
Di samping pemeriksaan visual, harus juga diamati apakah air itu tidak
mengandung bahan-bahan perusak, contohnya: fosfat, minyak, asam, alkali,
bahan-bahan organis atau garam-garam. Penelitian semacam ini harus
dilakukan di laboratorium kimia. Selain air dibutuhkan untuk reaksi
pengikatan, dipakai pula sebagai perawatan-sesudah beton dituang. Suatu

13

metode perawatan selanjutnya dengan cara membasahi terus-menerus atau


beton yang baru direndam air.
Air ini pun harus mernenuhi syarat-syarat yang lebih tinggi dari pada air
untuk pembuatan beton. Misalkan air untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak
boleh memilik kadar pHnya > 6, juga tidak dibolehkan terlalu sedikit mengandung
kapur.

7.2.4. Bahan kimia tambahan


Bahan kimia tambahan (admixtures) suatu bahan produksi di
samping bahan semen, agregat campuran dan air, yang juga dicampurkan
dalam campuran spesi-beton. Tujuan dari penambahan bahan kirma ini
adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari campuran beton lunak dan
keras. Takaran bahan kimia tambahan ini sangat sedikit dibandingkan
dengan bahan utarna hingga takaran bahan ini dapat diabaikan. Bahan kimia
tambahan tidak dapat mengoreksi komposisi spesi-beton yang buruk.
Karenanya harus diusahakan komposisi beton seoptimal mungkin dengan
bahan-bahan dasar yang cocok.
Dari macam-macarn bahan kimia tambahan yang ada harus diadakan
percobaan awal terlebih dahulu derni kepentingan apakah takarannya
memenuhi sifat-sifat yang dituju. Beberapa bahan tambahan mungkin
mempunyai garis-garis besar atau norma yang menentukan pemakaiannya.
Suatu pemakaian dari bahan kimia tambahan yang penting adalah untuk
menghambat

pengikatan

serta

meninggikan

konsistensinya

tanpa

pertambahan air. Oleh karena itu, spesi mudah diangkut serta mempertinggi
kelecakan agar pada bentuk-bentuk bekisting yang sulit pun dapat terisi pula
dengan baik.
Bahan kimia tambahan yang umum dipakai adalah:
-

super-plasticizer, untuk mempertinggi kelecakan (zona konsistensi

dipertinggi), mengurangi jumlah air pencampur;


pembentuk gelembung udara meninggikan sifat kedap air, meninggikan
kelecakannya;

14

'retarder',

memperlambat

awal

pengikatan

atau

pengerasan,

memperpanjang waktu pengerjaan; digunakan pada siar ccr, membatasi


-

panas hidratasi (struktur tingkat berat);


bahan warna, untuk memberi warna permukaan.

7.2.5. Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik
dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan
penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton
menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan
gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran
atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-batang baja yang
dianyam dengan teknik pengelasan.
Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD,
-

BJ berarti Baja
TP berarti Tulangan Polos
TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir)

Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh


karakteristik yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton
polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir
(Gambar 7.4).
Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma
persyaratan terhadap metode pengujian dan perneriksaan untuk bermacammacam mutu baja beton menurut Tabel 7.1.

15

Gambar 7.4. Jenis baja tulangan


Sumber: Sagel dkk, 1994
Tabel 7. 1. Karakteristik baja tulangan
Sumber: Sagel dkk, 1994

Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara


perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang
digunakan harus tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan
spiral atau tendon. Baja tulangan umumnya harus memenuhi persyaratan
yang berorientasi pada ASTM (American Society for Testing Materials)
yang diantaranya memenuhi salah satu ketentuan berikut:
-

Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan

beton (ASTM A615M).


Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan

beton (ASTM A617M).


Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan
beton (ASTM A706M).

