Kelas XI MIA 1
SAHABAT SEJATI
Betapa enak menjadi anak orang kaya. Semua serba ada. Segala
keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan, ia anak
konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah
dengan sopir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Begitu juga dengan
orang tuanya. Mereka sangat ramah, mereka tidak pilih-pilih dalam soal
bergaul. Seperti pada kawan-kawan Iwan yang datang ke rumah. Mereka
menyambut seolah seperti keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak
yang betah kalau main dirumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Mona.
Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan, hanya beda RT.
Namun, sudah dua minggu Mona tidak main ke rumah Iwan.
Ke mana ya Ma, Mona. Lama tidak muncul biasanya tiap hari ia
tak pernah absen. Selalu datang tanya Iwan kepada mamanya
Mungkin sakit! jawab Mama.
Ih iya siapa tahu ya, Ma?. Kalau begitu nanti sore aku ingin
menengok kata Iwan bersemangat.
Sudah tiga kali pintu rumah Mona diketuk Iwan. Tapi lama tak
ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah
rumah Mona. Ia mendapat keterangan bahwa Mona sudah dua minggu
ikut orang tuanya pulang ke desa.Menurut kabar, bapak Mona di PHK
dari pekerjaan. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun
akhirnya mengorbankan kepentingan Mona. Terpaksa Mona tidak bisa
melanjutkan sekolah lagi.
Oh kasihan Mona ucapnya dalam hati
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu.
Setiap pulang sekolah wajah-wajahnya itu selalu murung.
Ada apa wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa.
Kalau pulang selalu tegar dan ceria! Papa menegur.
Mona, Pa. Kata Iwan.
Memangnya kenapa dengan sahabatmu satu itu. Sakitkah ia? sahut
Papa.
Iwan menggeleng.
Lantas! Papa penasaran ingin tahu.
Mona sekaran sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut
orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di PHK. Mereka
katanya ingin menjadi petani saja.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya
dengan omongan Iwan.
SAHABAT SEJATI
Betapa enak menjadi anak orang kaya. Semua serba ada. Segala
keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan, ia anak
konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah
dengan sopir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Begitu juga dengan
orang tuanya. Mereka sangat ramah, mereka tidak pilih-pilih dalam soal
bergaul. Seperti pada kawan-kawan Iwan yang datang ke rumah. Mereka
menyambut seolah seperti keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak
yang betah kalau main dirumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Mona.
Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan, hanya beda RT.
Namun, sudah dua minggu Mona tidak main ke rumah Iwan.
Iwan: Ke mana, ya Mona. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tak
pernah absen dan slalu datang
Mama: Mungkin sakit!
Iwan: Ih, iya siapa tahu ya Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin
nengok!
Sudah tiga kali pintu rumah Mona diketuk Iwan. Tapi lama tak ada
yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah
rumah Mona. Ia mendapat keterangan bahwa Mona sudah dua minggu
ikut orang tuanya pulang ke desa.Menurut kabar, bapak Mona di PHK
dari pekerjaan. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun
akhirnya mengorbankan kepentingan Mona. Terpaksa Mona tidak bisa
melanjutkan sekolah lagi.
Iwan: Oh, kasihan Mona (ucapnya dalam hati)
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirksn nasib sahabatnya itu.
Setiap pulang sekolah wajah-wajahnya itu selalu murung.
Papa: Ada apa Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa.
Kamu pulang sekolah selalu tegar dan ceria
Iwan: Mona Pa..