STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Tanggal Masuk RS
No Medrek
: An. N
: Laki-laki
: 10 tahun 2 bulan
: Islam
: 1 januari 2015
: 87xxxx
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis tanggal 1 Januari 2015
Keluhan utama
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan
Demam, sakit tenggorokan, nyeri ulu hati, muntah, lemas, dan nafsu makan
menurun
Riwayat Penyakit Sekarang
3 hari sebelum masuk rumah sakit os demam tinggi mendadak dan terusmenerus, demam hanya turun saat diberikan obat penurun panas saja tapi
beberapa jam kemudian anak kembali demam. Demam disertai nyeri
tenggorokan, nyeri ulu hati, badan terasa nyeri-nyeri, muntah 2x isi makanan,
BAB (+) TAK, BAK (+)
1 hari sebelum masuk rumah sakit demam sudah menurun, namun pasien
menggigil pada malam hari, nyeri tenggorokan, nyeri ulu hati, nafsu makan
menurun, BAB (N), BAK (+).
Hari masuk RS, os menggigil dan badan dingin, nyeri tenggorokan, nyeri
ulu hati, dan nafsu makan menurun.
Riwayat Pengobatan
Sudah perbah berobat, diberi paracetamol, obat yang lain OR OS lupa
Riwayat Kehamilan
Ibu ANC ke bidan dan dokter rutin. Selama kehamilan tidak pernah mengalami
perdarahan, sakit sampai dirawat, dan hipertensi.
Kesan : riwayat kehamilan tidak bermasalah
Riwayat Persalinan
Lahir caesar, cukup bulan, langsung menangis.
BBL: 3,8 gr
PBL : 52 cm
Pola Makan Anak
Makan 3 kali sehari, os kurang suka makan sayur (+), dan makan ayam (+)
Riwayat Imunisasi
o BCG
1x
o DPT
3x
o Hepatitis B 3x
o Polio
4x
o Campak
1x
Kesan : Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi lanjutan tidak dilakukan.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.
Riwayat Psikososial
OS merupakan anak 2 dari 2, tinggal bersama orang tua dan nenek. Lingkungan
rumah baik
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaran Umum
: Tampak Sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Nadi
Napas
Suhu
Tekanan darah
:
:
:
:
Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Lingkar Kepala
Status Gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan
: 48 kg
: 146 cm
: 54 cm (Normocephal)
: 48/32 x 100%
: 146/104 x 100%
: 48/38 x 100%
: Gizi lebih
= 150 %
= 140 %
= 126 %
D. STATUS GENERALIS
Kepala
Kepala
Ubun-ubun Kecil
Mata
Konjungtiva anemis
Sclera icterus
Edema palpebra
Mata cekung
Mata merah dan berair
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Deviasi septum
Sekret
Perdarahan
Normocephal
Menutup Sempurna
(-/-)
(-/-)
(-/-)
Telinga
Normotia
Sekret
+
-
Mulut
Mukosa bibir
Sianosis
Stomatitis
Tonsil
Faring Hiperemis
Kering
T1/T1
(-)
Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran Kelenjar Thyroid
+
-
Thorax
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Turgor Kulit
Ekstremitas
Superior
Akral
Edema
Sianosis
CRT
Kanan
Dingin
3 detik
Kiri
Dingin
3 detik
Inferior
Akral
Edema
Sianosis
CRT
Kanan
Dingin
3 detik
Kiri
Dingin
3 detik
E. Laboratorium
Pemeriksaan tanggal 1 Januari 2015 Pukul 09.52 di UGD
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hasil
18.2
Satuan
g/dL
Nilai Rujukan
11.8-15.0
Jumlah Leukosit
5.80
Ribu/uL
4.50-13.50
40-52
Hematokrit
54
Jumlah Trombosit
Eritrosit
63
Ribu/uL
156-408
7.09
106/uL
4.40-5.90
MCV/VER
78
fL
80-100
MCH/HER
26
Pg
26-34
MCHC/KHER
33
g/dL
32-36
130
mEq/L
135-147
3.5
mEq/L
3.5-5.0
106
mEq/L
94-111
111
Mg/dL
70-200
Glukosa Sewaktu
Gula darah sewaktu
Imunoserologi
Anti Salmonella IgM
< Negatif
F. RESUME
An. Laki-laki, usia 10 tahun datang dengan keluhan demam 4 hari, di sertai sakit
tenggorokan, nyeri ulu hati, dan muntah 3x isi makanan, hari ke 3 demam turun
namun OS menggigil, nafsu makan menurun,badan terasa nyeri-nyeri, badan dingin
dan pasien lemas. Di lingkungan sekitar ada yang meimiliki gejala yang serupa
dengan OS
Suhu: 35,6C; Nadi: halus, tidak dapat dihitung; RR: 25x/menit; TD: tidak dapat
diukur
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan:
Bibir kering, akral ekstremitas atas dan bawah dingin, RCT 3
G. ASSESMENT
Febris H4
Abdominal pain
Anoreksia
Syok
H. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Status Imunisasi
Jam
HB
HT
Trombosit
Leukosit
1/1/2015
16.00
14,0
43
44000
4440
18.00
13,1
36
31.000
4610
01.00
08.00
12.00
15,1
13,6
12,5
46
40
38
27.000
15.000
14.000
7830
6820
7060
2/1/2015
20.00
12,3
38
19.000
7210
Demam (-)
Kesadaran: CM baik
Sesak (-)
TD: 120/60mmHg
RR: 25x/mnt
Akral hangat
3/1/2015
02.00
08.00
13.00
23.00
12,6
12,3
12,5
11,9
36
36
35
35
26.000
52.000
55.000
73.000
9000
9640
9390
9300
Demam (-)
Kesadaran CM baik
Sesak (+)
Ranitidin 1x40mg
N: 90x/menit
Lasix
RR: 30 x/menit
HHTL/6jam
Ro Thorax RLD
4 januari 2015
S
Demam (-)
DSS dengan
Sesak (-)
TD: 120/70
perbaikan
cc/24jam14 tpm/12
jam
RR: 23x/menit
Akral hangat
Tanggal
Jam
HB
HT
Trombosit
Leukosit
4/1/2015
10.00
11,8
35
94.000
6700
22.00
12,1
35
148.000
9550
BAB II
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. INFEKSI VIRUS DENGUE
Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue atau Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),
demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue
disertai syok (dengue shok syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis yang
bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan
DSS yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas
permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.
Perbedaan patofisiologik utama antara DD/DBD/DS dan penyakit lain ialah
adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma
dan gangguan hemostasis. Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu
demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan
peredaran darah.
B. EPIDEMIOLOGI
Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina
pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini
DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit
ini talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia
menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan ratarata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65
12
(1983) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi
disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector,
tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi
meteorologis. Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur
memperlihaatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15
tahun (86-95%). Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa
muda meningkat.
C. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4
jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di
beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan
bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat.
D. PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang
percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga
kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection
13
hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah
terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus
dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.
E. MANIFESTASI KLINIK
Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,
perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah.fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan
membedakan DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.
Perbedaan gejala antara DBD dan DD tertera pada tabel berikut :
DD
GEJALA KLINIS
DBD
++
Nyeri Kepala
+
14
+++
Muntah
++
Mual
++
Nyeri otot
++
Ruam kulit
++
Diare
Batuk
Pilek
++
Limfadenopati
Obstipasi
Uji turniquet +
++
++++
Petekie
+++
++
Hepatomegali
+++
Nyeri perut
+++
++
Trombositopenia
++++
Syok
+++
15
mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat
masuk dalam fase syok.
Pada DBD untuk perdarahan saluran cerna tidak harus selalu ada, terjadinya
perdarahan saluran cerna terjadi karena keadaan syok menyababkan transport
oksigen yang kurang, sehingga aliran oksigen dipindahkan ke 3 organ utama yang
penting, yaitu jantung , otak dan kelenjar adrenal, sehingga oksigen ke usust tidak
ada, ditambah adanya trombositopenia, sehingga mudah sekali terjadi perdarahan.
Patokan diagnosis DBD (WHO) berdasarkan gejala klinis dan laboratorium
Klinis
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
perdarahan
lain
(petekia,
purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan
gusi),
Laboratorium
Trombositopenia (100.000/ul) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari
peningkatan nilai hematokrit 20% dibandingkan dengan nilai hematokrit pada
masa sebelum sakit atau masa konvalesen. Ditemukannya dua atau tiga patokan
klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk
klinis membuat diagnosis DBD. Dengan patokan ini 87% kasus tersangka DBD
dapat didiagnosis dengan tepat, yang dibuktikan olah pemeriksaan serologis, dan
dapat dihindari diagnosis berlebihan.
1.Derajat I
Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet +.
2.Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain
3.Derajat III
Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan
nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan
pasien menjadi gelisah.
4.Derajat IV
Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.
F.
KRITERIA DIAGNOSIS
Kontak dengan penderita DBD atau DSS
Kriteria WHO
Gejala klinis
a. demam tinggi mendadak 2 7 hari
b. manifestasi perdarahan
Hepatomegali
Tanpa atau dengan gejala renjatan
Laboratorium
Trombositopenia (<100.000/ul)
Hemokonsentrasi (Ht 20%)
17
Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan >2 gejala klinis dan satu dari riteria
laboratorium (atau hanya peningkatan hematorit) cukup untuk menegakkan
diagnosis DBD.
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer
NS1
Uji serologi
Elektrolit
Tubex TF untuk membedakan dengan demam tifoid
Foto thorax
G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS
Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang
diikuti oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi
terbentuklah antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody).
Setelah antibody NT, akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat
hemaglutinasi sel darah merah angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI).
Antibodi yang terakhir, yaitu antibodi yang mengikat complement (complement
fixing antibody= CF), timbul pada sekitar hari keduapuluh.
Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas
hasil pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis
adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik
pemeriksaan serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.
H. PENATALAKSANAAN
18
Demam :
1. Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x :3-4
2. Pemberian cairan
3. Penggantian volume plasma
: 7 ml/kgBB/jam
: 5 ml/kgBB/jam
: 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL
tiap 6 jam
20
21
22
23
24
25
Takikardia
Peningkatan Hematokrit
Akral pucat atau dingin
Oliguria
Hipotensi
Tekanan nadi melemah (<20 mmHg)
Penurunan kesadaran
Capillary refill time > 2 detik atau memanjang
I.
PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,
yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
26
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
-
27
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan
kondisi setempat.
Komplikasi
penurunan
kadar
hemoglobin
dan
hematokrit
tanpa
28
Prognosis
Buruk bila terjadi DSS dengan syok berulang/berkepanjangan atau terjadi DIC.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Cetakan 1. WHO. 2009.
Garna, Herry. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-3. Bandung: FK UNPAD. 2005.
Soedarmo, Sumarno S. Purwo, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi kedua.
Jakarta: IDAI. 2010.
Standar Pelayanan Medis RSUP DR. SARDJITO Fakultas Kedokteran UGM 1999.
www.ejorunal.unud.ac.id
29