Anda di halaman 1dari 11

A.

Genre Sastra : Puisi Lama (Pantun)


B. Analisis Pantun :
1) Pantun 1
Dinding habis rumah tlah usang
tonggaklah tepuk semuanya.
Tukang pedati tidak menenggang,
rumput mati diberikannya.
a. Tema dan Amanat
Tema pantun ialah orang yang kikir , amanat ialah Janganlah pelit
kepada orang lain. Kalau mau memberikan suatu bantuan atau apapun
kepada orang lain, usahakan yang diberikan itu layak untuk diberikan.
b. Citra/Pengimajian
Citra/Pengimajian dalam pantun di atas adalah citra penglihatan
dilihat dari baris rumput mati diberikannya. Citra penglihatan mampu
memberi rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang
tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat dari kata rumput mati.
c. Rima
Rima pantun ialah a b, a b
Dinding habis rumah tlah usang
tonggaklah tepuk semuanya.
Tukang pedati tidak menenggang,
rumput mati diberikannya.
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi
pantun. Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna
konotatif
atau
tidak
sebenarnya.

e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua
bagian yang sama. Misalnya, pada baris yang berbunyi Dinding habis
rumah
tlah
usang dibacanya
dipenggal
menjadi Dinding
habis /rumah tlah usang. Di antara penggalan itu, pembaca perlu jeda
(berhenti) agak lama, dengan intonasi tertentu, kemudian melanjutkan
penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun berisi nasehat. Nasehat umumnya diberikan dari orang
yang sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau anakanak. Jadi, sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.
2) Pantun 2
Rumah buruk atap ilalang,
dinding teduh lantai pelupuh.
Menangis adik karena berang.
melihat ibu berjalan jauh.

a. Tema dan Amanat


Tema pantun ialah anak yang manja , amanat ialah sebagai
seorang anak, janganlah selalu tergantung pada orang tua, haruslah
mandiri dan berani. Karena, jika suatu saat ada hal yang terjadi pada diri
kita, kita dapat mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang tua.
b. Citra/Pengimajian
Citra/Pengimajian dalam pantun di atas adalah citra penglihatan,
hal ini dapat dilihat daribaris melihat ibu berjalan jauh. Hal ini
disimpulkan dari kata melihat.
c. Rima
Rima pantun ialah a b, a b
Rumah buruk atap ilalang,
dinding teduh lantai pelupuh.
Menangis adik karena berang.
melihat ibu berjalan jauh
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi
pantun. Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna
denotatif atau lugas, bisa dilihat dari kata-kata yang dipakai pada pantun
diatas.
e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua
bagian yang sama. Misalnya, baris pantun yang berbunyi Rumah buruk
atap ilalang, dipenggal menjadi Rumah buruk/ atap ilalang. Di antara
penggalan itu, pembaca perlu jeda (berhenti) agak lama, dengan intonasi
tertentu, kemudian melanjutkan penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun di atas berisi nasihat. Nasihat umumnya diberikan dari
orang yang sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau
anak-anak. Jadi, sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.
3) Pantun 3
Pulau Sumba tanahnya lapang,
di situ ditanam limau purut.
Kabut dibawa angin kencang,
gunung berniat hendak menuntut.
a. Tema dan Amanat
Tema dari pantun di atas adalah bencana alam. Sedangkan
amanat yang disampaikan dari pantun ini ialah jangan merusak alam yang
diciptakan oleh Yang Kuasa, lestarikan alam yang kita huni sehingga alam
pun bisa bersahabat dengan kita.
b. Citra/Pengimajian
Dalam pantun di atas citra atau pengimajian yang digunakan
adalah citraan perabaan, yaitu dapat dilihat pada baris ketiga Kabut
dibawa angin kencang, yakni kulit bisa merasakan angin yang kencang.

