Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

DI … , DESA TEGALWERU

KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :
KELOMPOK D2

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

DI … , DESA TEGALWERU,

KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :
Bara Fakhruddin (175040107111071)
Ezra Hotmaya (175040101111095)
Vania Aulin Meisani (175040101111123)
Astriana Br Tarigan (175040101111145)
Nutriana Nainggolan (175040101111153)
Faisal Rahman (175040107111002)
Dika Mareza Putri Islamy (175040107111006)
Shania Aliyya Putri (175040107111012)
Nabila Amalia Rizki (175040107111035)
Muhamad Saefudin (175040107111039)
Wuri Lathifa Danisworo (175040107111043)
Dhani Agustinawati (175040107111080)
Priscilla Azahra Safira (175040107111088)
Bagaskara Rizki Yudha Perkasa (175040107111089)
Muhammad Reza Samudra P. (175040107111094)
Faiz Rifqi Alamshah (175040107111098)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN


DI …………………., DESA TEGALWERU,
KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

Kelas : D
Kelompok : 2

Disetujui Oleh :

CO Asisten, Asisten Kelompok,

(Bara Fakhruddin) (NAMA)


175040107111071 NIM.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan nikmat berupa kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan besar “Praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan”.
Laporan ini merupakan tugas dalam praktikum Survei Tanah dan Evaluasi
Lahan yang pengamatannya dilakukan di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Laporan ini menjelaskan tentang proses Survei Tanah dan
Evaluasi Lahan. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari campur tangan berbagai
pihak yang telah memberikan masukan-masukan yang dapat membantu kami untuk
membenahi laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Esa, para orangtua yang telah membimbing serta mendoakan kami,
para asisten Survei Tanah dan Evaluasi Lahan FP UB yang telah membimbing penulis
sehingga laporan ini dapat terselesaikan, serta teman-teman yang telah memberikan
dukungan penuh kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca untuk memperbaiki tulisan ini guna membantu generasi kedepannya. Akhir
kata, penulis mohon maaf atas kesalahan yang ada pada laporan ini dan semoga
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Malang,
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak fungsi. Tanah
dapat digunakan sebagai bahan tanam untuk pertumbuhan tanaman, habitat bagi segala
jenis jasad tanah, media bagi konstruksi, sistem daur-ulang bagi unsur hara serta sistem
bagi pasokan dan penjernihan air (Rayes, 2007). Survei tanah adalah sebuah metode
mengumpulkan data dengan turun langsung ke lapang. Data yang diperoleh berupa
sifat fisik, kimia, biologi, lingkungan serta iklim. Kegiatan survei terdiri atas kegiatan
di lapang, analisis laboratorium, mengkasifikasikan tanah kedalam sistem taksonomi,
melakukan pemetaan tanah atau interpretasi atau penafsiran, dari survei tanah dan ahli
teknologi pertanian (Abdullah, 2008). Sedangkan menurut Hardjowigeno (2007)
menyebutkan survei tanah adalah mengklasifikasi, menganalisis, dan memetakan tanah
dan mengelompokan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya ke dalam
satuan peta tanah tertentu. Sifat-sifat dari masing-masing satuan peta secara singkat
dicantumkan kedalam legenda, sedangkan uraian lebih detail di cantumkan dalam
laporan survei tanah yang selalu menyertai peta tersebut.
Berdasarkan dua pengertian tersebut maka survei tanah dan evaluasi lahan
merupakan sebuah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung ke
lapangan yang merupakan suatu proses pendugaan potensi sumberdaya tertentu pada
suatu daerah tertentu. Dengan mengetahuinya makna dari survei tanah dan evaluasi
lahan diatas, dapat ditemukan informasi mengenai kemampuan dan kesesuaian lahan
pada areal survei. Kegiatan survei tanah dan evaluasi lahan pada praktikum ini berada
di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau. Kabupaten Malang.
Tujuan survei tanah dan evaluasi lahan adalah untuk mengetahui kondisi fisiografi
dan morfologi dari lahan yang ada pada Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang. Sehingga dapat mengetahui kemampuan lahan, kesesuaian lahan, potensial
dan kelayakan usaha tani pada lahan tersebut. Hal ini dapat menjadikan pertimbangan
dalam menentukan komoditas yang sesuai pada areal tersebut dan meingkatkan
ekonomi masyarakat di Desa Tegalweru.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Survei tanah dan evaluasi lahan yang dilakukan di Desa
Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi umum di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang, Jawa Timur?
2. Apa saja penggunaan lahan di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang, Jawa Timur?
3. Bagaimana klasifikasi tanah di Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang, Jawa Timur?
4. Bagaimana kemampuan dan kesesuaian lahan di Desa Tegalweru, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur?
5. Bagaimana usahatani pada lahan survei di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang, Jawa Timur?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi tanah di Desa Tegalweru, Kecamatan Daun,
Kabupaten Malang
2. Untuk mengetahui morfologi tanah di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang
3. Untuk mengetahui kemampuan lahan di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang
4. Untuk mengetahui kesesuaian lahan dan memberikan rekomendasi terkait
komoditas yang sesuai untuk dibudidayakan di Desa Tegalweru, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang
5. Menghasilkan satuan peta tanah, kemampuan tanah, kesesuaian tanah di Desa
Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
6. Mengetahui analisis usahatani terkait komoditas yang sesuai untuk
dibudidayakan di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
1.4 Manfaat
1. Untuk mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi tanah, kemampuan lahan, dan
kesesuaian lahan di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
2. Untuk masyarakat Desa Tegalweru dapat mengetahui penggunaan lahan yang
sesuai dengan komoditas yang dibudidayakan serta melakukan penggunaan
lahan berdasarkan data hasil kesesuaian lahan di Desa Tegalweru, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Satuan Peta Tanah
Satuan peta tanah terdiri dari satuan tanah yang disesuaikan dengan kategori dari
klasifikasi dan unsur-unsur lainnya seperti landform, relief dan bahan induk. Unsur-
unsur dan kriteria yang digunakan dalam penyusunan satuan peta berubah-ubah dari
waktu ke waktu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tuntutan perubahan ke arah yang lebih baik. Suatu hal yang cukup nyata dalam
perubahan penyusunan satuan peta ini terjadi sejak mulai digunakannya sistem
klasifikasi Taksonomi Tanah dari Amerika Serikat. Tata cara dalam penyusunan satuan
peta secara rinci dikemukakan dalam National Soil Handbook (Soil Conservation
Service, 1983) dan dalam Guidelines for Using Soil Taxonomy in the Names of Soil
Map Units. Penggunaan unsur-unsur satuan peta tanah pada pemetaan tanah semi detail
skala 1 : 50.000, sangat beragam dari waktu ke waktu.
Peta tanah semi detail yang menggunakan sistem klasifikasi. Satuan peta
tanahnya berupa kombinasi antara Rupa tanah dan relief. Rupa tanah ditentukan oleh
tiga unsur yaitu Macam tanah, kelas tekstur dan kelas. Sementara itu pemetaan tanah
semi detail yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor pada calon lokasi transmigrasi
di daerah pasang surut maupun non pasang surut seperti di daerah Rimbo Bujang-Teluk
Kuali, Jambi (Institut Pertanian Bogor, 2010) dan di daerah Gasing Puntian, Sumatera
Selatan (Institut Pertanian Bogor, 2010), menggunakan satuan tanah berupa famili
tanah dari sistem klasifikasi Taksonomi Tanah. Penyusunan satuan peta tanah pada
pemetaan tanah semi detail untuk kegiatan studi kelayakan lokasi transmigrasi pada
tahun delapan puluhan berpedoman kepada Terms of Reference Survai Kapabilitas
Tanah Satuan peta tanahnya terdiri dari satuan tanah, fisiografi, relief, dan bahan induk.
Klasifikasi tanah yang digunakan khusus disusun untuk kegiatan ini. Klasifikasi
tersebut didasarkan kepada morfogenetik dan merupakan modifikasi dari sistem
klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo Sinery (2019). Definisi-definisi terutama pada
tingkat Macam tanah sebagian besar mengambil definisi dari Legenda Soil Map of the
World dan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia). Satuan tanah terdiri dari: Macam
tanah, ukuran besar butir, kedalaman tanah, drainase tanah, reaksi tanah, kapasitas
tukar kation dan kejenuhan basa. Menurut Sinery (2019), satuan tanah yang terdiri dari
Macam tanah serta sifat-sifat tambahan lainnya seperti tersebut di atas setara dengan
kategori famili dalam sistem klasifikasi Taksonomi Tanah.
2.2 Morfologi Tanah
Pengamatan di lapang biasanya dilakukan dengan cara membedakan lapisan-
lapisan tanah atau horison-horison tanah. Tujuan dari pengamatan pada morfologi
tanah, yaitu untuk mendapatkan uraian mengenai penampakan-penampakan tanah, ciri-
ciri tanah, dan sifat umum dari suatu profil tanah (Foth, 1978). Beberapa sifat yang
akan diamati dalam proses pengamatan morfologi pada tanah yaitu, bentuk tanah,
tekstur tanah, lapisan tanah, warna tanah, struktur dan susunan tanah, dan konsistensi
tanah.
Pengamatan pada umumnya dilakukan pada profil tanah, yaitu suatu irisan
vertikal tanah yang terdiri dari lapisan-lapisan bahan induk. Menurut Sukarman et al.
(2017), pengamatan melalui profil tanah diperlukan untuk mendapatkan data sifat-sifat
morfologi tanah secara lengkap, karena sisi profil dapat terlihat dengan jelas. Lubang
profil umumnya harus cukup besar, supaya orang dengan mudah dapat duduk/berdiri
di dalamnya dan pemeriksaan dapat dilaksanakan dengan sempurna.
2.3 Fisiografi Tanah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi fisiografi adalah salah satu
cabang ilmu Geografi yang mempelajari suatu wilayah daerah atau negara berdasarkan
segi fisiknya, seperti dari segi garis lintang dan garis bujur, posisi dengan daerah lain,
batuan yang ada dalam bumi, relief permukaan bumi, serta kaitannya dengan laut.
Fisiografi lingkungan adalah uraian tentang aspek fisik dari lingkungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya mencakup aspek udara, tanah atau batuan, air, dan lahan.
Glasson (1974), Budi Harsono (1996), dan Huesmen (1986) mengatakan bahwa
wilayah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu wilayah formal dan wilayah fungsional,
Wilayah formal yang berarti adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek tertentu
yang mempunyai sifat–sifat dan ciri–ciri yang relatif sama. Kriteria tersebut dapat
berupa aspek fisik seperti; ketinggian, bentuk lahan, dan curah hujan, kegiatan ekonomi
(daerah pertanian), peternakan, industri dan sebagainya. Dan wilayah fungsional
berarti suatu wilayah yang mempunyai ketergantungan antara daerah pusat dengan
daerah belakangnya atau suatu wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa
pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar (daerah belakangnya).
2.4 Kesesuaian dan Kemampuan Lahan
Kemampuan Lahan adalah penilaian suatu lahan terhadap suatu kriteria secara
sistematik baik dari segi pendukung maupun penghambat. Menurut Sinery (2019)
Kemampuan lahan adalah mutu lahan yang dinilai secara secara menyeluruh untuk
setiap penggunaan lahannya, nilai kemampuan yang berbeda untuk jenis penggunaan
yang berbeda. Kemampuan lahan dapat bersifat pembawaan yaitu kemampuan aktual
yang merupakan pernyataan watak dan perilaku hakiki lahan dan bersifat potensi
buatan yaitu kemampuan potensial ataupun kemampuan yang timbul atas kemampuan
lahan tersebut. Kemampuan lahan lebih mengarah kepada bagaimana suatu lahan
dalam produksi pertaniansecara umum tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka
panjang.
Klasifikasi Kemampuan lahan dapat dikelompokkan ke 8 kelas didasarkan atas
intensitas penghambat, semakin besar resiko dan faktorpenghambat maka semakin
tinggi juga kelas kemampuan lahannya. Kelas I-IV Baik untuk pertanian intensif,
sedangkan kelas V-VII tidak cocok untuk pertanian tetapi cocok untuk padang rumput
tanaman dan tanaman pepohonan atau vegetasi alami. Sedangkan kelas VIII sebaiknya
dibiarkan begitu saja sesuai kondisi aslinya.
Ada 3 kategori utama untuk mengelompokkan lahan yaitu kelas, subkelas,dan
satuan kemampuan atau satuan pengolaan. Dalam klasifikasi kemampuan lahan,
terdapat empat metode yang dapat dilakukan (Siregar, 2014), yaitu metode
kualitatif/deskriptif, metode statistik, metode pengharkatan (scoring), dan metode
matching. Metode matching didasarkan pada pencocokan antara kriteria kesesuaian
lahan dengan data kualitas lahan dengan tabel kelas kemampuan lahan.
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor pembatas
I II III IV V VI VII VIII
Lereng permukaan I0 I1 I2 I3 • I4 I5 I6
Tingkat erosi e0 e1 e1 e2 • e3 e4 •
Kedalaman efektif k0 k0 k1 k2 • k3 • •
Tekstur Lapisan Atas
t2/t3 t1/t4 t1/t4 • • • • •

Tekstur Lapisan
Bawah t2/t3 t1/t4 t1/t4 • • • • •

Batuan/krikil b0 b0 b0 b1 b2 • • b3

Drainase d0/d1 d2 d3 d4 •• • • •
Bahaya banjir O0 O1 O2 O3 O4 • • •
Keterangan:
• Dapat memiliki nilai faktor penghambat dari kelas yang lebih rendah
•• Permukaan tanah selalu tergenang air
Dalam praktikum ini kemampuan lahan ditentukan berdasarkan pada data dari
tekstur tanah yang dibagi 2, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah, kelerengan, drainase,
kedalaman efektif, tingkat erosi, batuan atau kerikil, bahaya banjir.
Cara menentukan kemampuan lahan dimulai dengan mencari data-data di setiap
profil dan minipit. Kemudian diklasifikasikan sesuai data yang ada. Berikutnya
mempersiapkan tabel kelas kemampuan lahan, dan dilanjutkan dengan memasukkan
data yang diperoleh di setiap profil dan minipit ke dalam tabel tersebut.
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk suatu macam
penggunaan tertentu. Tingkat kesesuaian lahan perbandingan antara tingkat
pemanfaatan dengan daya dukung lahan menjadi ukuran untuk kelayakan penggunaan
lahan. Kesesuaian lahan proses dalam menentukan tanaman apa yang baik untuk d
tanama dalam suatu lahan dengan mempertimbangkan kemampuan dan hambatan yang
dihadapi dalam lahan tersebut. Dengan adanya klasifikasi kesesuaian lahan maka
pemanfaatan lahan akan lebih optimal serta tanaman yang ditanam mendapatkan
perlakuan yang optimal pula.
Untuk menentukan kesesuaian lahan cara yang digunakan adalah dengan
mencocokkan data kebutuhan tanaman dengan data pedon kemudian menentukan
rating faktor pembatas tiap poin yang terdiri dari W-rating= kualitas fisik tanah, r –
Rating= retensi hara, f- rating unsur = unsur hara NPK, s-rating = mekanisasi lahan.
Dalam praktikum ini untuk menentukan kesesuaian lahan digunakan metode matching
yaitu mencocokkan kualitas/karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi/persyaratan penggunaan lahan yang dikehendaki.Untuk stuktur yang
diamati adalah ordo,kelas, dan sub kelas. Pada kesesuaian lahan pada tingkat ordo dan
tingkat kelas ada 2 hal yang kita perhatikan yaitu ordo S dan ordo N. Tetapi yang
membedakan yaitu pada tingkat kelas. Pada tingkat kelas lebih kelompokkan lagi yaitu
S1,S2,S3, dan N. Subkelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam
perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas kesesuian.
Kemampuan lahan merupakan mutu lahan yang dinilai dengan menyeluruh
untuk setiap penggunaan lahan. Kemampuan lahan dapat didasarkan pada kapasitas
asli tanah dalam menunjukkan kemampuan sampai dengan batas tetentu untuk
penggunaan secara umum. Sedangkan kesesuaian lahan merupakan kecocokan suatu
jenis lahan tertentu dengan penggunaan lahan tertentu. Kesesuaian lahan merupakan
spesifikasi dari kemampuan lahan. Menurut Notohadiprawiro (1999), dalam
menetapkan penggunaan lahan yang layak yang terdapat dalam suatu sistem pertanian
merupakan langkah pertama yang terpenting dalam melaksanakan konservasi tanah
karena konservasi lahan pada intinya adalah melaksanakan tataguna lahan dan
menyingkirkan penggunaan lahan yang membahayakan. Tingkat kesesuaian
merupakan perbandingan antara tingkat pemanfaatan lahan dengan daya dukung dari
lahan itu tersebut yang lalu menjadi ukuran untuk kelayakn penggunaan lahan.
Menurut Sinery, et. al. (2019) Aspek yang perlu diperhatikan dalam kesesuaian lahan
adalah:
1. Jenis tanah
Tanah merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
kesesuaian lahan. Namun setiap tanah memiliki jenis yang berbeda-beda antara
satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor faktor
seperti iklim, vegetasi, sifat bahan induk, topografi, dan rentang waktu selama
bahan induk diubah menjadi tanah.
2. Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan dapat mempengaruhi kesesuaian lahan karena hal ini
berhubngan dengan kondisi tanah dan erosi yang akan berdmpak ada
aktivitaspenggunaan lahan.
3. Kemiringan lereng
Kemiringan lahan merpakan perbeaan ketinggian pada relief pada suatu bentuk
lahan. Kemiringan lahan menunjukkan karakter daerah yang harus
dipertimbangkan dalam penggunaan lahan. Kemiringan lahan dipengaruhi oleh
ketinggian lahan terhadap laut.
2.5 Usahatani
Terdapat banyak pendapat mengenai pengertian dari usahatani, menurut
Suratiyah (2015), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana sesorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai
ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi sebaik-baiknya.
Menurut Darwis (2017), usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi untuk waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila
petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan
dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output
yang melebihi input. Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
secara umum usahatani adalah ilmu yang bertujuan untuk mengalokasikan sumber
daya yang dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi Survei
Survei dilakukan diwilayah Desa Tegalaweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Disebelah selatan berbatasan dengan Desa Petungsewu/Karangwidoro dengan titik koordinat :
756’35” S dan 11233’14”, Disebelah utara berbatasan dengan Desa Gadingkulon dengan titik
koordinat : 755’58”S dan 11233’53” E, Disebelah timu rberbatasan dengan Desa Merjosari
dengan titik koordinat : 756’12” S dan 11234’16” E, Disebelah barat berbatasan dengan Desa
Selorejo dengan titik koordinat : 756’20” S dan 11233’17” E.
3.2 Alat dan Bahan Survei
Alat dan bahan yang digunakan di lapangan pada saat fieldwork Studi evaluasi
lahan antara lain sebagai berikut.
1. Alat
Nama Fungsi

Papras Untuk meratakan pinggiran minipit

Cangkul Untuk menggali tanah, membuat minipit

Bor Untuk mengebor tanah

Pisau tanah Untuk membuat batasan horizon dan


konsistensi tanah

Botol Aquades Tempat menyimpan air

Buku Munsell Colour Chart Untuk menentukan warna tanah

Meteran Alat ukur

Sabuk Profil Untuk mengukur ketebalan horizon

Kamera Alat dokumentasi

Kantong Plastik Untuk menyimpan sampel tanah

Kompas Untuk menentukan arah mata angin

GPS Untuk menunjukkan arah ke lokasi

Klinometer Untuk menentukan kelerengan area survey


Peta Dasar Sebagai panduan untuk menentukan titik
atau lokasi pengamatan

Kartu Deskripsi Profil Tanah Sebagai acuan dalam menentukan sifat


(morfologi dan fisiologi) morfologi dan fisiologi tanah

2. Bahan
Nama Fungsi

Tanah Objek pengamatan

Air Untuk membasahi tanah guna menentukan


tekstur dan konsistensi tanah

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengamatan Fisiografi
Alur kerja pengamatan fisiografi tanah pada suatu titik pengamatan yang
dilakukan pada saat fieldwork 1 adalah sebagai berikut :

Menyiapkan alat dan bahan.

Menentukan titik pengamatan dengan


bantuan peta, avenza map dan GPS.

Melakukan pengamatan kelerengan dengan menggunakan klinometer


untuk menentukan besar lerangan di suatu titik pengamatan.

Menentukan relif makro, aliran permukaan, drainase


dan erosi pada titik pengamatan.

Mengetahui vegetasi yang ditanam dan


penggunaan lahan pada titik pengamatan.

Mencatat hasil pengamatan.


3.3.2 Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi tanah dilakukan dengan pembuatan minipit tanah dan
pengeboran. Berikut merupakan langkah kerja dalam melakukan pengamatan
morfologi tanah. Hal pertama yang dilakukan ialah membuat minipit tanah. minipit
tanah biasanya dibuat dengan menggali tanah berukuran kurang lebih panjang 50 cm,
lebar 50 cm, dan dalam 50 cm. Kedua, memberikan batasan horizon tanah yang pada
setiap horizon dilakukan pengamatan terhadap warna tanah, konsistensi tanah, struktur
tanah dan tekstur tanah. Pembuatan minipit tanah dilakukan untuk pengamati lapisan
bagian atas dan selanjutnya dilakukan pengeboran untuk mengamati lapisan bagian
bawah. Langkah dalam pengamatan warna tanah ialah mengambil satu agregat tanah
dari yang sudah digali. Pengamatan dilakukan langsung di lapang dengan kondisi
cahaya yang cukup. Kemudian agregat tanah dicocokan dengan buku munsell, tapi
sebelumnya ditetapkan terlebih dahulu kondisi tanah tersebut kering, lembab atau
basah. kemudian mencatat satuan nilai hue, value dan chromanya. Terakhir yaitu
mencari nama pada halaman berikutnya setelah mendapatkan simbol warna. Pada
Pengamatan konsistensi tanah dilakukan dalam tiga keadaan tanah yaitu kering,
lembab, dan basah. Dalam keadaan kering yaitu meremas/menekan massa tanah pada
telapak tangan kemusian melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan
telapak tangan. Dalam keadaan lembab yaitu meremas massa tanah pada telapak tangan
kemudian menentukn ketahanan massa tanah terhadap remasan. Dalam keadaan basah
untuk kelekatan yaitu memijit tanah antara ibu jari dengan telunjuk kemudian
menentukan daya lekatnya. Untuk plastisitas yaitu memirit tanah diantara ibu jari dan
telunjuk kemudian melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran dan mudah tidaknya
berubah bentuk. Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan menggambil gumpalan
tanah yang kemudian dipecahkan menjadi agregat atau gabungan agregat. Selanjutnya
yaitu mengamati struktur tanah dan menyesuaikan dengan kategori yang ada. Terakhir
yaitu pengamatan tekstur tanah dilakukan dengan memijat tanah basah diantara jari
jempol dan telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan
butir-butir pasir, debu dan liat.
3.3.3 Pengamatan Usahatani
Pengamatan usahatani dilakukan dengan wawancara petani di lokasi survei yang
terletak di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Hasil dari wawancara
nantinya akan dilakukan perhitungan kelayakan usaha dengan menggunakan R/C ratio
(perbandingan pendapatan dengan pengeluaran). Data-data yang diperlukan untuk
mendapat nilai kelayakan usaha dari petani di lokasi praktikum antara lain jumlah cost
atau biaya yang dikeluarkan oleh petani seperti pengeluaran pupuk, bibit, dan alat-alat
berat untuk melakukan produksi. Sedangkan untuk revenue atau penerimaan adalah
jumlah pendapatan yang didapatkan petani dari hasil produksi pertanian. Kegiatan
usaha tani akan dinyatakan layak jika hasil perhitungan R/C ratio lebih dari 1.
DAFTAR PUSTAKA
Sinery, Anton, Rudolf, Hermasnus Warmetan, Samsul Bachri, Devi Manuhua.
2015. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan. Yogyakarta. Deepublish.
Notohadiprawiro, T. 1999. Memanfaatkan Tanah Selaras Dengan Alam.
Konggres dan Seminar HITI VII. Bandung, 2-5 Nopember 1999.
Sinery, Anton Silas. 2019. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan.
Penerbit Deepublish. Yogyakarta
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta Timur.
Darwis, K. 2017. Ilmu Usaha Tani ; Teori dan Penerapan. CV. Inti Mediatama
: Makassar.
Nur Rohmah, Peny, dan Agus Anggoro Sigit. 2018. Analisis Potensi Dan
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Berdasarkan Fisiografis Wilayah
Kecamatan Pejagoan Dan Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen Tahun
2017. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abdullah, T. (2008 ). Survei Tanah dan Evaluasi Lahan . Jakarta : PT. Penebar
Swadaya
Hardjowigeno, S. (2007 ). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata
Guna Lahan . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Rayes, M. L. (2007). Metode Invetarisasi Sumber Daya Lahan . Yogyakarta :
ANDI .
Institut Pertanian Bogor. 2010. Laporan Survei Tanah Daerah Pasang Surut
Gasing Puntian, Sumatera Selatan. Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Sinery, Anton, Rudolf Tukayo, Hermasnus Warmetan, Samsul Bachri, Devi
Manuhua. 2019. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan. Yogyakarta.
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai