Teknik Ekstraksi Pemisahan Dan Pemurnian Senyawa
Teknik Ekstraksi Pemisahan Dan Pemurnian Senyawa
Judul Percobaan
B. Tujuan Percobaan
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut
tahap
pengembangan
bahan,
maserasi
antara,
perkolasi
sebenarnya
Merupakan proses ekstraksi dengan merebus sample (khusunya simplisia) pada suhu
900C
Kromatografi
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponenkomponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairanpadatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam
dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponenkomponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari
komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan
oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut
terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan
Fase Diam
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra
violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam
lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada
permukaan juga memiliki gugus -OH.
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab
itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir
eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan
teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini
yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat
larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan
alumina (jel silika).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu tergantung pada:
1. Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
2. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika.
3. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa
dengan jel silika.
4. Anggaplah bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa yang satu
dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil
tiap-tiap bagian interaksi van der Waals yang lemah.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat
dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari
senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu
substansi pada permukaan. Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang
tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada
larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada
lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silikauntuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa
senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang
ditempuh ke atas lempengan. Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat
membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya
pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini :
Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi.
Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
pada
pelatKLTP.
diklorometan,atilasetat),karena
Pelarut
jika
bukan
yang
baik
pelarut
ialah
atsiri
atsiri
akan
(heksana,
menyebabkan
dipisahkan pada lapisan silica gel ataualuminium oksida 20x20 cm yang tebalnya 1 mm.
jika tebalnya di duakalikan, maka banyaknya cuplikan yang dipisah bertambah
50%.Fase gerak biner ialah (dalam berbagai perbandingan) sangat seringdipakai pada
pemisahan
secara
KLTP
n-heksana-etilasetat,n-heksana-aseton,kloroform-
asam
dan
senyawa
basa
Isolasi
senyawa
yang
sudah
Pinset
Pipa kapiler
Vial 5 ml
Pipet tetes
Sampel
Chamber 10 cm x 20 cm x 20 cm
Methanol terdestilasi
Spatula
Heksana terdestilasi
Gelas ukur 10 ml
Kloroform p.a
Pelat KLT 4 cm x 20 cm
Batang pengaduk
Lampu UV
Seperangkat instrument IR
Pensil 2B
Bahan :
E. Alur Kerja
10 mg sampel A
-
Larutan sampel A
Plat KLT 4 cm x 20 cm
Hasil Spectrum IR
F. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Dugaan
Sebelum
1.
Sesudah
Senyawa mengandung
Sampel
putih
methanol =
gugus fungsi :
merupakan
larutan tak
senyawa yang
berwarna
C=O (karbonil)
mengandung
OH atau NH
gugus fungsi
C-H (alkena/gugus
C=C dari
Heksana = tak
alkil)
alkena, C=O
berwarna
C-X (haloalkana)
dari ester, OH
10 mg
sampel A
-
Diencerkan kedalam
methanol 2 ml
dari alcohol, NH
Methanol = tak
Larutan
sampel A
Kesimpulan
berwarna
Senyawa merupakan
Kloroform = tak
berwarna
karena digunakan
X dari
pelarut metanol
haloalkana
2.
Plat KLT 4 cm x 20 cm
Filtrat = tak
Kristal
berwarna
sampel =
noda-noda
pada dinding
tabung fill
3.
Pita spot atau noda
Hasil Spectrum IR
dalam chamber. Plat KLT yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam chamber yang telah
berisi eluen.
Chamber harus ditutup untuk meyakinkan bawah kondisi dalam chamber
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam chamber
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh
dalam chamber dengan uap dapat mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak
lambat pada plat KLT, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan
bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Elusi dibiarkan berjalan hingga eluen mencapai garis batas dan plat KLT segera diangkat.
Pada plat KLT yang telah ditotoli dengan larutan sampel A ternyata memberikan warna
noda yang hampir mirip dengan warna plat KLT, sehingga untuk melihat noda dari
larutan sampel A harus dilakukan dibawah sinar UV. Setelah diletakkan dibawah sinar
UV laju pergerakan noda terlihat jelas, noda yang terlihat kemudian diberi tanda dengan
pensil. Daerah yang telah ditandai kemudian dikerok menggunakan spatula besi.
Kerukan pita noda pada plat KLT kemudian tampung pada kertas saring yang
diletakkan diatas corong kecil, kemudian dilarutkan menggunakan 3 mL methanol dan
dibiarkan terjadi proses filtrasi. Filtrate yang diperoleh ditampung pada vial kaca.
Rekristalisasi
Selanjutnya untuk memperoleh Kristal dari Filtrate yang telah ditampung di
dalam vial kaca, dilakukan rekristalisasi bertingkat yang berarti menggunakan prinsip
perbedaan kelarutan zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pengotornya.
Rekristalisasi dilakukan dengan cara melarutkan cuplikan ke dalam pelarut yang sesuai.
Dalam hal pemisahan zat atau pembuatan zat dapat dilakukan dengan berbagai
cara, salah satunya adalah kristalisasi, yaitu pemisahan suatu campuran zat padat dari zat
cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi. Tujuan
dari rekristalisasi adalah untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan
menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang lebih murni.
Hasil kerokan pita noda plat KLT dilarutkan menggunakan methanol sebagai
pelarutnya. Proses reklistalisasi ini dilaksanakan sehingga hanya terdapat Kristal dari
sampel A. Untuk memperoleh Kristal sampel A, filtrat dipanaskan dan diuapkan dengan
menggunakan hot plate sehingga larutan habis dan yang tersisa adalah Kristal sampel A.
Tujuannya adalah untuk mempercepat rekasi dan metanol yang menguap akan membuat
larutan menjadi lebih pekat atau memiliki konsentrasi yang lebih besar dari konsentrasi
sebelumnya.
Larutan dipanaskan atau diuapkan kemudian didinginkan dimaksudkan untuk
mendapatkan endapan. Jika tidak terbentuk endapan berarti larutan tersebut belum
jenuh. Oleh karena itu, sisa filtrat harus dipanaskan dan didinginkan kembali. Tujuan
pemanasan dan pendinginan berulang-ulang pada percobaan
Pada daerah antara 1600-1700 cm-1 terdapat satu pita kuat, daerah ini
menunjukkan pita ikatan C=C pada alkena. Sedangkan Ikatan C=C pada senyawa
aromatis menyerap sinar pada jangkauan sekitar 1500-1600 cm-1. Pita yang terbentuk
bukan merupakan pita kuat tetapi pita bahu, yaitu suatu pita lemah yang bertumpang
tindih dengan satu pita kuat.
Pada daerah antara 1735-1750 cm-1 terdapat satu pita kuat, daerah ini
menunjukkan pita ikatan C=O dari ester karena terlihat pick (pita) yang tajam. Sedangkan
C=O pada keton merupakan pick yang tumpul.
Pada daerah antara 2800-3000 cm-1 terdapat dua pita kuat, daerah ini
menunjukkan pita ikatan C-H dari alkena atau gugus alkil.
Ikatan lainnya yang terbaca dari hasil spectrum inframerah adalah ikatan OH(alkohol) dan N-H(amina).Ikatan ini menyerap sinar yang berbeda-beda, tergantung
pada kondisi lingkungannya. Ikatan O-H gugus alcohol akan sangat mudah dikenali
karena akan menghasilkan lembah yang sangat luas pada daerah sekitar 3000-3700 cm-1.
Karena ikatan hydrogen yang terbentuk kurang ekstensif sehingga nampak pita OHyang
runcing dan kurang intensif. Sedangkan resapan oleh ikatan-ikatan N-H kurang intensif
jika dibandingkan resapan oleh OH, karena dalam amina ikatan hydrogen lebih lemah
dan ikatan NH kurang polar, sehingga pita yang terbentuk merupakan pita bahu dan pita
lemah.
Dari hasil pembacaan spektrum inframerah dapat dilakukan identifikasi senyawa
melalui interpretasi gugus fungsi pada sampel A. Diketahui sampel A mengandung ikatan
C=O dari gugus ester, ikatan C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alcohol, ikatan NH
gugus amina, C-H dari alkil atau alkena, dan ikatan C-X haloalkana. Senyawa dari
sampel
tidak
dapat
ditentukan
hanya
dengan
menggunakan
instrument
H. Kesimpulan
1. Pada percobaan Teknik Ekastraksi, Pemisahan dan Pemurnian Senyawa kali ini teknik
pemisahan yang digunakan adalah menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT).
2. Eluen yang digunakan sebagai pelarut dibuat dari n-heksan, kloroform dan methanol
dengan perbandingan n-heksan; kloroform; methanol sebesar 7;2;1.
3. Pemisahan zat dilakukan dengan kristalisasi, yaitu pemisahan suatu campuran zat
padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan cara
rekristalisasi yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan
menguapkan pelarutnya agar diperoleh larutan yang lebih murni.
4. Dari hasil spectrum IR yang didapatkan dilakukan pembacaan dan diperoleh hasil
gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam sampel A adalah ester, alkena, alcohol,
amina, alkil, dan haloalkana. Hasil serapan ikatan gugus fungsi yang diperoleh dapat
dibaca dengan melihat table serapan khas beberapa gugus fungsi.
I. Jawaban Pertanyaan
1.
a. Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian besar
hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat (cukup untuk
melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob) ditambahkan pada fasa
larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk dengan baik sehingga senyawa
organik diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan
dengan corong pisah, dan senyawa organik dapat diambil ulang dari lapisan organik
dengan menyingkirkan pelarutnya.
b. Pemisahan dan pemurnian dilakukandengan tujuan untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Untuk memperoleh zat
murni, kita harus memisahkannya dari campurannya, dilakukan suatu system
yang d a p a t m e m i s a h k a n a n t a r a z a t m u r n i d e n g a n b a h a n - b a h a n
p e n c e m a r a t a u pencemar lainnya pada suatu campuran yakni pemisahan dan
pemurnian. P e m i s a h a n d a n p e m u r n i a n z a t d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n
berbagai
2.
a. Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponenkomponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponenkomponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan
zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan
tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat.
b. Digunakan KLT preparative agar diperoleh kualitas pemisahan yang stabil dari
senyawa organic dalam sampel. Hal ini sesuai bahwa
penyerap (fase diam) dengan ketebalan 0,5 2 mm dari Silica gel atau aluminium
oksida dan lempeng yang besar (ukuran 20x20 cm dan 20x40 cm ).
3. Eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan
(feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).
Jenis pelarut yang digunakan sebagai eluen adalah heksana, kloroform, methanol
4. Pemurnian dilakukan untuk memisahkan zat murni dengan kotoran atau zat
pencemarnya.
Prinsip dasar rekristalisasi :
a. Proses kristalisasi dimulai dengan menambahkan senyawa yang akan dimurnikan
dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada level super
jenuh. Pada keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan, maka molekul-molekul
senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang akan
mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut
mengendap.
b. Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah nukleasi
primer atau pembentukkan inti, yaitu tahap dimana kristal-kristal mulai tumbuh
namun belum mengendap. Tahap ini membutuhkan keadaan superjenuh dari zat
terlarut. Saat larutan didinginkan, pelarut tidak dapat menahan semua za-zat
terlarut, akibatnya molekul-molekul yang lepas dari pelarut saling menempel, dan
mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin banyak inti-inti yang bergabung, maka
akan semakin cepat pula pertumbuhan kristal tersebut.
c. Tahap kedua setelah nukleasi primer adalah nukleasi sekunder. Pada tahap ini
petumbuhan kristal semakin cepat, yang ditandai dengan saling menempelnya inti-inti
menjadi kristal-kristal padat.
5. Alat/instrumen spektrofotometer IR adalah alat yang mencatat spectrum inframerah
diperdagangkan dan mudah digunakan secara rutin. Spektrofotometri infra merah
sangat penting dalam kimia modern, yang utama dalam bidang organic.
Merupakan alat dalam penemuan gugus fungsional, pengenalan senyawa
analisis campuran.
6. Senyawa tersebut tidak dapat diidentifikasi sebab alat instrument IR hanya dapat
megidentifikasi gugus-gugus fungsi saja.
Daftar Pustaka
Djamal, R.. 1990. Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam. Padang:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama
Hidajati, Nurul dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik 2. Surabaya : UNESAPRESS
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit
ITB. Bandung.
Skoog DA, West DM, Holler FJ. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry. 7th
edition. New York : Saunders College Publishing. Hal. 17-25.
LAMPIRAN