Sedangkan di Indonesia, produksi baja tulangan dan baja struktur telah diatur
sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII), antara lain adalah SII
0136-80 dan SII 318-80.
Di samping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang
ditabelkan itu, mutu baja yang lain dapat juga spesial dipesan (misalnya

16

BJTP 30). Tetapi perlu juga diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan
harganya jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat
pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu
dipisahkan dari baja Bj.Tp 24 dan Bj.Td 40 yang umum dipakai.
Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan melalui pengujian tarik,
dengan diagram seperti pada gambar 10.4. Sifat fisik tersebut adalah:
-

kuat tarik; (fy)


batas luluh/leleh;
regangan pada beban maksimal;
modulus elastisitas (konstanta material), (Es)
Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam

pelaksanaan di lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap


penyimpanga-penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap
penyimpangan pada kondisi baja yang ada di lapangan disebutkan dalam
tabel 7.2 hingga tabel 7.5.
Tabel 7.2. Penyimpangan yang diizinkan untuk panjang batang
Sumber: Sagel dkk, 1994

Tabel 7.3. Penyimpangan atau toleransi yang diijinkan untuk massa


teoretis per panjang
Sumber: Sagel dkk, 1994

Tabel 7.4. Penyimpangan yang diizinkan untuk berat teoretis


Sumber: Sagel dkk, 1994

17

Tabel 7.5. penyimpangan yang diizinkan dari diameter nominal


Sumber: Sagel dkk, 1994

18

V. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan
: Pembelajaran saintifik
2. Model Pembelajaran : Model pembelajaran langsung
3. Metode
: Penugasan, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi
VI. LangkahKegiatan Pembelajaran :
A. Pendahuluan (10 menit)

19

Penilaian oleh
Pengamat
1
2
3
4

Kegiatan

1. Memberi salam dan mengawali pembelajaran dengan berdoa


kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menggunakan segala
sesuatu ciptaan tuhan yang sudah tersedia sesuai dengan
kebutuhan yang berkaitan dengan materi konstruksi beton
sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan praktik dan
diskusi. Guru mengacu pada LP KI 1 : format pengamatan sikap
spiritual. (Fase 1)
2. Memberi presensi kepada siswa. (Fase 1)
3. Memotivasi siswa dengan menampilkan media pembelajaran
interaktif struktur beton bertulang dengan menggunakan media
macromedia director. (Fase 1)
4. Menyampaikan inti tujuan pembelajaran yang meliputi garis
besar indikator KI 1 sikap religius, KI 2 sikap sosial, KI 3
pengetahuan dan KI 4 keterampilan yang akan dipelajari. (Fase
1)
B. Kegiatan Inti (150 menit)
Penilaian oleh
Pengamat
1
2
3
4

Kegiatan

5.

Guru menjelaskan tentang pengertian konstruksi beton


dengan

menggunakan

media

pembelajaran

interaktif

macromedia director. (Fase 2 + Mengamati)


6.

Guru menjelaskan bahan-bahan konstruksi beton dengan


menggunakan

media pembelajaran interaktif

macromedia

director. (Fase 2 + Mengamati)


7.

Siswa mengamati materi ajar yang terdapat dalam media


pembelajaran interaktif macromedia director tentang macammacam pekerjaan beton dan beton bertulang. (Fase 2 +
Mengamati)

8.

Guru memberi kesempatan bertanya pada siswa dan


ditekankan perlunya untuk aktif menyumbang ide atau pendapat
20

dalam proses pembelajaran. (Fase 2 + Menanya + diskusi kecil)


9.

Guru memberikan sebuah data hasil percobaan dalam media


pembelajaran interaktif macromedia director, kemudian meminta
siswa berdiskusi secara kelompok untuk membuat laporan
keterampilan menggambar grafik uji consistensi normal portland
cement beton sesuai dengan LP KI 4. (Fase 3 + Mengumpulkan
data + diskusi)
10.

Guru berkeliling kelas membimbing siswa untuk membuat


keterampilan menggambar grafik. (Fase 3 + Mengumpulkan
data)

11.

Guru meminta masing-masing kelompok untuk maju


kedepan dan mempresentasikan hasil pekerjaannya, kemudian
siswa yang lain mengkoreksi pekerjaan temannya yang sudah
maju dan mempresentasikan hasil pekerjaannya apakah sudah
benar atau belum. Siswa menghargai pekerjaan temannya
sebagai wujud implementasi melaksanakan praktik dan
melaporkan hasil praktik pada bidang penyediaan kebutuhan
akan gambar bangunan sebagai cerminan kehidupan dan
pergaulan, guru mengacu pada LP KI 2 : Pengamatan sikap.
(Fase 4 + mengkomunikasikan)

12.

Guru segera memberikan umpan balik, apabila pekerjaan


siswa masih kurang benar, dengan memberikan penjelasan
kembali tentang konstruksi beton yang benar, sehingga siswa
dapat mengetahui kesalahannya dan memperbaikinya, serta
memberikan penguatan positif apabila hasil pekerjaan siswa
sudah benar. (Fase 4 + mengkomunikasikan)

C.

Penutup (20 menit)


Kegiatan

13.

Penilaian oleh
Pengamat
1
2
3
4

Guru menanyakan kepada siswa, pemahaman apa saja yang


diperoleh pada pembelajaran di atas? Kemudian siswa

21

bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil belajar


pertemuan kali ini. (Fase 5 + mengasoisasi)
14.

Memberikan evaluasi lanjutan dengan meminta siswa untuk


memperbaiki hasil pekerjaannya yang masih kurang benar
sebagai tugas di rumah untuk dikumpulkan pada pertemuan
berikutnya. (Fase 5 + mengasoisasi)

VII. Penilaian Hasil Belajar


1. LP KI 2
: Penilaian Sikap
2. LP KI 3
: Pengetahuan
3. Kunci LP KI 3
: Pengetahuan
4. LP KI 4
: Keterampilan
5. Kunci LP KI 4
: Keterampilan
VIII. Media dan Sumber Pembelajaran
a)

Sumber Pembelajaran
Soetjipto & Prawiroharjo, I. 1978. Konstruksi Beton. Jakarta Depdikbud.
Dian Ariestadi. 2008. Teknik Struktur Bangunan. Jilid 1-3. BSE PSMK
Depdikbud.

b)

Media Pembelajaran
1) Komputer
2) LCD Proyektor
3) Alat Tulis
4) White Board
Daftar Pustaka
Soetjipto & Prawiroharjo, I. 1978. Konstruksi Beton. Jakarta Depdikbud.
Dian Ariestadi. 2008. Teknik Struktur Bangunan. Jilid 1-3. BSE PSMK
Depdikbud.

22

TABEL SPESIFIKASI PENILAIAN MENGGAMBAR KONSTRUKSI BETON

23

Indikator

LP KI 2 Pengamatan

Kunci Lembar
Penilaian
Berdasarkan hasil

sikap

pengamatan LP KI 2

LP KI 3 Pengetahuan.

Kunci LP KI 3

LP dan Butir Soal

2.1.1. Dapat menunjukkan sikap


bertanggung jawab dalam
menggambar.
2.1.2. Dapat menyumbang ide atau
pendapat.
2.1.3. Dapat menjadi pendengar
yang baik.
2.2.1. Peduli terhadap lingkungan
dan dapat menghargai orang
lain.
2.2.2. Dapat bekerja sama dan
berdiskusi dalam
menyelesaikan masalah
bilamana diperlukan

3.5.1

Mendiskripsikan

Soal No. 1 sampai No. Soal No. 1 sampai

karakteristik beton bertulang.

4.5.1. Mengamati
konstruksi beton.

20

pekerjaan LP

No. 20

KI

4 Kunci LP KI 4

Keterampilan.

Kunci soal No. 1

Soal No. 1

Hasil

pengamatan

tugas No. 1
Tugas No. 1

24

Tanggung jawab

kepedulian

Menempati janji

Kejujuran

Hormat pada orang tua

Kerjasama

Kedisplinan

Ramah dengan teman

Siswa

Tenggang rasa

Nama

Kerajinan

No

Keterbukaan

Sikap

Ketekunan belajar

LP KI 2 : Lembar Penilaian Sikap

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Dst.

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.
1 = sangat kurang;
2 = kurang konsisten;
3 = mulai konsisten;
4 = konsisten; dan
5 = selalu konsisten.

Kisi-kisi LP KI 3: Pengetahuan
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER

: SMK NEGERI 5 SURABAYA


: KOMPETENSI KEJURUAN
: X/2

25

STANDAR KOMPETENSI : MENGGAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN


KOMPETENSI DASAR
: MENGGAMBAR KONSTRUKSI BETON

Jenjang dan tingkat kesulitan


No

Indikato
r

Ju
mla
h
C1
Mu Se

1.5
.1

Menjelas

S
u

Mu

C2
Mu

Se

C3
Su Se

Su

C4
Mu
S
e

Su

Mu

C5
Se

Su

kan
pengertia
n beton.
Menjelas

1.5
.2 kan

bahanbahan
konstruk
si beton.
Menjelas

1.5
.3 kan

macammacam
pekerjaa
n

beton

dan
beton
bertulan
g..

LP KI 3 : Pengetahuan

26

Nama Siswa :..


Tanggal :.

Kelas :.

Petunjuk
Berilah tanda silang ( x ) pada salah satu huruf a, b, c atau d sebagai jawaban yang
paling benar pada soal di bawah ini !
1. Yang dimaksud dengan beton adalah....
a. semen, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah jika diperlukan
b. semen, krikil, pasir, batu pecah, serta admixtures
c. semen, air dan kerikil
d. agregat kasar dan agregat halus
2. Di bawah ini merupakan parameter yang mempengaruhi kekuatan beton,
kecuali
a. Perawatan beton yang dilakukan
b. Kebersihan agregat yang digunakan
c. Proporsi semen yang digunakan
d. Kualitas kerikil yang digunakan
3. Yang merupakan bahan utama pembentuk beton adalah
a. Baja
c. Semen
b. Batu kali
d. Slag
4. Yang dimaksud dengan beton ringan struktural adalah
a. agregat ringan dan tidak memiliki massa kering udara sesuai syarat
b. agregat ringan dan memiliki massa kering udara sesuai syarat
c. agregat kasar dan tidak memiliki massa kering udara sesuai syarat
d. agregat kasar dan memiliki massa kering udara sesuai syarat
5. Bahan perekat hidrolis yang dapat mengeras bila bersenyawa dengan air dan
membentuk masa yang padat serta tidak larut dalam air adalah definisi dari:
a. Kapur hidrolis
c. Semen Portland
b. Kapur aduk
d. Teras
6. Semen yang digunakan untuk konstruksi yang mempunyai persyaratan kekuatan
awal yang tinggi adalah jenis semen:
a. type II
c. type IV
b. type III
d. type V

a.

7. Lumpur sangat mempengaruhi daya lekat antara pasta dengan agregat sehingga
kadar lumpur yang terkandung pada agregat halus maksimum:
5%
b. 6 %
c. 7%
d. 8 %

27

8. Kadar organik yang terkandung dalam pasir (agregat halus) dapat


memperlambat pengerasan beton bahkan dapat mengurangi kekuatannya, untuk
menguji kadar organik dibuat larutan;
a. 5 % NaOH
c. 3 % NaOH
b. 4 % NaOH
d. 2 % NaOH
9. Bentuk agregat mempengaruhi kuat tekan beton, agregat berbentuk panjang dan
pipih tidak boleh melebihi syarat yang ditentukan yaitu maksimum;
a.
5%
b. 15% c. 20%
d. 25%

10. Yang dimaksud dengan nilai f a s pada adukan beton segar ialah....
a. Perbandingan berat air adonan dengan berat semen
b. Perbandingan berat air dengan berat semen dan agregat
c. Faktor perbandingan isi air adonan dengan berat semen
d. Faktor perbandingan volume air dengan volume semen
11. Benda uji silinder untuk penentuan kuat tekan pada umumnya dilakukan pada
beton dengan umur....
a.
26 hari
b.
27 hari
c.
28 hari
d.
29 hari

12. Kuat tekan beton berdasarkan SNI 03-2847-2002 tidak boleh kurang dari....
a.
16,5 Mpa
b.
17,5 Mpa
c.
18,5 Mpa
d.
19,5 Mpa

13. Penambahan regangan terhadap waktu akibat beban yang bekerja disebut
dengan....
a.
Rangkak
b.
Susut
c.
Lendutan
d.
Tarikan

14. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:


28

1) Rasio air terhadap jumlah semen


2) lama pembebanan
3) Volume pasir
4) Nilai tegangan
Pernyataan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak dan susut yang
benar adalah......
a. (1), (2), dan (3)
b. (1), (2), dan (4)
c. (2), (3), dan (4)
d. (3), (4), dan (1)
15. SNI yang menjelaskan tentang tata cara pembuatan campuran beton normal
adalah...
a.
SNI 03-2834-1990
b.
SNI 03-2834-1991
c.
SNI 03-2834-1992
d.
SNI 03-2834-1993

16. ASTM C 33 adalah salah satu peraturan yang berkaitan dengan struktur beton
untuk bangunan gedung yang membahas...
a.
Standart spesifikasi semen hidrolis
b.
Standart spesifikasi beton jadi
c.
Standart spesifikasi serat baja
d.
Standart spesifikasi untuk agregat beton

17. Campuran antara semen, agregat halus, dan air yang telah menggeras disebut...
a.
Batuan semen
b.
Spesi mortar
c.
Mortar
d.
Spesi beton

18. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:


1) Lokasi pelaksanaan pekerjaan beton
2) Syarat-syarat yang ditentukan beton
3) Persediaan dilokasi pembuatan beton
4) Perbandingan antara biaya dan mutu
Pernyataan yang merupakan faktor pemilihan agregat yang benar adalah......

29

a.
b.
c.
d.

(1), (2), dan (3)


(1), (2), dan (4)
(2), (3), dan (4)
(3), (4), dan (1)

19. Kecepatan yang mempengaruhi waktu pengikatan semen adalah.....


a.
Kehalusan semen dan faktor air semen
b.
Faktor air semen dan agregat halus
c.
Kehalusan semen dan agregat halus
d.
Agregat halus dan agregat kasar

20. Apakah nama alat pada gambar dibawah ini ?

a.
b.
c.
d.

Concret Mixer
Concret Pump
Concret Slump
Concret Vibrator

30

................................Selamat Mengerjakan.........................

Kunci LP KI 3 : Pengetahuan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Kunci
Jawaban
A
A
C
B
C
B
A
C
C
B
C
B
A
B
C
D
C
C
D
D
Jumlah

Nilai

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
100

31

LP KI 4 : Keterampilan
Petunjuk:

Berdoalah sebelum mengerjakan soal


Membuat grafik hasil percobaan bahan beton melalui pembelajaran interaktif
media macromedia director.
Selesaikan tugas seperti yang diminta pada soal secara diskusi berkelompok
Presentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas
.
Soal:
1 Perhatikan soal melalui pembelajaran interaktif media macromedia director .
2 Ayo, membuat grafik percobaabn bahan uji consistensi normal portland cement
beton sesuai data di bawah ini
Dari hasil percobaan dibuatkan grafik.
Data percobaan:
Kadar air (%)
26
28
30
32

Kadar air (cc)


60
70
80
85

Penurunan
4 mm
6 mm
24 mm
30 mm

Buatlah Grafik prosentasi air VS Penurunan jarum Vicat.

32

Kunci LP KI 4 : Keterampilan
Kunci jawaban
Penurunan dalam mm
25
20
15
10
5
0
28 29 30 31 32
Dari grafik diatas didapat bahwa penurunan 10 mm kadar air sebesar 29 %
= 29/100 x 250 = 72,5 cc.

Kriteria menggambar grafik LP KI 4


No
1

Kriteria
Ketepatan gambar

Skor
25
33

2
3
4

Ketepatan skala
Ketepatan perhitungan
Ketepatan pemasukan data
Jumlah

25
25
25
100

Kriteria Diskusi dan Presentasi LP KI 4

No

Kegiatan

1.

Diskusi

Presentasi

Nilai Akhir

Aspek yang dinilai

Nilai

Kekompakan dalam diskusi

15

Pembagian tugas kelompok


Penyajian presentasi
Tanya jawab
Penggunaan bahasa
Jumlah

15
30
20
20

Total Nilai
30
70
100

Total Nilai 1 + Total Nilai 2


2

34

Anda mungkin juga menyukai