DESKRIPSI SULFUR
Sulfur adalah salah satu materi dasar yang penting dalam proses kimia, berbentuk zat
padat yang berwarna kuning dan banyak dipakai untuk bermacam-macam bahan
kimia pokok maupun sebagai bahan pembantu, sehingga dijuluki sebagai raja kimia
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan
nomor atom 16. Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa
terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah Aristarchus. Belerang terjadi secara
alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfit tersebar di alam sebagai pirit,
galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-lain. Bentuknya adalah
non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang dalam bentuk aslinya,
adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam belerang dapat ditemukan sebagai unsur
murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino (Nurdajat dan Elkhasnet, 2007).
POTENSI DAN PENYEBARAN SULFUR DI INDONESIA
Sulfur yang diperoleh dari proses ini dilakukan dengan pencairan sulfur di bawah tanah/laut
dengan air panas, lalu memompanya ke atas permukaan bumi. Pada proses ini digunakan 3
buah pipa konsentris 6, 3, dan 1. Air panas dengan suhu 3250C dipompakan ke dalam
batuan sulfur melalui bagian pipa 6, sehingga sulfur akan meleleh (2350F). Lelehan sulfur
yang lebih berat dari air akan masuk ke bagian bawah antara pipa 3 dan 1, dan dengan
tekanan udara yang dipompakan melalui pipa 1, air yang bercampur dengan sulfur akan naik
ke atas sebagai crude S, kemudian diolah menjadi crude bright atau refined S.
2. Pengambilan S dari batuan sulfide/ sulfat
Sulfur dapat diperoleh dengan mengambil dari batuan sulfide seperti pyrite FeS2, chalcopyrite
CuFeS2, coveline CuS, galena PbS, Zn Blende ZnS, gips CaSO4, barire BaSO4, anglesite
PbSO4, dan lain-lain.
3. Pengambilan dari gunung berapi
Deposit Sulfur di gunug berapi dapat berupa batuan, lumpur sedimen atau lumpur sublimasi,
kadarnya tidak begitu tinggi (30-60%) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600-1000 juta
ton). Pemanfaatan sulfur melalui cara ini diperlukan adanya peningkatan kadar sulfur terlebih
dahulu dengan cara flotasi dan benefication. Cara flotasi yaitu dengan cara menambahkan air
dan frother yang nantinya akan membuat sulfur terapung dan dapat dipisahkan. Cara
benefication lebih rumit dibandingkan dengan flotasi yaitu awalnya sulfur ditambahkan
dengan air dan reagen, kemudian reagen dipanaskan dalam autoklaf selama 1/2-3/4 jam pada
tekanan 3 atm. Nantinya setiap partikel kecil dari sulfur akan terkumpul, lalu dilakukan
pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah. Setelah itu dipanaskan kembali dalam
autoklaf sehingga sulfur akan terpisah sebagai lapisan S dengan kadar 80-90%.
4. Pengambilan Sulfur dari Gas Buang
Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini Indonesia memiliki banyak industri yang semakin
berkembang. Semakin banyak industri tersebut maka semakin banyak pabrik pengolahan dan
tentu semakin banyak gas buang yang dihasilkan. Sulfur adalah salah satu unsur yang dapat
diperoleh dari gas buang tersebut. Sulfur diperoleh dari flue gas asal pembakaran batu bara
atau pengilangan minyak bumi. Sulfur ini tidak boleh dibuang langsung ke udara karena
dapat menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu gas buang tersebut terlebih dahulu harus
diabsorpsi dengan menggunakan etanolamin dan sebagainya, kemudian dipanaskan kembali
untuk mendapatkan gasnya dan kemudian diproses lebih lanjut.
PERMASALAHAN DAN PENGELOLAAN BELERANG DI INDONESIA
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sekitar 78% sulfur di Indonesia
dimanfaatkan dalam pembuatan asam sulfat. Namun sayangnya sulfur yang ada di Indonesia
jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan dalam pembuatan asam sulfat. Bukan karena
Indonesia miskin akan sulfur, namun karena eksplorasi terhadap sumber daya ini memang
kurang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa potensi sulfur di Indonesia belum
dimanfaatkan dengan baik sehingga adanya kebutuhan sulfur di Indonesia harus dipenuhi
dengan jalan impor.
Berikut adalah beberapa pabrik asam sulfat yang sudah berdiri antara lain,
Jumlah (kg)
66.911.030
95.444.696
118.138.629
158.137.521
447.420.207
Pengelolaan dan Pemanfaatan belerang di Indonesia telah dilakukan dalam waktu yang lama
tepatnya sejak jaman kolonial Belanda. Pengelolaan masih dilakukan dengan bentuk dan cara
kerja yang sederhana tanpa didukung oleh teknologi yang memadai dan tepat guna.
Berdasarkan beberapa artikel yang serupa tentang penambangan belerang di Kawah Ijen
menunjukan bahwa proses penambangan belerang dan sumber daya manusia yang berproses
didalamnya masih sangat minim dan tradisional. Sumber daya manusia berasal dari
masyarakat sekitar yang tentunya mayoritas berekonomi lemah dan kurangnya pengetahuan
dan pendidikan yang memadai.
Permasalahan mendasar adalah proses pengambilan belerang yang menjadi pro dan kontra
yang tentunya mempertaruhkan seluruh jiwa dan raga demi beberapa kilo belerang yang
selanjutnya akan diolah. Bermodalkan peralatan sederhana para pekerja yang terdiri dari laki
laki dan perempuan mengambil sumber belerang langsung dari dasar kawah dengan
teknologi yang sederhana. Belerang dari dasar kawah lalu dialirkan untuk mengisi kantung
kantung / keranjang yang akan diangkut ke tempat pengelolaan. Setiap pekerja rata rata
mengangkut sekitar 80 kg dan hanya diberi upah sebesar Rp. 800 per kilogram. Hal ini
tentunya sangat tidak sebanding dengan kerja dan perjuangan mereka dalam mempertaruhkan
hidup nya untuk penambangan belerang.