e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua
bagian yang sama. Misalnya, pada baris yang berbunyi Dinding habis
rumah
tlah
usang dibacanya
dipenggal
menjadi Dinding
habis /rumah tlah usang. Di antara penggalan itu, pembaca perlu jeda
(berhenti) agak lama, dengan intonasi tertentu, kemudian melanjutkan
penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun berisi nasehat. Nasehat umumnya diberikan dari orang
yang sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau anakanak. Jadi, sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.
2) Pantun 2
Rumah buruk atap ilalang,
dinding teduh lantai pelupuh.
Menangis adik karena berang.
melihat ibu berjalan jauh.
c. Rima
Rima dalam pantun diatas adalah a b, a b
Pulau Sumba tanahnya lapang,
di situ ditanam limau purut.
Kabut dibawa angin kencang,
gunung berniat hendak menuntut.
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi
pantun. Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna
konotatif atau tidak sebenarnya .
e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua
bagian yang sama. Misalnya, baris pantun yang berbunyi Pulau Sumba
tanahnya lapang, dipenggal menjadi Pulau Sumba /tanahnya lapang.
Di antara penggalan itu, pembaca perlu jeda (berhenti) agak lama,
dengan intonasi tertentu, kemudian melanjutkan penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun di atas berisi nasihat. Nasihat umumnya diberikan dari orang yang
sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau anak-anak.
Jadi, sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.
4) Pantun 4
Sungguh harum daun pandan,
banyak berduri kelopaknya.
Adik menangis sedu sedan,
ketika diambil mainannya.
a. Tema dan Amanat
Tema dari pantun di atas adalah kesedihan kehilangan benda
kesayangan. Sedangkan amanat yang disampaikan dari pantun ini ialah
kita harus mengikhlaskan sesuatu yang kita punya, karena tidak
selamanya kita memiliki sesuatu pasti suatu saat akan kehilangan juga.
b. Citra/Pengimajian
Dalam pantun di atas, citra atau pengimajian yang digunakan
adalah citraan penglihatan, yaitu dapat dilihat pada baris
keempat ketika diambilmainannya. Kata diambil berarti adik melihat
ada yang memegang dan memindahkan mainan itu dari adik tersebut.
c. Rima
Rima pantun di atas ialah a b, a b
Sungguh harum daun pandan,
banyak berduri kelopaknya.
Adik menangis sedu sedan,
ketika diambil mainannya.
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi
kaidah tersebut tidak ada. Seloka memiliki iri dan bentuk tersendiri.Baris kedua dan
keempat pada bait pertama sebuah seloka dipakai sebagai baris pertama dan
ketiga di bait kedua. Begitu $uga pada baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai
sebagai baris pertama dan ketiga di bait ketiga, dan seterusnya.Pada ontoh seloka yang
diantumkan di atas, baris kedua pada bait pertama Ubur-ubur sampingan dua
akhirnya di$adikan baris pertama pada bait kedua. Dan baris keempat pada bait pertama Satu kubur kita berdua
di$adikan baris ketiga di bait kedua."emungkinan, hal ini dimaksudkan sebagai
proses penguatan makna atas bait pertama."arena $ika dilihat makna dari bait
pertama dan kedua, ada $alinan makna diantara satu sama lainnya. Makna umum yang
didapat pada bait pertama dan kedua ialah perihal kesetiaan. Maknaini tersurat dari kalimat yang
ada di baris ketiga dan keempat pada bait pertama Kalau mati kitabersama
(
Satu kubur kita berdua
. Nilai kesetiaan ini $uga ditemui pada baris ketiga dan keempat pada bait kedua Satu kubur kita berdua
(
Kalau boleh bersusun bangkai
.
ANALISIS PANTUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra sudah ada sejak lama. Keberadaannya pun sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat. Karya sastra merupakan hasil pemikiran yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk.
Puisi, novel serta cerpen merupakan beberapa bentuk karya sastra dari sekian banyak lainnya. Ini
menjadi sarana dalam menyalurkan atau mengeksplorasi perasaan.
Pantun dikenal sebagai salah satu puisi lama. Julukan terhadap pantun berbeda-beda tiap
daerah. Di dunia sastra jawa pantun dikenal dengan nama parikan. Di daerah sunda sering
disebut paparikan. Kumpulan pantun-pantun dahulu merupakan seni sastra yang diucapkan
secara lisan. Namun sekarang pantun sering dijumpai dalam bentuk tulisan.
Pantun merupakan bentuk puisi lama. Pantun sudah dikenal seluruh nusantara. Dahulu
pantun dijadikan sarana mengungkapkam perasaan cinta, ajakan pertemanan dan lain-lain
sehingga ada yang disebut pantun pertemanan, pantun percintaan, pantun anak-anak, pantun
berkait, pantun religi, pantun jenaka dan sebagainya.
Bentuk pantun pun sangat sederhana. Pantun terdiri atas empat baris dalam satu bait.
Baris pertama dan kedua disebut sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi.
Bentuk utama pantun yaitu adanya pola a-b-a-b dan ada juga yang berpola a-a-a-a.
Menarik tidaknya sebuah pantun tergantung penggunaan bahasa serta diksi yang dipakai.
Tentunya ada maksud atau tujuan serta nilai yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, dalam
makalah kecil ini, kami berusaha mengkaji pantun berkait dari segi penggunaan bahasa, adat
serta kepercayaan.
2.1 Metode Analisis Objektif
Dalam makalah pengkajian pantun berkait ini dipergunakan metode analisis objektif.
BAB II
PANTUN
Inilah surat baharu dikarang,
Tukangnya tidak tahukan erti,
ada sekali bunga yang kembang,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi.
Tukangnya tidak tahukan erti,
Bahasanya orang cara Melayu,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi,
Bunganya kembang cahayanya ungu.
Bahasanya orang cara Melayu,
Tukang nan tidak ertikan makna,
Bunganya kembang cahayanya ungu,
Kumbang nan tidak berhenti ke sana.
Bunga dikarang di dalam kebun,
Permainan raja di Jeddah,
Sahaya tidak tahu berpantun,
Mohonkan ampun barang yang salah.
Permainan raja di Jeddah,
Anak-anak mandi di sangku,
Mohonkan ampun barang yang salah,
Minta maaf madah terlalu.
BAB III
KAJIAN PANTUN
3.1 Sudut kebahasaan
Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam sastra. Dengan adanya bahasa akan
mempermudah bagi orang lain untuk dapat memahaminya. Dari pantun berkait di atas, secara
keseluruhan bahasa yang dipergunakan adalah bahasa melayu dengan menggunakan
perumpamaan untuk menyebut sesuatu hal. Perumpamaan itu bisa dilihat pada bait ketiga baris
ketiga dan keempat.
Bunganya kembang cahayanya ungu,
Kumbang nan tidak berhenti ke sana.
Kata bunganya kembang sebutan bagi seorang wanita dan kata kumbang sebutan untuk
seorang laki-laki.
3.2 Adat
Adapun adat yang ingin disampaikan dalam pantun berkait di atas adalah
mengungkapkan suatu perasaan simpati terhadap lawan jenis dengan cara berpantun atau
menuliskan pantun. Hal ini tertera pada bait pertama dan dilanjutkan pada bait kedua.
Inilah surat baharu dikarang,
Tukangnya tidak tahukan erti,
ada sekali bunga yang kembang,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi.
Tukangnya tidak tahukan erti,
Bahasanya orang cara Melayu,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi,
Bunganya kembang cahayanya ungu.
Bait pertama menceritakan tentang surat yang baru ditulis untuk seorang gadis yang tinggal di
puncak gunung dilanjutkan pada bait yang kedua bahwa gadis itu sangat cantik dan baik hati.
Pada bait empat dan lima, adat yang terkandung di dalamnya yaitu adanya ungkapan
permohonan maaf apabila ada kata-kata yang salah.
3.3 Kepercayaan
Bahasanya orang cara Melayu,
Tukang nan tidak ertikan makna,
Bunganya kembang cahayanya ungu,
Kumbang nan tidak berhenti ke sana.
Dari bait ketiga tersebut, terdapat suatu kepercayaan bahwa agar apa yang ingin diraih
bisa terwujud dibutuhkan suatu usaha atau pengorbanan. Ini tercantum pada baris
keempatkumbang nan tidak berhenti ke sana. Ungkapan ini menunjukan keseriusan dan tekad
kuat seorang laki-laki untuk bisa mendapatkan gadis impiannya itu dengan berusaha menuju
tempat dimana gadis itu berada.