Anda di halaman 1dari 9

ESSAI KULIAH

BLOK UROGENITAL II
“ORCHITIS”

Nama : Alivia Ayu Pramesti Hariyadi


NIM : 020.06.0003
Blok : Urogenital II
Dosen : dr. Made Agus Suanjaya, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021/2022
ORCHITIS

I. LATAR BELAKANG

Sejumlah kondisi dapat menyebabkan nyeri testis, dan beberapa memerlukan


perawatan segera. Salah satu kondisi tersebut melibatkan terpelintirnya korda
spermatika (testicular torsion), yang dapat menyebabkan rasa sakit yang mirip
dengan yang disebabkan oleh orkitis. Orchitis adalah peradangan pada salah satu
atau kedua testis. Infeksi bakteri atau virus dapat menyebabkan orchitis, atau
penyebabnya tidak diketahui. Orchitis paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri,
seperti infeksi menular seksual (IMS). Dalam beberapa kasus, virus gondongan
dapat menyebabkan orkitis. Orkitis bakteri mungkin berkaitan dengan epididimitis
yaitu peradangan pada tabung melingkar (epididimis) di bagian belakang testis
yang menyimpan dan membawa sperma. Dalam hal ini, itu disebut epididimo-
orkitis. Orkitis menyebabkan rasa sakit dan dapat mempengaruhi kesuburan. Obat
dapat mengobati penyebab orkitis bakteri dan dapat meringankan beberapa tanda
dan gejala orkitis virus. Tapi bisa memakan waktu beberapa minggu agar nyeri
skrotum menghilang. Paling sering, orkitis bakteri dikaitkan dengan epididimitis.
Epididimitis biasanya disebabkan oleh infeksi pada uretra atau kandung kemih yang
menyebar ke epididimis. Seringkali, penyebab infeksi adalah IMS. Penyebab
infeksi lainnya dapat dikaitkan dengan kelahiran dengan kelainan pada saluran
kemih atau memiliki riwayat pemasangan kateter atau alat medis yang dimasukkan
ke dalam organ genetalia dengan cara yang tidak hygene.

II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap


infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong,
namun virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Orchitis (inflamasi
pada testis) dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya
kedua testis terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering
diakibatkannya, steril tidak terjadi bila bersifat unilateral.
2.2 Epidemiologi

Kejadian orchitis diperkirakan 1 diantara 1000 laki-laki. 4 dari 5 laki-laki


prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Sebagian besar kasus berhubungan
dengan epididimitis (epidiymoorchitis), dan terjadi pada laki-laki yang aktif
secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun
dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
2.3 Etiologi

Berbagai bakteri dan virus menyebabkan orkitis :


• Orkitis pada pasien muda biasanya disebabkan oleh virus, dengan
gondong dan rubella sebagai penyebab paling umum. Ada laporan kasus
orkitis setelah vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR).
• Virus lain termasuk coxsackievirus, varicella, echovirus, dan
cytomegalovirus.
• Infeksi bakteri pada prostat dan infeksi saluran kemih dapat
menyebabkan orkitis. Penyebab umum orkitis bakteri termasuk
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, dan
spesies Staphylococcus dan Streptococcus.
• Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual juga dapat
menyebabkan orkitis pada pria yang aktif secara seksual. Organisme
yang umum adalah Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, dan
Treponema pallidum
• Kompleks Mycobacterium avium, Cryptococcus neoformans,
Toxoplasma gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida albicans
telah dilaporkan menyebabkan orkitis pada pasien
immunocompromised.
• Ada juga laporan orkitis yang disebabkan oleh autoimunitas, yang dapat
diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder
2.4 Patofisiologi

Peradangan pada testis bisa disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri.
Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor,
rubor, dolor, tumor, dan function laesa. Orchitis paling umum disebabkan oleh
infeksi bakteri. Virus maupun trauma. Infeksi virus (mumps) bisa menginfeksi
secara hematogen, sedangkan infeksi bakteri biasanya melalui infeksi saluran
kencing atau melalui penyakit menular seksual. Orkitis biasanya unilateral, dan
gejalanya dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Sebagian besar kasus
diselesaikan pada akhir dua minggu. Ada dua perbedaan signifikan antara
orkitis dan infeksi organ seks lainnya, yaitu rute utama penyebaran infeksi ke
testis adalah penyebaran melalui darah dan virus yang terlibat sebagai patogen
yang signifikan.
Orkitis biasanya terjadi pada pasien dengan epididimitis bersamaan, dan
patogen penyebab kondisi serupa. Penyebaran melalui darah adalah rute utama
infeksi testis terisolasi. Gondongan adalah penyebab paling umum dari orkitis
virus (orkitis terjadi pada 20 sampai 30 persen pria dengan infeksi gondongan).
Orkitis piogenik biasanya disebabkan oleh proses inflamasi di epididimis.
Epididimitis adalah penyebab paling umum dari peradangan intraskrotum,
dan retrograde patogen adalah rute infeksi yang biasa. Meskipun epididimitis
secara historis dianggap disebabkan oleh iritasi kimia dari refluks urin.
epididimitis paling sering disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae atau
Chlamydia trachomatis yang ditularkan secara seksual. Epididimitis bakteri
nonspesifik disebabkan oleh berbagai bakteri aerobik dan sering dikaitkan
dengan kelainan anatomi. Epididimitis umumnya disebabkan oleh infeksi
patogen saluran kemih yang umum, seperti Escherichia coli. Pada pria yang
melakukan hubungan seks anal insertif, bakteri coliform (misalnya, E. coli)
adalah patogen penyebab umum, meskipun infeksi Haemophilus influenzae
juga telah dikaitkan. Patogen lain yang kurang umum terkait dengan
epididimitis termasuk Ureaplasma urealyticum, Proteus mirabilis, Klebsiella
pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Epididimitis sekunder akibat
infeksi Mycobacterium tuberculosis jarang terjadi tetapi harus dipertimbangkan
di antara mereka yang berisiko tinggi. Pada pasien dengan human
immunodeficiency virus (HIV) atau acquired immunodeficiency syndrome,
etiologi jamur dan virus, termasuk cytomegalovirus, telah dilaporkan.
2.5 Pemeriksaan Fisik
Diagnosis orchitis biasanya dari anamnesis dan dari pemeriksaan fisik. Pada
inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis berwarna
kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat dipalpasi. Tes
laboratorium umumnya tidak membantu, tetapi usap uretra dan sampel urin
dapat diperoleh untuk pemeriksaan rutin dan kultur untuk menyingkirkan
infeksi saluran kemih dan mendiagnosis infeksi menular seksual sebagai
sumbernya. Saat menilai pasien dengan nyeri testis atau skrotum akut, sangat
penting untuk menyingkirkan torsi testis. Untuk pasien tersebut, ultrasonografi
Doppler warna skrotum adalah pilihan pemeriksaan pertama. Temuan
ultrasonografi pada pasien dengan orkitis gondongan biasanya mereda pada hari
ketujuh. Meskipun biasanya tidak dilakukan, tes antibodi imunofluoresensi
serum berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis mumps orchitis.
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan


penunjang dapat membantu memastikan epididimitis dan orkitis serta
mendeteksi patogen penyebab. Tes diagnostik juga dapat mengidentifikasi
pasien dengan tumor atau torsi testis, tetapi rujukan ke ahli urologi tidak boleh
ditunda untuk mendapatkan pencitraan jika torsi testis dicurigai secara klinis.
Pewarnaan Gram dan biakan sekret uretra direkomendasikan untuk
mendeteksi uretritis dan infeksi gonokokal. Urinalisis dan kultur urin juga harus
diperoleh, lebih disukai pada sampel urin pertama yang dikosongkan.
Kehadiran leukosit esterase dan sel darah putih menunjukkan uretritis dan
membantu membedakan epididimitis dari torsi testis. Jika epididimitis
dicurigai, uji reaksi berantai polimerase untuk C. trachomatis dan N.
gonorrhoeae harus dilakukan pada sampel usap uretra atau urin.
Jika torsio testis mungkin secara klinis berdasarkan riwayat dan temuan
pemeriksaan fisik, rujukan segera ke ahli urologi diperlukan. Jika tidak, di
hampir semua pasien dengan dugaan epididimitis, ultrasonografi Doppler
warna diperlukan untuk menyingkirkan torsi testis dengan mendokumentasikan
aliran darah.
Gambar ini merupakan hasil foto Ultrasonografi Doppler Warna menilai
perfusi testis dan anatomi isi skrotum. Testis yang tampak normal dengan
penurunan pulsasi gelombang Doppler yang nyata (penurunan aliran darah)
menunjukkan torsi, sedangkan epididimis yang membesar dan menebal dengan
peningkatan pulsasi gelombang Doppler (peningkatan aliran darah)
menunjukkan epididimitis. Pada anak-anak, ultrasonografi Doppler berwarna
telah terbukti memiliki sensitivitas 70 persen dan spesifisitas 88 persen untuk
epididimitis, dan sensitivitas 82 persen dan spesifisitas 100 persen untuk torsio
testis.
Pengukuran protein fase akut, seperti kadar protein C-reaktif (CRP) dan laju
sedimentasi eritrosit, telah terbukti berguna dalam membedakan epididimitis
dari torsi testis pada pasien dengan skrotum akut. Dalam satu penelitian, CRP
memiliki sensitivitas dan spesifisitas untuk epididimitis masing-masing 96,2%
dan 94,2%. Jika diagnosis tetap tidak jelas, rujukan dan eksplorasi bedah
skrotum diperlukan. Rujukan tidak boleh ditunda menunggu hasil tes ini jika
torsi testis dicurigai secara klinis.
2.7 Tatalaksana

Non-farmako :
Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah membedakan
orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada
obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus.
Farmako :
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual,
dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik
golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah
resisten.
Contoh antibiotik:
1. Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif;
efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-
binding proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari
IV; tidak melebihi 125 mg / d
2. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara
mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan
dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap
100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi,
tidak melebihi 200 mg / hari.
3. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan
mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada
saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk
infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi
250 mg / hari
4. Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan
TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5. Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci,
MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun
tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri
dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO
selama 14 hari. Pada anak tidak dianjurkan

III. KESIMPULAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi,


penyebab orchitis adalah virus (mumps) dan bakteri (e.coli, N.gonorrea,
chlamidia,klebseilla, pseudomona dll). Gejala yang ditimbulkan adalah
bengkak dan nyeri pada testis dan kadang disertai demam. Penatalaksanaan
orchitis adalah dengan terapi suportif yaitu bed rest dan elevasi skrotum. Terapi
spesifik yaitu dengan pemberian antibiotic. Sebagian besar kasus orchitis
karena mumps menghilang secara spontan dalam 3-10 hari. Dengan pemberian
antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim AA, Refeidi A, El Mekki AA. Etiology and clinical features of acute
epididymo-orchitis. Ann Saudi Med. 1996
Kanda T, Mochida J, Takada S, Hori Y, Yamaguchi K, Takahashi S. Case of
mumps orchitis after vaccination. Int J Urol. 2014
Pickering LK, Baker CJ, Long SS, McMillan JA. Red book: 2006 report of
the committee on infectious diseases. USA: American Academy of
Pediatrics; 2006
Ryan L, Daly P, Cullen I, Doyle M. Epididymo-orchitis caused by enteric
organisms in men > 35 years old: beyond fluoroquinolones. Eur J Clin
Microbiol Infect Dis. 2018 Jun;37(6):1001-1008.
Ryan L, Daly P, Cullen I, Doyle M. Epididymo-orchitis caused by enteric
organisms in men > 35 years old: beyond fluoroquinolones. Eur J Clin
Microbiol Infect Dis. 2018
Sjamsuhidayat R, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai