Oleh:
ASYROF SYAHIROH
11613148
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL................................................................................................
iii
DAFTAR RUMUS..............................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
INTISARI............................................................................................................
vi
ABSTRACT..........................................................................................................
vii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................
1
3
3
4
2.1.1 Pangan.................................................................................................
10
12
14
16
21
2.3 Hipotesis.......................................................................................................
22
23
23
3.1.1 Bahan..................................................................................................
23
3.1.2 Alat......................................................................................................
23
23
23
23
24
24
24
24
3.2.4.3 Presisi......................................................................................
25
3.2.4.4 Akurasi....................................................................................
25
26
26
3.2.6.1 Populasi..................................................................................
26
26
27
27
27
27
28
28
29
30
31
32
4.1.1 Linieritas.............................................................................................
32
33
4.1.3 Presisi..................................................................................................
33
4.1.4 Akurasi................................................................................................
34
35
37
39
5.1 Kesimpulan..................................................................................................
39
5.2 Saran.............................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
41
LAMPIRAN.......................................................................................................
43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
11
Gambar 2.2
15
30
Gambar 4.1
31
Gambar 4.2
32
Gambar 4.3
36
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
10
Tabel 2.3
11
Tabel 2.4
13
Tabel 2.5
14
Tabel 2.6
17
Tabel 2.7
18
Tabel 2.8
19
Tabel 4.1
33
Tabel 4.2
34
Tabel 4.3
35
Tabel 4.4
37
Tabel 4.5
37
DAFTAR RUMUS
Rumus 2.1
Recovery........................................................................................
19
Rumus 2.2
19
Rumus 2.3
20
Rumus 3.4
Rf..................................................................................................
28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di zaman modern ini banyak terjadi penyalahgunaan zat tambahan pangan
yang dilakukan oleh para produsen makanan yang bertujuan untuk menarik perhatian
konsumen. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya bukan merupakan
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai gizi, yang sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan pada saat pembuatan, pengolahan,
penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan, makanan
diharapkan dalam kondisi baik(1).
Pewarna adalah salah satu bahan tambahan pangan. Pewarna makanan yang
baik adalah pewarna yang tidak membahayakan bagi tubuh dan yang diizinkan
tercampur pada makanan seperti pewarna alami dan pewarna kimia khusus untuk
makanan yang tidak melebihi batas penggunaannya. Pewarna yang tidak
diperbolehkan adalah pewarna yang dapat membahayakan bagi tubuh dan yang tidak
diizinkan tercampur pada makanan seperti pewarna sintetis pabrik yang biasanya
digunakan sebagai pewarna baju ataupun kayu. Semakin banyak makanan yang
beredar dengan berbagai warna, produsen yang tidak bertanggung jawab biasanya
lebih
memilih
untuk menggunakan
bahan pewarna
sintetis karena
lebih
Mie kuning basah merupakan makanan yang banyak digemari oleh anak anak
dan orang dewasa. Mie kuning basah biasanya digunakan untuk pelengkap makanan
dan untuk menambah variasi makanan. Metanil yellow yang berwarna kuning sering
disalahgunakan agar warna mie kuning basah terlihat lebih menarik (5). Kadar metanil
yellow yang rendah dapat menimbulkan efek toksik apabila masuk ke dalam tubuh
manusia seperti mual, muntah, sakit perut, diare, demam, dan lemah, dalam jumlah
kadar yang tinggi efek toksik dapat dijumpai pada berbagai organ, antara lain hati,
ginjal, paru-paru, jantung, otak, limpa, dan jaringan otot bahkan menyebabkan tumor
dan kanker maka perlu diketahui nilai kadarnya(6).
Analisis metanil yellow perlu dilakukan untuk menjamin kemanan. Analisis
metanil yellow dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dapat dilakukan dengan metode kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis (7).
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan cara spektrofotometri, Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) densitometri dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Metode tersebut dapat digunakan untuk penentuan kadar jenis pewarna. Metode KLT
densitometri dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) membutuhkan biaya
cukup mahal, lebih rumit, dan membutuhkan waktu cukup lama(8).
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01-2895 Tahun 1992 telah
merumuskan metode acuan untuk cara uji pewarna tambahan makanan, yaitu uji
kualitatif dengan metode kromatografi kertas menggunakan benang wol(9). Metode
kromatografi kertas memiliki kekurangan yaitu memiliki resolusi yang rendah dan
waktu elusi yang panjang. Pada penelitian kali ini uji kualitatif dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis menggunakan benang wol. Kromatografi lapis tipis
memiliki kelebihan yaitu memiliki resolusi yang tinggi, waktu elusi yang relatif lebih
pendek dan lebih sederhana(10).
Uji kuantitatif dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-VIS. Metode
ini dipilih karena dapat memisahkan zat pewarna dengan baik serta memiliki biaya
oprasional, pemeliharaan yang terjangkau dan tidak terlalu mahal jika dibandingkan
dengan metode lainnya. Pada penelitian sebelumnya metanil yellow telah dilakukan
pada sampel es lilin menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS. Penelitian yang
dilakukan berbeda dengan acuan yaitu sampel yang digunakan adalah mie kuning
basah. sehingga perlu dilakukan validasi metode karena tidak menggunakan metode
baku dan dilakukan dengan menggunakan sampel yang berbeda. Validasi metode juga
merupakan salah satu hal yang ikut menentukan hasil dari suatu analisis. Pada analisis
metanil yellow dalam mie kuning basah parameter validasi yang digunakan yaitu
parameter validasi yang dipersyaratkan oleh Association of Official Analytical
Chemist (AOAC). Parameter validasi metode yang dilakukan yaitu linieritas, batas
deteksi (LOD), batas kuantifikasi (LOQ), presisi dan akurasi(12).
1.
2.
3.
Yogyakarta?
Berapakah kadar metanil yellow yang terdapat dalam mie kuning basah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter validasi metode
analisis kuantitatif pada mie kuning basah yang dilakukan memenuhi kriteria
Association of Official Analytical Chemists (AOAC), untuk mengetahui kandungan
metanil yellow pada mie kuning basah yang beredar di pasar Demangan Kecamatan
Gondokusuman Yogyakrta serta untuk mengetahui kadar metanil yellow dalam mie
kuning basah.
1.
2.
3.
Dapat mengetahui kadar metanil yellow dalam mie kuning basah yang beredar
di Pasar Demnagan Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1
Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk didalamnya adalah tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam penyiapan, pengolahan,
dan atau pembuatan makanan atau minuman(13). Berdasarkan cara perolehannya,
pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
(1)
Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan
segar dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan
baku pengolahan pangan.
(2)
Pangan olahan
Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan
cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.
(3)
2.1.2
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. BTP
ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat (15).
Berdasarkan fungsinya, menurut Permenkes No. 033 tahun 2012 tentang bahan
tambahan pangan, pengelompokkan BTP yang diizinkan digunakan pada makanan
Pewarna Makanan
Zat pewarna makanan merupakan suatu benda berwarna yang memiliki
afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Warna dari suatu produk makanan
ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang sangat penting. Warna merupakan
kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan. Zat pewarna dibagi menjadi dua
kelompok yaitu uncertified color (zat pewarna alami) dan certified color (zat pewarna
sintetik)(15).
(1). Uncertified color additive ( zat pewarna tambahan alami)
Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat pewarna
alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral, walaupun
ada juga beberapa zat pewarna seperti karoten dan kantaxantin yang telah dapat
dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya sesuai prosedur sertifikasi dan termasuk
daftar yang tetap. Zat pewarna alami menghasilkan karakteristik warna yang lebih
pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena
itu zat ini tidak digunakan sesering zat pewarna sintetis. Contoh : daun suji untuk
warna hijau, daun jambu/daun jati untuk warna merah dan kunyit untuk warna
kuning(15).
(2). Certified color (zat pewarna sintetik)
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, zat warna hasil rekayasa
teknologi pun semakin berkembang. Oleh karena itu berbagai zat warna sintetik
diciptakan untuk berbagai jenis keperluan misalnya untuk tekstil, kulit, peralatan
rumah tangga dan sebagainya. Zat pewarna sintetis seharusnya telah melalui suatu
pengujian secara intensif untuk menjamin keamanannya. Karakteristik dari zat
pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah dan memiliki variasi warna yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat
pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi
produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Contohnya : rhodamin B, methanyl yellow (15).
Pengawasan dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman
pada tingkat pusat oleh Kantor Wilayah Departemen Kesehatan, Balai Pemeriksaan
Obat dan Makanan, serta Kantor Departemen Kesehatan tingkat daerah. Menurut
Permenkes No. 033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan yang dapat dilihat
pada tabel 2.1 akan diuraikan jenis-jenis zat pewarna yang diizinkan oleh pemerintah
beserta nomor indeks warna dan batas penggunaan maksimum(16).
Nomor
Indeks
Warna
(C.I.No.)
42090
Batas
Penggunaan
Maksimum
100
mg/kg,
produk
akhir
(total
campuran
pewarna
300
mg/kg)
Eritrosin
Food red 2
45430
100
mg/kg
produk
akhir
(total
campuran
pewarna
3
mg/kg)
Hijau FCF
Erithrosin : Cl
42053
100
mg/kg,
produk
akhir
(total
campuran
pewarna
300
mg/kg)
Hijau S
44090
300
mg/kg,
tunggal
atau campuran
dengan pewarna
lain
Indigotin
Food green 3
73015
100
mg/kg,
produk
akhir
(total
campuran
pewarna
300
mg/kg)
Ponceau 4R
Green 4 Indigotin :
Cl.Food
16255
50 mg/kg produk
akhir
(total
campuran
pewarna
300
mg/kg)
Kuinolon
15980
50 mg/kg produk
akhir
(total
campuran
pewarna
300
mg/kg)
Kuning
FCF
15985
100
mg/kg,
produk
akhir
(total
campuran
pewarna
300
mg/kg)
Nomor
Indeks
Warna
Batas
Penggunaan
Maksimum
Pewarna
(C.I.No.)
14720
Karmoisin
Carmoisine; CI
Food Red 3;
Azorubine;
Merah
16035
Coklat HT
Chocolate
Brown HT; CI
20285
Tartazin
Tartrazine; CI
Food Yellow 4;
19140
Alura
FD& C Yellow
No. 5;
pewarna lain
41000
Alkanet
75520
11020
27755
77491
11270
14270
12156
16045
13015
69800
42510
13065
12100
12140
11380
11390
16230
15980
45170
2.1.4
Metanil Yellow
Metanil yellow atau kuning metanil merupakan zat warna sintetis berbentuk
serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak
larut dalam benzen dan eter, serta sedikit larut dalam aseton. Metanil yellow dibuat
dari asam metanilat dan difenilamin. Kedua bahan ini bersifat toksik. Metanil yellow
biasa digunakan untuk mewarnai wol, nilon, kulit, kertas, cat, alumunium, kayu, dan
bulu(17). Metanil yellow, merupakan zat pewarna industri tekstil yang dilarang untuk
produk makanan, yang pada umumnya mengandung persenyawaan logam berat
seperti aluminium, besi, tembaga dan lainnya. Metanil yellow mengandung logam
berat dikarenakan pada saat proses pembuatan zat pewarna sintetik ini biasanya
melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali
terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun(17).
Zat warna sintetis memiliki rumus kimia C18H14N3O3SNa dengan penampakan
fisik berwarna oranye sampai warna kuning. Struktur dapat dilihat pada gambar 2.1
dan monografi bahan pada tabel 2.3.
Keterangan
Penjelasan
1.
BM
2.
Rumus Molekul
3.
Merck Index
14.5928
4.
5.
6.
pH
Titik Leleh
Golongan
1.2 - 2.3
>250 C
Azo
7.
Kelarutan
Sinonim
8.
375,38 g/mol
C18H14N3O3SNa
adanya degradasi pewarna yang bersangkutan yang tidak larut dalam minyak dan
lemak. Selain itu, senyawa ini bersifat iritan sehingga jika tertelan dapat
menyebabkan iritasi saluran cerna dan senyawa ini dapat pula menyebabkan mual,
muntah, sakit perut, diare, bahkan menyebabkan kanker(19). Metanil yellow yang
masuk ke dalam tubuh, zat akan diserap didalam usus kemudian masuk kedalam hati,
didalam hati zat pewrana metanil yellow sebagian ada yang diserap kemudian
dieksresikan melalui urin dan ada pula yang tertinggal dan tidak dapat dimetabolisme,
efek jangka panjang dengan jumlah kadar metanil yellow yang tinggi maka akan
menyebabkan kanker dan tumor(20).
Laporan tahunan yang dilakukan oleh Badan
POM
mendapatkan zat warna methanil yellow pada beberapa sampel makanan dan
minuman yang diujikan. Di Indonesia pewarna ini sering disalah gunakan untuk
mewarnai berbagai jenis pangan antara lain kerupuk, mie kuning, tahu, dan pangan
jajanan yang berwarna kuning, seperti gorengan(21).
2.1.5
Indonesia. Definisi mie adalah produk makanan yang dibuat dari tepung gandum atau
tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diijinkan, bentuk khas mie dan siap untuk dihidangkan
setelah dimasak. Menurut Astawan 2006, mie basah yang baik adalah mie yang
secara kimiawi mempunyai nilai kimia yang sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Departemen Perindustrian melalui SII 2046-90. Persyaratan tersebut
dilihat pada data tabel 2.4(22).
Tabel 2.4 Kriteria uji mie basah(22)
Kriteria uji
Satuan
Persyaratan
1. Keadaan :
a. Bau
b. Warna
c. Rasa
Normal
Normal
Normal
2.
3.
4.
5.
Kadar air
Abu
Protein
Bahan Tambahan
%, b/b
%, b/b
%, b/b
Makanan :
a. Boraks
b. Pewarna
c. Formalin
20 35
Maksimum 3
Maksimum 8
Tidak boleh
Yang diizinkan
Tidak boleh
6. Pencemaran
logam:
a. Timbal (Pb)
b. Tembaga (Cu)
c. Seng (Zn)
d. Raksa (Hg)
mg/kg
Maksimum 1,0
mg/kg
Maksimum 10,0
mg/kg
Maksimum 40,0
mg/kg
Maksimum 0,05
Koloni/g
Maksimum 1,0 x 10
APM/g
Maksimum 10
Koloni/g
Maksimum 1,0 x 10
7. Pencemaran
mikroba :
a. Angka
lempeng total
b. Escherchia coli
c. Kapang
2.1.6
Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
Ultraviolet
Violet
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah
Inframerah
Warna
komplementer
Kuning
Jingga
Merah
Ungu
Biru
Hijau
di
teruskan
melalui
lensa
menuju
ke
monokromator
pada
yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian diterima oleh detektor, kemudian detektor akan menghitung cahaya yang
diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif(23).
2.1.6.2 Instrumentasi
Instrumentasi spektrofotometer UV-VIS terdiri dari sumber cahaya yang dapat
berasal dari lampu deuterium untuk daerah UV atau lampu halogen kuarsa dan lampu
tungsten untuk daerah visible, wadah sampel, monokromator, detektor, dan rekorder
yang dapat dilihat pada gambar 2.2(23).
3.
4.
5.
Recorder merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detektor(23).
2.1.7
Validasi Metode
Parameter validasi yang diperlukan untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada
tabel 2.6.
Tabel 2.6. Parameter validasi yang diperlukan untuk tiap kategori(25).
Parameter
Kategori
Validasi
Kategori
Kategori
II
II
III
IV
Uji Batas
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
-
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Akurasi
Presisi
Spesifisitas
Batas Deteksi
Batas
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
kuantitatif
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Kuantifikasi
Linieritas
Rentang
Robustness
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Kategori Kategori
(ketahanan)
*mungkin diperlukan, tergantung pada uji spesifiknya.
2.1.7.3 Parameter Validasi
Parameter validasi terdiri atas akurasi, presisi, spesifitas, linearitas dan
rentang, batas deteksi dan batas kuantifikasi, ketangguhan, dan ketahanan(24).
1. Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung proporsional terhadap konsentrasi analit dalam
sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi
analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,
2.
Reference
Method).
Penentuan
akurasi
lain
adalah
dengan
Rata-Rata
Recovery (%)
100%
10%
1%
0,1%
0,01%
10 g/g (ppm)
1 g/g
10 g/kg (ppb)
98-101%
95-102%
92-105%
90-108%
85-110%
80-115%
75-120%
70-125%
3.
C F C A
CA
(2.1)
Keterangan :
CF : konsentrasi total sampel hasil pengukuran
CA : konsentrasi sampel sebenarnya
C_A : konsentrasi analit yang ditambahkan
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali
pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen.
Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif
(koefisien variasi). Kriteria penerimaan presisi dapat dilihat pada tabel
2.8.
Tabel 2.8 Kriteria penerimaan presisi menurut AOAC
Konsentrasi
100%
10%
1%
0,1%
RSD
1%
1,5%
2%
3%
0,01%
4%
10 g/g
6%
1 g/g
7%
10 g/g
15%
Deviasi standar atau deviasi standar relative dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
SD =
RSD (%) =
(2.2)
Keterangan:
xi : nilai dari masing-masing pengukuran sampel
x : rata-rata dari pengukuran sampel
n : jumlah sampel
4. Limit deteksi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter uji batas,
yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi, tetapi tidak
dikuantifikasi pada kondisi percobaan yang dilakukan. Limit deteksi
dinyatakan dalam konsentrasi analit dalam sampel. Limit kuantifikasi
adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan
dengan presisi dan akurasi yang dapatditerima pada kondisi eksperimen
yang ditentukan. Limit deteksi dan kuantifikasi seringkali bergantung
pada kemampuan instrumen. Batas deteksi dan batas kuantifikasi dapat
ditentukan dengan rumus berikut :
5.
(2.3)
Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh
darianalisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti
laboratorium,analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda,
dan lain-lain. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya
6.
2.2
Landasan Teori
Metanil yellow, merupakan zat pewarna industri tekstil yang dilarang untuk
produk makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan menyatakan bahwa metanil
yellow sering disalahgunakan pada produk makanan industri rumah tangga seperti
kerupuk, sirup, minuman kemasan, tahu dan mie kuning basah. Salah satu alasan
produsen yang tidak bertanggung jawab memilih untuk menggunakan bahan pewarna
sintetis seperti metanil yellow karena lebih menguntungkan dari segi biaya untuk
produksi makanannya dari pada menggunakan pewarna alami, dalam kadar kecil
metanil yellow dapat menimbulkan efek toksik apabila masuk ke dalam tubuh
manusia seperti mual, muntah, sakit perut, diare, demam, dan lemah. Dalam jumlah
kadar yang tinggi efek toksik dapat dijumpai pada berbagai organ, antara lain hati,
ginjal, paru-paru, jantung, otak, limpa, dan jaringan otot dan menyebabkan tumor dan
kanker. Oleh sebab itu, melalui Permenkes No. 033 tahun 2012 tentang bahan
tambahan pangan, pemerintah melarang penggunaan metanil yellow pada produk
makanan.
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis kandungan metanil
yellow pada mie kuning basah dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan benang wol
untuk menarik zat warna, dan pemisahan senyawa dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis karena memiliki resolusi yang tinggi, waktu elusi yang relatif
lebih pendek dan lebih sederhana. Analisis kuantitatif metanil yellow dilakukan
dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis karena metanil yellow
memiliki gugus kromofor dan ausokrom. Kromofor adalah bagian yang bertanggung
jawab terhadap penyerapan warna dan terdiri dari ikatan rangkap terkonjugasi
sedangkan sedangkan ausokrom adalah gugus fungsi yang menempel pada kromofor.
Analisis metanil yellow yang dilakukan pada penelitian ini berbeda dengan
acuan yaitu sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mie kuning basah
sehingga penelitian ini perlu dilakukan validasi agar metode tersebut dapat dipercaya
dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
dilakukan yaitu linieritas, batas deteksi (LOD), batas kuantifikasi (LOQ), presisi dan
akurasi.
2.3
Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain amoniak 10% (pro
analisis, Merck, Germany), asam asetat glasial, asam asetat 10% (pro analisis, Merck,
Germany), akuades, etanol (pro analisis, Merck, Germany), metanil yellow, methanol
(pro analisis, Merck, Germany), mie kuning basah dan n-butanol (pro analisis, Merck,
Germany).
3.1.2 Alat
Alat-alat yang diperlukan untuk penelitian berupa alat pemanas, benang wol
bebas lemak, cawan porselen (pirex), chamber, gelas beker, kertas whatman no. 42,
labu ukur 50 ml dan 100 ml (pirex), lumpang alu, pipa kapiler, mikro pipet
(Transferpette ), plat KLT, pipet tetes, pipet volume, spektrofotometer UV/Vis,
timbangan analitik (Metler Toledo XS 205, kepekaan 0,01 mg) dan waterbath.
3.2 Cara Penelitian
3.2.1 Pembuatan Larutan Metanil Yellow 500 ppm
Ditimbang 50 mg standar metanil yellow dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml, dilarutkan dengan akuades sampai tanda batas, dan dihomogenkan.
Diperoleh larutan standar 500 mg/L.
3.2.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Metanil Yellow
Dipipet 0,5 ml larutan metanil yellow pada 500 ppm dengan menggunakan
pipet ukur dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian ditambahkan
akuades sampai tanda batas dan dihomogenkan. Larutan ini mengandung 5
ppm metanil yellow. Kemudian diukur panjang gelombang pada serapan
3.2.3
Konsentrasi 100%
Ditimbang 10 gram mie kuning basah dan dilembutkan dengan cara
ditumbuk menggunakan lumpang alu. Kemudian sampel dilarutkan
dalam 30 ml larutan amoniak 2% didalam etanol 70% kemudian
disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam labu
ukur 50 ml. Ditambahkan 600 l larutan stok metanil yellow 500 ppm
dengan menggunakan mikropipet, dilarutkan dengan akuades hingga
tanda batas dan dihomogenkan. Dibaca absorbansinya pada pada
panjang gelombang 433 nm.
3.
Konsentrasi 120%
Ditimbang 10 gram mie kuning basah dan dilembutkan dengan cara
ditumbuk menggunakan lumpang alu. Kemudian sampel dilarutkan
dalam 30 ml larutan amoniak 2% didalam etanol 70% kemudian
disaring dengan menggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam
labu ukur 50 ml. Di tambahkan 720 l larutan stok metanil yellow 500
ppm dengan menggunakan mikropipet, dilarutkan dengan akuades
hingga tanda batas dan dihomogenkan. Dibaca absorbansinya pada
Gondokusuman. Alasan pemilihan lokasi karena pasar tradisional menjual mie kuning
basah dan sangat laris terjual.
3.2.6
3.2.6.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mie kuning basah yang dijual di pasar
tradisional Demangan Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
3.2.6.2 Sampel penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah mie kuning basah yang diambil berdasarkan produsen mie kuning
basah yang berbeda. Peneliti menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi untuk
memastikan mie kuning basah yang diambil dapat memenuhi kriteria
penelitian.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Mie kuning basah yang dijual di pasar tradisional Demangan Kecamatan
Gondokusuman.
2. Mie kuning basah yang tidak bermerk dan tidak bernomor registrasi
Adapun kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Mie kuning basah yang dijual dengan produsen yang sama
2. Mie kuning basah yang memiliki merk, nomor registrasi dan disimpan
dilemari pendingin.
3.2.7
Benang Wol
3.2.7.1 Preparasi larutan pengembang
Fase gerak berupa n-butanol, asam asetat glasial, dan akuades (4:5:1)
dimasukkan kedalam gelas beker, diaduk hingga homogen. Dimasukkan ke
(3.1)
Preparasi sampel
Preparasi larutan
pengembang
Penentuan panjang
gelombang
Persiapan kurva kalibrasi
Analisa Hasil
Preparasi plat
KLT
Sampel negatif
Sampel positif
Tidak dilakukan
penetapan kadar
Preparasi sampel
Penentuan kadar
Analisa hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter validasi metode analisis
yang dilakukan telah memenuhi kriteria Association of Official Analytical Chemists
(AOAC), untuk mengetahui kandungan metanil yellow pada mie kuning basah di
pasar Demangan Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta, dan untuk mengetahui
kadar metanil yellow dalam mie kuning basah. Metanil yellow dibaca serapannya
pada spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum. Hasil
pembacaan panjang gelombang maksimum pada penelitian ini yang diketahui mulai
dari 350-800 nm adalah sebesar 433 nm. Spektrum pembacaan serapan untuk
menentukan panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada gambar 4.1 dengan
puncak metanil yellow ditunjukkan dengan angka nomor 2. Panjang gelombang
maksimal yang digunakan untuk membaca serapan metanil yellow berdasarkan
literatur adalah 435 nm. Hal tersebut berbeda karena alat spektofotometer yang
digunakan setiap laboratorium berbeda sehingga dapat mempengaruhi perbedaan
lamda maksimum. Faktor lain yang menyebabkan panjang gelombang maksimum
berbeda adalah penggunaan larutan yang berbeda atau kualitas bahan (pro analisis
atau teknis).
31
Linieritas
Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil yang
secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan.
Koefisien korelasi (r) merupakan parameter linieritas yang menggambarkan
proposionalitas respon analitik terhadap konsentrasi yang diukur, linieritas dikatakan
baik jika nilai r > 0,99(12). Berdasarkan data kurva metanil yellow pada konsentrasi
antara 6 ppm sampai 14 ppm diperoleh persamaan regresi linier y = 0,04966x
0,00226 dengan nilai r 0,99967. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan
hubungan yang proposional antara respon analitik dengan konsentrasi kadar yang
diukur. Hasil uji linieritas metanil yellow dapat dilihat pada gambar 4.2.
4.1.2
sedangkan batas kuantitasi (LOQ) adalah jumlah terkecil yang masih dapat diukur
dalam kondisi percobaan yang sama dan masih memenuhi kriteria cermat. Nilai LOD
dan LOQ menggambarkan sensitifitas suatu metode, semakin kecil nilai LOD dan
LOQ semakin sensitif metode tersebut, secara matematik perhitungan LOD dan LOQ
diperoleh melalui garis regresi linier dari kurva baku metanil yellow. Hasil
perhitungan nilai batas deteksi (LOD) diperoleh 0,2197 ppm dan nilai batas
kuantifikasi (LOQ) diperoleh 0,6659 ppm.
Metode spektrofotometer visibel yang digunakan memiliki keterbatasan yaitu
harus memberikan serapan antara 0,2 0,8 untuk memenuhi hukum Lambert-Beer.
Hasil LOD dan LOQ hitung sangatlah rendah dan tidak masuk dalam serapan 0,2
0,8 maka diperlukan untuk mengetahui nilai LOQ praktek. Pada penelitian ini
konsentrasi kurva baku terendah adalah 6 ppm kemudian dibaca pada panjang
gelombang 433 nm, jika absorbansinya di atas 0,200 maka dibuat konsentrasi di
bawah 6 ppm sampai diperoleh absorbansi 0,200. Hasil nilai LOQ praktek diperoleh
4,5 ppm dengan absorbansi 0,2083 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Batas LOQ dari uji spektrofotometer
No.
1.
2.
3.
4.
4.1.3
Konsentrasi
Absorbansi
4,3
4,4
4,5
4,8
0,1730
0,1898
0,2083
0,2345
Presisi
Presisi merupakan derajat penyesuaian antara beberapa hasil analisis yang
diukur dengan cara yang sama. Nilai presisi biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai
RSD (Relative Standard Deviation). Pada penelitian ini pengujian presisi dilakukan
pada konsentrasi 8 ppm dengan replikasi sebanyak enam kali yang dapat dilihat pada
tabel 4.2. Metanil yellow memiliki nilai RSD 0,127%. Nilai tersebut memiliki nilai
RSD yang baik sesuai dengan ketentuan AOAC, yaitu kurang dari 6%.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan presisi
Kadar metanil
No
1
2
3
4
5
6
yellow (ppm)
8
8
8
8
8
8
Absorbansi
0,3947
0,3958
0,3957
0,3948
0,3956
0,3949
Konsentrasi
(ppm)
7,9931
8,0164
8,0146
7,9965
8,0118
7,9986
SD = 0,0102
RSD (%) = 0,127%
4.1.4
Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan
hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Pada penelitian ini akurasi
ditentukan dengan menambahkan standar metanil yellow 80%, 100% dan 120% dari
kadar analit yang diperoleh dari sampel. Adapun hasil dan perhitungan recovery
terdapat pada tabel 4.3.
Kadar
(x)
Kadar
Kadar
Recovery
standar
sampel
(%)
(ppm)
(ppm)
Rata- rata
Recovery
(%)
80%
1
2
3
10,75
10,70
10,70
100%
1
2
3
12,03
11,94
11,91
120%
1
2
3
13,84
13,33
13,23
6,31
92,63%
91,64%
91,64%
91,97%
5,99
6,31
95,49%
93,98%
93,48%
94,31%
7,25
6,31
103,86%
96,82%
95,44%
98,70%
4,79
Pada tabel 4.4 recovery (%) metanil yellow yang diperoleh antara 91,97% 98,70%.
Makanan
yang
dikembangkan
dengan
kromatografi
lapis
tipis
menggunakan benang wol. Sebelum digunakan, benang wol direndam pada n-hexana
untuk menghilangkan lemak yang terkandung dalam benang wol.
Mie kuning basah 10 gram dilembutkan kemudian ditambahkan asam asetat
agar mie dalam keadaan asam, kemudian dimasukkan benang wol untuk meyerap
warna pada mie kuning. Benang wol yang telah menyerap warna kemudian
dipanaskan dan ditambahkan amoniak agar pewarna yang menempel pada benang
wol luntur, kemudian residu yang didapat ditotolkan pada plat kromatografi. Plat
yang telah ditotol siap untuk dielusi sampai tanda batas, adapun hasil elusi yang
diperoleh seperti gambar 4.3. Fase gerak yang digunakan yaitu n-butanol, asam
asetat glasial, dan akuades (4:5:1), diaduk hingga homogen. Dimasukkan ke dalam
chamber kromatografi. Larutan siap untuk digunakan.
Pada gambar 4.3 terdapat tiga totolan yaitu totolan nomor 1 adalah standar
metanil yellow, nomor 2 adalah sampel 1 dan nomor 3 adalah sampel 2. Sampel 1
sama sekali tidak menimbulkan bercak yaitu negatif mengandung metanil yellow,
sedangkan sampel 2 terdapat bercak yang sejajar dengan standar metanil yellow
sehingga sampel 2 positif mengandung metanil yellow. Sampel 2 memiliki nilai Rf
dan hRf seperti pada tabel 4.4.
Standar
Sampel 1
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 2
Jarak titik
Jarak garis
pusat bercak
awal (cm)
(cm)
10
0
0
10
10
11
0
0
11
11
Nilai Rf
(cm)
Nilai hRf %
0,9
0
0
0,9
0,9
90
0
0
90
90
4.3 Analisis Kuantitatif (Penetapan Kadar Metanil Yellow pada Mie Kuning
Basah) dengan Spektrofotometri Visibel
Penetapan kadar metanil yellow pada mie kuning basah menggunakan metode
spektrofotometri visibel. Pembacaan absorbansi dilakukan pada panjang gelombang
maksimum yang sebelumnya telah dilakukan dengan standar metanil yellow. Panjang
gelombang maksimum standar metanil yellow adalah 433 nm. Kadar metanil yellow
dalam mie kuning basah dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kadar metanil yellow dalam mie kuning basah
Sample
Absorbansi
Konsentrasi (ppm)
Replikasi 1
0,3106
6,3006
Replikasi 2
0,3118
6,3236
Replikasi 3
0,3122
6,3319
Metanil yellow pada mie kuning basah sampel satu menunjukkan hasil negatif
sehingga tidak dilakukan penetapan kadar. Mie kuning basah sampel ke dua positif
mengandung metanil yellow dengan kadar rata rata 6,31 ppm atau setara dengan
31,539 mg/kg. Sampel ke dua tersebut tidak memenuhi persyaratan pewarna makanan
menurut Permenkes RI No. 239/Menkes/PER/V/1985 tentang tentang zat warna
tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya, karena pewarna metanil yellow
termasuk ke dalam salah satu zat warna yang dilarang digunakan sebagai pewarna
makanan.
Pada penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya melakukan parameter
validasi linearitas, batas kuantifikasi, presisi, dan akurasi. Metanil yellow termasuk
kedalam kategori II sub kategori kuantitatif yaitu uji kuantitatif untuk penentuan zat
pengotor (kontaminan). Parameter validasi yang harus dilakukan pada kategori II
untuk uji kuantitatif adalah akurasi, presisi, spesifitas, batas kuantifikasi (LOQ),
liniearitas, rentang dan robustnest.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2
Kesimpulan
3.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan:
1.
2.
Perlu dilakukan uji selektifitas sehingga diperoleh metode yang selektif dan
tidak terganggu zat lain yang terdapat dalam sampel.
3.
4.
5.
Untuk memberikan warna yang menarik pada mie terdapat alternatif bahan
tambahan alami pengganti metanil yellow yaitu kunyit dan bahan pewarna
yang dizinkan.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)