A. Hasil
Pada sub bab ini membahas tentang hasil laporan Kasus Asuhan
kebutuhan cairan dengan Responden An. B dan An. S, pada tanggal 27-29
a) Puskemas
1) Sejarah pendirian
SK ..... No ...
2) Letak Geografis
...............
sebagai berikut :
No Profesi Jumlah
1. Dokter 5 orang
2. Perawat 12 orang
3. Bidan
4. Apoteker
5. Tenaga Kefarmasian
42
6. Bagian Umum
Sumber : Data Primer, 2018
a. Lokasi
1) Lokasi
43
2. Pengkajian
a. Biodata Responden
Semarang.
laki-laki.
b. Riwayat keperawatan
responden mengatakan bahwa An.B bila sakit demam lalu diberi obat
pusing, perut nyeri dan mual . Demam yang dialami An.B mengalami
naik turun. Pada tanggal 24 Desember 2018 An.B dibawa oleh ibunya
didapatkan data bahwa suhu An.B 38,5ºC. Pada pukul 11.00 WIB
44
mengobservasi perkembangan penyakit demam yang diderita
(An.B).
didapatkan data bahwa suhu An. S38ºC. Pada pukul 11.00 WIB
Haemorrhagic Fever.
45
Pada pengkajian pola nutrisi dan metabolik didapatkan data
porsi sedang dan dengan menu makanan nasi, lauk dan sayur.
sehari. Selama di rumah An.B mau makan dengan sayur yang banyak
selanjutnya dikali dengan 20, jadi 1500 + (20 ml x 15) = 1800 ml,
cairannya dikalikan dengan 18% maka 18% x 1800 = 324, jadi 324 +
1800 = 2124 ml, tinggi badan 136 cm dan IMT Responden adalah
46
ml, dan output : urine + BAB + IWL = 840 ml + 100 + 850 ml = 1790
ml, jadi balance cairan : intake – output = 1645 – 1790 = (-) 145 ml.
kali. Namun untuk BAK pasien masih normal yaitu 2-3 kali/ hari.
Dengan warna kuning jernih dan bau khas. Tidak menunjukkan adanya
bau yang berbeda. An. B masih dapat merasakan nyeri di bagian perut,
renorhea. Pada mulut, terlihat bersih tidak ada stomatitis, mukosa bibir
47
kering, warna merah, tidak ada lesi. Pada leher tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
palpasi: terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas, hepar teraba 2
cm, lien tidak teraba, perkusi: timpani. Pada kulit dan ekstermitas,
turgor kulit (Capillary Refil Time) < 2 detik, tidak ada sianosis, warna
kulit sawo matang, bersih, kulit terasa hangat, tidak ada pitting edema,
48
Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium Responden Pertama An.B
2 26/12/2018 Hematologi
Hemoglobin 13,5 gr/dL
Hematokrit 40,8 %
Trombosit 144.000 /uL
Leukosit 8.400 /uL
3 27/12/2018 Hematologi
Hemoglobin 12,6 gr/dL
Hematokrit 41,7 %
Trombosit 170.000 /uL
Leukosit 7.700 /uL
Sumber : Data Primer, 2018
bahwa sebelum sakit pasien makan 3 kali dalam sehari dengan porsi
sedang dan dengan menu makanan nasi, lauk dan sayur. Responden
kedua (An. S) biasa minum kurang lebih 2 botol air mineral ukuran
600 ml dalam sehari. Selama di rumah An. S mau makan dengan sayur
49
yang berkuah. An. S mengalami penurunan nafsu makan karena
dengan perhitungan awal, jadi 1520 + 182,4 = 1702,4 ml. Tinggi badan
100 ml + 483 = 1087 ml, jadi balance cairan : intake – output = 916 –
untuk BAK pasien masih normal yaitu 2-3 kali/ hari. Dengan warna
50
kuning jernih dan bau khas. Tidak menunjukkan adanya gangguan
terasa senut-senut.
kiri dan kanan, tidak ada serumen dan tidak ada radang telinga, tidak
terjadi othorea. Pada mulut, terlihat bersih tidak ada stomatitis, mukosa
bibir kering, warna merah, tidak ada lesi. Pada pemeriksaan abdomen,
51
pada kuadran kanan atas, hepar teraba 2 cm, lien tidak teraba, perkusi:
timpani. Pada kulit, turgor kulit kembali >2 detik, tidak ada sianosis,
warna kulit sawo matang, bersih dan pucat, kulit terasa hangat, tidak
ada pitting edema. Pada ekstremitas, capillary refil time < 2 detik,
tidak ada edema di semua ekstremitas, akral hangat, uji rumple test
2 27/12/2018 Hematologi
Hemoglobin 12,6 gr/dL
Hematokrit 40,5 %
Trombosit 145.000 /uL
Leukosit 6.500 /uL
3 28/12/2018 Hematologi
Hemoglobin 13,2 gr/dL
Hematokrit 39,4 %
Trombosit 183.000 /uL
Leukosit 6.900 /uL
Sumber : Data Primer, 2018
52
3. Analisa data
mengatakan badannya terasa lemas dan merasa haus serta panas dan dari
data obyektif didapatkan turgor kulit kembali >2 detik, suhu 38,5ºC, tidak
terasa nyeri serta mual, hematokrit 43,1. Dari data tersebut penulis
turgor kulit kembali >2 detik, suhu 38ºC, tidak terdapat ptekie, mukosa
penulis menemukan perut An.S terasa nyeri serta mual, demam sudah 5
53
4. Diagnosa Keperawatan
antara lain:
No. Diagnosa
1. Resiko Kekurangan Volume Cairan Intravaskuler Berhubungan
dengan Kebocoran Dinding Pembuluh Darah
2. Resiko Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Berhubungan
dengan Hipertermi.
