Laporan Akhir Praktikum Stela - M1
Laporan Akhir Praktikum Stela - M1
Disusun Oleh :
KELOMPOK M1
135040100111086
ANGGOTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Winfried Adinata
Yudha Kartiko Aji
Bayu Insan Nurhikmah
Hana Utami
Ghaffar Farros
M Syarif Mahdy
Alfian Norrokhim
Rubiyatun Irma M
Patricia Srisere Ikaria S
Dwi Renita
Rizki Aristianti W K
Pita Dwi Nopiana
Sujaniati
Alwi Ikhsan F
Widya Citra Relina
Suci Setyo Rahayu
Debby Permatasari G
Fadilla Prista
Uswatun Khasanah
135040100111076
135040100111078
135040100111125
135040100111129
135040100111137
135040100111141
135040100111158
135040101111014
135040101111019
135040101111045
135040101111079
135040101111100
135040101111120
135040101111126
135040101111129
135040101111132
135040101111138
135040101111156
135040101111157
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan
praktikum survei tanah dan evaluasi lahan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan Laporan Praktikum Lapang Sumber BrantasBumiaji ini adalah untuk memenuhi tugas Survei Tanah dan Evaluasi Lahan pada
tahun ajaran 2015/2016.
Dalam laporan ini kami membahas mengenai morfologi tanah, klasifikasi
tanah, kemampuan lahan, kesesuaian lahan dan analisis usahatani. Pada
penyelesaian Laporan Praktikum ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Bukan hanya itu,
tim penyusun sangat lama dalam menyelesaikan Laporan Praktikum tersebut,
disebabkan karena kurangnya waktu luang tim penyusun dalam proses pembuatan
Laporan Praktikum.
Laporan ini dibuat dengan pengamatan dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa Tak Ada Gading yang Tak Retak. Kami sadar
bahwa laporan ini masih jauh dari kata Sempurna. Kritik dan saran yang
membangun selalu kami harapkan untuk menjadikan laporan ini menjadi lebih
baik.
Malang, 19 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 11.....................................................................................................................3
METODE PELAKSANAAN..................................................................................3
2.1 Tempat dan Waktu..........................................................................................3
2.2 Alat dan Bahan...............................................................................................3
2.3 Metode Penentuan Titik Pengamatan.............................................................4
2.4 Metode Pengamatan Tanah (Profile /Minipit/Bor).........................................5
2.5 Klasifikasi Tanah............................................................................................7
2.6 Evaluasi Lahan...............................................................................................7
2.6.1 Metode Analisis Kemampuan Lahan.......................................................7
2.6.2 Metode Analisis Kesesuaian Lahan.........................................................9
BAB III...................................................................................................................11
KONDISI UMUM WILAYAH..............................................................................11
3.1 Lokasi, Administrasi Wilayah......................................................................11
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
penting
dalam
suatu
ekosistem,
diantaranya
sebagai
media
1.2 Tujuan
Praktikum survei tanah dan evaluasi lahan ini bertujuan :
1.
2.
3.
4.
1.3 Manfaat
Dengan dilakukannya survei tanah dan evaluasi lahan bermanfaat untuk
mengetahui klasifikasi atau jenis tanahnya dan untuk merekomendasikan
penggunaan lahan dan pengelolaan lahannya yang sesuai dengan daerah yang
diamati.
BAB 11
METODE PELAKSANAAN
Kota Batu Malang pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015 pada pukul 07.00 14.00
WIB Dan kegiatan Fieldwork (aspek sosek) pada hari Minggu, 15 November
2015 pada pukul 08.00 10.30 WIB
Bor
Alat Tulis
Kamera
Kantong Plastik
Papan Dada
Botol Air
B. Surveyset :
1. Pisau Tanah: Digunakan untuk membuat batas horizon Tanah.
2. Meteran
: Untuk mengukur kedalaman profil tanah dan
horizon yang telah digali.
3. Sabuk Profil
: Untuk menentukan batas ketebalan horizon.
4. Muncell Colour Chart
: Untuk menentikan warna tanah
5. Kompas
: Untuk menentukan arah dalam mencari titik
6. Clinometers
pengamatan
: Untuk menentukan besar kelerengan suatu daerah
7. GPS
survey
: Untuk mencari lokasi titik pengamatan
C. Bahan
1. Air
2. Sampel Tanah
Diagram minipit
Diagram Bor
menggunakan ujung jari telunjuk dan ujung ibu jari kemudian dirasakan untuk
menentukan tekstur tanah, dan konsistensi tanah. Untuk deskripsi warna
dilakukan dengan menggunakan buku Munsell Colour Chart. Kemudian
ditentukan epipedon dan endopedon tanahnya. Setelah itu dilakukan
pengklasifikasian tanah dengan menggunakan Kunci Taksonomi Tanah
berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil deskripsi tanah.
Menentukan ordo tanah dilihat dari proses pembentukan tanah seperti
yang ditunjukkan oleh ada tidaknya horizon penciri serta jenis (sifat) horizon
penciri yang ada (12 taksa). Sub-ordo tanah merupakan pembagian lebh lanjut
dari ordo yang dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah, seperti ada
tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim
kelembapan,bahan induk utama dan vegetasi. Pada penentuan Grup dilihat
berdasarkan kesamaan jenis, susunan dan perkembangan horizon, kejenuhan
basa, suhu, dan lengas tanah serta ada tidaknya lapisan-lapisan perinci lain.
Sedangkan untuk menentukan sub grub tanah dilihat dari sifat-sifat tanah
peralihan ke grub lain, sub ordo lain dan ordo lain. Kemudian dicatat dari hasil
penentuan tersebut.
semakin meingkat berturut dari kelas I samapi kelas VIII (Arsyad, 2006).
Berikut merupakan ciri-ciri setiap kelas lahan berdasarkan kemampuannya
tersaji dalam
Table 1. Kemampuan Lahan
No
Kelas
II
III
Mempunyai
sedikit
Ciri-ciri
hambatan
yang
membatasi
IV
VI
VII
VIII
Pengelompokan
kelas
dari
kemampuan
lahan
dengan
cara
Kelas S1
Ciri-Ciri
Sangat sesuai di mana lahan tidak mempunyai faktor
pembatas
yang
nyata
terhadap
penggunaan
secara
Kelas S2
Kelas S3
produktivitasnya,
sangat
membutuhkan
masukan
Kelas N
genangan. Misal sub kelas S3rc artinya sesuai marginal dengan faktor
pembatas kondisi perakaran (rc= rooting condition). Penilaian kesesuaian
lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk
berbagai kemungkinan lahan. Penilaian berdasarkan sifat-sifat lahan (land
characterictic) yang dihubungkan dengan persyaratan tumbuh tanaman
yang dikembangkan (Muslihat, 2001).
BAB III
KONDISI UMUM WILAYAH
anjasmoro. Desa sumber brantas terdiri dari 3 dusun yaitu dusun jurang kuali,
dusun junggo, serta dusun tulungrejo. Desa sumber brantas ini terletak di
daerah gunung arjuna dan wilirang, inilah alas an mengapa daerah ini
memiliki jenis landform vulkanik, dimana ketika gunung arjuna meletus, ia
akan memuntahkan aneka partikel yang panas ke udara. Salah satu material
yang dikeluarkan gunung api adalah abu vulkanis (Widiyanto, 2010)
Berdasarkan peta topografi yang ada, desa sumberbrantas termasuk
dataran tinggi dengan ketinggian 1.400 sampai dengan 1.700 dari atas
permukaan laut. Lahan pada daerah ini cenderun berlereng dengan kemiringan
berkisar 6-16%. Curah hujan rata-rata 2.500 mm/tahun dengan suhu sekitar
20oC sampai dengan 18,5oC (adityas, et,al , 2006).
11
12
13
14
15
Pada sebaran SPT (satuan peta tanah) ke 28, 35, 52 dan 53 hanya terdapat
satu sub group yaitu Typic Haplusteps sehingga dikelompokkan kedalam satuan
peta tanah konsosiasi Typic Haplusteps. Hal ini dikarenakan pada poligon tersebut
hanya ditemukan satu jenis tanah. Satuan peta tanah ke 32 dan 61 juga memiliki
satu macam jenis tanah dengan sub group Aridic Lithic Haplusteps sehingga
dikelompokkan kedalam satuan peta tanah konsosiasi Aridic Lithic Haplusteps.
Pada sebaran satuan peta tanah ke 19 memiliki sub group yaitu Aridic
Dystrudepts sehingga untuk penamaan satuan peta tanahnya adalah konsosisasi
Aridic Dystrudepts . Sedangkan pada satuan peta tanah ke 25 dengan sub
groupnya adalah Lithic Dystrudepts sehingga dikelompokkan kedalam satuan peta
tanah konsosiasi Lithic Dystrudepts.
Pada SPT 54 hanya terdapat satu jenis tanah yaitu Typic Plagganthrepts
sehingga
dikelompokkan
kedalam
satuan
peta
tanah
konsosiasi
Typic
Plagganthrepts. Sebaran SPT 46 dan 61 juga ditemukan satu macam jenis tanah
dengan masing-masing sub groupny adalah Typic Humustepts, sehingga yang
dikelompokkan kedalam satuan peta tanah konsosiasi Typic Humustepts. Untuk
satuan peta tanah 37 memiliki sub group Humic Lithic Dystrudepts sehingga
dengan dikelompokkan kedalam satuan peta tanah Humic Lithic Dystrudepts.
Pada sebaran satuan peta tanah ke 6 memiliki sub group yang berbeda
yaitu Typic Dystrudepts, Typic Haplustepts dan Humic Dystrudepts. dari hasil
ketiga sub group tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan peta tanahnya
merupakan
asosiasi Typic
Dystrudepts,
Typic
Haplustepts
dan
Humic
Dystrudepts. Hal ini dikarenakan dalam satu poligon tersebut terdapat tiga jenis
tanah yeng berbeda dengan pola sebarannnya yang teratur. Sebaran satuan peta
tanah ke 15 dan 18 juga memiliki sub group yang berbeda yaitu Typic Dystrudepts
dan Humic Dystrudepts. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan peta
tanahnya merupakan asosiasi Typic Dystrudepts dan Humic Dystrudepts. Hal ini
dikarenakan dalam satu poligon tersebut terdapat duajenis tanah yeng berbeda
dengan pola sebarannya yang teratur.
16
17
Humic lithic dystrudept, sehingga dapat disimpulkan bahwa satuan peta tanahnya
adalah kompleks Humic Dystrudepts, Typic Dystrudept, Lithic Haplustults dan
Humic lithic dystrudept. Hal ini dikarenakan terdapat tiga jenis tanah yang
berbeda dengan pola sebarannya yang tidak beraturan pada poligon tersebut.
Untuk sebaran SPT ke 44 dikelompokkan kedalam satuan peta tanah kompleks
Typic Dystrudepts, Lithic Dystrudepts, dan Humic Dystrudepts karena terdapat
tiga jenis tanah yang berbeda dengan pola sebarannya yang tidak beraturan.
18
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna
Horizon
Tanah
(cm)
(lembab)
2,5 YR
Horizon
Simbol
ke-1
Horizon
Ap
0-18
Bw1
18-40
BW2
40-60
1 (Bor)
60-80
5/4
10 YR
5/8
10 YR
5/6
Konsistensi
Tekstur
Struktur
liat
lempung
berdebu
lempung
liat
Pori
Perakaran
Batas
Lembab
Basah
AL-AP
H-S
H-S
B-O
SK
AL-AP
H-S
H-S
B-O
GB
AL-AP
H-S
H-S
B-O
Horizon
berdebu
lempung
liat
AL-SP
berdebu
20
lempung
2 (Bor)
80-100
liat
L-SP
berdebu
lempung
3 (Bor)
100-120
liat
L-SP
berdebu
Table 4. Morfologi Minipit 2
Kedalaman
Warna
Horizon
Tanah
(cm)
(lembab)
Horizon
Simbol
ke-1
Horizon
0-13
AB
13-23
1 (Bor)
Bw
23-60
60-80
Konsistensi
Tekstur
10 YR
lempung
3/3
berdebu
7,5 YR
lempung
3/2
berdebu
7,5 YR
2,5/3
Struktur
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
Lembab
Basah
GB
ST
AL-AP
H-S
H-S
B-Rt
GB
ST
AL-AP
H-S
H-S
B-Rt
GB
ST
AL-AP
H-S
H-S
B-Rt
lempung
liat
berdebu
liat
AL-AP
21
berpasir
2 (Bor)
liat
80-100
AL-AP
berpasir
lempung
3 (Bor)
100-120
liat
L-SP
berdebu
Warna
Horizon
Tanah
(cm)
(lembab)
Horizon
Simbol
ke-1
Horizon
Ap
0-22
Bw1
22-43
Bw2
43-60
Konsistensi
Tekstur
10 YR
liat
5/4
berdebu
10 YR
lempung
3/4
berdebu
10 YR
lempung
Struktur
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
Lembab
Basah
Lp
AL-AP
H-B
Lp
TL-TP
H-S
B-R
GB
TL-TP
H-S
B-O
22
3/4
1 (Bor)
60-80
berliat
liat
AL-AP
lempung
2 (Bor)
80-100
liat
L-SP
berdebu
lempung
3 (Bor)
100-120
liat
SP-SL
berdebu
Simbol
ke-1
Horizon
Kedalaman
Warna
Horizon
Tanah
(cm)
(lembab)
Konsistensi
Tekstur
Struktur
Lembab
Basah
Pori
Perakaran
Batas
Horizon
23
Ap
0-43
10YR 6/3
AB
43-72
10YR 5/4
lempung
berliat
lempung
berliat
GB
Lp
AL-AP
H-b
A-O
GB
Lp
AL-AP
H-b
A-O
GB
Lp
AL-AP
H-s
B-O
GB
Lp
AL-AP
H-s
B-O
GB
AL-AP
B-O
lempung
3
Bw1
72-125
10YR 5/6
liat
berpasir
Bw2
125-137
Bw3
137-200
10 YR
liat
3/6
berpasir
7,5YR
liat
4/6
berpasir
24
Keterangan :
GB
: Gumpal Membulat
GS
: Gumpal Bersudut
: Gembur
SG
: Sangat Gembur
: Remah
: Teguh
AT
: Agak Teguh
ST
: Sangat Teguh
: Lekat
AL
: Agak Lekat
SL
: Sangat Lekat
: Plastis
AP
: Agak Plastis
SP
: Sangat Plastis
: Halus
: Lepas
: Sedang
: Kasar
SK
: Sangat Kasar
bi
: Biasa/Sedang
: Sedikit
: Banyak
: Nyata
: Jelas
: Angsur
: Baur
Rt
: Rata
: Ombak
Tr
: Tidak Teratur
: Jelas
25
Lokasi
Profil
Minipit 1
Minipit 2
Minipit 3
Epipedon
Okrik
Okrik
Molik
Okrik
Endopedon
Kambik
Kambik
Kambik
Kambik
26
LOKASI
Ordo
Sub ordo
Grup
Sub grup
Profil
Inceptisols
Udepts
Dystrudepts
Typics Dystrudepts
Minipit 1
Inceptisols
Udepts
Dystrudepts
Humic Dystrudepts
Minipit 2
Inceptisols
Udepts
Dystrudepts
Typics Dystrudepts
Minipit 3
Inceptisols
Udepts
Dystrudepts
Typics Dystrudepts
Profil
Pada titik pengamatan profil tanah, epipedon dan endopedon tanah
diklasifikasikan sebagai Okrik dan Kambik, epipedon Okrik memiliki VC
> 3 sedangkan endopedon Kambik memiliki tekstur pasir yang sangat
halus serta memiliki VC kurang dari 3. Untuk ordo-sub ordo yang telah
diklasifikasikan, titik pengamatan profil memiliki ordo Inceptisols dan
sub-ordo Udepts. Masuk kedalam ordo Inceptisols karena terdapat pada
epipedon molik dan horizon kambik, untuk sub-ordo Udepts dikarenakan
Inceptisol lain yang mempunyai rezim kelembaban tanah udik. Grup-sub
grup yang telah di klasifikasikan sebagai Dystrudepts dan Typics
Dystrudepts karena Udepts yang lain serta sub-grupnya tidak bisa masuk
ke Dystrudepts yang lain.
Minipit 1
Pada titik pengamatan minipit 1, epipedon dan endopedon tanah
diklasifikasikan sebagai Okrik dan Kambik, epipedon Okrik memiliki VC
> 3 sedangkan endopedon Kambik memiliki tekstur pasir yang sangat
halus serta memiliki VC kurang dari 3. Untuk ordo-sub ordo yang telah
diklasifikasikan, titik pengamatan minipit 1 memiliki ordo Inceptisols dan
sub-ordo Udepts. Masuk kedalam ordo Inceptisols karena terdapat pada
27
Minipit 2
Pada titik pengamatan minipit 2, epipedon dan endopedon tanah
diklasifikasikan sebagai Okrik dan Molik, epipedon Okrik memiliki VC >
3 sedangkan endopedon. Untuk ordo-sub ordo yang telah diklasifikasikan,
titik pengamatan minipit 2 memiliki ordo Inceptisols dan sub-ordo Udepts.
Masuk kedalam ordo Inceptisols karena terdapat pada epipedon molik dan
horizon kambik, untuk sub-ordo Udepts dikarenakan Inceptisol lain yang
mempunyai rezim kelembaban tanah udik. Grup-sub grup yang telah di
klasifikasikan sebagai Dystrudepts dan Humics Dystrudepts karena
Dystrudepts lain yang mempunyai epipedon molik.
Minipit 3
Pada titik pengamatan minipit 3, epipedon dan endopedon tanah
diklasifikasikan sebagai Okrik dan Kambik, epipedon Okrik memiliki VC
> 3 sedangkan endopedon Kambik memiliki tekstur pasir yang sangat
halus serta memiliki VC kurang dari 3. Untuk ordo-sub ordo yang telah
diklasifikasikan, titik pengamatan minipit 3 memiliki ordo Inceptisols dan
sub-ordo Udepts. Masuk kedalam ordo Inceptisols karena terdapat pada
epipedon molik dan horizon kambik, untuk sub-ordo Udepts dikarenakan
Inceptisol lain yang mempunyai rezim kelembaban tanah udik. Grup-sub
grup yang telah di klasifikasikan sebagai Dystrudepts dan Typics
Dystrudepts karena Udepts yang lain serta sub-grupnya tidak bisa masuk
ke Dystrudepts yang lain.
Vegetasi
28
Minipit 1
Wortel
Minipit 2
Semak
Minipit 3
Kentang
Profil
Kentang
Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
1
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Kode
Kelas
Liat
t1
II
t3
Lempung
Berdebu
Lereng (%)
16
l3
IV
Drainase
Buruk
d3
III
Kedalaman Efektif
60 cm
k1
III
Tingkat Erosi
Ringan
e1
II
Batu/ Kerikil
Tidak Ada
b0
Bahaya Banjir
Tidak ada
O0
KELAS KEMAMPUAN
LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KEMAMPUAN
LAHAN
IV
Lereng
IVe
29
Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
1
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lempung
Berdebu
Lempung Liat
Berdebu
Kode
Kelas
t3
t2
Lereng (%)
l1
II
Drainase
Agak buruk
d2
II
Kedalaman Efektif
60cm
k1
III
Tingkat Erosi
Ringan
e1
II
Batuan/ Kerikil
Tidak Ada
b0
Bahaya Banjir
Tidak Pernah
O0
KELAS KEMAMPUAN
LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KEMAMPUAN
LAHAN
III
kedalaman efektif
IIIs
Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
Liat Berdebu
Lempung
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Berdebu
6
Baik
60 cm
Berat
Tidak ada
Tidak Ada
2
Lereng (%)
3
Drainase
4
Kedalaman Efektif
5
Tingkat Erosi
6
Batuan/ Kerikil
7
Bahaya Banjir
KELAS KEMAMPUAN
LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KEMAMPUAN
LAHAN
t1
II
t3
l1
d0
k1
e3
b0
o0
II
I
III
VI
I
I
VI
Tingkat Erosi
VIe
untuk
cagar
alam,
hutan
alam,
penggembalaan
VI dapat
terbatas,
Faktor Pembatas
Tekstur Tanah
2
3
4
5
6
7
a. Lapisan Atas
b. Lapisan Bawah
Lereng (%)
Drainase
Kedalaman Efektif
Erosi tanah
Batuan/ Kerikil
Bahaya Banjir
KELAS KEMAMPUAN
t2
t2
l1
d1
k0
e1
b0
O0
III
II
I
I
III
I
I
31
LAHAN
FAKTOR PEMBATAS
SUB KELAS KEMAMPUAN
erosi tanah
LAHAN
IIIe
dengan faktor pembatas erosi tanah dan sub kelas kemampuan lahan yaitu IIIe.
Tanah di kelas III dapat digunakan untuk cagar alam, hutan alam, penggembalaan
terbatas, penggembalaan sedang, penggembalaan intensif, bercocok tanam
terbatas, dan bercocok tanam sedang(Widianto, 2010).
32
Persyaratan
Kesesuaian Aktual
Kelas
penggunaan
kesesuaian
karakteristik lahan
Aktual
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
18.5oC
S2
Agak Baik
S1
Lempung berliat,
S1
lempung berpasir
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
200 cm
S1
Lereng (%)
6%
S1
Bahaya Erosi
Ringan
S2
Tidak ada/F0
S1
33
Kelas
S2
Unit kesesuaian
S2_tc_eh
aktual
Kesesuaian Aktual
Kelas
penggunaan
kesesuaian
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Aktual
18.5oC
S2
Baik
S1
34
Tekstur
lempung, lempung
berdebu, lempung
S1
liat berdebu
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya Erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Ordo
Kelas
Unit kesesuaian
0-60
S1
16%
S2
Sedang
S2
Tidak ada
S1
S
S2
S2_tc_eh
aktual
Kelas
Kesesuaian Aktual
kesesuaian
Aktual
35
18.5oC
S2
Agak Baik
S1
Drainase
Media Perakaran (rc)
Tekstur
lempung berdebu,
lempung liat
S1
berdebu
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya Erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Ordo
Kelas
Unit kesesuaian
aktual
0-60
S1
5%
S1
Sedang
S2
Tidak ada/F0
S1
S
S2
S2_tc_eh
Pada titik ketiga dapat dijelaskan bahwa kesesuain lahan pada lahan
yang ditanami jenis rumput gajah pada kategori drainase dari kelas S1
yaitu agak baik. Tingkat kelerengannya tidak curam mencapai (5%).
Dampak bahaya banjir yang dialami pada tingkat sedang (S2)
Titik 4 (Minipit 3)
36
Kesesuaian Aktual
Kelas
penggunaan
kesesuaian
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Aktual
18.5oC
S2
Baik
S1
Drainase
Media Perakaran (rc)
Tekstur
Liat berdebu,
lempung berdebu,
S1
lempung berliat
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya Erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Ordo
Kelas
Unit kesesuaian
aktual
0-60
S2
6%
S1
Sedang
S2
Tanpa/ F0
S1
S
S2
S2_tc_rc_eh
37
Pada titik 4 dapat dijelaskan bahwa kesesuain lahan pada lahan yang
ditanami jenis kentang pada kategori drainase dari kelas S1 yaitu baik.
Tingkat kelerengannya tidak curam mencapai (6%) sedangkan faktor yang
dapat diperbaiki dan diturunkan dari (S2) menjadi (S1) yaitu bahaya erosi
dengan membuat transek disetiap petakan lahannya.
Kesesuaian
Kelas
Kelas
Usaha
Aktual
kesesuaian
kesesuaian
Perbaikan
Aktual
Potensial
18.5oC
S2
S2
(oa)
Drainase
Agak Baik
S1
S1
Lempung berliat,
S1
S1
200 cm
S1
S1
6%
S1
S1
penggunaan
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Ketersediaan oksigen
lempung
berpasir
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
38
Bahaya Erosi
Ringan
S2
S1
Memperbaiki
sistim tanam
Tidak ada/F0
S1
S1
S
S2
S2_tc_eh
S
S2
S2_tc
aktual
Kelas
Kelas
Kelas
Usaha
penggunaan
kesesuaian
kesesuaian
kesesuaian
Perbaikan
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Aktual
Aktual
Potensial
18.5oC
S2
S2
Baik
S1
S1
39
Tekstur
lempung,
S1
S1
0-60
S1
S1
16%
S2
S1
Pembuatan
Sedang
S2
S1
teras bangku
Memperbaiki
lempung
berdebu,
lempung liat
berdebu
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya Erosi
sistim tanam
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Tidak ada
S1
S1
S
S2
S2_tc_eh
S
S2
S2_tc
aktual
Pada titik kedua dengan komoditas yang berupa tanaman wortel
memiliki faktor yang agak baik (S1) yaitu pada drainase. Sedangkan kategori
kelerengan sebesar 16% dan dapat diperbaiki dengan pembuatan teras
bangku . Bahaya erosi yang mungkin terjadi sedang/cukup (S2) seharusnya
dapat diturunkan menjadi S1 dengan memperbaiki sistem tanam.
Titik 3 (Minipit 2)
Table 20. Kesesuaian Lahan Potensial Titik 3
Titik 3 (Minipit 2)
40
Rumput Gajah
Persyaratan
penggunaan
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Kesesuaian
Kelas
Kelas
Usaha
Aktual
kesesuaian
kesesuaian
Perbaikan
Aktual
Potensial
18.5oC
S2
S2
Agak Baik
S1
S1
lempung
S1
S1
0-60
S1
S1
5%
Sedang
S1
S2
S1
S1
Tidak ada/F0
S1
S1
S
S2
S2_tc_eh
S
S2
S2_tc
Drainase
Media Perakaran (rc)
Tekstur
berdebu,
lempung liat
berdebu
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya Erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Ordo
Kelas
Unit kesesuaian
aktual
41
Pada titik ketiga dapat dijelaskan bahwa kesesuain lahan pada lahan yang
ditanami jenis rumput gajahpada kategori drainase dari kelas S1 yaitu agak
baik. Tingkat kelerengannya tidak curam mencapai (5%). Dampak bahaya
banjir yang dialami pada tingkat sedang (S2). Untuk tutupan lahan rumput
gajah tidak perlu dilakukan upaya perbaikan.
Titik 4 (Minipit 3)
Table 21. Kesesuaian Lahan Potensial Titik 4
Titik 4 (Minipit 3)
Kentang
Persyaratan
penggunaan
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (oC)
Kesesuaian
Kelas
Kelas
Usaha
Aktual
kesesuaian
kesesuaian
Perbaikan
Aktual
Potensial
18.5oC
S2
S2
Baik
S1
S1
Liat berdebu,
S1
S1
0-60
S2
S2
6%
Sedang
S1
S2
S1
S1
Drainase
Media Perakaran (rc)
Tekstur
lempung
berdebu,
lempung berliat
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
KB (%)
PH H2O
C Organik (%)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya Erosi
Pembuatan
terasering
42
Tanpa/ F0
S1
S1
S
S2
S2_tc_rc_eh
S
S2
S2_tc_rc
aktual
Pada titik 4 dapat dijelaskan bahwa kesesuain lahan pada lahan
yang ditanami jenis kentangpada kategori drainase dari kelas S1 yaitu
baik. Tingkat kelerengannya tidak curam mencapai (6%) sedangkan faktor
yang dapat diperbaiki dan diturunkan dari (S2) menjadi (S1) yaitu bahaya
erosi dengan membuat terasering disetiap petakan lahannya.
4.4.3 Rekomendasi
Erosi
Secra umum pengikisan atau erosi adalah proses pelepasan dan
pemindahan massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain
oleh suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi. Erosi tanah
(soil erosion) adalah proses penghanyutan tanah dan merupakan gejala
alam yang wajar dan terus berlangsung selama ada aliran permukaan.
Erosi semacam itu melaju seimbang dengan laju pembentukan tanah
sehingga tanah mengalami peremajaan secara berkesinambungan
(Alibasyah, 1996).
Erosi tanah berubah menjadi bahaya jika prosesnya berlangsung lebih
cepat dari laju pembentukan tanah. Erosi yang mengalami percepatan
secara berangsur akan menipiskan tanah, bahkan akhirnya dapat
menyingkap bahan induk tanah atau batuan dasar ke permukaan tanah.
Erosi semacam ini tidak hanya merusak lahan daerah hulu (upland) yang
terkena erosi langsung, akan tetapi juga berbahaya bagi daerah hilir
(lowland).Dari hasil survey di Desa Sumber Brantas Kec. Bumi Aji
didapatkan data bahwa titik pengamatan minipit 1 yang ditanami
tanaman wortel terjadi erosi alur dengan aliran permukaan cepat dan
43
hutan
tangkapan
air
maupun
dengan
cara memotong
lereng
tangga.
Teras
siring
bermanfaat
sebagai
strip
menurut
garis
kontur
atau
memotong lereng (Contour strip cropping) susunan stripstrip harus tepat sejajar dengan kontur.
o Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri
dari strip-strip tanaman yang tidak perlu sejajar, namun
44
lereng
Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping)
terdiri dari strip-strip rumput atau leguminosae yang dibuat
diantara strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya dapat
45
maksimal,
penggunaan
sumur
resapan
dapat
besar
Kemiringan
Lahan yang miring dapat menyebabkan erosi tanah, untuk
mencegah terjadinya erosi tanah dapat dilakukan dengan cara :
Terasering,
yaitu menanam tanaman dengan sistem berteras-teras untuk
mencegah erosi
Contour farming,
yaitu menanami lahan menurut garis kontur sehingga perakaran
dapat menahan tanah
Pembuatan tanggul pasangan (guludan) untuk menahan erosi
Contour plowing,
yaitu membajak searah garis kontur sehingga terjadilah alur-alur
horizontal
Contour strip cropping,
46
Uraian
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Minipit 1
Biaya (Rp)
10 hok
10 hok
20 hok
10 hok x
50.000
50.000
40.000
50.000
500.000
500.000
800.000
1.000.000
Panen
2
10 hok
50.000
500.000
Bibit/Benih
Pupuk Perha Cantik
Pupuk BAS
Pupuk Kandang
25 kg
5 Karung
2 karung
400
70.000
350.000
450.000
15.000
1.750.000
1.750.000
900.000
6.000.000
Pestisida
Karung
50 liter
200.000
10.000.000
Supermax/Alipamex
TVC
Total (Rp)
Tenaga kerja
Pengolahan lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Rp. 23.700.00
Uraian
Satuan
Satuan
Harga per
Total (Rp)
47
Fisik
1
2
3
Biaya Pajak
Mekanisasi Irigasi
1
4800
(Solar)
4
Biaya Penyusutan
Uraian
1
Diesel
2
Springkle
3
Selang
Total Biaya Penyusutan
TFC
Ha
satuan (Rp)
16.700.000/m
Ha
Liter
usim
67.000/musim 67.000/musim
7500/liter
36.000.000/musim
16.700.000/musim
Harga Akhir
Umur Ekonomis
Unit
(Rp)
(Rp)
1
1
1
550.000
125.000
27.500
448.000
2 Tahun
80.000
5 Tahun
21.500
2 Tahun
21.000/Musim
52.788.000/Musim
1.
Uraian
Wortel
Umur
Satuan
Harga
Total
tanaman
(kg)
(Rp/kg)
Pendapatan
120 Hari
25.000
5000
(Rp)
125.000.000
Total Biaya = TC
TC=TVC + TFC
TC=(23.700.000 + 52.788.000)
TC= Rp. 76488000
Keuntungan
= TR - TC
= (125.000.000 -76488000)
48
= Rp. 48512000
Uraian
1.
Tenaga kerja
Pengolahan lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Bibit/Benih
Pupuk Urea
Pupuk Kandang
Biaya Transportasi
Pestisida Detakron
TVC
Jumlah
2.
3.
4.
6 hok
3 hok
6 hok
6 hok
4 hok x 18
1 pak
2 sak
35 Galansi
35 Galansi
1 Liter
Minipit 3
Harga (Rp)
50.000
40.000
40.000
40.000
40.000
130.000
240.000
25.000
1.500
140.000
Total (Rp)
300.000
120.000
240.000
240.000
2.880.000
130.000
480.000
875.000
52.500
140.000
5.457.500
Uraian
Satuan
Biaya
Fisik
19
Satuan
Harga per
Total (Rp)
Gawang
satuan
500.000/musim 9.500.000/musim
49
Sewa
lahan
Biaya
3600
Liter
7500/liter
27.000.000/musim
Harga
Harga Akhir
Umur Ekonomis
Awal (Rp)
15.000.000
(Rp)
10.000.000
5 Tahun
250.000/Musim
36.750.000/Musim
Irigasi
(solar)
3
Biaya Penyusutan
Uraian
Jumlah
Unit
1
Traktor
2 Unit
Total Biaya Penyusutan
TFC
Uraian
Umur
Satuan
Satuan
per
tanaman
fisik
(Kgs)
satuan
(Rp)
1.
Kentang
120 hari
kg
19000
3000
Total
Pendapatan
(Rp)
57.000.000
Persentasi
-
Dijual: 100%
Dikonsumsi Sendiri:Dijadikan Bibit:-
Total Biaya = TC
TC = TVC + TFC
TC = (5.457.500+36.750.000)
TC = Rp.42.207.500
50
Maka Keuntungan,
= TR - TC
= (57.000.000 42.207.500)
= Rp. 14.792.500
51
alam,
penggembalaan
terbatas,
penggembalaan
sedang,
52
alam,
penggembalaan
terbatas,
penggembalaan
sedang,
produksinya tinggi.
BAB V
PENUTUP
55
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey lahan yang dilaksanakan di Desa Sumber Brantas,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dengan metode survei grid
bebas dan pengamatan langsung di lapang, diperoleh jenis tanah di lokasi tersebut
adalah ordo Inceptisol, dan subgrup Typic Dystrudepts (profil, minipit 1 dan 3),
Humic Dystrudepts (minipit 2). Sebaran SPT yang didaerah tersebut terdapat 61
SPT. Pada 18 satuan peta tanah memiliki sebaran dengan subgroup yang sama
yaitu Typic Dystrudepts, sehingga satuan peta tanahnya merupakan konsosiasi
Typic Dystrudepts. Hal ini dikarenakan hanya ada satu jenis tanah pada titik-titik
pengamatan tersebut. Dan sebanyak 11 satuan peta tanah memiliki sub group yang
sama yaitu Humic Dystrudepts sehingga dapat disimpulkan bahwa satuan peta
tanahnya dikelompokkan kedalam konsosiasi Humic Dystrudepts. Hal ini
dikarenakan pada masing-masing poligon hanya terdapat satu jenis tanah.
Penggunaan lahan pada titik pengamatan adalah tegalan, dan semak. Untuk
penggunaan lahan berupa tegalan komoditas yang dibudidayakan adalah kentang,
wortel, kubis dan brokoli. Kelas kemampuan lahan dominan adalah VIe dengan
fakor pembatas erosi. Kelas kesesuaian lahan aktual yang dominan adalah
S2_tc_eh, dengan upaya perbaikan yang dilakukan kesesuaian lahan potensial
menjadi S2_tc. Sedangkan analisis usahatani di minipit 1 dan 3 untuk komoditas
wortel dan kentang masih layak secara ekonomi (R/C>1).
5.2 Saran
Bagi kegiatan pertanian di daerah Bumiaji untuk kedepannya diharapkan
melakukan upaya konservasi untuk perbaikan kondisi lahan budidaya pertanian.
Upaya yang dapat dilakukan adalah agroforestry, pembuatan saluran drainase,
penanaman tanaman berakar dalam atau buffer crop, penanaman menurut garis
kontur, dan pembuatan terasering pada lahan dengan kelerengan yang curam.
56
DAFTAR PUSTAKA
57