PENINGKATAN TOTAL SOLID PADA KOLAM TANAH PMK DENGAN UMUR 10-15 DAN 16-20 TAHUN YANG DIPELIHARA IKAN PATIN (Pangasius Hypopthalmus) SECARA INTENSIF
PENINGKATAN TOTAL SOLID PADA KOLAM TANAH PMK DENGAN UMUR 10-15 DAN 16-20 TAHUN YANG DIPELIHARA IKAN PATIN (Pangasius Hypopthalmus) SECARA INTENSIF
USULAN PENELITIAN
PENINGKATAN TOTAL SOLID PADA KOLAM TANAH PMK
DENGAN UMUR 10-15 DAN 16-20 TAHUN YANG
DIPELIHARA IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus)
SECARA INTENSIF
OLEH
IBNU HADZQI
USULAN PENELITIAN
PENINGKATAN TOTAL SOLID PADA KOLAM TANAH PMK
DENGAN UMUR 10-15 DAN 16-20 TAHUN YANG
DIPELIHARA IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus)
SECARA INTENSIF
OLEH
IBNU HADZQI
NIM. 12041365392
Pembimbing
1. Dr. Saberina Hasibuan. S.Pi. MT
2. Prof. Dr. Ir. Syafriadiman, MSc
Judul
Nama
: Ibnu Hadzqi
Nomor Mahasiswa : 1204136592
Jurusan
: Budidaya Perairan
Disetujui Oleh
Dekan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau
Pembimbing I
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Ibnu Hadzqi
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
iii
DAFTAR TABEL......................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
I. PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang..............................................................................
I.2.Perumusan Masalah......................................................................
I.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................
I.4.Hipotesis.......................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1...................................................................Bioekologi Ikan Patin
....................................................................................................5
II.2.....................................................Tanah Podsolik Merah Kuning
....................................................................................................6
II.3..................................................................................Kualitas Air
....................................................................................................7
III.BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................
3.2. Bahan dan Alat.....................................................................................
3.3.Metode Penelitian.................................................................................
3.3.1. Asumsi.........................................................................................
3.3.2. Karakteristik Kolam Awal Pengambilan Sampel........................
3.4. Prosedur Penelitian..............................................................................
3.4.1. Pemilihan Lokasi Penelitian........................................................
3.4.2. Pengumpulan Data Sekunder......................................................
3.4.3. Pengambilan Sampel Uji.............................................................
3.4.4. Persiapan wadah .........................................................................
3.4.5. Pengukuran Kualitas Air.............................................................
3.4.6. Pengukuran Total Solid ..............................................................
3.4.5. Produksi.......................................................................................
3.4.6. Kelulushidupan............................................................................
3.4.7. Konversi Pakan............................................................................
3.5. Analisis Data........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
3
3
4
18
18
20
21
22
22
23
23
23
24
24
24
25
25
26
26
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Ikan patin (Pangasius hypopthalmus).....................................
Halaman
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
29
26
27
32
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.
Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
sehari-hari, untuk
individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan
Amri, 2002).
Desa Koto Mesjid memiliki julukan sebagai Kampung Patin, karena potensi
yang luar biasa yang dimiliki Koto Mesjid dalam bidang perikanan. Di Koto
Mesjid, terdapat 776 kolam ikan, di mana luas semua kolam mencapai 42 hektare,
dengan jumlah produksi per hari 3-4 ton ikan patin sistem budidaya intensif,
ditandai dengan padat tebar tinggi mencapai 50 ekor/m2 dengan pakan andalan
pelet yang diformulasi sendiri oleh pembudidaya ikan.
Tanah Podsolik Merah Kuning termasuk bagian terluas dari lahan kering
yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia (Subagyo et al., 2000). Namun, tanah PMK di Provinsi Riau masih
belum bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Hal ini disebabkan karena
adanya beberapa faktor, diantaranya faktor fisika, dan kimia yang terkandung
dalam tanah yang tidak mendukung dan menghambat pertumbuhan organisme air.
Tanah dasar kolam merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
budidaya ikan, karena mutu tanah dasar kolam sangat berpengaruh terhadap
kualitas air kolam di atasnya dan pada gilirannya akan berpengaruh kuat terhadap
kehidupan ikan yang dibudidayakan di dalam kolam tersebut. (Hasibuan et al.,
2011).
Kualitas air digunakan untuk budidaya merupakan faktor variabel yang
memenuhi
pengelolaan
dan
kelangsungan
hidup,
pertumbuhan,
dan
wadah budidaya ikan, karena itu baik buruknya kualitas air akan menentukan hasil
yang dicapai.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang peningkatan total solid pada kolam tanah PMK dengan umur 10-15 dan
16-20 tahun yang dipelihara ikan patin (P. hypopthalmus) secara intensif.
I.2. Perumusan Masalah
Salah satu masalah dalam kegiatan budidaya di kolam adalah peningkatan
total solid dan pengaruhnya dalam budidaya ikan patin di kolam PMK yang
dipelihara ikan patin secara intensif. Padat tebar ikan patin yang tinggi dan
mengandalkan pakan (pelet) ssebagai sumber utama pakan. Hal ini telah
menyebabkan padatan tersuspensi di kolam meningkat dan selanjutnya dapat
memicu tebalnya sedimen di dasar kolam sehingga secara konprensif penting
untuk melakukan pengkajian mengenai pengamatan kualitas tanah kolam
termasuk kebijakan untuk melakukan peremajaan kolam yang dilakukan dengan
baik tanpa mengurangi produksi ikan.
Penelitian ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan:
1. Apakah ada perbedaan peningkatan total solid pada kolam PMK dengan
umur berbeda yang dipelihara ikan patin secara intensif ?
2. Apakah total solid pada tanah PMK yang dibudidayakan ikan patin secara
intensif dengan umur berbeda mempengaruhi produksi ikan tersebut ?
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
diperkenalkan untuk pertama kali dalam pustaka ilmu tanah Indonesia oleh Dudal
dan Soepraptohardjo (1957). Nama ini digunakan dalam sistem klasifikasi tanah
susunan Baldwin et al., (1938). Sebelum nama podsolik merah kuning masuk ke
Indonesia, tanah ini termasuk dalam golongan tanah lateritik. Van der Voort
Kualitas air
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan
air minum. kualitas air merupakan faktor yang sangat penting terhadap
keberhasilan budidaya ikan dan memberi pengaruh yang cukup besar terhadap
tingkat kelulushidupan dan pertumbuhan makhluk hidup Asmawi (1984).
Secara umum, parameter kualitas air dapat digolongkan kedalam 3 faktor
besar yaitu : 1) Faktor fisika seperti suhu, dan kekeruhan. 2) Faktor kimia seperti
pH, CO2, DO, Bahan Organik Total, Turbiditas, Total solid, kesadahan, dan
alkalinitas. Adapun parameter kualitas tanah yang dihitung yaitu: Warna tanah, pH
tanah, Bahan orgnanik tanah,dan Berat volume.
2.3.1. Suhu
Menurut (Effendi, 2004) secara umum suhu yang baik untuk budidaya
adalah berkisar antara 250-320C, karena pada suhu tersebut nafsu makan ikan akan
naik dan membuat ikan berkembang besar dan cepat. Peningkatan suhu perairan
sebesar 100C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh
organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu juga menyebabkan
terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organic oleh mikroba (Effendi, 2007).
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan
air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini
erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek
kesehatan habitat dan biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan
beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air
menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan
air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992).
Rendahnya
tingkat
kecerahan
atau
tingginya
kekeruhan
10
bejana. Zat padat tersebut dapat diketahui dengan mengeringkan volume air dalam
suatu wadah. Didalam air terkandung bermacam-macam zat seperti zat organik,
anorganik, baik yang larut maupun yang tidak larut, misalnya yang bersifat koloid
atau yang merupakan suspensi yang tidak larut. Kesemuanya ini didalam air
ditetapkan sebagai Total solid.
Zat Padat Tersuspensi (TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan
air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah
liat, bahan-bahan Jndicat tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya
(Nasution, M. I, 2008). Sedangkan Zat Padat Terlarut (TDS) merupakan
konsentrasi jumlah ion kation (bermuatan positif) dan anion (bermuatan
Jndicato) di dalam air. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut
menyediakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak
menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan
wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut digunakan sebagai uji indicator untuk menentukan kualitas umum
dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion
terlarut (Oram, B.,2010).
Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran
diameter partikel Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter
Klasifikasi Padatan
Padatan terlarut
Koloid
11
Padatan tersuspensi
>1
Sumber : APHA, 1989
>10-3
12
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh
air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
2.3.4. Derajat Keasaman (pH)
Besarnya angka pH dalam air dapat dijadikan indikator adanya
keseimbangan unsur-unsur kimia dan unsur hara yang bermanfaat bagi kehidupan
vegetasi akuatis. Kondisi pH air mempunyai peran penting bagi kehidupan 47
organisme yang ada di dalamnya (Odum, 1996). Alat yang dipergunakan adalah
pH meter Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion H+ dan
menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa.
2.3.5. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen / DO)
Oksigen terlarut adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air yang
berasal dari hasil fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya atau difusi
dari udara (Penuntun Pratikum Ekologi Perairan, 2011).
Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5 8
mg/l (Mayunar et al.., 1995; Akbar, 2001). Oksigen dapat merupakan faktor
pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan
oksigen terlarut harus dilakukan berkali-kali di berbagai lokasi dengan tingkat
kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama (Sastrawijaya, 2000).
13
14
Kualitas Tanah
Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia
dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (SQI, 2001). Menurut
Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah harus (1) menunjukkan
proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2) memadukan sifat fisika tanah,
kimia tanah dan proses biologi tanah, (3) dapat diterima oleh banyak pengguna
15
dan dapat diterapkan di berbagai kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai
keragaman pengelolaan tanah dan perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat
tersebut merupakan komponen yang biasa diamati pada data dasar tanah.
2.5.1. Warna Tanah
Warna tanah merupakan morfologi tanah yang dapat tegas disidik dan
diukur. Warna tanah itu sendiri sebenarnya sedikit kepentingannya, namun
seringkali mampu bertindak sebagai penunjuk keadaan lain tanah yang penting.
Menurut Olson (1981), berpendapat bahwa warna tanah ini sangat penting untuk
diperi karena kemampuannya memberi sejumlah gambaran mengenai segi pelikan
tanah, tingkat peluruhan bahan tanah, beberapa segi unjuk kerja dan penggunaan
tanah, kandungan bahan organik tanah dan gejolak musiman air tanah. Menurut
Joffe (1949), bahwa warna tanah merupakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk membedakan horizon-horizon tanah dari suatu profil secara cepat. Sebagian
besar tanah mempunyai warna yang merupakan hasil proses-proses pedogenik,
dan sebagian lainnya adalah berasal dari warna hakiki bahan induknya. Warna
tanah dikendalikkan oleh 4 jenis bahan, yaitu senyawa-senyawa besi, senyawa
mangan dan magnetik, kuarsa dan feldspar, dan bahan organik. Adanya keadaan
lingkungan yang beragam maka akan memberikan kisaran warna dalam selang
lebar. Faktor lingkungan tanah yang banyak berpengaruh pada kisaran warna
tanah adalah kelengasan tanah dan temperatur tanah, yang secara umum akan
berpengaruh terhadap pengatusan dan tata udara tanah.
2.5.2. Berat Volume
Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling
sering ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi
akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat fisik tanah lainnya.
Seperti sifat tanah yang lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial
16
(ruang) dan temporal (waktu). Nilai berat volume, Db, bervariasi antara satu titik
dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur
tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Nilai D b
sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah. Nilai Db
terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah.
Bagian tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan jauh lebih tinggi berat
volumenya dibandingkan dengan bagian tanah lainnya.
2.5.3. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah kasar dan halusnya tanah dari fraksi tanah halus 2
mm, berdasarkan perbandingan banyaknya butir butir pasir, debu dan liat
(Hardjowigeno, 2003). Pada beberapa tanah, kerikil batu dan batuan induk dari
lapisan lapisan tanah ada juga yang mempengaruhi tekstur dan penggunaan
tanah.Tekstur suatu tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan,
dengan struktur dan konsistensi. Memang kadang kadang didapati perubahan
dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaanya atau
perkembangannya lapisan permukaan yang baru. Karena sifatnya yang relative
tetap untuk jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar
klasifikasi tanah serta struktur yang turut menentkan tata air dalam tanah yang
berupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah
(Darmawijaya,1990).
2.5.4. pH Tanah
Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali,
tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti
ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb.
Kebanyakan tanah-tanah pertanian memiliki pH 4 hingga 8. Tanah yang lebih
17
asam biasanya ditemukan pada jenis tanah gambut dan tanah yang tinggi
kandungan aluminium atau belerang. Sementara tanah yang basa ditemukan pada
tanah yang tinggi kapur dan tanah yang berada di daerah arid dan di kawasan
pantai. pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas keasaman, bukan ukuran total
asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu, seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau keasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah berpasir (Mukhlis, 2007).
2.5.5. Bahan Organik Tanah
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut
Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting
bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
18
III.
III.1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan AprilJuli 2016, bertempat di Desa Patin Koto Masjid, Kampar, Riau dan Laboratorium
Mutu Lingkungan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau, Pekanbaru.
III.2.Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah plastik dengan
tinggi 70 cm dan dapat diisi air sebanyak 26 liter, tanah PMK budidaya Patin
intensif dengan umur berbeda yang digunakan untuk memproduksi ikan Patin
Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Peralatan yang akan digunakan selama penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Alat
Timbangan analitik
Wadah plastik
Selang
Tangguk
Pipa
Aerasi
Serokan
Kamera
Alat-alat tulis
Oven
Cawan Porcelin
Kegunaan
Menimbang pelet dan ikan uji
Tempat pemeliharaan ikan patin
Untuk memasukan air
Pengambilan benih dari bak
Mengalirkan air
Sumber oksigen dalam wadah
Mengambil ikan dalam wadah
Dokumentasi
Mencatat hasil penelitian
Mengeringkan Total Solid
Wadah pengeringan Total Solid
Bahan dan alat yang digunakan untuk pengukuran analisis sifat fisika air
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Bahan dan alat yang digunakan untuk pengukuran analisis sifat fisika
Parameter Fisika
Bahan
Alat
Waktu
19
Air Kolam
Suhu
Turbiditas
Pengambilan
Air Sampel
Air Sampel
Sampel
Thermometer
1 Minggu Sekali
Satu
set
alat 1 Minggu Sekali
turbidimeter
Lovibond,
skala
pipet
mL,
batang pengaduk,
kertas
saring
biasa,
kertas
saring
nomor
(kertas
Total Solid
saring
Sampel air,
Whatman).
Oven,
Kertas 1 Minggu Sekali
aquades.
saring
yang
berpori 0,45 m
misalnya Gelman
tipe
A/E
atau
Bahan dan alat yag digunakan untuk pengukuran analisis kimia air dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 bahan dan alat yang digunakan untuk pengukuran analisi sifat kimia Air
Parameter Kimia Bahan
Alat
Waktu
Air Kolam
paengambilan
Sampel
20
pH Air
Air sampel
pH Meter
1 Minggu
DO
Air sampel
DO meter
Sekali
1 Minggu
Karbondioksida
Indikator PP,
Pipet tetes,
Sekali
1 Minggu
bebas (CO2)
larutan Na2CO30,
erlenmeyer, buret.
Sekali
Bahan Organik
0454 N
KmnO40, 01 N,
Erlenmeyer, buret,
1 Minggu
Total (TOM)
Na-Oxalat 0,01 N,
Sekali
H2SO4 pekat,
tetes
akuades
Indikator pp,
Pipet tetes,
1 Minggu
erlenmeyer, buret.
Sekali
Kesadahan
BCG+MR
Sampel Air, Titran
Buret 50 mL
1 Minggu Sekali
(Hardness)
EDTA, HCL
Erlenmeyer 250
Pekat, Bubuk
L, Pipet tetes,
Erichrome,campur
Corong, Labu
an
Alkalinitas
N, indikator
klem.
Bahan dan alat yang digunakan untuk pengukuran analisis kualitas tanah
dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5 bahan dan alat yang digunakan untuk pengukuran analisis kualitas tanah
Bahan
Alat
Waktu
Parameter
pengambilan
Kualitas tanah
sampel
21
Warna tanah
Tanah sampel
Munsell
Colour Chart
Tekstur Tanah
1 kali
penelitian
penelitian
pengocok,
sedimentasi,
saringan,
corong,
Berat volume
pH Tanah
serta
thermometer.
Ring tanah,
1 kali dalam
timbangan
penelitian
digital, oven
pH meter
1 kali dalam
larutan 1 N KCL,
penelitian
Sampel tanah
saringan
Neraca analitik,
tanah
labu Erlenmeyer
(H2SO4), kalium
dikromat (K2Cr2O7),
ukur, buret
indikatordiphenylamine
asam, dan
1 kali dalam
penelitian
Metode Penelitian
22
sebagaimana terlihat pada lampiran 1. Berikut ini adalah umur kolam budidaya
ikan patin intensif yang dijadikan sebagai perlakuan dalam penelitian ini, yaitu :
P1
P2
adalah model tetap seperti yang telah dikemukakan oleh Hanafiah (1991)
yaitusebagai berikut:
Yij = + Ki + Pj + ij
Yij
= 1 dan 2 (kelompok)
= 1 dan 2 (perlakuan)
Ki
Pj
ij
= Pengaruh galat dari umur kolam terhadap total solid ke-I dengan
ulangan ke-j
Penelitian peningkatan total solid pada tanah kolam podsolik merah kuning
dengan umur yang berebeda (10-15 dan 16-20 tahun) juga diikuti dengan
pengumpulan data yang sama dilapangan dan sebagai perbandingannya dilakukan
dalam skala laboratorium sebagaimana terlihat pada lampiran 2 dan 3.
3.3.1. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kondisi genetik ikan dianggap sama.
23
kepemilikan petani. Sehingga perlakuan yang diterima oleh kolam yang sebelum
dijadikan lokasi pengambilan sampel, yaitu:
Umur kolam 11-15 tahun : Pengeringan, pengapuran dengan kapur pertanian
(CaCO3), pemupukan dengan pupuk kandang
organik (kandang) dan non-organik (urea)
Umur kolam 16-20 tahun
3.4.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah membandingkan perbedaan umur kolam yang
dipelihara ikan patin secara intensif dan dilakukan dengan dua tempat yaitu pada
skala lapangan dan skala laboratorium. Adapun prosedur penelitian yang
dilakukan skala lapangan yaitu: 1) pemilihan lokasi sesuai dengan umur kolam
yang berbeda padat tebar dan ukuran kolam; 2) pengumpulan data skunder dari
lokasi penelitian yaitu tentang pengapuran, penggunaan pakan pelet (pemberian
pakan dilakukan 3 x sehari hingga kenyang ad satation dan jenis pelet yang
digunakan yaitu pelet buatan para petani) untuk dapat mengetahui FCR, SR, dan
produksi ikan patin; 3) padat tebar pada kolam penelitian yang berada di lapangan
yaitu 50 ekor/m2 4) pengambilan sampel uji; 5) pengukuran parameter kualitas air
dan tanah kolam.
24
25
yang
digunakan
untuk
menentukan
Total
solid
adalah GPS (Geographic Positioning System). Prinsipnya adalah Sampel air yang
berasal dari perangkap partikel dituangkan ke cawan persolin dan diuapkan,
disaring dan filtratnya diuapkan di atas pemanas air dalam wadah yang telah
26
Total Solid=
WT WG
x 100
WS
WT
WG
= Berat wadah
WS
27
SR =
Nt
X 100
No
Keterangan:
FCR
= Konversi pakan
Wo
Wt
28
LAMPIRAN
tempat
berbeda
dengan
sungai
yang
sama.
Mencampurkan
dan
Keterangan :
31,6
0,01
= normalitas KMnO4
7. Pengukuran Alkalinitas
1. Mengambil air sampel 100 ml dan memberikan 5 tetes indikator PP. Jika tidak
berwarna, maka tidak ada PP alkalinitas. Menambahkan indikato MO (Metil
Orange). Langkah berikut, menitrasi dengan larutan H2SO4 hinggadari warna
kuning sampai berubah menjadi warna orange. Kemudian menghitung larutan
H2SO4 yang digunakan (M). 2. Apabila berwarna, maka langsung menitrasi
dengan larutan H2SO4 sampai berwarna kuning. Lalu menghitung larutan
H2SO4 yang digunakan (P). 3. Memasukkan indikator MO (metil Orange), lalu
menitrasi dengan larutan H2SO4sampai warna orange. Menghitung larutan
H2SO4 yang digunakan
8. Pengukuran Kesadahan
tambahkan lagi akuades sampai netral. Memasukan larutan dalam gelas beker
1000 ml. Pasir akan mengendap lalu memasukkan air yang berada diatas endapan
pasir dalam gelas piala (jangan sampai pasir terbawa masuk). Menuang endapan
pasir pada gelas ukur sebanyak 25 ml, kemudian memasukkannya dalam cawan
porselin yang telah diisi dalam oven dengan suhu 105 0 C selama 24
jam. Mengukur suhu larutan dalam gelas piala, kemudian mencocokkannya
dengan tabel hubungan antara antara suhu cairan dengan kecepatan jatuh partikel,
maka akan waktu senggang. Pemipetan ke 2, menempatkan pipet sedalam 20 cm
dari volume 1000 ml larutan, mengambil 25 larutan kemudian memasukkannya
dalam cawan porselin ke 2 dan mengoven dengan suhu 105 0 C selama 24
jam. Pemipetan ke 3, menempatkan pipet sedalam 5 cm dari volume 1000 ml
kedalam oven dengan suhu 105 0C selama 24 jam. Setelah 24 jam, menimbang
cawan 1,2,3 yang telah dioven dan telah dihilangkan uapnya
11. Pengukuran Berat Volume
Pengukuran Berat volume tanah sebagai berikut : Menggali tanah sedalam
10-20 cm dengan alat cangkul, mendatar pada bagian dasarnya. Penggalian ini
dilakukan pada dua titik yang berbeda di lokasi lahan percobaan. Menaruh ring
sample di atas tanah datar yang telah digali dan pukul hingga ring sample
terbenam
tinggi ring sample. Lalu menaruh ring sample lainnya di atas ring
Mengangkat ring sample, menjaga agar tanah yang berada didalam ring tersebut
tidak terlepas (jatuh). Meratakan bagian atas dan bagian bawahnya hingga rata
dan tidak ada yang keluar dari dalam ring sample. Setelah sample tanah diambil,
kemudian menimbang berat awal dari tanah sample tersebut dan menghitung
Reaksi
Zat organik
KMnO4 berlebihan
CO2 +H2O
2KMnO4
5H2C2O4 + 3H2SO4
P1
P2
U1
U1
P1
P2
U2
U2
P1
P2
U3
U3
Keterangan :
P1
P2
C1
30 A
30 cm
60 cm
C2B
C2
20 cm
Keterangan gambar:
B = Tanah dasar kolam dari Desa Koto Mesjid setinggi 20 cm dari dasar wadah
penelitian.
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
Pengukuran Suhu(0C)
U2
U3
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
Rata-rata
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
U2
U3
Rata-rata
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
Pengukuran pH
U2
U3
10
Rata-rata
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
3
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
Pengukuran pH
U2
U3
11
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
Rata-rata
12
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
Pengukuran DO
U2
U3
13
11
12
Jumlah
Rata-rata
Perlakuan
Ulangan
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
U2
U3
14
Minggu
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
Rata-rata
15
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
3
4
5
6
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
U2
U3
16
7
8
9
10
11
12
Jumlah
Rata-rata
17
Perlakuan
Ulangan
Minggu
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah
10-15 Tahun
U1
U2
16-20 Tahun
U3
U1
U2
U3
18
Rata-rata
April
Mei
Juni
Juli
19
Pelaksanaan
Penyusunan Laporan
OUTLINE SEMENTARA
Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
20
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
II.2.
II.3.
Kualitas Air
21
22
ORGANISASI PENELITIAN
1 Pelaksanaan Penelitian
Nama Lengkap
: Ibnu Hadzqi
NIM
: 1204136592
23
Pekerjaan
: Mahasiswa
Jurusan
: Budidaya Perairan
Alamat
2 Dosen Pembimbing 1
Nama Lengkap
NIP
: NIP: 196909091994032003
Pekerjaan
Alamat
3 Dosen Pembimbing 2
Nama Lengkap
NIP
Pekerjaan
24
Alamat
ANGGARAN BIAYA
Dalam pelaksanaan Penelitian ini, rencana biaya yang dibutuhkan untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Biaya Proposal
: Rp.
200.000,-
: Rp.
100.000,-
Biaya Seminar
: Rp.
200.000,-
: Rp. 1.000.000,-
Dokumentasi
: Rp.
50.000,-
: Rp.
200.000,-
25
: Rp.
250.000,-
: Rp.
300.000,-
: Rp.
600.000,-
: Rp.
500.000,-
Total Biaya
Rp.3.400.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2001. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek dan Kerapu Macan di Keramba
Jaring Apung . Prosiding Lokakarya Nasional. RISTEK-DKP-BPPT.
Arifin.2008.Metode Pengelolaaan Kesadahan.http//arifin.blogspot.com, diakses
pada tanggal 4 April 2016 pukul 16.00 WIB
Asmawi, H. 1984. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia, Jakarta. 82
hlm.
Baldwin, M., C. E. Kellog, and J. Thorp. 1938 Soil Classifications. In Soil and
Men, Yearbook of Agriculture pp.979 -1001. USDA . US Govt. Printing
Office, Washington.
Boyd, C. E. 1990 Water Quality inWarmwater Fish Ponds. Auburn University
Agriculture Exprimen Stat.
(Online).
diakses 05