c. Rima
Rima dalam pantun diatas adalah a b, a b
Pulau Sumba tanahnya lapang,
di situ ditanam limau purut.
Kabut dibawa angin kencang,
gunung berniat hendak menuntut.
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi
pantun. Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna
konotatif atau tidak sebenarnya .
e. Irama
Irama pantun sedang. Cara membacanya dipenggal menjadi dua
bagian yang sama. Misalnya, baris pantun yang berbunyi Pulau Sumba
tanahnya lapang, dipenggal menjadi Pulau Sumba /tanahnya lapang.
Di antara penggalan itu, pembaca perlu jeda (berhenti) agak lama,
dengan intonasi tertentu, kemudian melanjutkan penggalan berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun di atas berisi nasihat. Nasihat umumnya diberikan dari orang yang
sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau anak-anak.
Jadi, sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.
4) Pantun 4
Sungguh harum daun pandan,
banyak berduri kelopaknya.
Adik menangis sedu sedan,
ketika diambil mainannya.
a. Tema dan Amanat
Tema dari pantun di atas adalah kesedihan kehilangan benda
kesayangan. Sedangkan amanat yang disampaikan dari pantun ini ialah
kita harus mengikhlaskan sesuatu yang kita punya, karena tidak
selamanya kita memiliki sesuatu pasti suatu saat akan kehilangan juga.
b. Citra/Pengimajian
Dalam pantun di atas, citra atau pengimajian yang digunakan
adalah citraan penglihatan, yaitu dapat dilihat pada baris
keempat ketika diambilmainannya. Kata diambil berarti adik melihat
ada yang memegang dan memindahkan mainan itu dari adik tersebut.
c. Rima
Rima pantun di atas ialah a b, a b
Sungguh harum daun pandan,
banyak berduri kelopaknya.
Adik menangis sedu sedan,
ketika diambil mainannya.
d. Diksi
Pantun di atas terdiri dari 4 baris. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi

pantun. Pemilihan kata yang digunakan dalam pantun di atas bermakna


denotatif atau lugas.
e. Irama
Irama pantun sedang Cara membacanya dipenggal menjadi dua
bagian yang sama. Misalnya, baris pantun yang berbunyi Sungguh
harum daun pandan, dipenggal menjadi Sungguh harum /daun
pandan. Di antara penggalan itu, pembaca perlu jeda (berhenti) agak
lama, dengan intonasi tertentu, kemudian melanjutkan penggalan
berikutnya.
f. Sudut Pandang
Pantun di atas berisi nasihat. Nasihat umumnya diberikan dari
orang yang sudah dewasa atau orang tua kepada orang yang muda atau
anak-anak. Jadi, sudut pandang pantun di atas ialah orang kedua.
C. Kesimpulan :
1) Pantun 1
Pantun ini memiliki bahasa atau ungkapan yang sulit dicermati oleh anak .
Walaupun begitu, pantun tersebut berisi pengalaman dan pengetahuan yang bisa
menjadi panutan bagi anak. Maka pantun ini cocok untuk anak dan dapat dijadikan
bahan ajar di SD.
2) Pantun 2
Pantun ini memiliki banyak ciri sastra untuk anak karena mempunyai nilai atau imbauan
tertentu yang dianggap pedoman tingkah laku dalam keehidupan anak-anak. Serta
mengandung nilai personal dan edukatif. Maka pantun ini cocok untuk anak dan dapat
dijadikan bahan ajar di SD.
3) Pantun 3
Pantun ini bahasa atau ungkapannnya terlalu rumit untuk dipahami oleh anak-anak .
Walaupun begitu, pantun tersebut berisi pengalaman dan pengetahuan yang bisa
menjadi panutan bagi anak. Maka pantun ini cocok untuk anak dan dapat dijadikan
bahan ajar di SD.
4) Pantun 4
Pantun ini memiliki banyak ciri sastra untuk anak seperti mengembangkan keterampilan
berbahasa lisan dan tulis, mengandung nilai personal dan nilai edukatif, tidak
menampilkan hal-hal yang tidak mendidik bagi anak. Maka pantun ini cocok untuk anak
dan dapat dijadikan bahan ajar di SD.

Jabbar Ramdhani2125083002Sastra Nusantara


Hakikat Pantun
Pada awalnya, pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan.
Pantund i a n g g a p s e b a g a i b e n t u k k r a m a d a r i k a t a J a w a
parik
yang berarti
pari
, artinya peribasa
atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Dr. R. Brandtetter, seorang ahli perbandingan bahasa ban
gsaSwiss berkata bahwa kata pantun berasal dari akar kata
tun
, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, Pampanga,
tuntun
yang berarti teratur. Dalam bahasa Tagalog ada
tonton
yang berarti berakap dengan aturan tertentu! dalam bahasa Jawa "uno ada
tuntun
yang berarti benang dan
atuntun
yang berarti teratur dan
matuntun
yang berarti memimpin! dalam bahasa Toba ada pula kata pantun yang berarti
kesopanan, kehormatan #D$a$adiningrat %&''(')*.Pendapat di atas diperkuat oleh R.+.
instedt yang menun$ukkan bahwa dalam bahasa Nusantara, kata yang memiliki akar
kata yang berarti -baris, garis, lama/kelamaan mendapatkanarti yang baru, yaitu -kata/kata
yang tersusun baik dalam bentuk prosa maupun puisi #instedt,%&01(%01*. Dalam
bahasa Melayu, pantun berarti 2uatrain, yaitu sa$ak yang berbaris empat, dengan
san$ak abab. Sedangkan dalam bahasa Sunda pantun berarti erita pan$ang yang bersa$akdan
diiringi oleh
musik.P a n t u n m a s i h m e n y i m p a n d i s k u r s u s y a n g m e n a r i k , t e r u t a m a m e n y o
a l a p a k a h a d a hubungan semantik #makna* antara pasangan pertama dan kedua.
Pi$nappel di depan "ongres Sar$ana "etimuran 34 di 5eiden #%11'* berkata bahwa pasangan
kesatu dan kedua dalam
pantunm e m i l i k i h u b u n g a n y a n g e r a t . T a p i p e n d a p a t + p h u i $ s e n m e n d a p a t t
e n t a n g a n d a r i i n s t e d t #%&01*. R. J. ilkinson pun berpendapat serupa. 4a
melihat pada pasangan kesatu dan
keduad a l a m p a n t u n a d a h u b u n g a n b u n y i . D a l a m b a h a s a n y a s e n d i r i , P a s a n g a n p e r t a m a h a r u s l a h memberikan satu pikiran puitis dengan
keindahannya yang tersembunyi, sedangkan pasangan kedua memberikan pikiran yang
sama dengan keindahan yang terbuka.Dua puluh tahun kemudian #%&6)*, 7h. 8. 9an
+phui$sen sangsi terhadap
pernyataanP i $ n a p p e l . M e n u r u t n y a , m e n a r i h u b u n g a n a n t a r a p a s a n g a n k
e s a t u d a n k e d u a d a l a m p a n t u n adalah hal sia/sia. Mungkin memang
ada hubungan diantara keduanya, tapi itu bukanlah tu$uan

utama. 8da $uga sar$ana yang akhirnya mengambil $alan tenga


h . 7 . : o o y k a a s m e n a r i k kesimpulan, -Mungkin ada pantun yang tak
a d a h u b u n g a n a n t a r a k e d u a p a s a n g a n n y a , t a p i hubunagn ini pasti ada pada puisi
yang baik.Masalah yang $uga masih hangat diperbin angkan ialah asal mula
pantun. +phui$sen berpendapat, timbulnya pantun dapat dimengerti kalau kita
mengetahui bahasa daun dan se$enissenandung rakyat yang terdapat di daerah
Mandailing, Batak. Di daerah Mandailing,
pemuda/ pemudi kerap menggunakan bahasa daun untuk menyatakan inta dan kasih pada gad
is yangdipu$anya. 7ontoh, $ika seorang pemuda mengirimkan gadisnya daun/daun sitarak,
hadungdung,sitata, sitanggis, podom/podom, dan pahu, maka artinya; -Se$ak kita
berpisah, tiadalah saya dapat tidur sebelum
menangis.8 r t i t e r s e b u t b e r a s a l d a r i k a t a s i t a r a k y a n g b e r s a n $ a k d e n g a n
marsarak, berpisah.:adungdung bersan$ak dengan dung, sesudah. Sitata
b e r s a n $ a k d e n g a n h i t a , k i t a . S i t a n g g i s bersan$ak dengan tangis, menangis. Podom/
podom bersan$ak dengan modom, tidur. Dan pahuialah au, saya.Pantun $uga memiliki
kemiripan dengan senandung Mandailing yang dikenal dengan
ende-ende
. "arena
ende-ende
$uga seolah/olah terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa ke$adian dan bagian
kedua berisikan maksud. "edua hal ini berasal dari
bahasa daun
.ilkinson setu$u dengan +phui$sen. +rang Melayu memang kerap menggunakan
bahasal a m b a n g . T e t a p i i l k i n s o n l e b i h s e n a n g m e l i h a t t i m b u l n y a p a n t u n
a k i b a t d a r i o r a n g / o r a n g Melayu senang menggunakan bahasa sebunyi, sugesti<. Di luar
itu semua, pantun memang
suatu bentuk puisi yang populer di Nusantara. Meskipun begitu puisi rakyat yang menyerupai pa
ntun bukan sa$a terdapat di Nusantara, tetapi $uga di daerah lain bahkan seluruh dunia. Teratat
ada puisi Tiongkok yang ber$udul
Syi Cing
memiliki kemiripan dengan pantun. Di mana barisnya ber$umlah
empat. Dan pasangan pertama melukiskan alam lalu
mengalami pengembangan pada pasangan kedua. "elihatannya tidak ada hubungan antara
puisi rakyat Tiongkok dengan pantun,hanya sa$a ada kemiripan konsep dan inti.. 8. Braasem
pantun $uga memiliki kemiripan yang menon$oldengan puisi Spanyolyang
bernama
Copla
. Sebagai sebuah puisi rakyat,
Copla
$uga sering dimainkan dengan iringa musik.
Copla
$uga terdiri dari empat baris dimana pasangan pertama men oba
membayangkanmaksud yang akan dinyatakan oleh pasangan kedua.Pantun memiliki beragam
bentuk. Beberapa diantaranya ialah pantun biasa, pantun seloka#pantun berkait*, talibun,
karmina #pantun kilat*, pantun anak/anak, pantun rema$a(orang tua,
dan pantun teka/teki. Berikut akan dilakukan analisis bentuk dan isi
dari salah satu pantun tersebut,yaitu pantun seloka.Pantun Seloka #pantun berkait* ialah
pantun berkait yang tidak ukup dengan satu bait sa$a, karena pantun berkait
merupakan $alinan atas beberapa bait.Taman melati di rumah/rumah=bur/ubur sampingan
dua"alau mati kita bersamaSatu kubur kita berdua=bur/ubur sampingan duaTaman melati
bersusun tangkaiSatu kubur kita berdua"alau boleh bersusun bangkaiDilihat dari bentuknya,
seloka memiliki keunikan dibandingkan dengan pantun biasa
atau $enis pantun lainnya. Pada pantun biasa, bentuknya terikat dengan $umlah bait dan rima. Se
lainitu, pada pantun biasa, terikat kaidah dimana dalam satu bait, baris pertama dan kedua
berisikansampiran. Sedangkan pada baris ketiga dan keempat berisikan isi. Namun, pada seloka

kaidah tersebut tidak ada. Seloka memiliki iri dan bentuk tersendiri.Baris kedua dan
keempat pada bait pertama sebuah seloka dipakai sebagai baris pertama dan
ketiga di bait kedua. Begitu $uga pada baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai
sebagai baris pertama dan ketiga di bait ketiga, dan seterusnya.Pada ontoh seloka yang
diantumkan di atas, baris kedua pada bait pertama Ubur-ubur sampingan dua
akhirnya di$adikan baris pertama pada bait kedua. Dan baris keempat pada bait pertama Satu kubur kita berdua
di$adikan baris ketiga di bait kedua."emungkinan, hal ini dimaksudkan sebagai
proses penguatan makna atas bait pertama."arena $ika dilihat makna dari bait
pertama dan kedua, ada $alinan makna diantara satu sama lainnya. Makna umum yang
didapat pada bait pertama dan kedua ialah perihal kesetiaan. Maknaini tersurat dari kalimat yang
ada di baris ketiga dan keempat pada bait pertama Kalau mati kitabersama
(
Satu kubur kita berdua
. Nilai kesetiaan ini $uga ditemui pada baris ketiga dan keempat pada bait kedua Satu kubur kita berdua
(
Kalau boleh bersusun bangkai
.

ANALISIS PANTUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra sudah ada sejak lama. Keberadaannya pun sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat. Karya sastra merupakan hasil pemikiran yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk.
Puisi, novel serta cerpen merupakan beberapa bentuk karya sastra dari sekian banyak lainnya. Ini
menjadi sarana dalam menyalurkan atau mengeksplorasi perasaan.
Pantun dikenal sebagai salah satu puisi lama. Julukan terhadap pantun berbeda-beda tiap
daerah. Di dunia sastra jawa pantun dikenal dengan nama parikan. Di daerah sunda sering
disebut paparikan. Kumpulan pantun-pantun dahulu merupakan seni sastra yang diucapkan
secara lisan. Namun sekarang pantun sering dijumpai dalam bentuk tulisan.
Pantun merupakan bentuk puisi lama. Pantun sudah dikenal seluruh nusantara. Dahulu
pantun dijadikan sarana mengungkapkam perasaan cinta, ajakan pertemanan dan lain-lain
sehingga ada yang disebut pantun pertemanan, pantun percintaan, pantun anak-anak, pantun
berkait, pantun religi, pantun jenaka dan sebagainya.
Bentuk pantun pun sangat sederhana. Pantun terdiri atas empat baris dalam satu bait.
Baris pertama dan kedua disebut sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi.
Bentuk utama pantun yaitu adanya pola a-b-a-b dan ada juga yang berpola a-a-a-a.
Menarik tidaknya sebuah pantun tergantung penggunaan bahasa serta diksi yang dipakai.
Tentunya ada maksud atau tujuan serta nilai yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, dalam
makalah kecil ini, kami berusaha mengkaji pantun berkait dari segi penggunaan bahasa, adat
serta kepercayaan.
2.1 Metode Analisis Objektif
Dalam makalah pengkajian pantun berkait ini dipergunakan metode analisis objektif.

BAB II
PANTUN
Inilah surat baharu dikarang,
Tukangnya tidak tahukan erti,
ada sekali bunga yang kembang,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi.
Tukangnya tidak tahukan erti,
Bahasanya orang cara Melayu,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi,
Bunganya kembang cahayanya ungu.
Bahasanya orang cara Melayu,
Tukang nan tidak ertikan makna,
Bunganya kembang cahayanya ungu,
Kumbang nan tidak berhenti ke sana.
Bunga dikarang di dalam kebun,
Permainan raja di Jeddah,
Sahaya tidak tahu berpantun,
Mohonkan ampun barang yang salah.
Permainan raja di Jeddah,
Anak-anak mandi di sangku,
Mohonkan ampun barang yang salah,
Minta maaf madah terlalu.

BAB III
KAJIAN PANTUN
3.1 Sudut kebahasaan
Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam sastra. Dengan adanya bahasa akan
mempermudah bagi orang lain untuk dapat memahaminya. Dari pantun berkait di atas, secara
keseluruhan bahasa yang dipergunakan adalah bahasa melayu dengan menggunakan
perumpamaan untuk menyebut sesuatu hal. Perumpamaan itu bisa dilihat pada bait ketiga baris
ketiga dan keempat.
Bunganya kembang cahayanya ungu,
Kumbang nan tidak berhenti ke sana.
Kata bunganya kembang sebutan bagi seorang wanita dan kata kumbang sebutan untuk
seorang laki-laki.
3.2 Adat
Adapun adat yang ingin disampaikan dalam pantun berkait di atas adalah
mengungkapkan suatu perasaan simpati terhadap lawan jenis dengan cara berpantun atau
menuliskan pantun. Hal ini tertera pada bait pertama dan dilanjutkan pada bait kedua.
Inilah surat baharu dikarang,
Tukangnya tidak tahukan erti,
ada sekali bunga yang kembang,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi.
Tukangnya tidak tahukan erti,
Bahasanya orang cara Melayu,
Tumbuh di mercu gunung yang tinggi,
Bunganya kembang cahayanya ungu.
Bait pertama menceritakan tentang surat yang baru ditulis untuk seorang gadis yang tinggal di
puncak gunung dilanjutkan pada bait yang kedua bahwa gadis itu sangat cantik dan baik hati.
Pada bait empat dan lima, adat yang terkandung di dalamnya yaitu adanya ungkapan
permohonan maaf apabila ada kata-kata yang salah.
3.3 Kepercayaan
Bahasanya orang cara Melayu,
Tukang nan tidak ertikan makna,
Bunganya kembang cahayanya ungu,
Kumbang nan tidak berhenti ke sana.
Dari bait ketiga tersebut, terdapat suatu kepercayaan bahwa agar apa yang ingin diraih
bisa terwujud dibutuhkan suatu usaha atau pengorbanan. Ini tercantum pada baris
keempatkumbang nan tidak berhenti ke sana. Ungkapan ini menunjukan keseriusan dan tekad
kuat seorang laki-laki untuk bisa mendapatkan gadis impiannya itu dengan berusaha menuju
tempat dimana gadis itu berada.

Cara menganalisis pantun,dimulai dari menganalisis : 1.Judul 2.Tema 3.Amanat


4.Alur

Anda mungkin juga menyukai