Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan limpahan
rahmat dan hidayahNya sehingga laporan lengkap SBOA ini diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Laporan lengkap SBOA berjudul: Standarisasi bahan obat
alam simplisia daun salam (Syzygiumpolyanthum Wight), lengkuas (Alpinia
galangal L.), dan merica (Piper Alba).
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan
Laporan lengkap SBOA ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu ,penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan lengkap SBOA ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Laporan lengkap
SBOA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang
akan datang. Akhir kata semoga Laporan lengkap SBOA ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meskipun peningkatan penggunaan obat sintetik berlangsung dengan
cepat, namun seiring bertambahnya waktu terjadi pula peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap dampak negatif dari penggunaan obat-obatan sintetik.
Akibatnya masyarakat kembali memilih tumbuhan obat sebagai alternatif
terhadap penyembuhan berbagai penyakit. Selain itu, efek samping yang
ditimbulkan juga lebih kecil. Tumbuhan obat sudah sejak lama dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan (promotif), memulihkan
kesehatan (rehabilitative), pencegahan penyakit (preventif), dan penyembuhan
penyakit (kuratif). Ramuan obat bahan alam hampir dimiliki oleh setiap suku
bangsa di Indonesia dan digunakan secara turun temurun sebagai obat. Hal
tersebut memicu peneliti untuk melakukan penelitian di bidang biofarmaka,
yaitu mengenai obat -obatan alami yang berasal dari tumbuhan.
Indonesia yang beriklim tropis merupakan Negara
dengan
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada laporan praktikum ini yaitu:
1. Bagaimana proses pengambilan sampel tanaman yang akan dstandarisasi ?
2. Tuliskan klasifikasi tanaman yang akan di standarisasi ?
3. Apa tujuan dilakukannya penanganan pada pasca panen?
4. Hal-hal apa yang harus dilakukan pada tahap pasca panen pada tanaman
yang akan di standarisasi?
5. Bagaiman proses ekstraksi pada sampel lengkuas, merica, dan daun salam?
6. Bagaimana cara pembuatan herbarium menggunakan sampel lengkuas,
merica dan daun salam?
7. Bagaimana cara melakukan identifikasi simplisia secara makroskopik
maupun mikroskopik dan mengetahui ciri khas masing-masing simplisia
tersebut?
8. Bagaimana cara penetapan parameter non spesifik (susut pengeringan,
kadar air, dan kadar abu ) pada masing-masing sampel uji?
9. Bagaimana cara melakukan skrining fitokimia dan apa saja kandungan
kimia yang terdapat pada daun salam, merica dan lengkuas ?
10. Bagaimana cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis (KLT)?
11. Bagaimana proses analisis kualitatif ?
12. Bagaimana proses analisis kuantitatif menggunakan spektro ?
C. TUJUAN
Tujuan masalah pada laporan praktikum ini yaitu:
1. Menjelaskan proses pengambilan sampel tanaman yang akan dstandarisasi
2. Menjelaskan klasifikasi tanaman yang akan di standarisasi
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya penanganan pada pasca panen
4. Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan pada tahap pasca panen pada
tanaman yang akan di standarisasi
5. Menjelaskan proses ekstraksi pada sampel lengkuas, merica, dan daun
salam
6. Menjelaskan cara pembuatan herbarium menggunakan sampel lengkuas,
merica dan daun salam
7. Menjelaskan cara melakukan identifikasi simplisia secara makroskopik
maupun mikroskopik dan mengetahui ciri khas masing-masing simplisia
tersebut.
8. Menjelaskan hasil penetapan parameter non spesifik (susut pengeringan,
kadar air, dan kadar abu ) pada masing-masing sampel uji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang sejak bertahun-tahun yang lalu. WHO
merekomendasi penggunaan obat tradisional untuk memelihara kesehatan,
mencegah dan mengobati penyakit. Secara umum, penggunaan obat tradisional
dinilai lebih aman daripada obat kimia karena efek samping oba tradisional
DnergyDe lebih sedikit jika digunakan secara tepat. Kandungan senyawa di dalam
ekstrak yang dapat tertarik oleh pelarut saat proses ekstraksi, diduga berperan
dalam berbagai aktivitas farmakologi tersebut. Pemilihan pelarut yang sesuai
merupakan faktor penting dalam proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah
pelarut yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang diinginkan
dalam simplisia (Bolanle, A.O., dkk. 2014).
Tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional apabila tanaman
tersebut mengandung senyawa kimia yang mempunyai aktivitas biologis (zat
bioaktif). Senyawa aktif itu merupakan metabolit sekunder yang meliputi alkaloid,
flavonoid, terpenoid, tannin dan saponin. Kandungan senyawa metabolit sekunder
dalam suatu tanaman dapat diketahui dengan suatu metode pendekatan yang dapat
memberikan informasi adanya senyawa metabolit sekunder. Salah satu metode
yang dapat digunakan adalah metode skrining fitokimia (Ditjen POM, 1979).
Obat tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan masih digunakan
pada taraf tertentu pada Dnergy seluruh masyarakat dunia, terutama di Cina dan
India. Hal ini dimungkinkan karena tumbuh-tumbuhan mengandung ribuan
senyawa kimia, sedikit diantaranya bermanfaat dan kebanyakan yang belum
diketahui. Senyawa tersebut dapat berfungsi secara mandiri atau bersama-sama
dengan senyawa lain untuk menimbulkan efek secara fisiologis dan psikologis
terhadap manusia, sehingga untuk penggunaan obat tradisional lebih lanjut,
diperlukan penelitian dan pengembangan dengan tahapan yang jelas dan
sistematis (Bawa, 2009).
Daun salam (Syzygiumpolyanthum Wight) oleh masyarakat Indonesia
biasa digunakan sebagai pelengkap bumbu dan obat. Sebagai pelengkap masakan,
daun salam yang digunakan terlebih dahulu dikeringkan, secara tidak sadar
masyarakat telah menggunakan ekstrak kandungan daun salam dalam
masakannya. Dalam pengobatan daun salam digunakan untuk pengobatan
kolesterol tinggi, kencing manis, tekanan darah tinggi, sakit maag, dan diare.
Berdasarkan pemikiran bahwa daun salam merupakan bahan alami yang telah
lama digunakan sebagai bahan pelengkap masakan (Nurwijayanti., dkk. 2013).
Daun salam (Eugenia polyantha) merupakan salah satu bumbu dapur atau
rempah-rempah.Daun salam mengandung saponin, triterpen, flavonoid, Dnergy,
dan alkaloid, sedangkan minyak atsiri dalam daun salam terdiri dari seskuiterpen,
lakton dan fenol (Retno dan Dewanti. 2015).
Secara tradisional masyarakat Indonesia telah memanfaatkan berbagai
tanaman untuk mengobati diare, salah satu tanaman tersebut adalah daun salam.
Daun salam mungkin dapat meredakan diare karena memiliki efek antimikroba.
Daun salam memiliki komponen kimia: flavonoid, minyak atsiri dan Dnergy
(Dewanti, 2011).
Di Indonesia dikenal bermacam-macam lengkuas, yaitu lengkuas merah,
lengkuas putih, dan lengkuas dengan warna antara merah dan putih. Lengkuas
putih biasa digunakan untuk bumbu dalam masakan, sedangkan lengkuas merah
dimanfaatkan sebagai obat. Secara farmakologis ekstrak lengkuas diketahui
mempunyai aktivitas anti-kapang, anti-khamir, anti-kanker, anti-tumor, dan
antioksidan. Aktivitas antimikroba lengkuas merah (A. purpurata K. Schum)
dilaporkan lebih tinggi dari lengkuas putih (A. DnergyDe L. Willd.), baik
terhadap bakteri (E. coli, S. typhimurium, V. choleare, P. aeruginosa, L.
monocytogenes, S. aureus, dan B. cereus) maupun kapang (A. flavus dan R.
oligosporus). Kegunaan minyak esensial lengkuas merah untuk pengawetan
makanan belum banyak diinformasikan (Rialita T., dkk. 2015).
Lengkuas (Alpinia DnergyDe) merupakan salah satu tanaman yang sering
digunakan untuk terapi kanker. Lengkuas mengandung berbagai bahan aktif, salah
satunya 1 acetoxy chavicol acetate (ACA), yang berkhasiat sebagai antikanker
melalui kerjanya sebagai antiinflamasi, menginduksi apoptosis dan menghambat
aktivitas proliferasi. Benzo(a)pyrene (BaP) adalah anggota Polisiklik Aromatik
Hidrokarbon (PAH) bercincin lima yang merupakan kelompok senyawa DnergyD
yang bersifat DnergyDen dan karsinogenik (Liangan R., dkk. 2015).
Bagian dari tanaman lengkuas yang sering digunakan sebagai obat adalah
rimpangnya. Rimpang lengkuas secara tradisional digunakan untuk mengobati
penyakit seperti : diare, disentri, panu, kudis, bercak-bercak kulit dan tahi lalat,
menghilangkan bau mulut, dan sebagai obat kuat (Parwata, 2008).
Tanaman lada (merica) merupakan tanaman berkayu yang memanjat,
panjang sampai 15 m, kulit batang berwarna hijau tua, berakar pada buku-
bukunya. Buah buni, bulat atau agak elip, buah muda berwarna hijau tua
kemudiaan menjadi merah dan akhirnya hitam. Lada (piper alba) merupakan salah
satu jenis rempah yang telah lama digunakan sebagai ramuan obat tradisional
dalam Dnergy pengobatan india kuno Ayurveda. Kandungan kimianya,
mengandung bahan aktif alkaloid piperin yang berkhasiat sebagai analgesic,
antipiretik, anti-inflamasi, serta memperlancar proses pencernaan. Menurut
kepercayaan India Kuno, zat pedas (piperin) pada lada juga berfungsi sebagai
afrodisiak (Mulida D R, dkk . 2015).
Tanaman merica hitam berupa tanaman yang memanjat, dengan akar
pelekat, batang 5-15 m. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun
penumpu yang mudah gugur dan meninggalkan berkas yang berupa suatu
lingkaran. Helaian daun bulat telur, memanjang dengan ujung meruncing, 5-15 cm
x 8-20 cm, pada sisi buah pada kelenjar-kelenjar yang tenggelam. Bulir
terpisahpisah, bergantungan terdapat pada ujung atau berhadapan dengan daun.
Daun pelindung memanjang, 4-5 mm panjang. Buah berupa buah buni, bangun
bulat (Amalina, 2008).
Peranan SOP pasca panen untuk menjadikan bahan baku menjadi lebih
bermutu dari sumber bahan tanaman merupakan aspek penting, karena kualitas
bahan baku tanaman obat dipengaruhi oleh faktor cara panen, proses pasca panen
dan lain-lain. Melalui GAP, yang merupakan tahapan menuju bahan baku
terstandar, varias mutu yang besar dalam tanaman dikurangi melalui modifikasi
teknologi dan fitofarmasi sehingga mutu produk lebih stabil. Kandungan kimia
yang merupakan metabolit sekunder, digunakan sebagai standar petanda (marker).
Dengan demikian diharapkan dapat memenuhi tiga DnergyDe seperti produk
kefarmasian lainnya, yaitu Quality Safety Efficacy (Mutu Aman Khasiat). Bahan
baku yang sudah ditangani sesuai SOP pasca panen akan memenuhi standarisasi,
mempunyai perbedaan zat aktif sangat kecil, demikian juga yang terdapat dalam
setiap sediaan minuman fungsional. Dengan standarisasi ini, diharapkan ada
korelasi kuat antara dosis dan efek obat dapat dicapai. Oleh karena itu, penerapan
SOP penanganan pasca panen dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan
pengembangan usaha tani tanaman obat ini, agar Dnergy manfaat sebesar-
herbarium
selanjutnya.
Penyajian
Data.
Data
yang
diperoleh
dideskripsikan, teknik observasi dan wawancara disajikan dalam bentuk tabel dan
gambar. Teknik observasi dilakukan untuk mengeta-hui tumbuhan apa saja yang
dimanfaatkan
penduduk. Teknik
wawancara
digunakan
untuk menggali
dengan
mikroskopik
yang
derajat
10
11
12
luas, termasuk dalam bidang DnergyD dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang
dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida dan hidrokarbon dimana sukar
bila dikerjakan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT juga penting untuk
pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi
pewarna dan bahan makanan (Underwood dan Day, 1999).
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data
kualitatif dan kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optic
(DnergyDent) ataupun dengan cara basah. Alat DnergyDent biasanya
dipergunakan untuk menentukan suatu zat berkadar rendah, biasanya dalam
satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion) (Triyati,1985).
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang
didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah sinar tampak (Visibel) dari
suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki
kemampuan menyerap pada daerah tampak. Untuk melakukan analisis senyawa
dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2003).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila
cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Aplikasi rumus tersebut dalam pengukuran kuantitatif dilaksanakan dengan cara
komparatif menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan
standar dengan nilai absorbansinya. Konsentrasi cuplikan ditentukan dengan
substitusi nilai absorbansi cuplikan ke dalam persamaan regresi dari kurva
kalibrasi (Yanlinastuti et al, 20011).
Cahaya adalah suatu bentuk Dnergy radiasi yang mempunyai sifat sebagai
gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan
terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan
sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto listrik (Triyati,
1985).
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil dari laporan praktikum ini yaitu:
1. Nama sampel
: Merica (Piper alba L.)
Lokasi pengambilan : Didesa Langgomea kelurahan Waepai kabupaten
konawe
Waktu pengambilan
Klasifikasi
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Piperales
Familia
: Piperaceae
Genus
: Piper
Species
: Piper alba L.
2. Nama sampel
: Alpinia galangal (L.)
Lokasi pengambilan : Didesa Langgomea kelurahan Waepai kabupaten
konawe
Waktu pengambilan : Rabu, 14 oktober 205, pukul 15 ; 40 WITA
Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
14
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Alpinia
Spesies
: Alpinia galangal (L.)
3. Nama sampel
: Alpinia galangal (L.)
Lokasi pengambilan : Didesa Langgomea kelurahan Waepai kabupaten
konawe
Waktu pengambilan : Rabu, 14 oktober 205, pukul 15 ; 40 WITA
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Spesies
: Syzygium polyanthum
Sortasi basah
Pencucian
15
Perajangan
Pengeringan
Sortasi kering
Penyimpanan
16
Penimbangan bahan
Proses pengenceran
96% menjadi 70%
17
etanol
Pencampuran
etanol
simplisia
dan
18
Penempelan tanaman
Herbarium sebelum
dikeringkan dioven
Penempelan tanaman
Herbarium yang telah
19
dikeringkan dioven
Daun Salam
(Syzygium polyantum)
Lengkuas (Alpniae
galangae)
Gambar
Organoleptis
Pemerian
20
Warna
coklat Bau khas, rasa pedas, Berwarna
coklat
kehijauan, rasa kelat, warna kecoklatan.
muda, berbau khas,
bau khas aromatik.
rasa pedas, agak
berserat-serat.
Berupa daun warna Berupa
bulatan, Bentuk
berupa
kecoklatan,
bau permukaan halus.
potongan
aromatik lemah, rasa
memanjang, warna
kelat. Daun tunggal
coklat
kemerahan,
bertangkai
pendek,
bau khas, rasa agak
panjang tangkai daun
pedas.
Potongan
5-10 mm. Helai daun
memanjang 4-6 cm,
berbentuk
jorong
memanjang, panjang
7-15 cm, lebar 5-10
cm.
Ujung
dan
pangkal
daun
meruncing
,
tepi
merata,
permukaan
atas berwarna cokelat
kehijauan,
licin,
mengkilat, permukaan
bawah
berwarna
coklat tua, tulang daun
menyirip,
serta
menonjok
pada
permukaan
bawah,
tulang cabang halus.
Pengamatan Mikroskopik
3
4
1
21
Keterangan
1.
Berkas Pembuluh
2.
Berkas Pengangkut
3.
Epidermis atas
22
Pemeriksaan Mikroskopik
4.
Stomata
Keterangan
1.
Amilum
2.
Parenkim idioblas
23
Pemeriksaan Mikroskopik
3.
Korteks
4.
Serabut Sklernkim
24
Keterangan
Berkas Pembuluh
Pemeriksaan Mikroskopik
2.
3.
Berkas Pengangkut
Stomata
1. Gambar
Penetapan Kadar Air
25
26
300 gram
500 gram
x 100 %
x 100 % = 60 %
Penyelesaian :
Kadar air =
x 100 %
4,6 gram
129,3 gram
x 100 %
x 100 % = 3,55 %
Sampel Lengkuas
Dik : Berat cawan kosong
= 57,4gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 61,4 gram
Berat cawan + sampel setelah pemanasan I = 60,2 gram
Berat cawan + sampel setelah pemanasan II = 60,1 gram
Berat cawan + sampel setelah pemanasan III = 60,1 gram
Dit : kadar air = ?
Penyelesaian :
Kadar air =
x 100 %
= 4,39 %
Sampel Merica
Dik : Berat cawan kosong
= 44,1 gram
Berat cawan + sampel sebelum pemanasan = 47,1 gram
Berat cawan + sampel setelah pemanasan I = 45,2 gram
Berat cawan + sampel setelah pemanasan II = 45,1 gram
Berat cawan + sampel setelah pemanasan III = 45,1 gram
Dit : kadar air = ?
Penyelesaian :
27
Kadar air =
x 100 %
= 2,12 %
Penetapan Kadar Abu
- Sampel Daun Salam
Dik : Berat ekstrak
= 2 gram
Berat kurs
= 25,3 gram
Berat abu + kurs = 25,9 gram
Dit : kadar abu = ..?
Penyelesaian :
( Berat kurs+ abu )Berat kurs
Kadar abu =
Berat ekstrak
0,6 gram
2 gram
x 100 %
x 100 % = 30 %
Sampel Lengkuas
Dik : Berat ekstrak
= 2 gram
Berat kurs
= 25,3 gram
Berat abu + kurs = 25,6 gram
Dit : kadar abu = ..?
Penyelesaian :
( Berat kurs+ abu )Berat kurs
Kadar abu =
Berat ekstrak
=
0,3 gram
2 gram
x 100 %
x 100 %
x 100 % = 15 %
Sampel Merica
Dik : Berat ekstrak
= 1 gram
Berat kurs
= 25,58 gram
Berat abu + kurs = 25,7 gram
Dit : kadar abu = ..?
Penyelesaian :
28
x 100 %
Kadar abu =
0,12 gram
1 gram
x 100 %
x 100 %
x 100 % = 12 %
Gambar
Hasil
(Lengkuas)
Endapan jingga
(+mengandung
alkaloid)
(Merica)
(Daun Salam)
29
2.
Uji Flavonoid
Ekstrak + HCl pekat
kemudian diamati di
bawah sinar UV
(Lengkuas)
Warna Hijau/Biru
(+ mengandung
flavonoid)
(merica)
(Daun Salam)
3.
Uji Terpenoid
Ekstrak + Kloroform + 3
tetes pereaksi liebermanbuchard
Coklat
kemerahan
(+mengandung
terpenoid)
(Lengkuas)
(Merica)
30
(Daun Salam)
4.
Uji Saponin
Ekstrak + akuades
kemudian digojog
(Lengkuas)
Terdapat buih
(+mengandung
saponin)
(Merica)
(Daun Salam)
5.
Uji Tanin
Ekstrak + FeCl3 0,5 M
31
Hijau kehitaman
(+mengandung
tanin)
(Lengkuas)
(Merica)
(Daun Salam)
Profil KLT
Proses penotolan
32
A B S
1 .0
0 .9
0 .8
0 .7
0 .6
0 .5
0 .4
0 .3
0 .2
0 .1
0 .0
ppm
0 .0
0 .5
1 .0
1 .5
2 .0
2 .5
3 .0
3 .5
4 .0
4 .5
5 .0
5 .5
6 .0
S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:
1 5 3 .4 8 4 1
K 0:
-5 . 2 8 9 3
R :
0 .9 9 1 1
R 2:
0 .9 8 2 3
Konsentrasi
0
0.04
0.05
0.05
0.06
0.06
0.07
Absorbansi
Dik
: persamaan
= y = 153,4x - 5,289
absorbansi sampel (y)
= 1,8906
Dit
: konsentrasi sampel = ....?
Penyelesaian : persamaan
= y = 153,4x - 5,289
Subtitusi nilai y,menjadi
1,8906 = 153,4x - 5,289
153,4x = 1,8906 + 5,289
153,4x = 7,1796
7,1796
x = 153,4 = 0,046 ppm dalam 10 mL
33
A B S
1 .5
1 .0
0 .5
0 .0
ppm
0 .0
0 .5
1 .0
1 .5
2 .0
2 .5
3 .0
3 .5
4 .0
4 .5
5 .0
S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:
2 9 .3 3 6 9
K 0:
-1 . 7 7 2 2
R :
0 .9 9 8 6
R 2:
0 .9 9 7 2
Dik
: persamaan
= y = 29,33x - 1,772
absorbansi sampel (y) = 0,8221
Dit
: konsentrasi sampel = ....?
Penyelesaian : persamaan
= y = 29,33x - 1,772
Subtitusi nilai y,menjadi
0,8221 = 29,33x - 1,772
29,33x = 0,8221 + 1,772
29,33x = 2,5941
2,5941
x = 29,33 = 0,088 ppm dalam 10 mL
Kurva Analisis Piperin
34
A B S
2 .0
1 .5
1 .0
0 .5
0 .0
ppm
0 .0
0 .5
1 .0
1 .5
2 .0
2 .5
3 .0
3 .5
4 .0
4 .5
5 .0
5 .5
6 .0
S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:
5 2 .4 3 3 0
K 0:
-2 . 8 4 6 9
R :
0 .9 9 9 9
R 2:
0 .9 9 9 9
Dik
: persamaan
= y = 52,43x - 2,846
absorbansi sampel (y) = 0,8386
Dit
: konsentrasi sampel = ....?
Penyelesaian : persamaan
= y = 52,43x - 2,846
Subtitusi nilai y,menjadi
0,8386 = 52,43x - 2,846
52,43x = 0,8386 + 2,846
52,43x = 3,6846
3,6846
x = 52,43 = 0,070 ppm dalam 10 mL
B. PEMBAHASAN
Pengambilan sampel merupakan tahap awal yang dilakukan dalam suatu
proses standarisasi yang bertujuan agar mendapatkan dan mengetahui
35
36
pada daun salam. Pencucian lengkuas, merica dan daun salam di lakukan
didalam air yang mengalir dan bersih.
Perajangan (lengkuas). Perajangan tujuannya untuk mempermudah
pengeringan rimpang lengkuas. Arah irisanya melintang agar sel-sel yang
mengandung minyak atsiri tidak pecah. Dan kadarnya tidak menurun akibat
penguapan. Tebal irisan rimpang antara 4-6 mm.
Pengeringan. Pengeringan rimpang lengkuas dengan cara dianginanginkan. Sedangkan pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga
hasilnya lebih berkualitas. Hal yang perlu di perhatikan dalam pengeringan
dengan mesin pengering ini adalah suhu pengeringan yang tepat. Untuk
rimpang lengkuas sebaiknya di gunakan suhu pengeringan antara 40-60 0C.
waktu yang dibutuhkan 3-4 hari. Sedangkan merica dikeringkan dengan alat
pengering pada temperature dibawah 600C, untuk mencegah kehilangan
minyak atsiri, dilakukan di lingkungan yang bersih, bebas dari kontak dengan
debu, kotoran, binatang peliharaan dan/atau sumber-sumber lain yang dapat
menyebabkan kontaminasi. pastikan bahwa merica cukup kering, untuk
mencegah kerusakan yang disebabkan oleh jamur atau bahan-bahan
kontaminan lainnya. Selanjutnya pengeringan daun salam yaitu dengan cara
diangin-anginkan pula. Pengeringan sampel dengan sinar matahari langsung
harus ditutupi dengan kain hitam agar kandungan kimia dan minyak atsiri
pada sampel tidak hilang dan menguap.
Sortasi kering dilakukan pada ketiga sampel yaitu lengkuas, merica dan
daun salam tujuannya yaitu untuk menghilangkan benda-benda asing dari
simplisia yang telah rusak/tidak layak pada proses pengeringan. Kemudian
ketiga sampel disimpan ditempat yang berbeda-beda agar tidak tercampur,
disimpan ditempat kering agar tidak mudah rusak dan ditumbuhi jamur.
Perlakuan lebih lanjut yaitu sampel/simplisia yang telah kering kemudian
diserbukan untuk diekstraksi, tujuan dari penyerbukan adalah untuk
memperbesar luas permukaan.
Tahap selanjunya yaitu Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa
kimia yang terdapat didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan
menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Sedangkan ekstrak adalah hasil
37
dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan bahan alam. Pada
prinsipnya ekstraksi adalah melarutkan dan menarik senyawa dengan
menggunakan pelarut yang tepat. Ada tiga tahapan proses pada waktu
ekstraksi yaitu: Penetrasi pelarut kedalam sel tanaman dan pengembangan sel,
Disolusi pelarut ke dalam sel tanaman dan pengembangan sel, Difusi bahan
yang terekstraksi ke luar sel.
Proses diatas diharapkan terjadinya kesetimbangan antara solut dan
pelarut. Kecepatan untuk mencapai kesetimbangan umumnya tergantung pada
suhu, pH, ukuran partikel dan gerakan partikel. Prinsip yang utama adalah
yang berkaitan dengan kelarutan, yaitu senyawa polar lebih mudah larut dalam
pelarut polar dan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Pemilihan pelarut/cairan penyari yang baik harus mempertimbangkan
beberapa kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan
kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,
selektif yakni hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat, dan diperbolehkan oleh peraturan. Untuk
penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari
adalah air, etanol, etanol-air atau eter.
Pelarut yang digunakan pada ekstraksi simplisia lengkuas, merica dan
daun salam yaitu etanol 70%. Ketiga simplisia dimasukkan kedalam toples
lalu dimasukkan etanol 70% kemudian diaduk hingga homogen dan
didiamkan selama 3x24 jam dan setiap 1x24 jam pelarutnya diganti dan
dilakukan pengadukan. Residu dari proses maserasi kemudian dievaporasi
sampai didapatkan ekstrak kental.
Keuntungan cara penyarian dengan metode maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan sederhana dan
38
39
keseluruh bagian spesimen yang bertujuan agar cendawan tidak dapat tumbuh
dalam spesimen, selanjutnya spesimen diangin-anginkan sebentar dan
dimasukkan kedalam lipatan kertas yang disediakan kemudian dipres dan
dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60-70oC selama 48 jam.
Spesimen yang sudah kering dilem diatas kertas karton. Pergunakan kertas
yang kaku dan kuat agar tidak cepat rusak biasanya dengan ukuran 29x43 cm.
selanjutnya proses pemberian label atau pelabelan biasanya berisi keteranganketerangan tentang tumbuhan tersebut pada bagian sudut kiri bawah dan sudut
kanan bawah kemudian identifikasi. Specimen herbarium yang telah diberi
label atau keterangan kemudian dapat disimpan diruangan herbarium.
Sebelum identifikasi dilakukan pengamatan terhadap cirri morfologi tanaman
berupa bentuk akar, tinggi tanaman, warna daun panjang dan lebar daun,
bentuk daun dan bunga yang kemudian dibuat deskripsi sedangkan untuk
pembuatan herbarium basah spesimen langsung direndam didalam spiritus
atau alkohol 70%.
Bila dibandingkan dengan literatur, pembuatan herbarium ditujukan
sebagai acuan perbandingan pada saat kiranya ditemukan spesies yang
menyerupai. Dalam proses pembuatan herbarium, larutan pengawet yang
digunakan harus sesuai dan spesimen yang akan diawetkan harus terbasahi
seluruh bagiannya agar awetan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
dan menghindari kerusakan pada spesimen yang disebabkan jamur tidak akan
tumbuh pada habitat yang kering. Serta proses terakhir diberi keterangan
berupa label untuk memudahkan identifikasi tumbuhan tersebut. Terdapat
beberapa kelemahan pada herbarium yaitu spesimen mudah mengalami
kerusakan akibat perawatan yang kurang memadai maupun karena frekuensi
pemakaian yang cukup tinggi untuk identifikasi dan pengecekan data secara
manual, tidak bisa diakses secara bersama-sama oleh beberapa orang, biaya
besar, tidak bisa diakses sewaktu-waktu dan tidak dapat diakses dari jarak
jauh.
Uji makroskopik yaitu pemeriksaan awal dengan mengamati bentuk
organoleptik simplisia menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan
bentuk, warna, bau, dan rasa kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya
40
41
penetapan kadar air, hasil yang didapatkan belum memenuhi syarat dimana
menurut buku Farmakope Herbal, nilai kadar abu untuk ekstrak lengkuas
adalah tidak lebih dari 3,9 5 dan untuk ekstrak daun salam adalah tidak lebih
dari 5,5 %.
Metabolit sekunder adalah hasil metabolisme yang disintesis oleh
beberapa organisme tertentu yang berfungsi sebagai nutrien darurat untuk
pertahanan hidup. Metabolit sekunder pada tumbuhan berperan dalam
kelangsungan hidup dan perjuangan menghadapi spesies-spesies lain berupa
zat kimia untuk pertahanan, penarik seks, dan feromen. Percobaan ini
dilakukan skrining fitokimia untuk mengidentifikasi keberadaan alkaloid,
saponin, flavonoid, tanin, dan terpenoid pada ekstrak tanaman.
Skrining fitokimia merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui keberadaan suatu senyawa dalam suatu ekstrak tanaman seperti
senyawa alkaloid, flavonoid, sterol dan steroid, saponin dan tanin. Adanya
fitokimia dalam suatu tanaman menunjukkan dapat digunakan sebagai obat.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam yang bersifat basa
atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)
dalam molekul senyawa tersebut dan dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis.
43
44
Rf meskipun
menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat
diulang dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama,
ukuran partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen,
tebal dan kerataan dari lapisan penyerap. Tebal lapisan tidak dapat dilihat
pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan
akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam daerah yang
kecil dari plat.
Spektrofotometer Uv-Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer
pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar
yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen molekul
dengan radiasi elektromagnetik, yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan
meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada
molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu
macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis
spektrum. Berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io)
melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia) sebagian
dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Hasil dari spektrofotometri uv-vis untuk sampel kuersetin pada panjang
gelombang 375 nm menunjukkan absorbansi 1,8906, pada kurkumin
menunjukkan absorbansi 0,8221, dan pada piperin menunjukkan absorbansi
0,8386. Pada perhitungan regresi y = ax + b didapatkan hasil pada kuersetin
mengandung 0,046 ppm dalam 10 mL, pada kurkumin mengandung sebesar
0,088 ppm dalam 10 mL dan pada piperin mengandung 0,070 ppm dalam 10
mL.
46
Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa dalam
setiap sampel yang telah dilarutkan pada senyawa marker sebanyak 10 mg
sampel dalam 10 ml larutan marker. Terdapat masing-masing pada kuersetin
0,046 ppm, kurkumin 0,088 ppm, dan piperin 0,070 ppm ketiga sampel ini
dilarutkan di dalam 10 mL.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan
menggunakan tangan yang biasanya langsung dipetik, pengambilan sampel ini
berada d desa langgomea kelurahmepai kabupaten konawe.
2. Klasifikasi dari ketiga tanaman tersebut berbeda dan senyawa yang
terkandung pada masing-masing tanaman berbeda.
3. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi
baik dan sesuai/tepat untuk bahan baku yang akan distandarisasi.
4. Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap pasca panen pada tanaman yang akan
di standarisasi yaitu: sortasi basah, pencucian, perajangan (pengubahan
bentuk), pengeringan, sortasi kering, dan penyimpanan.
5. Pelarut yang digunakan pada ekstraksi simplisia lengkuas, merica dan daun
salam yaitu etanol 70%. Ketiga simplisia dimasukkan kedalam toples lalu
dimasukkan etanol 70% kemudian diaduk hingga homogen dan didiamkan
selama 3x24 jam dan setiap 1x24 jam pelarutnya diganti dan dilakukan
pengadukan. Residu dari proses maserasi kemudian dievaporasi sampai
didapatkan ekstrak kental.
6. Pembuatan herbarium terbagi menjadi dua herbarium kering dan herbarium
basah dimana pembuatan herbarium kering dengan cara menyemprotkan
spiritus/alkohol 70% pada spesimen sampai benar-benar basah secara
47
keseluruhan sedangkan herbarium basah dengan cara merendam bagianbagian specimen pada botol jam yang berisi alkohol 70%.
7. Pemeriksaan mikroskopik, yang diamati dibawah mikroskop pada serbuk daun
salam yang diamati adalah berkas pembuluh, berkas pengangkut, epidermis
atas,
dan
stomata,
pada
lengkuas
yang
diamati
adalah
amilum,
48
DAFTAR PUSTAKA
Amalia.,Nurlia, 2008. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70 % Buah Merica Hitam
(Piper nigrum L.) terhadap Sel HeLa. Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Ardisasmita, M.S., 2000, Pengolahan Citra Digital Dan Analisis Kuantitatif
Dalam Karakterisasi Citra Mikroskopik, Jurnal Mikroskopi dan
Mikroanalisis, Vol. 3 No. 1, Serpong.
Ayu G Pt, Gede M, I dan Suardika. 2014. Penerapan pembelajaran inkuiri dengan
bantuan herbarium untuk meningkatkan hasil belajar ipa Siswa kelas iv
sdn 32 pemecutan Kecamatan denpasar barat. e-Journal MIMBAR PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol. 1(1). Departemen
Farmasi. Universitas Indonesia.
Barokati Azizah dan Nina Salamah, 2013, Tandarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 3(1).
Bawa, I.G., 2009, Isolasi Dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik Dari Daging
Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia, Vol. 3 No. 2, Malang.
Bintang, Maria,2010, Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Dewanti., Sisilia, M. Teguh Wahyudi, 2011. Uji Aktivitas Antimikroba Infusum Daun
Salam (Folia Syzygium polyanthum WIGHT) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Escherichia Coli Secara In-Vitro. Jurnal Medika Planta - Vol. 1 No. 4.
49
Emilan T, et al. 2011. Konsep Herbal Indonesia: Pemastian Mutu Produk Herbal.
Fahmi Herdiansyah, Huda Rahmawati, Yeni Setiartini, dan Rizky Harrysetiawan,
2014, Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu dalam Biskuit, Karya Ilmiah.
Fatimah, Is. 2003. Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan
Spektrofotometri Derivatif. Jurnal Logika, Vol. 10, No. 9.
Guntarti, A., Kholif Sholehah, Nurul Irna, dan Windi Fistianingrum, 2015,
Penentuan Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana) Pada Variasi Asal Daerah, Farmasains, Vol. 2(5)
Hendayana, sumar, 2010, Kimia Pemisahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hernani, Tri Marwati dan Christina Winarti. 2007. Pemilihan Pelarut Pada
Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga) Secara Ekstraksi.
J.Pascapanen 4(1).
Khopkar, S.M, 2010, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS.
Liangan R, Kairupan C dan Durry M. 2015. Pengaruh pemberian ekstrak lengkuas
(Alpinia g alanga) terhadap gambaran histologik payudara mencit (Mus
musculus) yang diinduksi benzo (a) pyrene. Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol.
3 (1). Hal: 480-485.
M. Januwati. 2011. Penanganan Pasca Panen Simplisia Untuk Menghasilkan
Bahan Baku Terstandar Mendukung Industri Minuman Fungsional. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perkebunan. Jogjakarta.
Mulida D R, Kartadarma E dan Ega S P. 2015. Pengaruh Pengikat Pvp dan
Amylum Manihot serta Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap
Karakteristik Tabel Mengandung Kombinasi Ekstrak Buah Lada Hitam
(Piper Nigrum L.) dan Biji Buah Pinamg (Areca Catechu L.). Jurnal
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba. ISSN 2460-6472.
Nurwijayanti, Hasdianah, dan Melda B S. 2013. Rekayasa Daun Salam Untuk
Pengawetan Ikan Dalam Upaya Menghindari Penggunaan Efek Formalin
Terhadap Kesehatan Tubuh. Jurnal Rekayasa Daun Salam untuk
Pengawetan Ikan dalam Upaya Menghindari Penggunaan Efek Formalin
terhadap Kesehatan Tubuh.
Parwata., I M. Oka Adi dan P. Fanny Sastra Dewi, 2008, Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.),
Jurnal Kimia, 2 (2).
50
51
OLEH:
KELOMPOK : III (TIGA)
ANGGOTA
KELAS
52
: ARDIN
(F1F1 12 091)
EGARINA
(F1F1 12 096)
MISRA FEBRIANTI
(F1F1 12 134)
(F1F1 12 110)
PASHA NURHIJILA
(F1F1 12 116)
RIZKI AUDINA S
(F1F1 12 120)
SELVI RATMI
(F1F1 12 122)
(F1F1 12 126)
(F1F1 12 042)
: FARMASI C 2012
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
53