Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes
merupakan suatu kelompok panyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa (Rab, 2008).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat
(Smeltzer, S.C., 2010).
B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Associations
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu (Corwin, 2009) :
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk


mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi
sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan
insulin

dibutuhkan,

jika

preparat

oral

tidak

dapat

mengontrol

hiperglikemia). Terjadi paling sering pada orang yang berusia lebih dari
30 tahun dan pada orang yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik),
obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitustergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu.

HLA

merupakan

kumpulan

gen

yang

bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.


b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Nursing Care Plan : Diabetic Melitus
Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pankreas, sebagai


contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
a. Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin

mula-mula

mengikat

dirinya

kepada

reseptor-reseptor

permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang


meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin,
tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
c. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
D. PATOFISIOLOGI
1. Diabetes tipe I.
Pada diabetes

tipe

satu

terdapat

ketidakmampuan

untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh


proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
2. Diabetes tipe II.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah

akut

lainnya

yang

dinamakan

sindrom

hiperglikemik

hiperosmoler nonketoik (HHNK).


Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami


pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi).

E. PATWAY

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
2.
3.
4.
5.

mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.


Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau

peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.


6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
H. PENATALAKSANAAN
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
c. Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau


ditambah
2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh
status

gizi

penderita,

penentuan

gizi

dilaksanakan

dengan

menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan


normal) dengan rumus :

a.
b.
c.
d.

Kurus (under weight) BBR < 90 %


Normal (ideal)
BBR 90% - 110%
Gemuk (overweight) BBR > 110%
Obesitas apabila
BBR > 120%
1) Obesitas ringan
BBR 120 % - 130%
2) Obesitas sedang
BBR 130% - 140%
3) Obesitas berat
BBR 140% - 200%
4) Morbid
BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk


penderita DM yang bekerja biasa adalah :
a. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
b. Normal (ideal)
BB X 30 kalori sehari
c. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
d. Obesitas apabila
BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
b.
c.
d.
e.

dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.


Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru.


f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

10

10

3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes) / Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfani lurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dan meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan
ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih bias dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat pre reseptor ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin:
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
3) DM kehamilan
4) DM dengan gangguan faal hati yang berat
5) DM dangan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan under weight
11) DM dan penyakit graves
Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan
Nursing Care Plan : Diabetic Melitus
Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

11

11

Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 4 jam, sesudah


suntikan subkutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung pada beberapa factor antara lain :
a) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari
donor hidup saudara kembar identik
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Bare, Smelter 2005 pengakajian meliputi :
1. Pengumpulan data
Data biasa di peroleh dari klien, keluarga, orang terdekat maupun dari
catatan medik.
2. Biodata
a. Identitas klien, meliputi : umur, suku bangsa , jenis kelamin dan
pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab , meliputi : nama, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama akan di temukan tanda-tanda poliuria, polidipsia,
polipagia, penurunan BB, kelelahan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu kegemukan yang berlangsung lama,
riwayat pankreastitis kronis, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg,
riwayat glukosuria.
c. Riwayat kesehatan keluarga adanya riwayat keluarga tentang penyakit
diabetes mellitus.
4. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum : BB, TTV. Menurut NANDA
2008 kemungkinan data yang di peroleh dari penyakit diabetes melitus :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bernapas. Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat / tidur.
Tanda : Takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi.
b. Sirkulasi
Gejala : Ada riwayat hipertensi, Kesemutan pada ekstrimitas, ulkus
pada kaki.
Tanda : Takikardi, hipertensi, nadi menurun atau tak ada, disritmia,
kulit panas, kering dan kemerahan, mata cekung.
c. Integritas Ego
Nursing Care Plan : Diabetic Melitus
Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

12

12

Gejala : Stress.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : Poliuria, nocturia, rasa nyeri, kesulitan berkemih, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, diare.
e. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual / muntah, hilang nafsu makan, penurunan bb, haus
Tanda : Kulit kering / bersisik, turgor kulit jelek, muntah, distensi
abdomen, napas berbau aseton.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia.
Tanda : Disorientasi, letargi, mengantuk, aktivas kejang.
g. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri.
Tanda : Takikardi, takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas
h. Pernapasan
Gejala : Batuk.
Tanda : Frekuensi pernapasan, batuk
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, menurunkan kekuatan umum.
j. Seksualitas
Gejala : Infeksi, masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penurunan perfusi
jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
5. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan.
6. PK: Hipoglikemi / PK: Hiperglikemi
K. INTERVENSI
No

