Anda di halaman 1dari 12

BAB XI

PENYESUAIAN DIRI REMAJA

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. menjelaskan bentuk-bentuk penyesuaian diri remaja;
2. menjelaskan persoalan-persoalan yang dihadapi remaja dalam mengadakan
penyesuaian diri;
3. menjelaskan cara terbaik orangtua dan guru memandu penyesuaian diri
remaja, melalui program penyesuaikan diri orang dewasa terhadap remaja.

PEMBAHASAN
Salah satu aspek penting dalam perkembangan remaja adalah peristiwa
penyesuaian diri. Remaja perlu mengadakan penyesuaian diri karena ia (mereka)
harus mempersiapkan diri sebagai orang dewasa. Banyak keputusan yang harus
diambil oleh anak remaja yang kelak menjadi dasar dari kehidupan orang dewasa.
Oleh karena itu, dalam pembahasan ini dikemukakan hakekat penyesuaian diri,
bentuk-bentuk penyesuaian diri, permasalahan penyesuaian diri, dan diakhiri
dengan pembahasan bagaimana orangtua memandu anak remajanya agar berhasil
dalam proses penyesuaian diri.

258

Sunarto dan B. Agung Hartono (1994: 182) meringkaskan penyesuaian diri


sebagai usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada
lingkungannya. Pencapaian keharmonisan yang dimaksud bisa berupa: adaptasi
dengan lingkungan, konformitas dengan suatu kelompok sosial tertentu, penguasaan
suatu keterampilan tertentu untuk mengatasi tantangan hidup dan kematangan
emosional dalam arti memiliki respon emosional yang tepat dalam menghadapi
segala macam situasi. Pemahaman penyesuaian diri seperti di atas berlaku pula
bagi remaja sekalipun kadar penyesuaian dirinya tidak semantap orang dewasa yang
telah paripurna dalam penyesuaian dirinya. Dalam uraian selanjutnya penyesuaian
diri difokuskan pada penyesuaian diri sebagai usaha adaptasi dengan lingkungan,
dalam hal ini sudah tentu adalah lingkungan hidup remaja. Lingkungan hidup
remaja dapat dipandang sebagai suatu arena di mana remaja dituntut untuk mampu
bermain (menyesuaikan diri) di arena (arena-arena) hidupnya.
A. Arena-Arena Penyesuaian Diri Remaja
Bagaimana remaja menyesuaikan dirinya di lingkungan keluarga, kelompok
sosial terdekat dia melibatkan dirinya, sekolah, dan masyarakat secara luas akan
diuraikan satu persatu berikut ini.
1.1. Penyesuaian Diri dengan Keluarga
Dalam penyesuaian diri di keluarga ini remaja menselaraskan sikap dan
tindakannya dengan pola-pola asuhan orangtua yang berlaku di keluarga tersebut.
Adapun pola asuhan orangtua di keluarga menurut Sunarto dan B. Agung Hartono
(1994: 191) ada empat jenis yaitu: (1) menerima anak (remaja) dengan baik, (2)
menegakkan disiplin yang berlebihan, (3) memanjakan dan melindungi anak
(remaja) secara berlebihan, dan (4) menolak keberadaan anak (remaja) di rumah.
Dari keempat pola asuhan di atas tampaknya pola asuhan pertama menerima remaja
dengan baik yang membawa dampak positif bagi remaja di keluarga yaitu

259

tumbuhnya suasana bimbingan keluarga yang hangat dan aman bagi remaja. Pola
ke dua yaitu menegakkan disiplin yang berlebihan dapat menimbulkan sikap jiwa
yang tegang, takut berbuat salah. Pola ketiga, memanjakan dan melindungi remaja
secara berlebihan dapat menimbulkan anak merasa canggung dan tidak percaya diri.
Sedang pola keempat, menolak keberadaan remaja di rumah dapat menimbulkan
hambatan-hambatan dalam penyesuaian diri remaja, misalnya remaja bersikap
seklusif terhadap berbagai macam bentuk pergaulan sosial.
Penyesuaian sosial remaja di keluarga pada umumnya tidak selalu berjalan
lancar sekalipun orangtua mempergunakan pola asuhan pertama yaitu menerima
remaja dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena di dalam masa remaja timbul masa
negativisme yang ketiga, yaitu remaja cenderung otoritas orangtua dalam
mengarahkan hidupnya (Sarlito Wirawan Sarwono, 1984: 29). Karena pola asuhan
kesatu ini telah terbukti mendatangkan penyesuaian remaja yang baik maka
seyogyanya orangtuanya menerapkan pola asuhan ini, lebih-lebih kalau remaja
sudah sampai pada akhir masa remaja hendaknya kontrol terhadap jalan hidup
remaja mulai dilepas hingga akhirnya anak memperoleh kebebasan sepenuhnya
untuk mandiri.
1.2. Penyesuaian Diri Dengan Kelompok Sebaya
Kelompok sosial terdekat ini adalah pergaulan remaja dengan teman-teman
sebayanya. Di dalam kelompok ini remaja berusaha untuk menerima penerimaan
sosial dari warga kelompok. Penolakan dari warga kelompok terhadap remaja yang
bersangkutan. Populer dikalangan teman-temannya merupakan suatu kebahagiaan
sendiri dalam hidup remaja. Soesilo Windradini mengemukakan 15 faktor yang
mempengaruhi penerimaan sosial terhadap remaja (1995: 17-21) yang akan
diringkas berikut ini:
(1) Kesan pertama yang menawan: jalan ke arah popularitas remaja

