Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

Narendra Tyas Wicaksana (01.211.6466)

Fakultas

Kedokteran Umum

Universitas

Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )

Tingkat

Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian

Ilmu Radiologi

Judul

Pria dengan orchitis

Semarang, November 2015


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Pembimbing

dr. Luh Putu E. Santi M., Sp.Rad

BAB I
PENDAHULUAN
Orchitis adalah peradangan akut pada testis. Orchitis sering terjadi hanya
pada salah satu testis, akibat dari infeksi spesifik maupun non spesifik pada
traktus urinarius. Orchitis bisa juga disebabkan oleh virus, trauma, maupun
autoimun. Selain itu, pembedahan juga bisa meyebabkan orchitis. Seringnya
orchitis didahului oleh epididimis, karena peradangan pada epididmis akan
menyebar ke testis melalui vas deferans atau pembuluh limfe. Pada fase
peradangan testis cairan akan terkumpul disekitar testis yang menyebabkan
skrotumnya membesar.
Orchitis sering terjadi pada pria dengan usia antara 18-50 tahun. Penyakit
ini juga lebih sering pada pasien rawat jalan dibanding dengan pasien rawat inap.
Menurut data di Amerika pada tahun 2002 kejadian orchitis terjadi pada 1 dari
144 pasien rawat jalan, dengan perkiraan 600.000 kasus dalam waktu satu tahun.
Pada penelitian yang dilakukan pada prajurit tentara amerika, kejadian tertinggi
adalah pada pria usia 20-29 tahun.
Orchitis biasanya disertai dengan gejala konstitusional, termasuk demam,
malaise, dan penurunan berat badan. Orchitis bisa berlanjut menjadi sepsis dan
menyebabkan infertilitas apabila tidak ditangani dengan tepat. USG dapat
memberikan informasi yang memadai tentang ukuran testis dan cairan di dalam
skrotum.
Pada penyajian kasus ini akan dibahas mengenai orchitis dengan harapan
dapat menambah informasi tentang imejing orchitis sehingga dapat membantu
dalam mendiagnosisnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1

ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS


Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan

turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis
dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak
lebih rendah daripada testis dextra. Masing-masing testis dikelilingi capsula
fibrosa yang kuat, disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula
terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi
lobulus-lobulus testis. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang
berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan
epididimis
Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi
musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis
mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan
berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum
selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk kelangsungan
spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam
tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang
disebut sawar darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah
reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri,
maka hal ini dicegah dengan sawar.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai
spermatogenesis..Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin.
Fungsi testis:

Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH

Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.

Gambar 2.1 Gambar testis potongan longitudinal. Sumber : Benninghoff. 2003.


Testis Gross Anatomy. http://www.urology-textbook.com/testis-anatomy.html. 24
Oktober 2015.

Gambar 2.2 Gambar lapisan pembungkus testis. Sumber : Snell, R. A. 2000.


Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC
4

Dinding scrotum terdiri dari :


1. Cutis
2. Fascia superficialis
3. Musculus dartos
4. Fascia spermatica externa
5. Fascia cremasterica
6. Fascia spermatica interna
7. Tunica vaginalis

2.2

ORCHITIS
2.2.1 DEFINISI
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap
infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus
gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.
2.2.2 ETIOLOGI

Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi


Coxsackievirus tipe A, varicella, dan echoviral jarang terjadi.

Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas,


Staphylococcus, dan Streptococcus

Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis,


Mycobacterium leprae, Actinomycetes

Trauma sekitar testis

Virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .

Beberapa laporan kasus telah dijelaskan imunisasi gondong,


campak, dan rubella (MMR) dapat ,enyebabkan orchitis

Bakteri penyebab biasanya menyebar dari epididimitis terkait


dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH; bakteri
termasuk Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae , Pseudomonas
aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus

Idiopatik

2.2.3 EPIDEMIOLOGI

Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki

Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki


prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).

Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan


dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi
pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun
atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat
jinak (BPH).

Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan


gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada
laki-laki postpubertal dengan gondong.

2.2.4 FAKTOR RISIKO

Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan faktor risiko


yang umum untuk epididymis akut. Urethritis atau prostatitis
juga bisa menjadi faktor risiko.

Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke epididymis


melalui saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalaui
Valsalva atau pendesakan kuat.

2.2.5 PATOFISIOLOGI
Hippocrates pertama kali melaporkan orchitis pada abad ke-5 SM.
Radang pada testis dapat disebabkan oleh berbagai virus ataupun
bakteri. Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis
yang meliputi kalor, rubor, dolor, tumor, dan function laesa.
2.2.6 DIAGNOSIS
Anamnesis

Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.

Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang


hebat.

Kelelahan / mialgia

Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan

Demam dan menggigil

Mual

Sakit kepala

Pemeriksaan Fisik
o Pembesaran testis dan skrotum
o Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
o Pembengkakan KGB inguinal
o Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

Gambar 2.3 Gambar pembesaran skrotum. Sumber :


Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan


pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan darah tidak dapat membantu menegakkan


diagnosis orchitis.

USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan


torsio testis.

Gambar 2.4 USG testis normal dengan potongan transversal. Sumber :


http://www.ultrasoundcases.info/Slide-View.aspx?cat=254&case=5932

Gambar 2.5 USG pembesaran testis potongan transversal. Tampak pembesaran


testis ditandai dengan gambaran hypoechoic. Sumber :
http://www.ultrasoundcases.info/Slide-View.aspx?cat=254&case=5932

Gambar 2.6 USG pembesaran testis potongan transversal. Tampak pembesaran


testis ditandai dengan gambaran hypoechoic dan hipervasukarisasi. Sumber :
http://www.ultrasoundcases.info/Slide-View.aspx?cat=254&case=5932
2.2.7 DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

Epididimitis

Hernia scrotalis

Torsio testis: kemungkinan besar jika nyeri memiliki onset


tiba-tiba dan parah. Lebih umum pada pria di bawah 20 tahun
(tetapi bisa terjadi pada usia berapapun). Membedakan torsi
testikular ini dalam diagnosis sangat penting dari segi bedah.

Tumor testis

Hydrocele

2.2.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang
paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena
gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan
untuk pengobatan orchitis karena virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif
secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual
(terutama gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau
azitromisin.

Antibiotik

golongan

Fluoroquinolon

tidak

lagi

direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit


(CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.
Contoh antibiotik:
1.Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gramnegatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif.
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau
lebih penicillin-binding proteins.
Dewasa IM 125-250 mg sekali,
anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d

10

2. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara
mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri.
Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan
gonore.
Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam
1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
3.Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain
rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi
gonorrheal pada saluran kelamin.
Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi
klamidia dan gonokokus.
Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4.Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan
orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari.
Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14
hari
5.Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci,
MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme,
namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis
DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat.
Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari.
Anak tidak dianjurkan

11

2.2.9 KOMPLIKASI
Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa
derajat atrofi testis.
Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase
bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.
Abscess scrotalis
Infark testis
Rekurensi
Epididymitis kronis
Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian
sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam
kualitas sperma biasanya hanya sementara.
Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum,
yang disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati
pada laki-laki penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang
diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.
2.2.10 PROGNOSIS
Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara
spontan dalam 3-10 hari.
Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus
orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.

12

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1

IDENTITAS
NAMA

: Tn. Ahmad Zaenuri

UMUR

: 33 Tahun

ALAMAT

: Kedungmundu, Semarang

TANGGAL PERIKSA : 21 Oktober 2015


3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan utama
: nyeri pada scrotum
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan adanya benjolan diselangkangnnya sejak 2
minggu yang lalu. Benjolan tersebut dirasa semakin membesar dan
disertai nyeri terus menerus. Nyeri semakin bertambah hingga
mengganggu aktifitas sehari-hari tetapi tidak dijalarkan ke bagian lain.
Pasien mengaku telah berobat tetapi nyeri masih dirasakan dan
menetap. Nyeri tidak disertai mual dan muntah disangkal. Tidak
terdapat perubahan pola defekasi. BAK normal. Sebelumnya pasien
menjalani operasi hernia pada tanggal l6 oktober 2015 di RSUD Kota
Semarang. Setelah kontrol pasien disarankan melalukan pemeriksaan
USG scrotum.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit serupa disangkal
Riwayat sakit operasi hernia sebelumnya
Riwayat mengangkat benda berat dan olah raga berat disangkal
Riwayat keluar duh tubuh disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga penderita sakit serupa disangkal
e. Riwayat sosial ekonomi
:
i. Pasien berobat menggunakan BPJS Non-PBI
ii. bekerja sebagai pedagang. Penghasilan sebulan kurang lebih Rp
3.000.000,00.
iii. Kesan sosial ekonomi cukup.

13

3.3

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: baik, tidak pucat, tidak ikterik, kesadaran


komposmentis.

Tanda vital

: TD

: 130/80 mmHg.

HR

: 84 x / menit.

RR

: 16 x / menit.

: 37,5oC

Kepala

: bentuk normal.

Telinga

: discharge (-).

Hidung

: septum deviasi (-).

Tenggorokan

: T 1-1, faring hiperemi (-).

Leher

: pembesaran kelenjar limfe - / -.

Dada

:
Inspeksi

: simetris statis dinamis.

Palpasi

: stem fremitus kanan = kiri.

Perkusi

: sonor seluruh lapangan paru.

Auskultasi

: suara dasar vesikuler, suara tambahan (-).

Jantung

:
Inspeksi

: ictus cordis tak tampak.

Palpasi

: ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial


LMCS.

Perkusi

: konfigurasi jantung dalam batas normal.

Auskultasi

: bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop


(-).

Perut

:
Inspeksi

: cembung, venektasi (-).

Palpasi

: supel, hepar dan lien tak teraba, ballotemen


ginjal tidak teraba. nyeri tekan (-)

Perkusi

: nyeri ketok kostovertebra - / -.

14

Auskultasi
Genitalia eksterna

: bising usus normal.


: didapatkan benjolan di skrotum bagian kiri
sebesar kurang lebih 3cm x 3 cm x 2 cm

Ekstremitas

3.4

: sianosis - / -.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Usg Scrotum
Pemeriksaan USG tanggal 21 Oktober 2015 di Rsud Kota Semarang

15

SKROTUM DEXTRA
Testis ukuran normal volume (7,56 cm3), parenkim homogen. Tak tampak
lesi

maupun

kalsifikasi.

Pada

pemeriksaan

CDS

tidak

tampak

hipervaskularisasi.
Caput epididimis ukuran normal, tak tampak nodul, pada pemeriksaan
CDS tak tampak hipervaskularisasi
16

Tak tampak cairan bebas peritestikuler


SKROTUM SINISTRA
Testis ukuran membesar volume (10,1 cm3), parenkim homogen tampak
lebih hipoekoik. Tak tampak lesi maupun kalsifikasi. Pada pemeriksaan
CDS tampak hipervaskularisasi.
Caput epididimis ukuran normal, tak tampak nodul, pada pemeriksaan
CDS tak tampak hipervaskularisasi
Tampak cairan bebas peritestikuler
KESAN :
Pembesaran testis sinistra disertai gembaran orchitis
Hydrocele sinistra
3.5

DIAGNOSIS BANDING
Assesment nyeri scrotalis :
Orchitis
Hydrocele
Epididimitis
Torsio Testis

3.6

DIAGNOSIS KERJA
Orchitis disertai hydrocele

3.7

PENATALAKSANAAN
R/ Ciprofloxacin 2 x 500 mg
R/ Asam Mefenamat 3 x 500 mg

BAB IV

17

KESIMPULAN
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi.
Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus
lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.
Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi
bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan
Streptococcus. Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium

leprae,

Actinomycetes,

trauma,

virus

lain

meliputi

coxsackievirus , varicella , dan echovirus .


Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan
epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif
secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun
dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
Gejala klinis: nyeri dan pembengkakan testis. Kelelahan, demam dan
menggigil , mual, sakit kepala Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran testis
dan skrotum, lebih hangat, kadang pembesaran KGB inguinal.
Penatalaksanaan meliputi terapi supportif dan antibiotika yang sesuai jika
penyebabnya bakteri.
Komplikasi: sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan
beberapa derajat atrofi testis, gangguan kesuburan dilaporkan pada tingkat 713%, kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral, abscess scrotal ,
infark testis, rekurensi
Prognosis sebagian besar baik, jika penyebabnya virus, dapat hilang 3 -10
hari, jika penyebabnya bakteri dengan pemberian antibiotik dapat sembuh tanpa
komplikasi.

18

DAFTAR PUSTAKA

Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy.


textbook.com/testis-anatomy.html. 24 Oktober 2015

http://www.urology-

Banyra Oleg, Shulyak Alexander. 2012. Acute epididymo-orchitis:


staging and treatment. European J Urol; 65(3): 139143
Focal orchitis with a focal hypoechoic area with increased flow. 30
Oktober
2015.http://www.ultrasoundcases.info/Slide-View.aspx?
cat=254&case=5932

Mark, B. 2010. Orchitis- Department of Emergency


http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010

Medicine.

Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :


EGC.
Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Sylvia A. Price, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Jilid 2, Penerbit EGC, Jakarta
Thomas H., et al. 2009. Epididymitis and Orchitis: An Overview. Am Fam
Physician. Apr 1;79(7):583-587.

19

Anda mungkin juga menyukai