Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya skabies bisa diidentifikasi dengan pembagian
menjadi 2 faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi kebersihan diri, perilaku, dan yang termasuk faktor eksternal adalah
lingkungan, budaya dan sosial ekonomi.
A. Faktor Internal
1. Kebersihan diri
a. Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan
mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial.
Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik
adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003) Kulit yang pertama
kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit,
maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi
permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotorankotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi
b. Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya
menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan,
bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat
mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena
itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum
dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun.
Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku
dan punggung tangan. 2). Handuk yang digunakan untuk
mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3).
Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga,
hidung, dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar
tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek sehingga
mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).
c. Kebersihan Kaki
Penderita selalu memakai sepatu setiap hari. Sehingga kaki
akan selalu berada pada tempat tempat yang tertutup. Penderita
dianjurkan menjaga kebersihan kakinya dengan selalu memakai
sepatu dan kaus kaki yang kering agar terhindar dari penyakit kulit
skabies, karena sarkoptis skabie selalu hidup pada tempat-tempat
yang lembab dan tertutup (Webhealthcenter, 2006).
d. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia,
banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat
reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah
mengalami skabies diarea terterntu maka garukan di area genitalia
akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area
genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., 2005. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008mohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Mei 2011
Emier,(2007).
Scabies.
Diakses
bulan
April
websitehttp://emier86.blogspot.com/2007/10/scabies.html
2011.
Handoko, R. P., 2009. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (EdisiV).
Editor: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 122-125
Safitri,
(2008).
Menjaga
kebersihan
genital.
Jakarta.
http://www.inspiredkidsmagazine.com/ArtikelTeens.php?artikelID=228
Siregar, R.S., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sudirman, T.,2006. Skabies: Masalah Diagnosis dan Pengobatannya. Majalah
Kedokteran Damianus. Vol 5 No 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. 177-89.
Tarwoto dan Martonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi pertama. Salemba Medika.
Webhealthcenter. (2006). Personal Hygiene. Dibuka pada website http://www.
webhealthcenter.com, diakses 12 Juni 2012