DIAGNOSA

TUJUAN (NOC)

INTERVENSI (NIC)

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

13
1

13

Nyeri

akut Paint level (2102)


Pain management :
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama ...x... jam
dengan agen
komprehensif termasuk lokasi,
diharapkan
nyeri
teratasi
injuri biologis
karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil :
(penurunan
kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari

Pasien
mampu
mengontrol
perfusi
jaringan

nyeri

perifer)

nyeri,

(tahu

mampu

menggunakan

tehnik

nonfarmakologi

untuk

mengurangi nyeri)
Mampu mengenali nyeri
(slaka,

penyebab

ketidaknyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,

berkurang

dengan

(nafas dalam, relaksasi, distraksi,


kompres hangat / dingin) untuk
mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian

menggunakan

Ketidakseimba

management nyeri
Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang


Tanda-tanda vital dalam

rentang normal.
Nutritional Status : Food and

ngan

nutrisi Fluid Intake


Setelah dilakukan tindakan
kurang
dari
keperawatan selama ...x... jam
kebutuhan
diharapkan ketidakseimbangan
tubuh
b.d.
nutrisi kurang dari kebutuhan
ketidakmampu
tubuh teratasi dengan kriteria
an
hasil :
menggunakan
glukose (tipe Intake makanan peroral
1)

yang adekuat
Intake NGT adekuat
Intake cairan peroral

adekuat
Intake

cairan

yang

dan

kebisingan
4. Ajarkan tehknik nonfarmakologi

intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri)


Melaporkan bahwa nyeri

pencahayaan

analgetik

untuk

mengurangi nyeri

Nutrition Management
1.

Monitor intake makanan dan


minuman yang dikonsumsi klien

2.

setiap hari
Tentukan berapa jumlah kalori
dan tipe zat gizi yang dibutuhkan
dengan berkolaborasi dengan ahli

3.

gizi
Dorong

peningkatan

intake

kalori, zat besi, protein dan


4.

vitamin C
Beri makanan lewat oral, bila

5.

memungkinkan
Kaji kebutuhan
pemasangan NGT

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

klien

akan

14

14

Ketidakseimba

adekuat
Intake TPN adekuat

Nutritional Status : Nutrient

ngan

nutrisi Intake
Setelah dilakukan tindakan
lebih
dari
keperawatan selama ...x... jam
kebutuhan
diharapkan ketidakseimbangan
tubuh
b.d.
nutrisi lebih dari kebutuhan
kelebihan
tubuh teratasi dengan kriteria
intake nutrisi
hasil :
(tipe 2)
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Vitamin
Mineral
Zat besi
Kalsium

6.

Lepas NGT bila klien sudah bisa

makan lewat oral


Weight Management
1.

Diskusikan dengan pasien tentang


kebiasaan dan budaya serta faktor
hereditas

yang

mempengaruhi

2.

berat badan.
Diskusikan resiko kelebihan berat

3.
4.

badan.
Kaji berat badan ideal klien.
Kaji persentase normal lemak

5.

tubuh klien.
Beri motivasi kepada klien untuk

6.
7.

menurunkan berat badan.


Timbang berat badan setiap hari.
Buat rencana untuk menurunkan

8.

berat badan klien.


Buat rencana olahraga untuk

9.

klien.
Ajari klien untuk diet sesuai

dengan kebutuhan nutrisinya.


Defisit Volume Fluid balance
Fluid management
Hydration
Cairan
b.d
1. Timbang popok/pembalut jika
Nutritional Status : Food and
Kehilangan
diperlukan
Fluid Intake
2. Pertahankan catatan intake dan
volume cairan Setelah dilakukan tindakan
output yang akurat
secara
aktif, keperawatan selama ...x... jam
3. Monitor status hidrasi (kelembaban
Kegagalan
diharapkan defisit volume
membran mukosa, nadi adekuat,
mekanisme
cairan teratasi dengan kriteria
tekanan darah ortostatik), jika
pengaturan
hasil:
diperlukan
Mempertahankan urine 4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan / cairan
output sesuai dengan usia
dan hitung intake kalori harian
dan BB, BJ urine normal, 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
7. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu
berlebih muncul meburuk
8.
Atur kemungkinan tranfusi
tubuh dalam batas normal

Tidak ada tanda tanda


dehidrasi,

elastisitas

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

15

15

turgor

kulit

membran

baik,
mukosa

lembab, tidak ada rasa


haus yang berlebihan

Perfusi

Circulation status
Peripheral Sensation Management
Tissue Prefusion : cerebral
jaringan tidak
(Manajemen sensasi perifer)
Setelah dilakukan tindakan
efektif
b.d
1. Monitor adanya daerah tertentu
keperawatan selama ...x... jam
hipoksemia
yang
hanya
peka
terhadap
diharapkan
ketidakefektifan
jaringan.
panas/dingin/tajam/tumpul
perfusi
jaringan
teratasi
2. Monitor adanya paretese
dengan kriteria hasil :
3. Instruksikan
keluarga
untuk

Mendemonstrasikan status

sirkulasi
Tekanan

mengobservasi kulit jika ada lesi

atau laserasi
4.
Gunakan sarung tangan untuk
systole
proteksi
dandiastole dalam rentang
5. Batasi gerakan pada kepala, leher
yang diharapkan
dan punggung
Tidak
ada
ortostatik
6. Monitor kemampuan BAB
hipertensi
7. Kolaborasi pemberian analgetik
Tidak ada tanda tanda 8. onitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab
peningkatan
tekanan
perubahan sensasi
intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai
dengan:berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai
dengan
menunjukkan

kemampuan,
perhatian,

konsentrasi dan orientasi,

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

16

16

memproses

informasi,

membuat

keputusan

dengan benar

PK:

Setelah

dilakukan

tindakan Managemen Hipoglikemia:

Hipoglikemia
PK:

keperawatan selama ...x... jam 1.

Monitor tingkat gula darah sesuai

diharapkan

Hiperglikemi

2.

indikasi
Monitor

dapat

meminimalkan episode hipo/

tanda

dan

gejala

hipoglikemi ; kadar gula darah <

hiperglikemia.

70 mg/dl, kulit dingin, lembab


pucat, tachikardi, peka rangsang,
gelisah, tidak sadar , bingung,
3.

ngantuk.
Jika klien dapat menelan berikan
jus jeruk / sejenis jahe setiap 15
menit sampai kadar gula darah >

4.

69 mg/dl
Berikan glukosa 50 % dalam IV

5.

sesuai protokol
K/P kolaborasi dengan ahli gizi
untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300
mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala,
anoreksia,

pernafasan
mual

dan

kusmaul,
muntah,

tachikardi, TD rendah, polyuria,


polidypsia,poliphagia,

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

keletihan,

17

17

pandangan

atau

kadar

Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor:TD dan nadi

sesuai

4.
5.
6.
7.

kabur

indikasi
Berikan insulin sesuai order
Pertahankan akses IV
Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala Hiperglikemia

menetap atau memburuk


8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
10. Pantau jantung

dan

sirkulasi

( frekuensi & irama, warna kulit,


waktu

pengisian

kapiler,

perifer dan kalium


11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan
kebutuhan

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

nadi

sesuai

18

18

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, LJ. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Ircham Machfoedz, 2013. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau
di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2011. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 2011. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Nurarif, A, H; Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi. Penerbit Mediaction
Jogja : Yogyakarta
Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Ed 9. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
NANDA DIAGNOSA 2012.Nursing Diagnosis : Definition and Classification
2012-2014. NANDA International. Philadelphia.
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: MediAction.
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni

Nursing Care Plan : Diabetic Melitus


Institute of Heatlh and Science Karya Husada Semarang

Anda mungkin juga menyukai