260

(2) Penampilan yang menarik: sama dengan nomor satu


(3) Reputasi: Remaja laki-laki bersifat berani dan remaja wanita bersifat
feminin
(4) Partisipasi sosial: apakah remaja aktif di banyak kegiatan sosial remaja
ataukah dia berada "dipinggiran"
(5) Kemampuan bicara: apakah remaja mampu bicara yang dapat difahami
dan menarik perhatian dalam pengutaraannya ataukah

bicaranya

berbelit-belit tak difahami?


(6) Kesehatan: Apakah dia tampaknya sehat dan energik atau lemah dan
sakit-sakitan
(7) Jauh dekatnya rumah dengan tempat kegiatan kelompok: rumah
remaja yang "dekat" lebih untung dari mereka yang rumahnya yang
"jauh"
(8) Lama waktu menjadi anggota kelompok: semakin lama menjadi
anggota semakin dianggap orang "beken" di dalam kelompok tersebut
(9) Sifat kelompok. Pada kelompok kecil cenderung memperhatikan
antara warga yang satu dengan warga lainnya. Pada kelompok besar
lebih menekankan pada sumbangan apa yang diberikan kepada
kelompok secara keseluruhan
(10) Status sosial ekonomi: apakah seorang remaja sering menyumbang
pada kelompok atau apakah ia bakhil?

261

(11) Social skill: apakah seorang remaja gampang tanggap dan dengan
cepat memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok ataukah ia tak mau
tahu dan tidak mau membantu kebutuhan-kebutuhan kelompok?
(12) Prestasi akademik: apakah remaja termasuk "anak berprestasi" ataukah
"anak tak berprestasi"?
(13) Inteligensi: apakah seorang remaja termasuk anak "pandai"
ataukah anak "biasa"
(14) Menerima norma-norma kelompok: apakah remaja sudah menjiwai
semangat kelompok ataukah termasuk yang suka nyentrik?
(15)

Hubungan keluarga: apakah remaja termasuk anak percaya diri


ataukah termasuk "anak mama"?

Demikian ke lima belas faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan sosial


remaja. Remaja yang memiliki unsur-unsur positif dari kelima belas faktor di atas
sudah tentu akan memperoleh penerimaan sosial yang berlebih dari pada yang
hanya sebagian saja dimilikinya. Dalam praktiknya sulit dijumpai seorang remaja
memiliki unsur-unsur positif dari kelima belas faktor di atas. Sebagian besar remaja
saja yang memiliki sudahlah merupakan anugrah (atau bahkan ujian karena remaja
menjadi sombong?) yang besar.
1.3. Penyesuaian Sosial Dengan Sekolah
Secara universal dapat dikatakan sekolah mempunyai misi menjadikan
remaja sebagai manusia terpelajar: memiliki pengetahuan umum yang cukup luas,
memiliki keahlian di bidang ilmu atau jabatan tertentu, dan memiliki nilai dan sikap
hidup yang luhur. Penunaian fungsi ini tidak mudah dan banyak kali mengalami
kegagalan. Terlepas dari soal fungsi sekolah dan penunaiannya yang kurang

262

memuaskan tersebut oleh banyak kalangan diakui bahwa sekolah adalah suatu arena
atau wacana tempat orang-orang menuntut ilmu atau menjadi pintar. Di kalangan
masyarakat remajapun dapat menerma identitas sekolah sebagai tempat gladi diri
untuk menjadi orang pintar. Kalau asumsi ini benar maka tuntutan penyesuaian
sosial remaja akan berkisar di seputar perolehan prestasi akademik beserta faktorfaktor yang mengiringinya yaitu inteligensi yang tinggi, kerja keras atau rajin
belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi tersebut.
Bagi remaja yang berinteligensi tinggi dan mau bekerja keras dalam
belajarnya sudah tentu penyesuaian sosialnya akan bagus sekali: dihargai tidak saja
oleh teman-temannya, melainkan juga oleh guru-gurunya, dan sudah barang tentu
oleh orangtuannya. Remaja bisa menjadi populer karenanya. Akan tetapi bagi
remaja yang prestasinya biasa-biasa saja atau bahkan gagal memperoleh prestasi
minimal (nilai kurang dari enam) dapat dikatakan penyesuaian sosial di sekolahnya
kurang berhasil. Kepada mereka ini perlu layanan bimbingan khusus agar ia bisa
memaksimalkan prestasi yang ada pada dirinya, mau berusaha/belajar dengan baik,
dan pada akhirnya mau menerima dirinya apa adanya. Tidak

perlu menuntut

dirinya di luar batas kemampuannya.


1.4. Penyesuaian Sosial dengan Masyarakat
Masyarakat menuntut setiap warganya untuk berperilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang diterima di masyarakat. Jadi kalau masyarakat kita ini adalah
masyarakat Pancasila dan religius sudah tentu tuntutan masyarakat kepada setiap
individu warganya adalah untuk mampu berperilaku yang sesuai nilai-nilai
Pancasila dan religi yang diyakininya. tidak berhasil menjalani ini berarti dia gagal
dalam penyesuaian sosialnya di masyarakat. Tidak terkecuali bagi kawula muda
masyarakat atau remaja: dia harus mampu berperilaku yang Pancasilais dan yang
agamis itu. Kalau ada remaja yang tidak berhasil dalam penyesuaiannya berarti ada

263

sesuatu yang tak beres di masyarakat itu, karena remaja (dan juga anak-anak)
belajar tentang nilai-nilai masyarakat ya dari masyarakat itu sendiri.
Ke arah penyesuaian sosial remaja di masyarakat yang baik diperlukan
kondisi masyarakat yang membelajarkan remaja dengan baik akan dikenal dengan
istilah learning sociaety. Tanpa penciptaan situasi masyarakat yang bercorak
learning society ini usaha-usaha pembelajaran di sekolah-sekolah dan di kelurga ke
arah budi luhur akan sia-sia.
Tampaknya masyarakat kontemporer sedang mengidap pathologi sosial: di
satu sisi dikehendaki berlakunya nilai-nilai luhur Pancasila dan agama di
masyarakat, akan tetapi di sisi lain dikehendaki (setidak-tidaknya oleh sebagian
warga masyarakat) nilai-nilai yang paradoks dengan Pancasila dan agama seperti:
perjudian, minuman keras, korupsi, kolusi, pornografi, dan lain sebagainya yang
negatif. Dikatakan paradoks karena usaha pemberantasan pola hidup yang negatif
tersebut tidak dilaksanakan secara sungguh-sungguh, bahkan dibiarkan hidup
sebagai subsistem di masyarakat yang bersifat informal. Jadi ada sistem nilai/
norma formal: Pancasila dan religi yang informal: pola hidup negatif seperti yang
tersebut di atas "Quo vadis" masyarakat Indonesia?

B. Program Bantuan Penyesuaian Diri Remaja


Program berikut ini telah digunakan secara efektif oleh banyak keluarga untuk
mengurangi permusuhan, meningkatkan kerjasama, dan mengembangkan perilaku
yang positif di antara anggota keluarga. Dalam uraian berikut ini dipakai
pendekatan strategis yang berpusat pada penyelesaian masalah mencakup masalah
prasangka, niat yang positif, konotasi yang positif, membuat perilaku menjadi
normal, dan membuat sugesti-sugesti secara tidak langsung.

264

Ketika kita berkerja dengan para remaja bersama dengan keluarga mereka,
biasanya kita perlu benar-benar memperhatikan keluarga agar mereka mau
melakukan penyesuaian diri terhadap anak remajanya. Dalam menangani anakanak ditujukan ke penanganan remaja mereka yang mulai mengarah ke
perkembangan dewasa. Ada banyak hal yang berbeda, dan perlu waktu sejenak
untuk mendapatkan teknik-teknik yang tepat bagi remaja-remaja mereka. Banyak
orang-orang sudah menulis buku dan melakukan riset mengenai langkah-langkah
untuk membantu anak remajanya agar berhasil tumbuh mencapai penyesuaian diri
yang harmonis.
Kita perlu membedakan penanganan bagi anak-anak dan bagi remaja. Pada
tahap pertama, kita mengembangkan cara untuk menangani anak-anak sampai
usia 12 atau 13 tahun. Sedangkan pada tahap kedua, kita mengembangkan strategi
untuk menangani masalah penyesuaian diri remaja sampai awal dewasa.
Pada tahap pertama, tugas anak-anak adalah belajar bagaimana mereka
melalui hari-harinya tanpa mengandung bahaya atau resiko berat. Misalnya,
bagaimana anak tidak tiba-tiba lari di depan truk yang sedang berjalan,
menumpahkan air mendidih, makan makanan yang mengandung resiko, dan
sebagainya. Pada dasarnya cara yang ditempuh sederhana. Tugas orangtua juga
sederhana. Beri kesempatan anak-anak melakukan apa yang ia katakan dan berikan
umpan balik secara langsung. Ketika berkaitan dengan kemungkinan anak akan
menyeberang jalan misalnya, perintah langsung (lihat dua sisikanan dan kiri,
sebelum kamu menyeberang) merupakan cara sederhana untuk membantu anakanak menyesuaikan diri. Ketika akan bermain, perintah langsung juga bisa
diberikan,

misalnya

dengan

mengatakan

Jangan

bermain-main

dalam

pertandingan, lakukan secara sportif, dan lain-lain. Dalam hal ini, apa yang terjadi
adalah anak belajar dan orang dewasapun belajar tentang perintah itu. Apakah
perintah orangtua efektif bagi penyesuaian diri anak-anak?

265

Sekarang aturannya berbeda pada tahap kedua yakni waktu membelajarkan


remaja untuk mengadakan penyesuaian diri. Hasil akhir yang diharapkan dari
pendekatan pada tahap kedua ini adalah job description, yaitu bahwa remaja harus
belajar bagaimana menjadi orang dewasa. Para remaja harus belajar bagaimana
untuk membuat atau mengembangkan pertimbangan-pertimbangan yang baik,
bagaimana menyatakan ketidaksetujuan dengan aman, bagaimana cara bertahan
pada pendirian mereka sendiri, dan bagaimana cara bergaul akrab dengan boss
mereka, dan bagaimana menjadi puas dengan pekerjaan mereka. Adalah pekerjaan
yang tidak membutuhkan waktu lama ketika orangtua mengajar anak untuk
mematuhi aturan. Anak yang membuat kekeliruan harus belajar keterampilanketerampilan yang diperlukan di dunia agar kekeliruannya tidak berulang kembali.
Ada suatu pepatah: "Pertimbangan yang baik datang dari pengalaman; pengalaman
datang dari pertimbangan yang tidak baik."
Kita menyadari bahwa kadang-kadang sulit bagi orang tua, sebab hampir
semua orang tua akan mem-protect anaknya agar tidak mengalami pengalaman
buruk. Namun demikian, kita harus tahu bahwa anak tidak akan pernah tetap
menjadi anak, sehingga kalau diperlakukan seperti anak terus tidak akan pernah
belajar bagaimana menjadi dewasa.

Oleh karena itu, tugas orangtua adalah

mencoba untuk memberikan dukungan bagi anak remajanya untuk berkesempatan


membuat kesalahan-kesalahan sosial dan menggunakan pertimbangan yang tidak
baik, tanpa membahayakan hidup seseorang, dan dengan penuh harapan tanpa
melakukan berbagai hal yang benar-benar di luar batas pilihan mereka, seperti
menjadi budak obat-obatan terlarang atau alkohol, menjadi menderita HIV/AIDS.
Apa yang anak remaja harus kerjakan? Pertama adalah mencoba memasuki
wilayah baru di rumah. Anak harus belajar keterampilan tegas (asertif), termasuk
dalam menyatakan tidak setuju, dan hal ini termasuk salah satu tugas pertama.
Remaja harus belajar menguji hambatan-hambatan yang ada di rumah, dengan
orang-orang yang ia ketahui masih mencintai dia. Tentu saja, ia harus memulai

266

tugas dengan berani mengatakan "Tidak!" terhadap permintaan atau harapan orang
lain (orang tua) yang tidak sesuai dengan yang diinginkan sendiri.
Pada mulanya, remaja tampak tidak punya rasa hormat terhadap orang lain.
Namun, lambat laun dia akan belajar menjadi lebih terampil dengan lemah-lembut
menolak permintaan orang lain, termasuk orang tuanya sendiri. Secara berangsurangsur ia belajar. Jika ia tidak mempunyai peluang untuk belajar tegas selagi muda,
maka ia akan mengakhiri hidup sebagai orang dewasa bagaikan dalam penjara,
sebab ia hanya akan menjadi manusia penurut selama hidupnya.
Bagi orangtua, apa yang harus diingat, ketika putra remajanya mengerjakan
sesuatu yang orangtua tidak suka? Bahwa anak remaja sedang belajar bagaimana
cara menjadi orang dewasa, dan biarkan anak berkesempatan untuk membuat
kekeliruan serta kesempatan untuk menghadapi konsekuensinya, dalam rangka
belajar. Pesan lain bagi orang tua adalah memantau anak remajanya apakah mampu
menangani masalahnya secara bebas, dan dapat terus belajar untuk melakukan hal
bergunayakni melakukan kekeliruan yang berguna dengan aman.
Sementara itu bagi remaja perlu mengingat bahwa orangtuanya mencoba
untuk mengadakan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan, sebab anak
remajanya sedang tumbuh dan berkembang menuju ke arah kedewasaan. Remaja
perlu belajar menjadi orang tua yang memiliki anak remaja. Seperti halnya latihan
yang lain: berikan penghargaan terhadap mereka yang berbuat benar dan lakukan
secara spontan sebagai pertanda cinta orang tua. Orang tua dapat melatih mereka
untuk berpikir bahwa mereka sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab.
Semuanya bergantung pada apa yang dilakukan dan cara-cara yang ditunjukkan
sebagai orangtua yang bertanggung jawab.
Uraian di atas menekankan pada bagaimana remaja tumbuh menjadi
manusia dewasa yang tegas dan tidak menunjukkan gejala-gejala patologis. Hal ini

267

juga mengisyaratkan kepada remaja agar berbuat secara bertanggung jawab, mereka
berperilaku secara mengesankan di hadapan orang tua mereka, sebagai orang yang
kemudian mengijinkan anaknya lebih fleksibilitas melaksanakan aktivitas kaum
muda.

RANGKUMAN
Bertambahnya usia anak dan semakin melebarnya pergaulan membuat anakanak harus mampu mengadakan berbagai penyesuaian diri. Bagi remaja,
penyesuaian diri yang utama adalah mempersiapkan dirinya menjadi manusia
dewasa yang bertanggung jawab.
Salah satu tugas berat remaja adalah menjadi manusia yang asertif dalam
menyampaikan gagasan dan rencana perilaku. Dalam hal ini seringkali remaja
menemukan hambatan sebab adanya beda perlakuan orang tua. Orang tua kadang
memperlakukan anak remajanya sebagai kanak-kanak sementara itu di saat lain
memperlakukan mereka sebagai orang dewasa.
Anak remaja perlu berkesempatan untuk belajar dari segala lini, bahkan
anak remaja perlu belajar dari keputusan-keputusan pribadi yang salah. Dalam hal
ini apa yang harus dilakukan orang tua?
Saran yang diberikan kepada orang tua adalah agar mereka memberi banyak
peluang bagi anak remajanya untuk mandiri. Biarkan anak belajar bahkan dari
kesalahan-kesalahannya sendiri. Yang dipersiapkan orang tua bukan larangan dan
hukuman, tetapi menunggu sampai anak remajanya berhasil menyelesaikan masalah

268

dan orangtua memberikan dukungan dan pujian atas keberhasilan anak remajanya
yang telah mampu belajar menyesuaikan diri terhadap berbagai keadaan.

PENDALAMAN
Selesaikan tugas berikut dengan seksama!
1. Sebutkan karakteristik remaja yang tidak mampu mengadakan penyesuaian
diri. Dalam menguraikan kaitkan dengan tugas perkembangan remaja!
2. Buatlah satu panduan umum yang bisa dipakai pegangan orangtua dalam
memandu anak remajanya menyesuaikan diri!
DAFTAR RUJUKAN
Ebling, Richard.1997. Generic reframe for Adjustment problems at adolescence. or
r.ebling@m.cc.utah.edu (Download 7 September 2005)
Adjustment disorder. http://www.findarticles.com/p/areticles/mi (Download 7
September 2005)
Richardson, Stacey & McCabe P. Marita. 2001. Parental divorce during adolescence
and adjustment in early adulthood. Adolescence
http://www.findarticles.com/p/areticles/mi (Download 7 September 2005)

269

Anda mungkin juga menyukai