Anda di halaman 1dari 25

Kesetaraan Gender

FADYLLA NUANSA CITRA BENING


MEIRSA SAWITRI HAYYUSARI
INDAH PUTRI ARIFIANA DEWI
ZAKIYYA ULPIYAH
SILVITANIA PUTRI

Latar Belakang

Diskriminasi Gender

Usaha Penghapusan
Diskriminasi Gender

Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran dari diskriminasi gender

dalam berbagai aspek kehidupan?


Bagaimana upaya masyarakat untuk mencapai
kesetaraan gender?
Bagaimana peran Lembaga Nasional dan
Internasional dalam hal kesetaraan gender ?
Bagaimana hasil yang didapatkan dari usaha
penghapusan diskriminasi gender tersebut?

Kesetaraan Gender
Gender?
Gender ini merujuk pada perbedaan-perbedaan antara
perempuan dan laki-laki yang merupakan bentukan
sosial; perbedaan-perbedaan yang tetap muncul
meskipun tidak disebabkan oleh perbedaan perbedaan
biologis yang menyangkut jenis kelamin.
Kesetaraan Gender?
Kesetaraan gender, yakni kesetaraan sosial antara lelaki
dengan perempuan, dilandaskan kepada pengakuan
bahwa ketidaksetaraan gender itu disebabkan oleh
diskriminasi struktural dan kelembagaan.

Isu Diskriminasi Gender


Bagaimana bisa muncul isu diskriminasi
gender?
Situasi sosial para wanita dapat ditinjau dari tiga

sudut pandang utama, yakni: wanita memang


berbeda dari laki-laki, wanita derajatnya lebih
rendah dari laki-laki dan yang ketiga wanita adalah
kelompok yang tertindas dan kaum yang menindas
adalah kaum laki-laki atau sistem sosial yang bersifat
patriachat yang dibentuk oleh laki-laki.

Pandangan yang melihat perbedaan mendasar antara

wanita dan pria dapat dibagi dalam tiga kelompok :


1. Kondisi bio-sosial menekankan perbedaan jenis
kelamin dan berbagai konsekuensinya
2. Pranata sosial melihat bahwa melihat peran yang
harus dijalankan oleh wanita
3. Psiko-sosial yang menekankan pada proses
sosialisasi dan gambaran ideal mengenai siapa
seharusnya wanita atau laki-laki itu.
Teori-teori yang berusaha menjelaskan wanita yang berada
pada posisi lemah dan tertindas, yakni liberal feminism
yang melihat bahwa struktur sosial yang menciptakan
ketidaksamaan hak antara pria dan wanita.

Globalisasi
dan
Human
Security
Teori
Globalisasi

1.Distanciation
2.Time and space

compress
3.World

Conciousness

Fakta Human Security


Perempuan di Indonesia
Perempuan dan Economic Security
Perempuan dan Food Security
Perempuan dan Community

Security
Perempuan dan Environment
Security
Perempuan dan Health Security
Perempuan dan Personal Security
Perempuan dan Political Security

Isu Human Security Perempuan di Indonesia


Perempuan dan Economic
Security

Perempuan dan Food


Security

Perempuan dan
Community Security

Perempuan dan
Environment Security

Perempuan dan Health


Security

Perempuan dan Political


Security

Perempuan dan Personal Security

Global Governance dan Isu Global


Global Governance digunakan untuk menunjuk

semua peraturan yang dimaksudkan untuk


mengatur masyarakat manusia pada skala global.
Kesadaran global akan perlunya perbaikan
kehidupan perempuan terkait dengan kondisi
kehidupan perempuan yang tidak layak di berbagai
dunia memunculkan norma baru yang lebih gender
wise.

Masalah penting yang masih harus dihadapi perempuan di


dunia dalam kehidupan sehari-harinya diantaranya adalah:
Kekerasan berbasis

gender

Angka partisipasi politik

perempuan

Angka kematian ibu

melahirkan

Angka buta huruf dan

pengetahuan

Isu Gender dan Politik Internasional


Alasan mengapa perempuan terpinggirkan dari

peran politik di tingkat nasional maupun


internasional adalah karena peran domestic yang
dilekatkan padanya.
Dominasi patriarkhi dalam politik internasional
mengakibatkan marginalisasi, subordinasi,
stereotype, beban ganda, diskriminasi dan kekerasan
terhadap perempuan

Kekerasan terhadap
Perempuan

Beban ganda perempuan


Perempuan umumnya

memiliki tiga peran :


produktif, reproduktif,
memelihara masyarakat.
Sementara peran politik
dalam masyarakat lebih
dominan laki-laki.
Ketidakadilan yang
muncul disini adalah
bahwa perempuan
memiliki beban ganda.

Marginalisasi perempuan

Subordinasi perempuan

Lemahnya kesempatan

Perempuan tidak

perempuan mengakses
sumber-sumber
ekonomi seperti tanah,
kredit dan pasar.
Eksploitasi perempuan

memiliki peluang
untuk mengambil
keputusan bahkan
yang menyangkut
dirinya.

Stereotype terhadap
perempuan

Sifat feminine seringkali

dilekatkan pada diri


perempuan dan sifat
maskulin seringkali
dilekatkan sebagai sifat
laki-laki.
Pelabelan yang ada di
masyarakat ini
memunculkan
ketidakadilan yang
berkaitan dengan relasi
antara perempuan dan
laki-laki.

Ekofeminisme dan Lingkungan


Lingkungan dan perempuan mempunyai kesamaan

simbolik karena sama sama ditindas oleh manusia


yang berciri maskulin.

Upaya Masyarakat serta Organisasi Internasional untuk


Mencapai Kesetaraan Gender
Upaya Internasional
Konferensi Dunia IV tentang wanita di Beijing

tanggal 4-15 September 1995


Asumsi yang melatarbelakangi semua topik
pembicaraan selama konferensi adalah:
pembangunan manusia tidak akan dapat dicapai
tanpa pemberdayaan, partisipasi dan sumbangan
yang sepenuhnya dari perempuan dan laki-laki
dalam pijakan yang setara.

Upaya PBB
Pada tahun 1967 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah

mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Segala Bentuk


Diskriminasi Terhadap Perempuan
Pada tahun 1975 di Mexico City, PBB menyelenggarakan
Konferensi Wanita Internasional yang menghasilkan deklarasi
persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan
dan pendidikan.
Tahun 2009, Dewan Keamanan PBB sepakat mengesahkan
resolusi tersebut untuk menghentikan kekerasan seksual
terhadap perempuan dan anak-anak korban konflik
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan
September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB sepakat
untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi ini
berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada
perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia.

Upaya Indonesia
Di dalam Laporan Pembangunan Manusia 1995, ada dua
tolok ukur baru yang dipergunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara.
1. Genderrelated Development Index (GDI), yang
mengukur kadar ketimpangan gender dalam bidang
kesehatan dasar, pendidikan dan pendapatan.
2. Gender Empowerment Measure (GEM) yang
mengevaluasi kemajuan suatu bangsa dalam
memajukan kaum perempuannya dalam bidang
ekonomi dan politik.
Untuk GDI, dari 130 negara yang dikaji Indonesia
menduduki peringkat 68, sementara untuk GEM, dari
116 negara yang diteliti, Indonesia berada di peringkat
56.

Dalam GBHN benar telah disinggung bahwa

perempuan adalah salah satu potensi pembangunan


yang harus dimanfaatkan dan dihargai sesuai
dengan hak asasi sebagai manusia.
Menghilangkan bentuk diskriminasi gender,
merumuskan peraturan hukum yang menghormati
posisi perempuan, memperluas kesempatan
pendidikan bagi perempuan, dan memberdayakan
perempuan.

Hasil yang Didapatkan dari Usaha


Penghapusan Diskriminasi Gender
Di Indonesia usaha dan tantangan untuk

memberdayakan kaum perempuan tak mustahil


lebih berat karena dua hal.
1. Karena akar penyebab timbulnya subordinasi
perempuan di Indonesia lebih mengakar dan
bersifat cultural daripada akibat proses
industrialisasi.
2.
Karena secara politis masih belum ada
komitmen yang benar-benar serius dari pemerintah
untuk memberdayakan perempuan.

Hasilnya masih belum memadai

Penyebabnya antara lain belum adanya kesadaran gender terutama di


kalangan para perencana dan pembuat keputusan; ketidak lengkapan data
dan informasi gender yang dipisahkan menurut jenis kelamin (terpilah);
juga masih belum mapannya hubungan kemitraan antara pemerintah
dengan masyarakat maupun lembaga-lembaga yang memiliki visi
pemberdayaan perempuan yaitu dalam tahap-tahap perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai