LP DHF Fix
LP DHF Fix
OLEH :
NI LUH PUTU SANTI SRININGSIH
(P07120014053)
(P07120014063)
disertai
bertendensi
dengan
adanya
mengakibatkan
manifestasi
renjatan
yang
perdarahan,
dapat
yang
menyebabkan
hepatomegali,
dan
tanda-tanda
kegagalan
sirkulasi
oleh
aedes
aegepty
dan
beberapa
nyamuk
lain
yang
(Dengue
Haemoragic
Fever)
adalah
penyakit
yang
2. Penyebab
a) Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga
flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri
dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 10 6. Di
Indonesia virus tersebut sampai saat ini telah
di isolsi menjadi 4
sehingga
mengganggu
sintesis
protein
sel
pejamu.
b. Vektor
tersebut
berperan
dalam
penularan.
Nyamuk
Aedes
Nyamuk
betina
lebih
menyukai
menghisap
darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari. (Soedarto, 1990).
c. Host
3. Patofisiologi
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue
Fever (DF). Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai
akibat dari proses viremia seperti demam, nyeri otot dan atau sendi,
sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan
DBD
biasanya
timbul
apabila
seseorang
telah
anamnestik
antibodi,
sehingga
menimbulkan
konsentrasi
dan
merupakan
mediator
kuat
yang
menyebabkan
agregasi
dan
mengalami
metamorfosis,
sehingga
4. Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas
2-7
hari,
Uji
tourniquet
positif,
trombositipenia,
dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan
seperti
petekie,
ekimosis,
hematemesis,
melena,
perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg),
tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70
80/70 80/0 0/0)
d. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
5. Gejala klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF,
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai
berikut
a. Demam
Demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua
sampai tujuh hari turun secara cepat menuju suhu normal atau
lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung
, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyetainya.
b. Perdarahan
Perdarahan
disini
terjadi
akibat
berkurangnya
trombosit
kejang.
Penurunan kesadaran
6. Pemeriksaan fisik
klien.
menggunakan
Auskultasi,
stetoskop
adalah
dengan
(auskultasi
cara
dinding
mendengarkan
abdomen
untuk
kesadaran
apatis,
d. Abdomen (Perut).
Palpasi
: Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi
Eliminasi uri
f.
diagnostik
klinis
untuk
perdarahan pada
pasien.
digunakan
mengidentifikasi
untuk
Penilaian
menentukan
kerapuhan
kecenderungan
dinding
trombositopinia.
kapiler
Metode
ini
akan
terlihat
kemampuan
kapiler
bertahan.
Jika
3)
b. Laboratorium
Hb dan PCV meningkat ( 20% )
Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ),
terjadi
tepi,
penurunan
trombosit
sampai
terdapat
fragmentosit,
yang
8. Terapi/tindakan penanganan
a.
Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan
suportif
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50
mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak
diatas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus
muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
rnungkin
diberikan
minum
per
oral,
ditakutkan
terjadinya
Apabila
terdapat
hemokonsentrasi
20%
atau
lebih
maka
RS ( kg )
<7
7 - 11
12-18
>18
Jumlah cairan ml
100 per kg BB
1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)
kristoloid
ml/kg BB/jam.
Bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid dan beri
cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam.
Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg
BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya
sudah
terjadi
perdarahan;
maka
dianjurkan
30 ml/kgBB/ 24 jam.
Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi
bertahap
sesuai
keadaan
klinis
dankadar
hematokrit.
dilakukan
secara
kontinyu,
bila
perlu
setiap
jam.
megurangi
penderitaan
diusahakan
bekerja
dengan
a) Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak
anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis
Asia, dan terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992 :
269), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
b) Keluhan Utama.
Panas atau demam.
c) Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak
yang
disertai
predisposisinya.
Pasien
yang
menderita
DHF
sering
1) Nutrisi
menelan.
2) Aktivitas
sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas
sehari-hari.
3) Istirahat, tidur
sampai anuria.
5) Personal hygiene
Meningkatnya
ketergantungan
d) Tenggorokan : Hiperemia
e) Leher
: Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
3) Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4) Abdomen (Perut).
Palpasi
: Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote
ment point (Stadium IV).
5) Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi
Eliminasi uri
anuria.
6) Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I
: Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV
jari tangan
dan kaki.
f) Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat ( 20%).
2) Trambositopenia (100.000/ml).
3) Leukopenia.
4) Ig.D. dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
Nursalam
(2001)
dan
Nanda
(2009)
menyatakan,
diagnosa
Kurang makanan.
Kurang informasi.
Kurang minat pada makanan.
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
Kesalahan konsepsi.
Kesalahan informasi.
d) Perubahan
perfusi
jaringan
kapiler
berhubungan dengan
perdarahan, ditandai dengan kematian jaringan pada ekstremitas
seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan
sumber informasi, ditandai dengan:
Perilaku hiperbola.
Ketidakakuratan mengikuti perintah.
Ketidakakuratan melakukan tes.
Perilaku tidak tepat.
Pengungkapan masalah.
A.
B. Diagnosa
Keperawatan
F.
G. Peningkatan suhu
tubuh (hipertermi)
asuhan keperawatan
berhubungan
D. Intervensi
Hasil
H. Setelah dilakukan
dengan
diharapkan pasien
peningkatan laju
mampu
metabolisme
Mempertahankan
2 cairan berhubungan
aktif
diharapkan kebutuhan
cairan terpenuhi dengan
kriteria hasil:
- Mata tidak cekung.
- Membrane mukosa tetap
-
menunjukkan proses
penyakit infeksi akut.
2. Kompres hangat akan
terjadi perpindahan
panas konduksi.
3. Untuk mengganti
hilang akibat
Defisit volume
1. Suhu 380C-41,10C
J. K.
E. Rasional
lembab.
Turgor kulit baik.
evaporasi.
1. Observasi tanda-tanda 1. Penurunan sirkulasi
vital paling sedikit
peningkatan kehilangan
cairan mengakibatkan
hipotensi dan
takikardia.
2. Menunjukkan status
volume sirkulasi,
terjadinya / perbaikan
perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi.
3. Mengukur keadekuatan
penggantian cairan
sesuai fungsi ginjal.
4. Mempertahankan
keseimbangan
M.
3
N. Perubahan nutrisi
O. Setelah dilakukan
1. Berikan makanan
kurang dari
asuhan keperawatan
kebutuhan tubuh
suplemen nutrisi
berhubungan
diharapkan
untuk meningkatkan
dengan
kebutuhan nutrisi
ketidakmampuan
adekuat dengan
untuk mencerna
kriteria hasil:
makanan.
cairan/elektrolit.
1. Mengganti kehilangan
vitamin karena
malnutrisi/anemia.
2. Porsi lebih kecil dapat
meningkatkan
masukan.
3. Mengawasi penurunan
berat badan.
4. Mulut yang bersih
meningkatkan selera
makan dan pemasukan
E. DAFTAR PUSTAKA
F.
G. Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
H. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
I.
J.