Anda di halaman 1dari 6

BELERANG

DESKRIPSI SULFUR
Sulfur adalah salah satu materi dasar yang penting dalam proses kimia, berbentuk zat
padat yang berwarna kuning dan banyak dipakai untuk bermacam-macam bahan
kimia pokok maupun sebagai bahan pembantu, sehingga dijuluki sebagai raja kimia
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan
nomor atom 16. Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa
terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus. Belerang terjadi secara
alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfit tersebar di alam sebagai pirit,
galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain. Bentuknya adalah
non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang dalam bentuk aslinya,
adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam belerang dapat ditemukan sebagai unsur
murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino (Nurdajat dan Elkhasnet, 2007).
POTENSI DAN PENYEBARAN SULFUR DI INDONESIA

Gambar 2. Peta Persebaran Sulfur di Indonesia


Kalian pasti akan bilang WOW ketika mendengar potensi belerang yang dimiliki Indonesia.
Ya ! Seperti yang kita tahu, bahwa Indonesia menyimpan potensi sumber daya alam yang
sangat melimpah, khususnya sumber daya mineralnya. Belerang menjadi salah satu sumber
daya mineral Indonesia yang sangat melimpah. Belerang terbentuk akibat dari aktivitas
vulkanisme, sehingga banyak dijumpai di setiap gunung berapi yang masih aktif, dan kita
tahu bahwa Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Sudah dapat
membayangkan melimpahnya belerang di Indonesia ? Kalau belum mari disimak.
Menurut Sumarti (2010), sampai saat ini baru diketahui 6 provinsi di Indonesia yang
menyimpan tambang belerang, yaitu :
1. Jawa barat : Gunung Tangkuban Perahu, Danau Putri, Galunggung, Ceremai, Telaga
bodas
2. Jawa tengah : Gunung Dieng

3. Jawa timur : Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Ijen.


4. Sumatera utara : Gunung Namora
5. Sulawesi utara : Gunung Mahawu, Soputan, dan Gunung Sorek Merapi
6. Maluku : Pulau Damar
Dari total jumlah sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85% digunakan untuk
pembuatan asam sulfat. Sedangkan asam sulfat banyak digunakan untuk industri pupuk
(37%), industri bahan kimia (18%), industri bahan warna (8%), pulp dan kertas (7%), besi
baja, serat sintetis, minyak bumi dan lain-lain.
Kawah ijen merupakan penghasil belerang utama di Indonesia dibandingkan dengan wilayah
lain (Sumarti, 2010). Menurut pengelola Taman Nasional Alas Purwo, dimana Taman
Nasional tersebut membawahi antara lain kawasan Kawah Ijen, menyebutkan bahwa
sedikitnya 14 ton belerang ditambang tiap harinya. Sementara itu berdasarkan analisa
BPPTK, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan bahwa nilai tersebut
hanya sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya disediakan oleh alam. Sudah bisa
membayangkan ? Jika masih kurang, masih ada satu fakta lagi tentang potensi belerang.
Menurut Kelompok Program Teknologi Informasi Pertambangan (2005), apabila pengolahan
belerang dilakukan dengan cara sublimasi, maka belerang merupakan bahan tambang yang
TIDAK TERBATAS, wow !
MANFAAT SULFUR
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pemanfaatan sulfur atau belerang cukup banyak
dilakukan di Indonesia pada berbagai industri besar seperti industri bahan kimia yaitu
pembuatan asam sulfat, industri gula, industri ban, industri cat, industri karet, industri tekstil,
industri korek api, bahan peledak, pabrik kertas, dan lain sebagainya. Penggunaan terbesar
belerang yaitu sekitar 78% untuk pembuatan asam sulfat. Seperti yang kita ketahui memang
asam sulfat merupakan bahan yang sangat penting bagi kemajuan industri suatu Negara.
Setiap industri selalu memerlukan asam sulfat baik sebagai bahan pelarut, memberikan
suasana asam, sebagai pereaksi, dan sebagainya. Dengan demikian, semakin besar
penggunaan asam sulfat suatu Negara, maka akan semakin maju pula industri suatu Negara
karena asam sulfat adalah indikator yang baik terhadap kekuatan industri suatu Negara.
Secara tidak langsung dapat kita simpulkan bahwa semakin banyak pula kebutuhan belerang
untuk memenuhi konsumsi asam sulfat tersebut (Juliantara, 2013).
SUMBER SULFUR
Seperti yang kita ketahui bahwa belerang dapat diperoleh secara murni atau berikatan dengan
senyawa lain. Pada pembuatan asam sulfat, sebagian besar dari sulfur yang digunakan berupa
sulfur alam (56%), dari senyawa pyrite atau batuan sulfide/sulfat lainnya (19%), dan dari gas
buangan industri minyak bumi/ batu bara (25%).
Menurut Juliantara (2013), pengambilan sulfur sendiri memiliki beberapa proses, tergantung
sumber dari sulfur itu sendiri. Berikut adalah beberapa cara pengambilan sulfur, antara lain:
1.Proses Frasch

Sulfur yang diperoleh dari proses ini dilakukan dengan pencairan sulfur di bawah tanah/laut
dengan air panas, lalu memompanya ke atas permukaan bumi. Pada proses ini digunakan 3
buah pipa konsentris 6, 3, dan 1. Air panas dengan suhu 3250C dipompakan ke dalam
batuan sulfur melalui bagian pipa 6, sehingga sulfur akan meleleh (2350F). Lelehan sulfur
yang lebih berat dari air akan masuk ke bagian bawah antara pipa 3 dan 1, dan dengan
tekanan udara yang dipompakan melalui pipa 1, air yang bercampur dengan sulfur akan naik
ke atas sebagai crude S, kemudian diolah menjadi crude bright atau refined S.
2. Pengambilan S dari batuan sulfide/ sulfat
Sulfur dapat diperoleh dengan mengambil dari batuan sulfide seperti pyrite FeS2, chalcopyrite
CuFeS2, coveline CuS, galena PbS, Zn Blende ZnS, gips CaSO4, barire BaSO4, anglesite
PbSO4, dan lain-lain.
3. Pengambilan dari gunung berapi
Deposit Sulfur di gunug berapi dapat berupa batuan, lumpur sedimen atau lumpur sublimasi,
kadarnya tidak begitu tinggi (30-60%) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600-1000 juta
ton). Pemanfaatan sulfur melalui cara ini diperlukan adanya peningkatan kadar sulfur terlebih
dahulu dengan cara flotasi dan benefication. Cara flotasi yaitu dengan cara menambahkan air
dan frother yang nantinya akan membuat sulfur terapung dan dapat dipisahkan. Cara
benefication lebih rumit dibandingkan dengan flotasi yaitu awalnya sulfur ditambahkan
dengan air dan reagen, kemudian reagen dipanaskan dalam autoklaf selama 1/2-3/4 jam pada
tekanan 3 atm. Nantinya setiap partikel kecil dari sulfur akan terkumpul, lalu dilakukan
pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah. Setelah itu dipanaskan kembali dalam
autoklaf sehingga sulfur akan terpisah sebagai lapisan S dengan kadar 80-90%.
4. Pengambilan Sulfur dari Gas Buang
Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia memiliki banyak industri yang semakin
berkembang. Semakin banyak industri tersebut maka semakin banyak pabrik pengolahan dan
tentu semakin banyak gas buang yang dihasilkan. Sulfur adalah salah satu unsur yang dapat
diperoleh dari gas buang tersebut. Sulfur diperoleh dari flue gas asal pembakaran batu bara
atau pengilangan minyak bumi. Sulfur ini tidak boleh dibuang langsung ke udara karena
dapat menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu gas buang tersebut terlebih dahulu harus
diabsorpsi dengan menggunakan etanolamin dan sebagainya, kemudian dipanaskan kembali
untuk mendapatkan gasnya dan kemudian diproses lebih lanjut.
PERMASALAHAN DAN PENGELOLAAN BELERANG DI INDONESIA
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sekitar 78% sulfur di Indonesia
dimanfaatkan dalam pembuatan asam sulfat. Namun sayangnya sulfur yang ada di Indonesia
jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan dalam pembuatan asam sulfat. Bukan karena
Indonesia miskin akan sulfur, namun karena eksplorasi terhadap sumber daya ini memang
kurang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa potensi sulfur di Indonesia belum
dimanfaatkan dengan baik sehingga adanya kebutuhan sulfur di Indonesia harus dipenuhi
dengan jalan impor.
Berikut adalah beberapa pabrik asam sulfat yang sudah berdiri antara lain,

1. PT. Liku Telaga di Gresik Jatim, kapasitas produk 325.000 ton/tahun


2. PT. Petrokimia Gresik Jatim, kapasitas produk 678.000 ton/tahun
3. PT. Aktif Indo Indah di Rungkut Surabaya, kapasitas produk 15.000 ton/tahun.
4. PT. Budi Acid Jaya di Lampung Utara, kapasitas produk 60.000 ton/tahun.
5. PT. Indoesian Acids Industry di Jakarta Timur, kapasitas produk 82.500 ton/tahun
Dari sekian banyak produksi asam sulfat yang ada di Indonesia ini pun masih saja tidak
mampu mencukupi kebutuhan akan asam sulfat Negara Indonesia untuk berbagai industri
karena dari beberapa data yang diperoleh, masih banyak dilakukan impor asam sulfat bahkan
trend impor asam sulfat ini naik tajam sampai pada tahun 2012. Bahkan perkiraan konsumsi
asam sulfat pada tahun 2022 adalah 900.000.000 kg. Berikut adalah tabel data impor asam
sulfat Indonesia,
Tabel 1. Impor Asam Sulfat
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Jumlah (kg)
66.911.030
95.444.696
118.138.629
158.137.521
447.420.207

Pengelolaan dan Pemanfaatan belerang di Indonesia telah dilakukan dalam waktu yang lama
tepatnya sejak jaman kolonial Belanda. Pengelolaan masih dilakukan dengan bentuk dan cara
kerja yang sederhana tanpa didukung oleh teknologi yang memadai dan tepat guna.
Berdasarkan beberapa artikel yang serupa tentang penambangan belerang di Kawah Ijen
menunjukan bahwa proses penambangan belerang dan sumber daya manusia yang berproses
didalamnya masih sangat minim dan tradisional. Sumber daya manusia berasal dari
masyarakat sekitar yang tentunya mayoritas berekonomi lemah dan kurangnya pengetahuan
dan pendidikan yang memadai.
Permasalahan mendasar adalah proses pengambilan belerang yang menjadi pro dan kontra
yang tentunya mempertaruhkan seluruh jiwa dan raga demi beberapa kilo belerang yang
selanjutnya akan diolah. Bermodalkan peralatan sederhana para pekerja yang terdiri dari laki
laki dan perempuan mengambil sumber belerang langsung dari dasar kawah dengan
teknologi yang sederhana. Belerang dari dasar kawah lalu dialirkan untuk mengisi kantung
kantung / keranjang yang akan diangkut ke tempat pengelolaan. Setiap pekerja rata rata
mengangkut sekitar 80 kg dan hanya diberi upah sebesar Rp. 800 per kilogram. Hal ini
tentunya sangat tidak sebanding dengan kerja dan perjuangan mereka dalam mempertaruhkan
hidup nya untuk penambangan belerang.

Gambar 3. Nota Pengangkutan (Jefftravels, 2013)


Faktor kesehatan tentunya sangat mempengaruhi karena gas belerang sangat berbahaya
apabila terhirup langsung oleh tubuh. Para penambang belerang tentunya sangat berisiko
mengalami gangguan kesehatan pada saat proses penambangan belerang. Faktor lingkungan
menjadi ancaman bagi para penambang belerang karena mereka dihantui oleh hembusan
angin kencang berbau belerang dan erupsi dari kawah ijen yang dapat membahayakan nyawa
mereka sendiri. Proses seperti ini dilakukan setiap hari oleh para penambang belerang tanpa
mengenal lelah dan kondisi lingkungan yang tidak menentu.

Gambar 4. Penambang Kawah Ijen Memikul Belerang (Boston, 2009)

Gambar 5. Penambang Kawah Ijen (Boston, 2009)


Para penambang belerang perlu diberikan perlindungan dan perhatian baik dalam proses
penambangan belerang tidak hanya di Kawah Ijen tetapi juga ditempat tempat lain di
Indonesia yang mungkin bernasib sama bahkan lebih dari itu. Pengkajian khusus baik
terhadap teknologi tepat guna yang digunakan dan pemanfaatan sumber daya manusia perlu
diperhatikan dan diperjuangkan hak haknya. Penentuan tarif upah yang sebanding dengan
proses kerja yang dilakukan, dan manajemen pengelolaan belerang yang baik dan bermanfaat
perlu diterapkan demi meningkatkan hasil sumber daya belerang di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai