Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode
pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat
mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan
keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan
merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang
dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin, metode squash, metode
asetolisis, metode maserasi dan metode whole mount. Laporan ini melaporkan beberapa hasil
pembuatan preparat dengan metode-metode tersebut.
Berdasarkan sifat ketahanannya, preparat dapat dibedakan menjadi preparat sementara
(preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan) dan preparat permanen
(awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan lama dan biasanya hanya untuk sekali
pengamatan. Preparat ini menggunakan medium air atau bahan kimia yang mudah
menguap.Preparat semipermanen menggunakan media gliserin dan mampu bertahan untuk
sekitar seminggu penyimpanan. Preparat permanen atau preparat awetan merupakan
preparat yang diawetkan menggunakan balsam, gliserin jelly, lactophenol atau senyawa
lain sebagai agen mountingnya. Sehingga preparat permanen dapat bertahan beberapa lama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metoda ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik hewan
maupun tumhuhan) secara utuh. spesimen kultur, organ, maupun bagian organ, embrio, sel telur,
spermatozoa ,potongan syaraf,pembuluh darah, jenis-jenis selaput tipis dan sebagainya. Melalui
metoda ini diusahakan agar kita mendapat kesan bentuk aslinya dengan mempertahankan formatformat taga dimensinya. Yang menjadi pembatas adalah faktor ukuran, ketabalan, serta tingkat
transparansi sediaan yang kita buat tersebut yang berkaitan dengan faktor pembesaran
pengamatan melalui mikroskop nantinya. Sediaan dengan ketebalan 2 mm dan transparan akan
memungkinkan untuk diamati sampai tingkat perbasaran tidak lebih dari 30 kali. Sediaan dengan
ketebalan 0,5 mm mungkin hanya akan mencapai tingkat perbesaran 100 kali.
Sediaan permanen dengan ketebalan 0,2 mm atau lebih yang telah di dehidrasidan diberi
media pelekap memerluka adanya suatu penunjang gelas penutup agar spesimen tidak menjadi
rusak dan gelas penutupnya sendiri tidak pecah karena proses pengeringan serta pengkerutan
media tersebuut. Belakangan ini umum pula digunakan tabung plastik yang dipotong-potong secara

melintang hingga dihasilkan cincin-cincin penunjang dengan ketebalan yang sesuai dengan tinggi
serta ketebalan speimen. Tepi tempat pemotongan sebaiknya dihaluskan dengan mengunakan
kerrtas amplas (Gunarso, 1989).
Menurut (Joyner, 2008 dalam zaifbio 2010) Whole mounth merupakan metode pembuatan
preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses
pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa
sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini
terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan
yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan
preparat yang digunakan untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur
vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena
metode ini menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang
diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada
tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode
whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah
dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan
kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang kecil
saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan
melakukan bebagai percobaan (Gunarso, 1989).
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan
mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati
adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang
dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme
tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap
morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan
secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan
penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian tanaman
sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat
termuat pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan
agar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian tanaman dengan
jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan
pada tanaman dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini
perlu terus dikembangkan dengan melakukan bebagai percobaan.( Joyner, 2008)

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Bejo, 2007, Struktur Hewan, Palngkaraya : FKIP Unpar.

Brotowidjoyo, M.O., 1994, Zoologi Dasar , Jakarta : Penerbit Erlangga.


Budiono, J.D. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Gray, P. 1954. The Microtomits Formulary and Guide. The Blakiston Company Inc. New York.
Toronto.
Iskandar, D. T. and E. Colijn, 2000,Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean
Herpetofauna: Amphibians,Treubia 31 (3): 1-133.
Kimbal, J.W., 1998, Biologi, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara.
Jakarta.

Pembahasan
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode sediaan utuh (whole mount). Pada
metode ini, sediaan dibuat dengan menggunakan organisme atau bagian dari organisme hewan secara
utuh

untuk

melihat

struktur

internalnya.

Caranya

dengan

melakukan

fiksasi,

dehidrasi, staining, clearing, mounting, dan yang terakhir labelling. Fiksasi adalah proses untuk
mempertahankan sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tetap utuh. Fiksatif dibedakan
menjadi dua, yaitu fiksatif sederhana (alkohol, formalin) dan fiksatif majemuk (larutan Bouin).
Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari jaringan, contohnya ethyl alkohol dan aseton
(Firdaus 2009). Staining adalah proses mewarnai objek pada sediaan yang dilakukan setelah objek
difiksasikan ke sediaan, contohnya Eosin 1% dan Carmine alum (Yatim W 2007).Clearing adalah
proses penggantian dehidran dengan larutan lain sebagai persiapan untuk dehidran yang lain,
contohnya xilol, kloroform, minyak cengkeh, dan laktofenol. Mounting adalah proses merekatkan
suatu sediaan yang telah jadi dengan gelas penutup, contohnya Canada balsam atau entellan (Yatim
W 2007). Labelling adalah proses terakhir, yaitu pemberian nama sediaan pada bagian tepi gelas
objek.
Cacing pipih berhabitat sebagai parasit atau hidup bebas, tidak bersegmen, bersegmen, atau
membentuk

strobila.

Cacing

pipih

termasuk

triploblastik,

aselomata,

simetri

bilateral,

pipih

dorsoventral. Cacing parasit tanpa alat pencernaan. Ada bentuk kepala, saraf pusat di anterior.
Ekskresi atau osmoregulasi dengan protonefridia, hermaprodit, sistem reproduksi kompleks. Cacing
pipih mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Cacing parasit ini mempunyai
alat pengisap yang dapat disertai dengan kait untuk menempel dan belum mempunyai sistem
peredaran darah serta sistem pernafasan. Sistem pencernaan cacing ini tidak sempurna dan tanpa
anus sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut (Pechenik 2000).
Sagitta sp. termasuk kelompok chaetognata. Suatu spesies Sagitta umumnya tidak berwarna dan
transparan. Cacing ini juga dikenal dengan sebutan cacing panah yang memiliki ujung mulut yang

sangat efektif yang berguna menangkap dan mematikan mangsa yang jauh lebih besar dari ukuran
tubuhnya. Mereka merupakan perenang cepat dan dapat menusuk skeleton luar dari mangsanya
dengan menggunakan bristle dan giginya setelah menginjeksi mangsa dengan racun (Johannesson et
al. 2000).
Spesies Lucifer sp. biasanya dikenal dngan mudah karena bentuknya yang memanjang, seperti
tabung dari pemanjangan karapas dan tidak memiliki insang. Sebagian spesies memilki tabung mata
yang panjang

dimana mata dan tabung mata mendekati pemanjangan leher, sebagian memiliki

tabung mata yang pendek sekitar setengah dari panjang leher. Pembentukan larva dan dewasa dari
udang epiplanktonik genus Lucifer seimbang dengan ukuran dari zooplankton pada saat musim angin
selatan dan dalam rantai makanan di daerah lautan hanagt neretik dan estuari, biasanya di ekosistem
laguna, karang, padang rumput laut dan danau mangrove (Naomi 2006).
Pembuatan sediaan utuh cacing pipih, Sagitta dan Lucifer dilakukan dengan cara yang sama. Teknik
pewarnaan yang dilakukan menggunakan eosin 1% karena pewarna ini spesifik terhadap spesimen
cacing pipih dan nematoda. Fiksasi yang dilakukan menggunakan formalin 4% oleh karena itu harus
dilakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol dengan konsentrasi 30 %, 30%, 50%, 70%, 80%,
95%, 100%, agar tidak terjadi plasmolisis, sehingga kadar air benar-benar hilang seluruhnya dari
objek. Setelah tahap penjernihan menggunakan laktofenol selama 30 menit, objek harus dicelupkan
kembali ke dalam alkohol 100% agar meyakinkan bahwa kadar air benar-benar hilang. Laktofenol
merupakan campuran asam laktat dan fenol, baik untuk sediaan utuh cacing pipih atau Nematoda. Zat
penjernih ini memiliki kecepatan penetrasi sedang. Proses selanjutnya tahap penjernihan kembali
dengan xilol. Selain untuk penjernihan, xilol berfungsi sebagai pelarut entellan. Karena alkohol tidak
mungkin dapat bersatu langsung dengan entelan, maka dari itu xilol yang menjadi zat perantara
antara keduanya. Hasil pengamatan ketiga spesimen tersebut sangat jelas terlihat bagian-bagian
tubuhnya.
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae dan termasuk dalam ordo
Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala,
mesosoma atau toraks, dan metasoma atau abdomen (Abdi 2009). Umumnya ruas abdomen pertama
atau dua ruas abdomen depan lebih kecil dari yang lainnya sehingga tampak seperti pinggang. Ruas
abdomen basal yang kecil disebut petiol, biasanya mempunyai satu atau dua tonjolan yang disebut
node, sedangkan ruas bagian belakangnya disebut gaster. Kepala memiliki sepasang mata majemuk,
sepasang antena, dan kadang-kadang memiliki oseli. Semut mempunyai tiga pasang tungkai yang
menempel pada bagian toraks. Tubuh semut dilapisi oleh lapisan kitin (kutikula) yang cukup tebal dan
warnanya berbeda antar spesies.
Pembuatan sediaan utuh semut, penjernih yang digunakan adalah minyak cengkeh dan xilol. Minyak
cengkeh memiliki sifat-sifat seperti proses penjernihan cepat, dapat langsung digunakan setelah
pemberian etanol 95%, dapat menyebabkan pengerutan sel, dan sukar memindahkan jaringan ke
parafin. Xilol atau xylene merupakan penjernih yang paling umum digunakan, beracun, murah, daya
kerja cepat tetap jaringan menjadi lebih rapuh dari pada penggunaan dengan kloroform. Pemberian
xilol dilakukan secara bertahap. Setelah itu penutupan kaca prepatat dengan bantuan entellan
diharapkan preparat tersebut dapat diamati beerapa waktu ke depan. Preparat semut yang diamati
memiliki bagian-bagian antara lain kepala, jelas toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat

sepasang mata majemuk dan sepasang antena. Semut ini memiliki dua petiol yang memisahkan
bagian toraks dan abdomen (gaster/perut).
Simpulan
Praktikan

telah

berhasil

membuat

sediaan

utuh

beberapa

organism

antara

lain

cacing

pipih,Sagitta, Lucifer, dan semut. Terlihat dari gambar yang dihasilkan dari pemotretan melalui
kamera pada mikroskop cahaya. Morfologi tubuh beberapa organism tersebut tampak terlihat jelas,
misalnya

semut

tampak

terlihat

kepala,

mesosoma/dada,

dan

metasoma/perut,

ataupun Sagittatampak terlihat mata, glia, mulut dan strobilanya.

Cacing sutra (Tubifex sp) adalah cacing berwarna merah darah yang termasuk dalam
kelas Oligochaeta air tawar. Cacing sutra hidup dengan membentuk koloni dan diperoleh dari
hasil tangkapan di sungai atau melalui proses budidaya pada medium bahan organik.
Perkembangbiakan cacing sutra tergolong cepat, dalam waktu 42 haricacing sutra tumbuh
menjadi dewasa dan segera berkembang biak. Pada umumnya cacing sutra digunakan untuk
pakan ikan hias, ikan lele dan merupakan sumber protein baru dalam pakan ternak (Mandila dan
Hidajati. 2013)
Klasifikasi Cacing Sutra
Cacing sutra (Tubifex sp), menurut Gusrina (2008) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies: Tubifex sp.

Deskripsi Cacing Sutra


Djarijah (1996) mendeskripsikan cacing sutra sebagai organisme air tawar yang memiliki
bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti
koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering
juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di
dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran

pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan
sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik.
Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar
perairan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Djarijah A S. 1996. Pakan Ikan Alami. Yogyakarta: Kanisius.


Mandila, S.P. dan Hidajati. N, 2013. Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra (Tubifex Sp.) yang Diekstrak Dengan
Pelarut Asam Asetat dan Asam Laktat. UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1.

Whole mount merupakan metode yang digunakan dalam membuat preparat secara utuh tanpa adanya
pemotongan terhadap obyek. Obyek tersebut dapat berupa sel, jaringan, organ maupun
tubuh suatu organisme namun tentunya organisme yang sangat kecil (Sudiana 2005).
Metode whole mount terbagi dalam dua macam metode yaitu metode cepat dan metode
klasik. Perbedaan antara kedua metode itu terletak pada serangkaian proses yang
dilakukan. Metode cepat dilakukan tanpa adanya proses dehidrasi dan penjernihan,
sedangkan di dalam metode klasik terdapat serangkaian proses dehidrasi dan penjernihan
(Gandahusada 2000).

Daftar Pustaka
Budiono JD. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP Press.
Gandahusada S. 2000. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Mescher A. 2007. Basic Histology, 12th Edition: Text and Atlas. London: MgH.ll.
Prawasti, Taruni S. 2011. Distribusia dan Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak di
Indonesia [Disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Soleha I. 2006. Inventarisasi dan Identifikasi
Tungau Ektoparasit pada Cicak Di Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan, Institut Pertanian Bogor.
Sudiana KI. 2005. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunohistokimia. Jakarta: CV Sagung Seto.
Van Gestel CAM. 2005. Bone Histology. Biolreprode 85(1): 36.

MIKROTEKNIK
Mikroteknik merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan
untuk dapat diamati dan ditelaah. Penelaahan umumnya dilakukan dengan bantuan mikroskop ,
karena struktur jaringan secara terperinci pada galibnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan
mata telanjang. Ruang lingkup yang mencakup materi mikroteknik dapat diperoleh dari sejumlah
definisi dan peristilahan yang bisa dipakai, hanya saja sebaiknya kita mencamkan dalam pikiran
kita bahwa suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian atau seluruhan dari struktur
yang ditetapkan. Selain dilekapkan dengan kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi
dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun plastik yang tembus
pandang yang direkatkan diatas spesimen tersebut (Gunarso, 1989). Sedangkan menurut Amar
(2008) Mikroteknik adalah ilmu yang akan mempelajari metode/prosedur pembuatan preparat
mikroskopik.
Mikroteknik merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara mikroskopis, tentunya
pendekatan teoritis tidaklah memadai untuk memahami secara menyeluruh mengenai
Mikroteknik, sebab yang namanya teknik lebih menekankan pemahaman pada wilayah
aplikatifnya meskipun pada dasarnya landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka
memberikan beberapa petunjuk yang harus dilalui agar proses pembuatan sediaan sesuai dengan
prosedural kerja dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan sediaan Mikroskopis.
Organ adalah susunan dari bagian organisme, yang tujuannya melakukan fungsi tertentu ataupun
kesatuan yang erat kaitannya. Dengan demikian pembuluh darah adalah organ yang fungsinya
membawa atau mengalirkan darah. Hati adalah organ yang mempunyai banyak fungsi, akan
tetapi sebagai kesatuan fungsi maka hati ini erat kaitannya dengan pencernaan dan asimilasi
makanan (Gunarso, 1989).
Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai fungsi tertentu yang khas bagi
perkembangannya. Sebagai contoh jaringan epitelia dapat terdiri dari satu atau beberapa
lapisan sel yang telah berkembang dan membantuk lapisan penutup, jenis jaringan lainnya,
jaringan otot terdiri dari sel-sel yang reka membentuk otot (Gunarso, 1989).

Sel adalah bagian yang merupakan penyusun dasar suatu jaringan, dan pada kenyataannnya
merupakan bagian dari semua makhluk hidup. Suatu sel dapat merupakan organisme yang
lengkap, ataupun sejumlah sel dapat bergabung membentuk suatu jaringan , kombinasi
penyusunnya membentuk orga-organ. Bentu-bentuk kehidupan berderajat tinggi sekalipun
dimulai dari satu sel. Bila suatu organisme hanya teridiri dari satu sel, maka dinamakan
Organisme Uniseluler. Sedangkan yang terbentuk oleh kumpulan sel-sel yang berbeda fungsinya
dinamakan Organisme Multiseluler (Gunarso, 1989).
Metoda-metoda didalam Mikroteknik yang umum digunakan :
1. Sediaan utuh (Whole mounts)

2. Sediaan irisan (sectioning)


3. Sediaan uraian (teasing)
4. Sediaan ulasan (smearing)
Selain itu masih ada pula dikenal beberapa metoda lain seperti :
1. Sediaan rentang (spreading preparation)
2. Sediaan gosok sediaan remasan (squash)
3. Sediaan supravital
Metoda Sediaan Utuh (Whole Mounts)
Dengan metoda ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik hewan
maupun tumhuhan) secara utuh. spesimen kultur, organ, maupun bagian organ, embrio, sel telur,
spermatozoa ,potongan syaraf,pembuluh darah, jenis-jenis selaput tipis dan sebagainya. Melalui
metoda ini diusahakan agar kita mendapat kesan bentuk aslinya dengan mempertahankan formatformat taga dimensinya. Yang menjadi pembatas adalah faktor ukuran, ketabalan, serta tingkat
transparansi sediaan yang kita buat tersebut yang berkaitan dengan faktor pembesaran
pengamatan melalui mikroskop nantinya. Sediaan dengan ketebalan 2 mm dan transparan akan
memungkinkan untuk diamati sampai tingkat perbasaran tidak lebih dari 30 kali. Sediaan dengan
ketebalan 0,5 mm mungkin hanya akan mencapai tingkat perbesaran 100 kali. Sediaan permanen
dengan ketebalan 0,2 mm atau lebih yang telah di dehidrasidan diberi media pelekap memerluka
adanya suatu penunjang gelas penutup agar spesimen tidak menjadi rusak dan gelas penutupnya
sendiri tidak pecah karena proses pengeringan serta pengkerutan media tersebuut. Belakangan ini
umum pula digunakan tabung plastik yang dipotong-potong secara melintang hingga dihasilkan
cincin-cincin penunjang dengan ketebalan yang sesuai dengan tinggi serta ketebalan speimen.
Tepi tempat pemotongan sebaiknya dihaluskan dengan mengunakan kerrtas amplas (Gunarso,
1989).
Menurut (Joyner, 2008 dalam zaifbio 2010) Whole mounth merupakan metode pembuatan
preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses
pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik
itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat
whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih
hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi
secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara
menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melakukan
penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini menggunakan semua bagian
tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil
sehingga dapat termuat pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa
dilakukan pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat
mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan
kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada tanaman dengan ukuran yang
kecil saja tidak bisa tanaman yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan
dengan
melakukan
bebagai
percobaan
(Gunarso,
1989).

Metoda Sediaan Irisan (Sectioning)


Cara pengerjaan melalui irisan atau sayatan ini dianggap sebagai teknik rutin ataupun teknik bagi
penyiapan spesimen histologi amaupun patologi. Tebal tipisnya sayatan bergantung pada

pengalaman serta tujuan penyiapan spesimen. Tebal sayatan yang umum berkisar antara 6-15
mikron (1 mikron = 0,001 mm). Ukura sayatan juga sangat bervariasi, mulai dari saytaan
pembuluh darah yang sangat kecil hingga sayatan otak. Ukuran sayatan biasanya terbatas pada
ukuran panjang lebar 2x3 cm karena ukuran yang demikian paling sesuai untuk direkapkan pada
kaca preparat yang umum digunakan. Tentu saja ukuran spesimen yang cukup kecil akan
mengjasilkan sayatan juga juga jauh lebih kecil dari ukuran sayatan tersebut.
Pengirisan atau penyayatan umumnya dilakukan dengan bantuan mikrotom, walau
seringkali dilakukan penyayatan dengan tangan saja untuk jenis spesimen seperti tulang,
gigi ataupun benda-benda fosil seringkali diperlukan gergaji untuk memotongnya. Mikrotom
adalah jenis mesin khusus dirancang dan dipasarkan untuk tujuan mikroteknik. Mesin
tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga mampu untuk melakukan penyayatan sesuatu
spesimen dengan ketebalan yang sama atau paling kurang mendekati sama (Gunarso,
1989).

Metoda Sediaan Uraian (Teasing Preparations)


Pengertian teasing adalah menguaraikan. Untuk dapat memisahkan komponen suatu jenis
jaringan maupun organ tisu atau jaringan diuraikan dengan menggunakan jarum penguraian.
Dengan demikian pengertian teasng ini berarti juga pembedahan dalam skala kecil. Tingkatnya
pada pembedahan biasa dan pembedahan mikro yang dilakukan dengan menggunakan jarum
pengurai. Teasing ini dilakukan pada jenis sediaan segar yang telah difiksasi dan mengalami
pewarnaan
Secara umum jenis tisu yang bisa ditelaah melalui metode ulas ini adalah darah, limfa, cairan
sum-sum tulang belakang, semen janan, sediaan air seni, serta beberapa lainnya. Masing-masing
biasanya memerlukan teknik perlakuan tersendiri dalam melakukan pengulasa atau penyebaran
pada kaca preparat. Untuk jenis cairan yang mengandung suspensi yang tinggi densitasnya
umumnya dicairkan dengan air atau serum darah dengan perbandingan 1 : 5 atau 1 : 10
(Gunarso, 1989).
Metoda Sediaan Rentang
Pada metoda ini preparat belum difiksasi, diperlakukan sedemikian rupa sehingga disamping
jelas juga mendekati keadaan aslinya dengan melalui perentangan. Jenis bahan siapan yang
umum direntang saat difiksasi adalah otot, syaraf, jenis jaringan tipis (selaput yang membungkus
jantung ,hate dan lain-lain) (Gunarso,1989).
Metoda Sediaan Gosok
Jenis jaringan yang keras sifatnya, seperti tulang, gigi, kuku dan beberapa lainnya mungkin
sekali sangat sukar untuk dibuat sediaan sayatan (kecuali bila mengalami berbagai
perlakuan khusus sebelumnya). Untuk mengatasi hal diatas tadi, maka umum juga dibuat
sediaan dengan metoda gosok. Tulang misalkan tulang paha, terlebih dahulu dipotongpotong hingga ukuran beberapa mili hingga 1 2 cm. Potongan tersebut kemudian digosok
pada batu hingga cukup tipis untuk dapat diamati pada mikroskop (Gunarso, 1989).

Metoda Sediaan Supravital

Selain jenis-jenis metoda yang dimanfaatkan materi yang mengalami matian dan fiksasi. Untuk
pengamatan sel-sel darah yang masih hidup umumnya digunakan zat warna vital seperti Yanus
green atau Neutral red, karena sel darah mempunyai kemampuan untuk menghisap zat warna
pada konsentrasi yang sesuai. Bila kedua zat warna tersebut dipakai secara bersama-sama maka
memungkinkan kita untuk mengamati mitokondria. Hanya saja akan terjadi perubahan yang
sangat cepat pada sel, karena sel dapat mati oleh kedua warna tadi secara bersamaan (Gunarso,
1989).
Contoh penyiapan sediaan supervital darah adalah :
1. Satu tetes darah diteteskan pada kaca preparat
2. Teteskan pula 1 tetes zat warna (missal yanus green) dengan konsentrasi 0,25 dalam
garam fisiologis3. Tutup dengan kaca penutup

4. Biarkan selama 5 menit


5.
Beri
lak
petrolatum

sekeliling

tepi

kaca

penutup.

(Lasantha,

2010)

Metoda Sediaan Remasan (Squash)


Metode remasan banyak dikakukan untuk penyaiapan pengamatan kromosom baik hewan
maupun tumbuhan. Dengan metoda ini bahan diremas atau dihancurkan sehingga masing-masing
sel akan terlepas yang memudahkan pengamatan selanjutnya. Jadi tujuan peremasan ini bukan
berarti menghancurkan sel-selnya, tapi masing-masing sel bebas terlepas satu sama lain dengan
tetap dipertahankan bentuk aslinya

Tahapan tahapan dalam mikroteknik


1. Fiksasi (fixation)
Fiksasi bisa dengan kimiawi yaitu menggunakan senyawa formaldehide / glutardehide dan
mekanik dengan cara difreezing atau boiling.Tujuan fixation adalah untuk mempertahankan
bentuk sel atau jaringan seperti jaringan aslinya , serta untuk mencegah rusaknya sampel akibat
autolisis atau karena bakteri dekomposisi (bakteri pengurai).
2. Dehydration dan clearing
Menggunakan alkohol yang diberikan secara bertingkat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Tujuan dari dehidrasi yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa cairan/air yang ada pada
sampel sehingga saat proses selanjutnya tidak terbentuk es di dalam sampel. Setelah proses
dehydration di clearing dengan larutan xyline untuk membersihkan sisa-sisa alkohol.
3. Embedding
Sampel dikeraskan dengan menggunakan lilin/waxes, resin untuk membentuk blok parapin.
Dikeraskan supaya mudah untuk dilakukan pemotongan sampel.
4. Sectioning
Sampel dipotong dengan mengunakan alat pemotong misalnya microtome. Ataupun jika
sebelumnya sampel difiksasi dengan cara freezing bisa selanjutnya dipotong dengan metode
cryostat (pemotongan dengan dibekukan).

5. Staining

Selanjut sampel diwarnai, biasanya dengan pewarnaan hymatoksilin-eosin atau dari derivatnya
yang lain yang biasa digunakan. Pewarnaan tersebut untuk mewarnai inti sel dan sitoplasmanya.

6. Mouthing
Setelah diwarnai selanjutnya sampel bisa langsung diamati dibawah mikroskop atau di proses
mouthing sampel dengan tujuan untuk mempertahankan sampel jika disimpal lama,
pewarnaannya dan sampelnya tidak rusak. Biasanya menggunakan canada balsem.
I.Fiksasi
Tujuan utama fiksas adalah memberikan perlakuan tertentu terhadap elemen-lemen
jaringan, terutama inti sel atau nukleinya, sehingga dapat diwetkan dalam kondisis yang sedikit
banyak mendekati keadaan aslinya. Selain itu, fiksasi juga mencegah terjadinya kerusakan
jaringan yang disebabakan oleh mikroorganisme maupun perusakan oleh enzim yang terkandung
dalam jaringan itu sendiri, yang dikenal dengan autolisis. Dengan kata lain fiksasi bertujuan:
- Mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme) jaringan dengan cepat sehingga
keadaannya sedikit banyak mendekati keadaan aslinya.
- Mencegah autolisis
- Menaikkan daya pewarnaan karena adanya bahan-bahan keras yang merupakan komponen cairan
fiksatif.
Pada garis besarnya berdasarkan komposisi bahannya suatu fiksatif dapat dikelompok kan
menjadi Fiksatif tunggal. Hanya menggunakan satu bahan kimia umum dalam bentuk larutan
Contoh: formalin ,alcohol ,asam asetat dan asam pikrat. Umumnya kurang memenuhi
persyaratan sebagai fiksatif yang baik, terutama bagi tujuan mikroteknik. Masih umum
digunakan untuk tujuan anatomi maupun histopatologi terutama fiksatif formalin.
Fiksatif majemuk
Umumnya berupa campuran dari beberapa fiksatif tunggal Disusun dengan formula agar dapat
diperoleh sesuai keinginan dan tujuan.biasanya fiksatif campuran ini dituliskan sesuai dengan
nama penemu formulanya Banyak sekali fiksatif campuran yang ada,
contoh : larutan Bouin,larutan FAA, larutan glison, dan lain sebagainya
Fiksatif berfungsi untuk menghentikan metabolisme secara cepat, mengawetkan
komponen sitologis dan histologis, memperkeras tekstur yang rapuh, dan mewarnai jaringan
sehingga bagian-bagiannya dapat diketahui. Faktor-faktor yang berperan dalam fiksasi adalah
buffer (pH), suhu yang rendah, ketebalan irisan, perubahan volume,osmolalitas pada larutan
fiksatif, konsentrasi, dan waktu fiksasi.Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam
jaringan. Bahan yangdigunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.

Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai
dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96%dan
alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali.Metode paraffin
merupakan cara dalam pembuatan sediaan denganmenggunakan paraffin sebagai
media embedding (penanaman).
II. Dehydration dan clearing (penjernihan)
Clearing atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol.
Clearing dapat dilakukan selama 24 jam.Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen
biologi menjadi bagianyang sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Beberapa
mikrotommenggunakan pisau baja dan digunakan untuk mempersiapkan sayatan jaringan hewan
atau tumbuhan dalam histologi (Wikipedia). Jenis-jenis mikrotom yang bisa dipakai
pada mikroteknik adalah:1. Rocking microtom, cara kerjanya seperti mengatam kayu, biasanya
untuk organ-organ keras seperti kayu2. Rotary microtom atau mikrotom putar, cara kerjanya
dengan di putar yang akanmengerakan objek maju dan naik turun, sementara pisaunya tetap.
Mikrotom ini biasanya dipakai dalam mikroteknik metode paraffin3. Sliding microtom atau
mikrotom sorong, dimana jaringan tetap posisinya dan pisau yang bergerak maju dan mundur.
Mikrotom ini sering digunakan padamikroteknik metode paraffin, walau umumnya digunakan
pada penyayayan jaringan yang di tanam dalam celloidin. Biasanya digunakan pada objekobjek yang keras.4. Freezing microtom atau mikrotom beku, sering digunakan untuk
penyayatan jaringan yang tidak ditanam dalam paraffin maupun dalam celloidin, jadi
jaringanyang disayat adalah jaringan yang tidak di tanam tetapi dibekukan denganmemakai gas
CO2. Keuntungan dari mikrotom ini adalah waktu yang dipakailebih pendek, karena langsung
disayat setelah proses fiksasi. Kerugiannya adalah bila temperature kamar tinggi, objek menjadi
lunak sehingga sulit dipotong. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penyayatan ini
adalah:o Mikrotom harus seberat mungkino Meja tempat mikrotom harus stabilo Pisau harus
cocok dengan mikrotomo Posisi pisau harus stabilo Mata bisau harus tajam, bersih dan suhunya
harus sama dengan balok jaringanyang akan disayat.

Tahap-tahap Di Dalam Clearing/Dealkoholisasi/Penjernihan :

Alkohol Xylol 3 : 1
Alkohol Xylol 1 : 1

Alkohol xylol 1 : 3

Xylol 1 (p.a)
Xylol 2 (p.a)
I. Embedding (penanaman)
Ini memudahkan dalam membuat irisan yang sangat tipis (10 mikrometer) dengan
menggunakan mikrotom. Agar paraffin dapat masuk ke dalam sel, alkohol didalam organ harus
diganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol sebelum bisa diusir oleh paraffin. Clearing atau
dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol. Clearing dapat dilakukan
selama 24 jam .Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen biologi menjadi bagianyang
sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Beberapa mikrotom menggunakan pisau baja dan
digunakan untuk mempersiapkan sayatan jaringan hewan atau tumbuhan dalam histology
(Wikipedia).
Jenis-jenis mikrotom yang bisa dipakai pada mikroteknik adalah:
1. Rocking microtom, cara kerjanya seperti mengatam kayu, biasanya untuk organ-organ keras
seperti kayu
2. Rotary microtom atau mikrotom putar, cara kerjanya dengan di putar yang akanmengerakan
objek maju dan naik turun, sementara pisaunya tetap. Mikrotom ini biasanya dipakai dalam
mikroteknik metode paraffin
3. Sliding microtom atau mikrotom sorong, dimana jaringan tetap posisinya dan pisau yang
bergerak maju dan mundur. Mikrotom ini sering digunakan padamikroteknik metode paraffin,
walau umumnya digunakan pada penyayayan jaringan yang di tanam dalam celloidin. Biasanya
digunakan pada objek-objek yang keras.
4. Freezing microtom atau mikrotom beku, sering digunakan untuk penyayatan jaringan yang
tidak ditanam dalam paraffin maupun dalam celloidin, jadi jaringanyang disayat adalah jaringan
yang tidak di tanam tetapi dibekukan denganmemakai gas CO2. Keuntungan dari mikrotom
ini adalah waktu yang dipakailebih pendek, karena langsung disayat setelah proses fiksasi.
Kerugiannya adalah bila temperature kamar tinggi, objek menjadi lunak sehingga sulit
dipotong.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penyayatan ini adalah:
- Mikrotom harus seberat mungkin
- Meja tempat mikrotom harus stabil
- Pisau harus cocok dengan mikrotomo
- Posisi pisau harus stabilo

- Mata bisau harus tajam, bersih dan suhunya harus sama dengan balok jaringan yang akan disayat.

II. Sectioning

(Pemotongan)

Sebelum pemotongan oleh microtomy, materi biologi biasanya ditempatkan dalam


fiksatif lebih kaku, dalam sebuah proses yang dikenal sebagai embedding. Hal ini
dicapai dengan masuknya zat cair di sekitar sampel, seperti parafin (lilin) atau
epoxy, yang ditempatkan dalam cetakan dan kemudian mengeras untuk
menghasilkan
sebuah
"blok"
yang
mudah
dipotong.
Proses penyayatan mencakup berbagai cara akan menghasilkan sayatan tipis tisu
baik yang telah mengalami proses penanaman maupun tidak. Dalam mikroteknik,
cara lazim digunakan adalah penyayatan dengan menggunakan mikrotom dengan
berbagai peralatan pembantu seperti pisau mikrotom, kuas bulu, spatula, gunting
serta
pensil
penoreh..
Mikrotom.Alat khusus yang diracang untuk menyayat material atau tisu-tisu dengan
sayatan-sayatan yang cukup tipis untuk penelaahan dengan mikroskop.
Untuk memperoleh hasil sayatan yang baik dibutuhkan beberapa persayaratan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Tisu yang telah dipersiapkan dengan sempurna


Pisau yang cukup tajam
Pemilihan jenis mikrotom yang tepat
Operator
yang
cukup

terampil

dan

terlatih

Deklinasi adalah sudut kontak antara sampel dan vertikal pisau. Jika pisau berada pada
sudut kanan (deklinasi = 90) memotong dibuat langsung menggunakan mode tekanan
berbasis, dan kekuatan karena itu secara proporsional lebih besar. Namun jika pisau
dimiringkan, gerakan relatif dari pisau semakin sejajar dengan gerak sampel,
memungkinkan untuk tindakan mengiris. Perilaku ini sangat penting untuk sampel besar
atau
keras
Kemiringan pisau adalah sudut antara wajah pisau dan sampel. Untuk hasil yang
optimal, sudut ini harus dipilih secara tepat. Sudut yang optimal tergantung pada geometri
pisau, kecepatan potong dan parameter lainnya. Jika sudut disesuaikan dengan nol, pisau
potong sering dapat menjadi tidak menentu, dan lokasi baru dari pisau harus digunakan
untuk kelancaran keluar ini. Jika sudut terlalu besar, sampel mampu menggumpalkan dan
pisau dapat menyebabkan variasi ketebalan periodik dalam memotong.

III. Afixing

a.
b.
c.
d.
e.

(Afiksasi)

Afiksasi atau proses perlekatan adalah proses perlekatan atau penetapan sayatan tisu
yang pada kaca preparat dengan bantuan media prekat tertentu. Pada proses ini diperlukan
berbagai persiapan antara lain :
Kaca preparat bersih
Media prekat
Akuades
Meja pemanas/hot plate
Peralata berupa pinset, skapel, gunting, kuas dan lain sebagainya.
Dari beberapa jenis formula media prekat yang umum digunakan dalam kerja rutin
adalah media merekat albumin. Mula-mula putih telur dan gliserin dikock hingga rata, busa
yang terjadi dibuang dan bila perlu dilakukan penyaringan, kemudian dibubuhkan kristalkristal thymol yang berfungsi sebagai pencegah berkembangnya jamur dan bakteri serta
beberapa tetes akuades sebagai pengencer.
VI. Deparafinisasi
Deparafinisasi
adalah
proses
penghilangan
parafin
menggunakan
xylol.
Adapun langkah-langkah deparafinisasi adalah :
Jaringan dimasukkan kedalam xylol (xylol 1 dan xylol 2) masing-masing selama 30 menit
Redehidrasi dengan alkohol dari tinggi ke rendah (100%, 96%, 80%, 70%, 50% dan 30%)
kemudian cuci dengan air mengalir setelah itu celupkan ke dalam akuades.

IV. Staining / Pewarnaan


Pewarnaan merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk mempertajamatau
memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel-seknya, sehingga dapatdibedakan dan
ditelaah dengan mikroskop.tanpa pewarnaan, jaringan akantransparan sehingga sulit untuk
diamati.Pewarnaan akan memperjelas rinci suatu jaringan sehinnga mudah untuk dipelajari.
Pewarnaan dibedakan antara non vital dengan vitala. Pewarnaan non vital, pewarnaan dilakukan
setelah jaringan dimatikan melaluifiksasi. Teknik ini merupakan teknik dan cara yang paling
alzim digunakan,terutama untuk pekerjaan rutin sehari-hari, terutama pembuatan
preparat/sediaan praktikum bagi mahasiswa. b. Pewarnaan vital, maka proses pewarnaan
dilakukan selagi jaringan/sel masihdalam keadaan hidup. Sel-sel yang masih hidup tersebut
diharapkan mampu untuk menyerap warna maupun mengikat/memfagosit partikel-partikel zat
warna.Dengan demikian zat warna yang hendaknya yang tidak bersifat toksik bagi sel-sel
tersebut. Sebagai contoh, tinta china dan lithium carmine secara umumdigunakan untuk
mengamati penyebaran sifat sel-sel RES, karena sel-sel tersebutmampu memfagosit zat warna.c.
Pewarnaan supra-vital diharapkan pada hasil kultur sel dan jaringanDalam arti yang sangat luas,
zat warna mencakup bahan organic dan bahananorganik, yang mengadakan ikatan dengan
jaringan lebih jelas untuk diamati.Ditinjau dari berbagai segi, maka zat warna dapat kita bedakan
atau kelompokan pada kategori-kategori tertentu.

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan
(Jimmo, 2008).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya)
dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah pewarna sederhana
dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja
(Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer
maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap
asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini
merupakan
ciri
yang
khas
bagi
suatu
spesies
(Dwidjoseputro,
1994).

Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan
larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi,
dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial.
Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat
membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan
endospora,
flagella
dan
pengecatan
kapsul.(waluyo,2010)

Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan
pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan
granula
fosfat
(Entjang,
2003)

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas
dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

Tujuan dari pewarnaan terhadap mikroorganisme yaitu:


1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia
dapat
diketahui.

Langkah-langkah utama teknik pewarnaan


1. Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis
2. Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti
sabun, formalin, fenol.
3. Aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari 1 zat warna
Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel
bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan untuk pemisahan
kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan pewarnaan acid-fast(tahan asam)
untuk genusMycobacterium.
Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagela, pewarnaan kapsul, pewarnaan
spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser atau Albert digunakan untuk melihat
granula metakromatik (volutin bodies) pada Corynebacterium diphtheriae. Untuk semua
prosedur pewarnaan mikrobiologi dibutuhkan pembuatan apusan lebih dahulu sebelum
melaksanakan beberapa teknik pewarnaan yang spesifik (Pelezar,2008).
Macam-Macam Pewarnaan
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :

I.

Pewarnaan sederhana

Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya untuk
melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum
digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya)
dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri

hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkalin
(komponen
kromoforiknya
bermuatan
positif).

Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut.
Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara
umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik),
ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik)

DAFTAR PUSTAKA

__________________ . Pembuatan Preparat Jaringan Hewan Dengan Metode Parafin. Lap.prak


mikroteknik Universitas Brawijaya. http://cyber-biology.blogspot.com. Di akses
tanggal 29 Desember 2008 jam 14.17
Buckle.2007 Mikrobiologi Terapan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Dasumiati, 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Fak.Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Rusdimin.2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Pt Gramedia
Suriawiria, unus. 1999. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Aksara
Tryana, S.T. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan
Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

Anda mungkin juga menyukai