terhadap sentuhan. Gigi juga dapat mengalami ekstrusi. Pada pemeriksaan intraoral lainnya
akan tampak gusi sekitar gigi kemerah-merahan tetapi lipatan mukobukal masih dalam batas
normal. Gigi relatif tidak sensitif/tidak bereaksi terhadap panas, dingin, dan ransangan
elektrik.Jika telah kronis, biasanya abses periapikal tidak akan memberikan gejala atau
asimtomatik karena kurangnya akumulasi material purulent di dalam alveolus.2
palatum
anterior.
Gambar 1.2. Nodul kekuningan pada mandibula anterior tulang alveolaris. Gigi secara
klinis normal dan tidak menunjukkan gejala.
Terdapat sedikit pelebaran pada ruang periodontal apikal di daaerah sekitar apeks gigi.
Selain itu pada pemeriksaan radiologis, proses lisis tulang alveolar di sekitar apeks gigi
memberikan gambaran radiolusen berbentuk rongga pada daerah apikal. Karena abses
periapikal merupakan suatu proses litik yang berjalan cepat , gambaran radiologis tidak akan
menunjukkan garis batas yang tegas antara proses peradangan dan tulang normal.4
Gambar 1.4. Abses Periapikal. Gambaran radiolusen multipel yang overlapping pada maksila
anterior. Keempat incisif maksila telah mengalami nekrosis pulpa
Gambar 1.5. Gambaran radiolusen periapikal dihubungkan dengan gigi incisif lateral
mandibular yang non-vital.
3.1.7 Diagnosis
Diagnosis periapikal abses didapatkan dari tanda dan gejala klinis. Dan yang paling
penting adalah pemeriksaan radiologi.3
3.1.8 Penatalaksanaan
Penanganan abses periapikal ini meliputi :
1. Tindakan pembedahan
Prinsip utama dari penanganan abses periapikal adalah melakukan pembedahan untuk
drainase dan menghilangkan penyebab infeksi. Tujuan utama pembedahan yaitu untuk
menghilangkan sumber infeksi yang biasanya berupa pulpa yang nekrotik. Tujuan kedua yaitu
untuk melakukan drainase untuk kumpulan pus dan jaringan nekrotik. Jika gigi tidak dapat
diselamatkan, maka harus segera dilakukan pencabutan. Ekstraksi menghilangkan sumber
infeksi dan memberikan drainase terhadap kumpulan pus dan nekrotik.4
Insisi pada abses memberikan drainase dan pengeluaran bakteri dari jaringan di
bawahnya, selain itu, drainase juga mengurangkan ketegangan jaringan sehingga
meningkatkan aliran darah dan aliran zat-zat yang berguna untuk pertahanan tubuh pada
lokasi infeksi.4
2. Medikamentosa
Antibiotika sebagai salah satu bentuk terapi pada periapikal abses mempunyai manfaat
yang sangat besar. Bila diperlukan pemberian obat antibiotika, langkah awal dalam pemilihan
jenis antiiotika dapat dilakukan secara empiris. Sekitar lebih dari 90% bakteri penyebab
infeksi orofasial adalah golongan streptococcus aerob dan anaerob, peptococcus, fusobakteria,
bacteriodes, dan beberapa jenis bakteri lainnya. Antibiotik yang dapat dipilih adalah :
Penicillin
Erythromycin
Clindamycin
Cephadroxil
Metronidazole
Tetracyclin
Cellulitis
Acute-chronic
periapical infection
Intraoral soft
tissue abscess
Deep facial
space infection
Ascending
Osteomyelitis
facial-cerebral
infection
Terjadi karena virulensi bakteri yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah dan
kurangnya drainase.
2. Apabila periosteum ruptur, ia akan tembus ke jaringan lunak. Tempat tembusnya akan
membentuk saluran sinus (fistel) yang multipel.3
-
Jalur fistula dibentuk melalui tulang alveolar dan keluar ke jaringan ikat
sekitarnya.
Osteomielitis dikatakan kronis bila fistel yang terbentuk disertai pus yang
melimpah dan berlangsung dalam beberapa hari.
Sakit hebat
Demam
Malaise
Parestesi labial
Pembengkakan wajah
Trismus
Gingiva bengkak
Pus keluar dari gingiva marginal atau fistel multiple pada mukosa
Limfadenopati regional
Demam
3. Jika abses tidak bisa membuat drainase melalui permukaan kulit atau ke dalam rongga
mulut, ia akan menyebar secara difus melalui lapisan fasia jaringan ikat sebagai
selulitis. Abses adalah ruangan yang berdinding tebal yang berisi pus, sedangkan
sellulitis infeksi subkutan atau eritema submukosa yang difus. Staphylococci spp.
sering dikaitkan dengan pembentukan abses dimana membentuk enzim koagulase.
Streptococci sering diasosiasikan dengan sellulitis karena dapat memproduksi enzim
seperti streptokinase, hyaluronidase, dan streptodornase. Abses yang berdinding tebal
dengan sedikit atau tidak ada suplai pembuluh darah ke lumennya mempunyai respon
yang lambat dan buruk terhadap terapi antibiotik. Sedangkan selulitis berespon baik
tanpa perlu operasi drainase.2
4. Selulitis merupakan penyebaran akut dan edema dari proses inflamasi akut. Terbagi
menjadi 2:
Ludwigs Angina
o Selulitis pada regio submandibular
o 70% berkembang dari penyebaran infeksi akut dari gigi molar rahang
bawah
o Ruang submandibular terdiri dari ruang sublingual dan submaksilari yang
dipisahkan otot mylohyoid
o Penyebaran akan berlanjut ke ruang lateral faringeal, lalu ke retrofaringeal
5. Lokalisasi dari abses dentoalveolar pada suatu spatial tergantung dari letak anatomi
dari akar gigi mana yang terkena infeksi, terutama hubungannya dengan perlekatan
otot, khususnya otot buccinator dan mylohyoid. Infeksi biasanya mengikuti jalur yang
hambatannya paling minimal. Pada keadaan tertentu dapat terkena lebih dari satu
spatial, hal ini merupakan keadaan yang sangat serius di dalam penyebaran. Infeksi
sampai dapat menimbulkan suatu penyebaran yang lebih jauh ke arah atas kepala dan
ke bawah leher sampai mediastinum.2
Selulitis yang melibatkan ruang fasia di antara otot dan struktur dasar mulut
yang boleh menyebabkan kematian dikenal sebagai Ludwigs Angina (plegmon).
-tanda-tanda klinis:
Leher tampak kaku, kemerahan dan lunak pada palpasi (bulls neck)
Trismus yang progresif
Drooling
Suhu tubuh meningkat
Sulit menelan (disfagia)
Sulit bicara (disfonia)
Sulit bernafas (dispnea)
10
Abses serebral
Necrotizing fasiitis
Mediastinitis
Periostitis/Abses Periosteal (Periostal)
Merupakan penyebaran lebih lanjut dari Abses Periapikal. Sebelum menyebar ke
tulang harus melewati lapisan periosteum yang merupakan barrier tulang.1
Gejala klinis ditandai dengan:
Rasa sakit yang hebat (karena periosteum banyak mengandung pembuluh syaraf)
dan berdenyut
Sakit menyebar dan bila mengenai rahang bawah, dapat menyebar ke sendi rahang
dan telinga, pada beberapa kasus disertai subfebris sampai febris disertai keadaan
umum kurang baik. Bila mengenai rahang atas dapat menyebar le pelipis dan
kening.
11
Periostitis yang berasal dari gigi insisif rahang atas akan menimbulkan edema pada
bibir.
Periostitis dari gigi kaninus, premolar, dan molar akan menyebabkan sulkus
nasolabialis mendatar dan kelopak mata bawah membengkak.
Pada rahang bawah, bila berasal dari gigi premolar atau molar pembengkakan
dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula, tetapi masih dapat diraba.
Pemeriksaan intraoral tampak sedikit pembengkakan yang landai, agak sakit pada
palpasi, fluktuasi negatif dan lipatan mukobukal sedikit terhapus.
12
dengan fluktuasi negatif. Bila proses abses berlanjut, maka lapisan periosteum di sebelah
bukal akan pecah dan akhirnya nanah akan berkumpul pada jaringan gingiva, tetap namanya
abses gingiva tapi dengan fluktuasi positif karena nanah letaknya lebih ke permukaan.1
13
terlihat daerah kehitam-hitaman yaitu daerah kulit yang mengalami nekrosis kerana
peregangan dari kulit.
Abses sublingual
Merupakan ruangan yang dibatasi oleh mukosa dari lantai mulut pada bagian superior,
inferior oleh otot myelohyoid. Otot genioglossus menyebabkan ruangan ini terbagi 2, kiri dan
kanan.dari ruang ini dapat menyebar ke runag submandibular di sekitar batas superior otot
myelohyoid. Dapat juga menyebar menuju epiglottis melalui otot-otot intrinsik lidah.
Pengumpulan nanah di bawah lidah sehingga lidah terangkat. Fluktuasi (+).1
14
lesu. Bila fluktuasi positif, ia dikenal sebagai abses perimandubular subkutan. Dan bila
fluktuasi negatif, ia dikenal sebagai abses perimandibular subperiosteal.1
Abses submental
Abses yang terjadi di daerah mentalis. Gejala klinis ditandai dengan rasa sakit yang
bisa menembus ke platysma. Bengkak juga terjadi yaitu di daerah mentalis. Fluktuasi adalah
positif jika sudah menyebar ke subkutan.
15
16
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Abses periapikal adalah akumulasi atau kumpulan pus yang dikelilingi oleh jaringan
yang mengalami proses inflamasi yang berlokasi di dekat apeks dari akar gigi yang sudah
non-vital. Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri di pulpa yang merupakan
17
kelanjutan dari karies gigi. Tidak ada predileksi ras dan jenis kelamin dalam insidensi abses
periapikal. Abses periapikal lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan
dewasa. Hal ini dikarenakan pada anak-anak yang biasanya oral hiegiennya kurang baik,
email lebih tipis, dan biasanya gigi yang terbentuk mempunyai lebih banyak suplai darah,
yang memungkinkan terjadinya peningkatan respon imun.
Abses periapikal menunjukkan gejala apabila terjadi akumulasi material purulen pada
alveolus. Pada stadium awal akan terasa sakit pada gigi yang terkena yang pada umumnya
berkurang dengan penekanan langsung. Diagnosis periapikal abses didapatkan dari tanda dan
gejala klinis. Dan yang paling penting adalah pemeriksaan radiologi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Neville. Damn. Allen. Oral & Maxillofacial Pathology. 2nd edition. WB Saunders. 2002.
USA
2. Carranza, Fermin. Newman, Michael. Clinical Periodontology. 8th edition. WB Saunders
Company. 1996. USA
3. .Soames J.V, Southam J. C. Oral Pathology. 4th edition. Oxford University Press. 2005.
New York.
4. Topazian, Goldberg, Hupp. Oral and maxillofacial Pathology. 4 th edition. WB Saunders
2002. USA