Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha seseorang untuk selalu memenuhi kebutuhan hidupnya selalu dilakukan sejak
zaman dahulu kala. Sebelum adanya jual beli seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan bertukar barang dengan orang lain yang memeliki barang yang ia butuhkan (barter).
Namun, barter bukanlah hal yang efisien bagi seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena terkadang barang yang ditukar tidak seimbang nilainya dengan barang
yang didapat. Seiring berkembangnya zaman akhirnya didapat satuan pengukur nilai suatu
barang yaitu uang. Setelah orang-orang mengenal uang maka sistem barter tidak lagi berlaku,
akan tetapi yang ada adalah sistem jual beli.
Dalam sistem jual beli ada yang namanya produsen dan konsumen, tempat ditemukannya
produsen dan konsumen adalah pasar. Seiring dengan perkembangan zaman pasar pun ada
bermacam-macam. Ada pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan
monopolistik dan pasar oligopoli.
Produsen yang berhasil dalam menjalankan suatu usaha tidak akan menutup kemungkinan
usaha tersebut akan diikuti oleh orang lain. Apalagi didukung oleh sumber daya alam yang
melimpah yang memungkinkan untuk seseorang memproduksi barang dengan jumlah yang
banyak. Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah
sehingga dengan mudah setiap produsen mendapat bahan untuk berproduksi. Ketika banyak
produsen memproduksi barang yang sama, walaupun dengan kemasan, merk dan kualiatas
yang berbeda. Maka disnilah terjadi pasar persaingan monopolistik.
Berangkat dari permasalan diatas maka kami menyusun makalah dengan judul PASAR
PERSAINGAN MONOPOLISTIK.

1.2 Permasalahan
1.
2.
3.
4.

Bagaimana penjelasan mengenai pengertian pasar persaingan monopolistik?


Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik dari pasar persaingan monopolistik?
Mengapa adanya differensiasi pada produk PT Indofood ?
Mengapa PT Indofood memilih pasar monopolistik

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan pengertian pasar persaingan monopolistik


Menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik pasar persaingan monopolistik
Menjelaskan differensiasi produk PT Indofood
Menjelaskan alasan PT Indofood memilih pasar monopolistik

BAB II
Gambaran Umum Perusahaan
2.1 Profil PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dahulu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT
Ciptakemas Abadi) Merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang
bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim
dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 menjadi Indofood. Perusahaan
ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.

2.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dahulu mencapai kesepakatan dengan perusahaan
asal Swiss, Nestle S.A, untuk mendirikan perusahaan joint venture yang bergerak di
bidang manufaktur, penjualan, pemasaran, dan distribusi produk kuliner di Indonesia
maupun untuk ekspor. Kedua perusahaan sama-sama memiliki 50% saham di perusahaan
yang diberi nama PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia.
Baik ISM maupun Nestle percaya, mereka dapat bersaing secara lebih efektif di Indonesia
melalui penggabungan kekuatan dalam bentuk perusahaan dan tim yang berdedikasi
untuk itu.
Menurut Anthoni Salim, Dirut & CEO ISM, pendirian usaha patungan ini akan
menciptakan peluang untuk memanfaatkan dan mengembangkan kekuatan yang dimiliki
kedua perusahaan yang menjalin usaha patungan tersebut.
Dalam kerjasama ini, ISM akan memberikan lisensi penggunaan merek-mereknya untuk
produk kuliner, seperti Indofood, Piring Lombok, dan lainnya kepada perusahaan baru
ini. Sementara itu, Nestle memberikan lisensi penggunaan merek Maggi-nya. Perusahaan
patungan ini diharapkan akan memulai operasinya pada 1 April 2005.
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan
operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari
produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak
para pedagang eceran.

Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood atau
Perseroan) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan
kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari
produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar.
Kini, Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori
bisnisnya. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari
ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha Strategis Grup
yang saling melengkapi sebagai berikut:
Produk Konsumen Bermerek CBP. Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP, yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia
BEI sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam
kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam
kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merekmerek yang terkemuka dan
dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan.
Bogasari, memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta.
Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan.
Agribisnis. Kegiatan operasional di bidang agribisnis dijalankan oleh PT Salim
Ivomas Pratama Tbk SIMP dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk Lonsum, yang
sahamnya tercatat di BEI, serta merupakan anak perusahaan Indofood Agri Resources Ltd.
IndoAgri, yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Singapura. Kegiatan usaha utama Grup ini
meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit
hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Di
samping itu, kegiatan usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan
tebu serta tanaman lainnya.
Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini
mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anakanak perusahaannya,
serta berbagai produk pihak ketiga.

BAB III
Landasan teori
3.2
3.2.1

Teori Pasar
Definisi Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual

beli barang ataupun jasa. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya pasti membutuhkan pasar,
karena seperti yang kita ketahui, di pasar lah barang kebutuhan manusia tersedia. Beberapa
ahli menguraikan definisi pasar, berikut beberapa diantaranya :
a. Menurut Stanton, pasar adalah tempat bagi sekelompok manusia yang berkeinginan
untuk membelanjakan uang yang dimilikinya sebagai bentuk kepuasan.
b. Menurut H. Nystrom, pasar adalah suatu aktivitas yang salah satu pihaknya menyalurkan
atau memberikan barang atau jasa kepihak lain. Pihak yang memberikan barang atau jasa
disebut pihak pembeli sedangkan yang menyalurkan disebut pihak produsen.
c. Menurut Philip dan Duncan, pasar adalah suatu langkah yang dipakai atau digunakan
untuk menempatkan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen yang
bersifat tangible.

3.3
3.3.1

Teori Pasar Persaingan Monopolistik


Definisi Pasar Monopolistik

Pasar monopolistik adalah salah satu bentuk pasar dimana terdapat banyak produsen yang
menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual pada
pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki
karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya.

3.3.2
1.

Karakteristik Pasar Monopolistik


Produk yang terdifferensiasi (Differensiasi Produk)
Differensiasi produk adalah usaha untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan untuk kepada konsumen dibandingkan perusahaan lain yang

2.

menghasilkan produk yang sama atau sejenis ataupun yang berbeda.


Jumlah perusahaan banyak dalam industri
Jumlah perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik banyak. Di Indonesia
dapat dilihat begitu banyaknya merek pakaian dan sepatu. Banyaknya perusahaan
menyebabkan keputusan perusahaan tentang harga dan output tidak perlu harus

memperhitungkan reaksi perusahaan lain, karena setiap perusahaan menghadapi


3.

kurva permintaannya masing-masing.


Mudah masuk dan keluar
Laba super normal yang dinikmati perusahaan mengundang perusahaan pendatang
untuk memasuki indsutri. Jika mereka mampu bertahan, dalam jangka panjang dapat
mengalahkan perusahaan yang lain. Tetapi jika kalah mereka harus keluar, agar
kerugian tidak menjadi lebih besar. Sama halnya dengan pasar persaingan sempurna,
dalam pasar persaingan monopolistik proses masuk keluar akan terhenti bila semua
perusahaan hanya memperoleh laba normal.

3.3.3

Ciri-ciri Pasar Monopolistik

1.

Terdapat banyak penjual di pasar.

Meskipun demikian, pasar ini tidak memiliki produsen atau penjual sebanyak pasar
persaingan sempurna dan tidak ada satu pun produsen yang mempunyai skala produksi yang
lebih besar dari produsen lainnya.
2.

Barang yang diproduksi dan diperjualbelikan berbeda corak (ukuran, mutu, dan
satuan harga)

Apabila kita lihat secara fisik suatu produk , akan tanpak jelas perbedaan tersebut. Maka kita
dapat membedakan mana produk suatu perusahaan dengan product perusahaan yang lainnya.
Di samping perbedaan dalam bentuk fisik , juga terdapat perbedaan dalam bentuk bungkus
atau pembungkusan product, dan ada pula yang berbeda dalam cara membayar barang yang
akan di beli. Akibat dari berbagai macam perbedaan ini , barang yang di produksi oleh
perusahaan pasar monopolistis ini tidak bersifat barang pengganti sempurna akan tetapi ia
bersifat barang pengganti yang dekat.
3.

Perusahaan tidak memiliki kekuatan penuh untuk mempengaruhi harga dan

4.
5.

menentukan harga
Keluar masuk dalam pasar sangat mudah
Kegiatan promosi merupakan salah satu penentu keberhasilan perusahaan.

3.3.4

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pasar Monopolistik

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasar monopolistik adalah sebagai berikut :


1)
2)

Ketidakpuasan terhadap daya analisis model persaingan sempurna maupun monopoli


Sumber daya alam yang melimpah menyebabkan produsen memproduksi barang
serupa tetapi memiliki keunggulan yang berbeda
6

3)

Differensiasi produk yang tidak terlalu besar mendorong perusahaan untuk melakukan
persaingan non harga

3.3.5

Memaksimumkan Keuntungan di Pasar Persaingan Monopolistik.

Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan dalam persaingan monopolistik lebih
elastis dari yang dihadapi monopoli. Tetapi tidak sampai mencapai elastis sempurna
sebagaimana kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan dalam pasar
persaingan sempurna.
Pemaksimuman keuntungan terbagi menjadi dua yaitu pemaksimuman keuntungan
jangka panjang dan jangka pendek.

3.3.5.1 Pemaksimuman keuntungan jangka panjang


Keuntungan yang melebihi normal menyebabkan pertambahan jumlah perusahaan
dipasar. Dengan demikian setiap perusahaan yang ada di pasar akan menghadapi permintan
yang semakin berkurang pada berbagai tingkat harga. Sehingga keuntungan pun akan
semakin menurun ketingkat normal. Bahkan akan merugi jika penerimaan marjinal lebih
kecil dari biaya marjinal (MR<MC).

3.3.5.2

Pemaksimuman keuntungan jangka pendek


Permintaan yang dihadapi perusahaan dalam persaingan monopolistik adalah sebagian

dari keseluruhan permintaan pasar. Keuntungan maksimum akan dicapai apabila perusahaan
terus berproduksi sampai pada tingkat tercapainya MC=MR. Perusahaan akan memperoleh
laba diatas normal pada jangka pendek.
3.3.6

Keseimbangan jangka pendek dan panjang pasar persaingan monopolistik.

Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka Pendek


Dalam jangka pendek perusahaan dapat menikmati laba super normal. Keseimbangan
jangka pendek perusahaan tercapai bila MR = MC, karena memiliki daya monopoli, walau
terbatas, kondisi keseimbangan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan
monopolistik sama dengan yang bergerak dalam pasar monopoli.
Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal.

3.3.7 Penilaian Ke Atas Pasar Monopolistik


Di dalam bagian ini analisis yang dibuat hanya meliputi penilaian ke atas efek dari
pasar bersifat persaingan monopolistis kepada penggunaan sumber-sumber daya, dorongan
untuk mengembangkan teknologi dan melakukan inovasi, dan corak distribusi pendapatan.
Salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh perusahaan monopolistis adalah melakukan
7

promosi penjualan secara iklan. Kebaikan dan keburukan dari kegiatan ini akan dinilai dalam
bagian

berikut.

3.3.8 Persaingan Bukan Harga


Persaingan bukan-harga merupakan usaha-usaha diluar perubahan harga yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menarik lebih banyak pembeli atas barang yang
diproduksikannya.
Persaingan bukan-harga dapat dibedakan menjadi dua jenis;
1.

Diferensiasi produksi, yaitu menciptakan barang sejenis tetapi berbeda coraknya

2.

dengan produksi perusahaan-perusahaan lain.


Iklan dan berbagai bentuk promosi penjualan

3.3.9 Kelebihan dan Kekurangan Pasar Monopolistik


Kelebihan pasar monopolistik:
1.

Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat

2.

memilih produk yang terbaik baginya.


Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu

3.

melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.


Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan produk
yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk yang

4.

dipilihnya.
Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar kebutuhan
sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.

Kekurangan pasar monopolistik:


1.

Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga,
kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan

2.

pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.


Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik,
karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
8

3.

Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan meningkatkan
biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus dibayar oleh
konsumen.

Contoh Pasar Monopolistik


Contoh Produk :Makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, shampoo, pasta gigi, dll.
Meskipun fungsi semua produknya sama, tetapi setiap produk yang dihasilkan produsen yang
berbeda memiliki ciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan
lain-lain.

3.3 Pengertian Diferensiasi Produk


Diferensiasi produk adalah penciptaan suatu produk atau citra produk yang cukup
berbeda dengan produk-produk yang telah beredar dengan maksud untuk menarik konsumen.
(Griffin,2003:357)
Kotler (2002 : 329) menerangkan produk-produk fisik itu bervariasi dalam potensinya
untuk diferensiasi, di ujung yang satu kita menemukan produk yang memungkinkan sedikit
variasi : Ayam, Baja Apinir. Di ujung lain ada produk dengan diferensiasi tinggi seperti
mobil, motor, bangunan komersial dan meubel. Di sini penjual menghadapi banyak sekali
parameter rancangan yang mencakup bentuk, keistimewaan (feature), kinerja, kesesuaian,
daya tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan. Diferensiasi
pelayanan meliputi kemudahan pemasanan, pengiriman pemasangan, pelatihan pelanggan,
konsultasi pelanggan, pemeliharaan dan perbaikan dan keramahan. Diferensiasi personalia
meliputi : kemampuan, kesopanan, dapat dipercaya dapat diandalkan, cepat tanggap dan
komunikasi. Diferensiasi saluran meliputi : cakupan, keahlian, dan kinerja. Diferensiasi citra
meliputi : cakupan, keahlian dan kinerja. Diferensiasi citra meliputi : Lambang, media,
atmosfir dan citra.

Kotler (1999 : 364) mengemukakan suatu perbedaan atau diferensiasi dapat dikembangkan
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
-Penting :Perbedaan itu memberikan banyak manfaat bagi cukup banyak pelanggan
-Jelas : Perbedaan itu tidak dimiliki orang lain atau dapat dikemas dengan lebih jelas.
-Unggul : Perbedaan itu lebih baik dari cara lain untuk mendapatkan manfaat yang sama.
-Dapat dikomunikasikan : perbedaan itu dapat dimengerti dan di lihat oleh pembeli.
9

-Mendahului

perbedaan

-Terjangkau

pembeli

itu
dapat

tidak

mudah

menjangkau

ditiru
selisih

pesaing
harganya

- Menguntungkan : perusahaan memperoleh laba dengan menonjolkan perbedaan itu

3.3.1 Variabel Utama Diferensiasi Produk Perusahaan


Variabel utama diferensiasi produk menurut Kotler, dkk (2007:385) adalah sebagai
berikut:
1.

Bentuk (Form) Produk bisa dideferensiasikan dalam bentuk, ukuran atau struktur

2.

fisik produk.
Keistimewaan/fungsi (Feature) Produk dapat ditawarkan dengan beberapa
keistimewaan, karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk. Universitas
Sumatera Utara

10

3.

Kualitas kinerja (Performance Quality) Kualitas kinerja mengacu pada tingkat


dimana karakteristik produk itu beroperasi. Yang ditetapkan sebagai satu dari empat

4.

tingkatan koalitas; rendah, rata-rata, tinggi, atau sangat tinggi.


Kualitas kesesuaian (Conformance Quality) Kualitas kesesuain mengacu pada
tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi

5.

sasaran yang dijanjikan.


Daya tahan (Durability) Adalah suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan
dalam kondisi normal dan atau berat, yang menjadikan atribut bernilai bagi

6.

beberapa produk.
Keandalan (Reliability) Adalah ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak

7.

atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu.


Mudah diperbaiki (Repairability) Adalah ukuran kemudahan memperbaiki suatu

8.

produk yang rusak atau gagal.


Gaya (Style) Menggambarkan penampilan dan perasaan produk itu bagi pembeli.
Gaya meiliki keunggulan kompetitif yang sukar ditiru. Disisi negatif, gaya yang

9.

menarik tidak selalu menciptakan kinerja yang tinggi. Universitas Sumatera Utara
Rancangan (Design) Adalah totalitas dari keistimewaan yang mempengaruhi cara
penampilan dan fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan pelanggan. Dengan
semakin ketatnya persaingan, rancangan akan menjadi salah satu cara yang paling
ampuh untuk mendiferensiasikan

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Masalah
PT. Indofood Sukses Makmur adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan makanan yang hampir seluruh produknya menguasai pasar di Indonesia. Produk
yang dihasilkan termasuk mie instan (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie,
Intermie, Sakura). Pada saat ini banyak produsen mie instan yang memiliki produk output
yang sejenis dengan mie instan keluaran dari PT Indofood Sukses Makmur diantaranya mie
sukses dan mie sedap dari Wings Food. Mengapa PT. Indofood Sukses Makmur memilih
pasar persaingan monopolistis? dan bagaimana differensisasi produk mie instan yang
dilakukan oleh PT. Indofood Sukses Makmur? Dan apa dampak yang akan dihadapi bagi
perusahaan jika melakukan pasar monopolistis?

11

4.2 Pembahasan
Produsen yang mendominasi produksi mie instan di Indonesia adalah Indofood
Sukses Makmur yang memproduksi Indomie (1972), Supermi (1968 sebagai mi instan
serbaguna dan 1976 sebagai mi instan dengan bumbu), dan Sarimi (1982).
Saat ini, Indonesia adalah produsen mi instan terbesar di dunia. Dalam hal pemasaran,
pada tahun 2005 Tiongkok menduduki tempat teratas, dengan 44,3 miliar bungkus, disusul
dengan Indonesia dengan 12,4 miliar bungkus dan Jepang dengan 5,4 miliar bungkus. Namun
Korea Selatan mengonsumsi mi instan terbanyak per kapita, dengan rata-rata 69 bungkus per
tahun, diikuti oleh Indonesia dengan 55 bungkus, dan Jepang dengan 42 bungkus.
Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan
produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan peningkatan yang positif, walaupun pada
tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie
instan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Perkembangan
produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai
makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini semakin tinggi.
Data GAPMMI (Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Minuman Indonesia)
menunjukkan, setiap orang Indonesia mengkonsumsi 52 bungkus mi setiap tahun. Itu artinya,
setiap orang makan mi instan seminggu sekali. Dengan penduduk Indonesia 225 juta jiwa,
bisa dibilang konsumsi mi instan setiap tahun 11,7 miliar bungkus. Angka sebesar ini,
menurut Ketua GAPMMI Thomas Darmawan, menunjukkan betapa besarnya peluang bisnis
mi instan di Indonesia. Selama ini Korea menduduki peringkat pertama. Konsumsi mi instan
Negeri Ginseng ini pada 2001 mencapai 76 pak per kapita per tahun. Sedangkan Indonesia,
tahun lalu saja baru mencapai 52 pak per kapita per tahun. GAPMMI optimistis satu saat
konsumsi mi instan Indonesia bisa mencapai 70 pak per kapita per tahun. Keyakinan itu
disebabkan oleh murahnya harga satu piring mi instan jika dibandingkan dengan harga satu
piring nasi dan sayuran untuk sekali makan.
Posisi dominan Indofood pada pasar mi instan tidak diragukan lagi, dengan
menguasai pangsa pasar lebih dari 80%. Secara teoretis suatu pelaku usaha yang menguasai
pangsa pasar 80% tidak saja dapat dikatakan mempunyai posisi dominan, tetapi juga telah
memonopoli pasar yang bersangkutan.
PT Indofood Sukses Makmur telah memonopoli sektor mi instan semasa Orde Baru.
Artinya sebelum adanya UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

12

Usaha Tidak Sehat (UU Antimonopoli), Indofood telah menguasai pangsa pasar 90% disektor
mi instan.
Saat ini Indofood mempunyai 80% pangsa pasar mi instan, pesaingnya PT Sayap
Utama dari Groups Wing dengan Mie Sedaap menguasai pangsa pasar antara 10% sampai
15%, dan sisanya pesaing yang lain. Dari struktur pasar yang demikian dapat disimpulkan
Indofood mempunyai posisi dominan, apalagi didukung kemampuan keuangan yang kuat,
dan dapat menyesuaikan pasokan atau permintaan mi instan dipasar yang bersangkutan.
Menurut teori SCP (Structure-Conduct-Performance) kita mengetahui bahwa struktur
dan tingkah laku (conduct) sebuah perusahaan memiliki hubungan dua arah. Di satu sisi
sebuah perusahaan yang struktur pasarnya monopoli akan berkelakuan sebagai monopolis,
sedangkan di sisi yang lain, sebuah perusahaan akan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar memiliki struktur pasar monopoli. Tujuannya jelas, untuk mendapatkan monopolys rent.
Sedangkan sebuah perusahaan monopoli akan berusaha mempertahankan struktur pasarnya
itu.
Begitu juga yang dialami oleh Indofood. Pada tahun 2003 Monopoly Watch
menemukan indikasi PT Indofood Sukses Makmur (ISM) melakukan praktek jual rugi. Dari
berbagai jenis kemasan mie instant yang diproduksi PT ISM, Tbk, ditemukan beberapa
kemasan yang justru mengalami kerugian setelah dihitung melalui komponen-komponen
produksinya. Sebagai contoh Mie Sakura memiliki harga pokok penjualan Rp 385 sedangkan
harga jual pabrik hanya Rp 254. Untuk Mie Sayap harga pokok penjualannya adalah Rp 585
tetapi harga pabriknya hanya Rp 560. Belum lagi ditambah pemberian bonus mangkok atau
piring.
Kenapa Indofood melakukan hal ini jelas karena ingin mempertahankan struktur
monopoli pasarnya untuk tetap mendapatkan monopolys rent. Monopolys rent yang
dimaksud indikasinya juga ditemukan oleh Monopoly Watch berupa biaya produksi yang
tidak efisien dari PT ISM. Terdapat lima perusahaan yang sudah ditunjuk ISM, berperan
sebagai perusahaan penghubung bisnis (brokerage) kepada PT ISM sehingga para pemasok
bahan baku seperti cabe, garam, dan lainnya tidak dapat melakukan transaksi langsung
dengan PT ISM. Akibatnya harga bahan baku tersebut menjadi lebih mahal dan harga
produksi mie instant pun meningkat. Kelima perusahaan itu adalah PT Sugih Multi Bersama,
PT Prima Sari Nuansa Indah, PT Teguh Nusa Griya, PT Fajar Cipta Murni, dan PT
Lembayung Lambang Lestari.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. memiliki orientasi pasar, dimana produksi yang
dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan permintaan pasar. Perusahaan selalu berusaha
13

memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam kuantitas maupun kualitas produk. Oleh karena
itu, perusahaan selalu mengembangkan inovasi guna memenuhi kepuasan pelanggan,
khususnya selera konsumen.
Produk Indomie mengalami peningkatan signifikan karena Indofood terus
meluncurkan berbagai varian rasa mie instan yang rasanya pas dengan selera masyarakat.
Selain inovasi penciptaan berbagai varian rasa, Indomie makin dicintai karena harganya
terjangkau.
Indofood pun sukses membuat brand image produk mie instan di Indonesia. Itu
tampak pada penyebutan semua mie instan dengan kata Indomie.
Strategi utama yang dilakukan oleh Indofood dalam memasarkan produknya adalah
Concentric Diversfication Strategi. Strategi ini dilakukan dengan menambah produk yang
baru tetapi masih saling berhubungan. Strategi menghadapi persaingan, Indofood akan
menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain
fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope,
span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di
samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan
produk-produk dengan higher price and higher margin. Selain itu dilakukan diversifikasi
harga dengan tanpa merubah bentuk dan rasa.
Selain itu Indofood juga menerapkan strategi Penetrasi Pasar, yaitu berusaha untuk
meningkatkan pangsa pasar. Dalam strategi Indofood telah memperbanyak tenaga penjual,
menambah biaya advertising (melalui iklan di Televisi, majalah, dan surat kabar),
menawarkan promosi penjualan ekstensif, dan meningkatkan publikasi.
Keberhasilan Indomie masih bertahan, terbukti dengan ekspor produk mie instan ini
ke luar negeri seperti Australia. Bisnis perusahaan mie itu pun kian menggurita sampai
menduduki posisi market leader yang super dominan.
Namun, pada tahun 2003, Wings Food meluncurkan produk mie instan dengan nama
Mie Sedaap. Oleh Indomie, kemunculan Mie Sedaap dipandang sebelah mata, karena belum
pernah ada produk mie instan yang sanggung mengalahkan Indomie selama puluhan tahun.
Siapa sangka, meski baru diluncurkan tahun 2003, Mie Sedaap mampu menggerogoti
market share Indomie hingga mencapai kemerosotan omzet 70%.

14

4.3 Saran/Rekomendasi
PT indofood adalah salah satu yang termasuk kedalam pasar monopolistis.dimana
perusahaan tersebut mengeluarkan produk yang sama dengan perusahaan lain namun
dibedakan produknya dari rasa ataupun kemasan.
Adapun saran untuk PT Indofood khususnya pada produk indomie yang didasarkan atas hasil
evaluasi faktor internal dan faktor external, yaitu :
1. Dengan memperkuat mereknya sendiri, misalnya dengan melakukan inovasi dengan,
meningkatkan kesetiaan retailer, dan memberikan bonus pembelian
2. Terus meningkatkan strategi promosi seperti
-Tagline indomie seleraku
- Iklan : billboard , iklan TV, sponsor acara.
- Pembuatan shop sign
3. Pemanfaatan dan pengalokasian modal dengan tepat yang digunakan untuk
pengembangan teknologi seoptimal mungkin
4. Mempertahankan ciri khas produk

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pasar monopolistik adalah salah satu bentuk pasar dimana terdapat banyak produsen yang
menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual pada
pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki
karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya.
Ciri-ciri pasar monopolistik :
1.
2.

Terdapat banyak penjual di pasar.


Barang yang diproduksi dan diperjualbelikan berbeda corak (ukuran, mutu, dan

3.

satuan harga)
Perusahaan tidak memiliki kekuatan penuh untuk mempengaruhi harga dan

4.
5.

menentukan harga
Keluar masuk dalam pasar sangat mudah
Kegiatan promosi merupakan salah satu penentu keberhasilan perusahaan

Contoh Produk :Makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, shampoo, pasta gigi, dll.
Meskipun fungsi semua produknya sama, tetapi setiap produk yang dihasilkan produsen yang
15

berbeda memiliki ciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan
lain-lain
Salah satu perusahaan monopolstik adalah PT Indofood. Karena PT Indofood mengeluarkan
produk yang sama dengan perusahaan lainnya seperti mie instan. Namun PT Indofood
mengeluarkan berbagai produk yang berbeda dengan produk lainnya. Seperti dalam rasa mie
instan, dan kemasan serta dalam promosi.

4.2 Saran
1. Bagi konsumen yang akan melakukan kegiatan konsumsi dari pasar persaingan monopolistik
sebaiknya memilah-milah barang atau jasa yang terbaik sebelum membeli barang atau
membayar jasa.
2. Sebaiknya pembaca memilih produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan.
3. bagi peru

Daftar Pustaka

REFRENSI :
file:///C:/Users/Inspiron%2014/Documents/PNJ%20Semester%202/Pengantar
%20Ilmu%20Ekonomi/Persaingan%20Monopolistik/Tugas%20Sekolah%20Kita_
%20Penjelasan%20Tentang%20Pasar%20Monolopi,%20Monopolistik,

%20Monopsoni,%20Oligopoli%20&%20Oligopsoni%20beserta%20Contohnya.html
http://www.indofood.com/company/indofood-at-a-glance
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sistem-ekonomi-pengertian-macam-fungsi.html
http://hot.yukbisnis.com/indomie-vs-mie-sedaap-1/
http://id.wikipedia.org/wiki/Mi_instan
.http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2003/06/04/brk,20030604-13,id.html
3.http://www.korantempo.com/news/2005/3/28/Ekonomi%20dan%20Bisnis/23.html
4.http://www.sinarharapan.co.id/berita/0406/16/eko06.html
http://hot.yukbisnis.com/indomie-vs-mie-sedaap-1/
Lukman. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Press
Pratama, Rahardja. dan Manurung, Mandala. 2006. Teori Ekonomi Mikro
Suatu Pengantar. Jakarta: FE UI.
16

Sugiarto. Dkk. 2007. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

17

Anda mungkin juga menyukai