Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Moral Menurut Piaget

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Perkembangan Anak Usia Dini


Dosen pengampu : Dra. Hj. Sufaati, M.Pd.I

Disusun oleh :
1. Siti Fatimah : 14.1201033
2. Munfaatun : 14.1201034
3. St Sarofah : 14.1201035

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU


RHOUDLATUL ATHFAL
INSTITUT PESANTREN MATHALIUL FALAH
(IP MAFA)
Daftar Isi

Halaman Sampul..................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................
Bab I Pendahuluan...............................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
Bab II Pembahasan..............................................................................................
Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget.........................................................
A. Pengembangan aturan permainan...................................................................
B. Intensi dan konsekuensi..................................................................................
C. Hukuman-hukuman ekspiatoris dan resiprokal...............................................
D. Antara Equality dan Equity.............................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masyarakat tidak dapat berfungsi tanpa aturan yang memberitahukan
mengenai bagaimana berkomunikasi satu sama lain, bagaimana menghindari
untuk menyakiti orang-orang lain, dan bagaimana bergaul dalam kehidupan
pada umunya. Anak-anak dengan remaja memiliki pemahaman berbeda
mengenai peraturan. Begitu juga remaja memiliki pandangan yang berbeda
dengan orang tua dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
perkembangan dalam penalaran dan moral dari setiap individu.
Dari berbagai individu yang menunjukkan semua perbedaan dari setiap
tingkah

dan

perilakunya

akan

dibahas

melalui

teori-teori

tentang

perkembangan moral. Perkembangan moral ini merupakan salah satu topik


pembahasan tertua bagi mereka yang tertarik pada perkembangan manusia
atau setiap individu.
Pada zaman ini, kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat, tidak
hanya tentang perilaku moral dan immoral, akan tetapi seharusnya perilaku
moral ditanamkan pada anak-anak.
Untuk itu, kita akan mulai pembahasan mengenai perkembangan moral
menurut Piaget.
B. Rumusan Masalah

Bab II
Pembahasan
Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif.
Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan
kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya.
Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk
mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk
mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang
panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan
menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam
permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah
usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan
anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan,
meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak
usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang
berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari
pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua
tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous. Sebelum mempelajari
perbedaan kedua tahap tersebut berikut ini akan dibahas beberapa hal yang
berkaitan dengan pengamatan Piaget terhadap anak-anak yang sedang bermain
kelereng.
A. Pengembangan aturan permainan
Sebelumnya telah dibahas bahwa Piaget mencoba mempelajari tingkah
laku anak melalui permainan kelereng. Hal itu dilakukan Piaget untuk
memahami bagaimana anak-anak berpikir dan menyesuaikan konsepsinya
mengenai aturan-aturan yang berlaku. Jean Piaget memilih permainan
kelereng, selain untuk memperoleh jawaban atas penelitiannya, juga untuk
memberikan kebebasan anak-anak untuk menjelaskan dan membuat aturan

sendiri. Dari hasil wawancaranya dengan anak-anak pada tingkat usia yang
berbeda, diperolehlah jawaban yang berbeda-beda pula.
Berikut ini hasil pengamatan Piaget (dalam Cahyono dan Suparyo,
1985:28), diketahui bahwa:
a. Anak-anak disekitar usia 3 tahun, belum mengembangkan permainannya
sendiri dan cenderung bermain individual tanpa kerjasama. Anak-anak
pada usia ini cenderung menerima aturan tanpa proses pertimbangan
terlebih dahulu.
b. Anak-anak usia 3-5 tahun, mulai bermain secara berkelompok, meskipun
masing-masing anak masih menganggap pendapatnya yang paling benar.
Anak-anak ini belum memiliki empati dan belum mampu menempatkan
diri dalam pergaulan. Anak-anak pada usia ini cenderung memperhatikan
aturan yang berasal dari orang dewasa, meskipun pada usia ini mereka
sering melanggar aturan tersebut.
c. Anak usia 7-8 tahun, mulai muncul perhatian untuk menyeragamkan
aturan permainan meskipun aturan permainannya umumnya masih belum
jelas (kabur).
d. Anak usia 11-12 tahun, mulai dapat menentukan dan membuat
kesepakatan bersama tentang aturan permainan. Anak sudah dapat melihat
bahwa aturan sebagai suatu yang bisa diubah dan dibuat berdasarkan
kesepakatan.
B. Intensi dan konsekuensi
Konsepsi anak tentang aturan dapat berubah-ubah sesuai dengan tahap
perkembangan moralnya. Untuk memahami perubahan konsepsi yang terjadi,
Piaget

menghadapkan

anak

pada

masalah-masalah

moral

seperti

berbohong.Dari hasil penelitiannya, Piaget (dalam Cahyono dan Suparyo,


1985:31)menyatakan, bahwa anak-anak dengan usia lebih muda cenderung
menilai suatu perbuatan berdasarkan konsekuensi yang hanya bersifat
material. Anak-anak dengan usia yang lebih tua berpikir sebaliknya, mereka
sudah mampu memperhatikan intensi kesalahan yang muncul dari suatu
perbuatan.

Intensi

dan

komsekuensi

merupakan

gambaran

perubahan

perkembangan moral dari tahap heteronomous ke tahap autonomous. Dalam


mengetahui pendapat anak tentang makna berbohong, Piaget (dalam Cahyono
dan Suparyo, 1985:32) melakukan tanya jawab dengan anak-anak. Pada tanya
jawab itu, diperolehlah hasil bahwa anak-anak yang lebih muda usianya
memberi makna bahwa bohong sesuatu yang jelek dan tidak seorangpun
sanggup mengatakannya. Anak-anak yang usianya lebih tua memberi makna
bohong adalah sesuatu yang tidak dapat dipercaya dan tidak baik untuk
diucapkan.
C. Hukuman-hukuman ekspiatoris dan resiprokal
Melalui cerita-cerita sederhana yang berhubungan dengan pelanggaran
dalam keluarga, yaitu antara orang tua dan anak, Piaget mencoba untuk
mengidentifikasi konsepsi anak-anak mengenai keadilan. Piaget (dalam
Cahyono dan Suparyo, 1985:33) mengklasifikasikan hukuman ke dalam dua
bentuk, yaitu hukuman-hukuman yang bersifat ekspiatoris (expiatory
punishment) dan hukuman-hukuman yang bersifat resiprositas (reciprocity
punishment).
Hukuman yang bersifat ekspiatoris, Sherwood (dalam Cahyono dan
Suparyo, 1985:33) mengemukakan, bahwa hukuman harus atas pertimbangan
yang wajar antara bobot kesalahan dan juga bobot penderitaan si pelanggar
atas hukuman yang ditimpakan. Contoh hukuman ekspiatoris dalam keluarga
antara lain memukul, menampar, tidak memberi uang jajan, dilarang bermain
untuk sementara waktu, dan sebagainya. Hukuman yang bersifat resiprositas
(dalam Cahyono dan Suparyo, 1985:34) senantiasa membuat keterkaitan
antara hukuman dengan tindakan kesalahan yang dibuat. Melalui hal tersebut,
diharapkan si pelanggar sadar akan akibat-akibat perbuatannya. Bentuk
hukuman resiprositas dapat berupa ganti rugi dan pengucilan.
Berdasarkan hasil pengamatan Piaget (dalam Cahyono dan Suparyo,
1985:34), diketahui bahwa hukuman resiprositas dikembangkan oleh anakanak yang tingkat perkembangan moralnya pada tahap Autonomous. Dari 100
anak yang diwawancarai, Piaget mencatat bahwa anak pada usia 6-7 tahun

30% memilih hukuman ini, anak pada usia 8-10 tahun mencapai 50% memilih
hukuman ini, dan anak pada usia 11-12 tahun mencapai 80% memilih
hukuman ini. Sebaliknya, hukuman ekspiatoris dipilih anak-anak yang
perkembangan moralnya pada tahap heteronomous. Anak-anak pada tingkat
usia ini, percaya bahwa keadilan selalu berhubungan dengan kesalahankesalahan yang dilakukan seseorang, dan orang tersebut akan memperoleh
hukuman atas kesalahannya tersebut secara alamiah.
D. Antara Equality dan Equity
Membahas mengenai keadilan, Piaget menekankan pada dua bentuk
keadilan distributif yaitu equality dan equatity. Menurut pandangan Piaget
(dalam Cahyono dan Suparyo, 1985:35), equalityyaitu pemikiran bahwa tiap
manusia harus diperlakukan secara sama, sedangkan equity yaitu pemikiran
yang lebih mempertimbangkan tiap-tiap individu.
Untuk mengamati perbedaan kedua bentuk keadilan distributif
tersebut, Piaget mengangkat masalah-masalah ke dalam sebuah cerita untuk
mengetahui respon anak-anak berdasarkan tingkat usianya. Dari respon-respon
yang muncul, Piaget (dalam Cahyono dan Suparyo, 1985:36) membedakan
respon tersebut ke dalam tiga tahap yaitu:
1. Tahap Just, di mana anak berpikir bahwa apa yang dikatakan orang dewasa
adalah ibarat hukum yang harus dijalankan.
2. Tahap Equality Orientation, di mana anak berpikir bahwa tidak peduli saat
menghadapi hukuman ataupun sedang menolak perintah, mereka akan
lebih melihat kekuasaan tertinggi.
3. Tahap Equity Dominates, di mana anak berpikir bahwa equalitas
(perlakuan sama) tidak akan pernah dikembangkan tanpa memperhatikan
situasi yang dihadapi tiap individu.
Berdasarkan pembahasan dan penjabaran di atas, Piaget (dalam Slavin,
2006:52), menyimpulkan bahwa terdapat dua tahap perkembangan moral
dengan ciri-cirinya masing-masing,yaitu sebagai berikut:
Tabel Tahap Perkembangan Moral Piaget

Tahap heteronomous

Tahap Autonomous

(tahap realisme moral)

(tahap independensi moral)

Anak usia <12 tahun


Anak usia >12 tahun
Diberi label tahap moralitas kendala Diberi label tahap moralitas kerjasama
Aturan dipandang sebagai paksaan Aturan
dipandang
sebagai
hasil
dari orang yang lebih dewasa
kesepakatan bersama
Menilai perilaku moral berdasarkan Menilai perilaku moral berdasarkan niat
konsekuensinya
Hukuman
dipandang
konsekuensi
pelanggaran

otomatis

pelakunya
sebagai Hukuman dipandang sebagai sesuatu hal
dari yang

tidak

serta

merta,

dipengaruhi oleh niat pelakunya

namun

Kesimpulan
Piaget lebih banyak membahas tentang perkembangan penalaran terhadap
masalah-masalah phisik dan logika. Piaget menggambarkan proses dua-tahap
perkembangan moral. Piaget menekankan pada dua bentuk keadilan distributif
yaitu equality dan equatity. Equality yaitu pemikiran bahwa tiap manusia harus
diperlakukan secara sama, sedangkan equity yaitu pemikiran yang lebih
mempertimbangkan tiap-tiap individu. Piaget mengemukakan bahwa individu
pada umumnya mencapai kematangan moral pada masa remaja.

Daftar Pustaka
http://psi-islami.blogspot.com/2010/08/pembentukan-karakter-manusiamenurut_02.html
http://rimatrian.blogspot.com/2013/09/perkembangan-moral-menurut-jeanpiaget.html
http://zelinvozeyo.blogspot.co.id/2014/11/teori-perkembangan-anak-menurutpiaget.html

Anda mungkin juga menyukai