Sumber : Data Primer, 2018
Kedua diagnosa tersebut ditandai dengan data turgor kulit >2 detik
kembali normal, suhu tubuh yang meningkat, mukosa bibir kering, mual.
5. Intervensi Keperawatan
Tujuan dari intervensi yang dilakukan adalah agar setelah 3x24 jam
54
3) Anjurkan responden minum air kelapa atau jus buah yang
Hipertermi.
55
6. Implementasi Keperawatan
mengatakan akan minum banyak, dan mengatakan akan minum jus buah
56
Pada hari ketiga implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal
intake cairan. Lalu didapatkan respon Responden antara lain sudah tidak
Selanjutnya respon yang didapatkan antara lain balance cairan 360 ml, Hb
mengatakan belum mau untuk minum banyak karena masih merasa mual.
penulis pada Responden kedua (An.S) yaitu memonitor intake dan output
57
memonitor intake dan output cairan, menganjurkan Responden
7. Evaluasi Keperawatan
lembab, turgor kulit baik kembali <2 detik. Dari data tersebut
58
g/dl, trombosit 209.000/uL, leukosit 8800/uL dan Ht 39,4 %. Dari data
lembab, turgor kulit baik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa masalah
B. Pembahasan
1. Perkembangan Anak
yang penting dalam kehidupan setiap manusia. Pada periode ini, anak
dan emosionalnya.
anak memiliki cara berpikir berbeda dari orang dewasa. Piaget membagi
59
a. Tahap sensorimotor (0-24 bulan)
bayi terbatas pada gerak refleks dan panca inderanya. Berbagai gerak
simbol dalam suatu benda serta fungsi beberapa benda yang tak asing
sosial. Ciri tahapan ini adalah anak mulai bisa menggunakan operasi
berbeda-beda.
60
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Ia kini sudah mampu melihat suatu masalah atau kejadian dari sudut
Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan
cinta dan nilai. Anak juga bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam
Ada dua faktor utama yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak
usia dini :
a. Hereditas/Keturunan
61
kemampuan berpikir yang similar dengan orang tuanya, apakah itu
b. Lingkungan
1) Keluarga
Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan
perkembangan kognitifnya.
2) Sekolah
kognitif anak.
62
3. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue (DHF) pada Anak
dijumpai pada DBD/DHF dan Sindrom Syok Dengue (SSD) dari pada
63
Diagram 4.1 Persentase Rerata Tanda Gejala DBD
(Hartoyo, 2008)
kemudian dikuti dengan muntah (65,1%), dan Test Rumple Leed (RL)
64
Diagram 4.2 Grafik Nilai Rerata Leukosit dan Hematokrit
pada Anak DD, DBD dan SSD
(Hartoyo, 2008)
(DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD)
signifikan dan pada hari sakit ke 4 dan seterusnya angka hematokrit mulai
65
normal dan mulai mencapai nilai normal dan terus meningkat setelah
(An. B dan An. S) adalah sebesar 43,1% dan 39% yang berarti tidak terlau
Responden An.S didapatkan suhu tubu diatas normal, yaitu 38,5oC dan
suhu tubuh (suhu rektal lebih dari, 38oC) akibat suatu proses ekstra
kranial, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun. Setiap kejang
66
kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak, sehingga
permulaan pada kejang demam pertama memberikan hasil yang lebih baik.
tinggi. Makin muda usia pasien, makin tinggi pula mortalitasnya (Raihan,
2010).
relatif konstan antara umur 4 - 12 tahun dan menurun pada usia remaja.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada anak yang lebih muda
umumnya terjadi di rumah namun saat ini telah beralih ke fasilitas publik
2010).
67
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menemukan 72%
pasien yang dirawat di rumah sakit adalah anak sekolah dan hanya 28%
terjadi pada anak imunokompeten dan status gizi baik, sangat jarang pada
malnutrisi. Status gizi baik berhubungan dengan respon imun yang baik
imunokompeten dan status gizi baik, sangat jarang pada malnutrisi. Status
gizi baik berhubungan dengan respon imun yang baik yang dapat
sakit ke 4-7, kebocoran plasma terhebat terjadi setelah demam tiga hari
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raihan (2010) yang
dengan Adjusted Odds Ratio (AOR) p<0,05 berturut-turut 13,8 dan 8,4.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Tri Prastya Joko, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
CV Pustaka Setia.
Alwi, Hasan, dkk, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Crain William, 2007, Teori Perkembangan Konsep Dan Aplikasi, Edisi Ketiga,
Diterjemahkan Oleh Yudi Santoso, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Dengue : Perhatian Khusus pada Syok, prooduksi TNF, interleukin 6 sebagai faktor
prediktor DBD Berat disertasi) . Disetasi .
Dockett, Dockett and Fleer, Marilyn, 2002, Play and pedagogy in early childhood
bending the rules, Australia: thomson learning.
Hartoyo, E. (2008). Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue pada. Sari Pedia , 10.
Johson, J. E; Christie, J.F. Jawkey., T.D, 1999, Play and early Childhood
Development, New York; Longman, An imprint of Addison Wesley
longman.
69
Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak Pedoman Bagi Orang Tua Dan Guru, Jakarta: Grasindo.
Lestari, Sri, 2014, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik
dalam Keluarga, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muiz Azizah, dkk. 2008, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Munawir Yusuf, 2005, Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar: Konsep
dan Penerapannya di Sekolah maupun di Rumah, Jakarta: Departemen
Pendidikan nasional
70