Anda di halaman 1dari 9

TUGAS BAKTERIOLOGI

Neisseria gonorrhoeae

Disusun oleh:
Kholisna Nur Iskadiriana (P27834114006)
DIV SEMESTER 4
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jl. Karangmenjangan No. 18A Surabaya

Neisseria gonorrhoeae

Gonokokus yang hanya mengoksidasi glukosa dan berbeda secara antigenic dari
neisseria lainnya. Gonokok biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil daripada
neisseria lainnya. Gonokok yang membutuhkan arginin, hipoxantin, dan urasil cenderung
tumbuh paling lambat pada kultur primer. Gonokok yang diisolasi dari specimen klinis
atau yang dapat dari subkultur selektif mempunyai koloni kecil tipikal yang mengandung
bakteri berpili. Pada subkultur tidak selektif, juga dibentuk koloni yang lebih besar yang
mengandung gonokok tidak berpili.
Pathogenesis Bakteri
Gonokok memperlihatkan beberapa tipe morfologik koloni, tetapi hanya bakteri
berpili yang tampaknya virulensi. Gonokok yang membentuk koloni opak diisolasi dari
pria dengan uretritis simtomatis dan dari dari kultur servik uteri pada pertengahan siklus.
Gonokok yang membentuk koloni transparan sering diisolasi dari pria dengan infeksi

uretra asimptomatis, dari wanita yang sedang menstruasi, dan dari gonore bentuk invasive,
termasuk salpingitis dan infeksi diseminata. Variasi antigen protein permukaan
memungkinkan organism menghindari respon imun pejamu.
Gonokok menyerang membranmukosa saluran genitor-urinari, mata, rectum, dan
faring, menimbulkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan. Ini diikuti
inflasi kronis dan fibrosis. Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan pus kuning krim,
dan terkadang nyeri saat berkemih. Proses tersebut dan meluas ke epididimis. Ketika
supurasi mereda pada infeksi yang tidak diterapi, terjadi fibrosis kadang menjadi struktur
uretra. Infeksi uretra pada pria dapat bersfat asimptomatis. Pada wanita, infeksi primer
terjadi pada endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, menimbulkan duh mukopurulen.
Kemudia infeksi dapat berkembang ke tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan
obliterasi tuba. Infertilitas terjaid pada 20% wanita dengan salpingitis gonokokus. Servitis
gonokokus kronis atau prokitis gonokokus kronis sering bersifat asimptomatis.
Bakteremia gonokokus menyebabkan lesi kulit (terutama papul dan pusl
hemoragik) pada tangan. Lengan bawah, kaki, dan tungkai serta tenosinovitis dan arthritis
supuratif, biasanya pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Gonokok dapat dikultur dari
darah atau cairan sendi hanya pada 30% pasien arthritis gonokokus. Endokarditis
gonokokus tidak umum terjadi, tetapi merupakan infeksi berat. Gonokokus terkadang
menyebabkan meningitis dan infeksi mata pada dewasa, mempunyai manifestasi yang
mirip dengan yang disebabkan meningokokus. Defisiensi komplemen sering ditemukan
pada pasien penderita bakteremia gonokokus. Pasien dengan bakteremia, terutama jika
berulang, harud diperiksa aktivitas komplemen hemolitik totalnya.
Oftalmia gonokokus neonatorum,infeksi pada mata bayi baru lahir, didapat ketka
melewati jalan lahir yang terinfeksi. Konjungtivitis awal cepat berkembang, dan jika tidak
diterapi berakhir psa kebutaan. Untuk mencegah oftalmia gonokokus neonatorum,
penetesan tetrasiklin, eritromisin, atau perak nitrat ke kantong konjungtiva bayi baru lahir
diharuskan di Amerika Serikat. Gonokok yang menyebabkan infeksi local sring bersifat
sensitive-serum (dibunuh oleh antibody dan komplemen).

Isolasi dan Identifikasi Laboratorium


Pemeriksaan yng dilakukan:
1. Pemeriksaan langsung dengan pengecatan gram
2. Kultur
3. Biokimia
A. Sampel
Pus dan secret diambil dari uretra, serviks, rectum, konjungtiva, faring, atau cairan
sinovial untuk kultur dan apusan. Kultur darah penting pada penyakit sistemik, tetapi
sistem kultur khusus dapat membantu, karena gonokok (dan meningokok) dapat peka
terhadap polyanethol sulfonate yang terdapat pada media kultur darah standar.
B. Apusan
Apusan pewarnaan gram eksudat uretra atau endoserviks memperlihatkan banyak
diplokok di antara sel-sel pus. Apusan eksudat uretra yang diwarnai pada pria
mempunyai sensitifitas sekitar 90% dan spesifitas 99% jika diperiksa pada mikroskop.
Pemeriksaan amplifikasi asam nukleat (PAAN) atau kultur harus dilakukan untuk
wanita. Apusan eksudat konjungtiva yang diwarnai dapat juga bersifat diagnostic,
tetapi specimen dari faring atau rectum umumnya tidak membantu.
C. Kultur
Segera setelah pengambilan, pus ataumukus dioleskan pada medium selektif yang
diperkaya (mis. Medium Thayer-Martin yang dimodifikasi) dan diinkubasi dalam
atmosfer yang mengandung CO2 5% (stoples berisi lilin yang menyala sampai padam)
pada suhu 37oC. untuk menghindari pertumbuhan berlebih oleh kontaminan, medium
selektif yang mengandung obat antimikroba misalnya vankomisin, 3g/mL; kolistin
7,5 g/mL; amfoterisin B 1g/mL; dan trimetropim 3g/mL). Jika inkubasi segera
tidak memungkinkan, specimen harus ditempatkan di dalam sistem transport-kultur
yang mengandung CO2. Organism dapat diidentifikasi dengan cepat berdasarkan
bentuknya pada apusan pewarnaan Gram setelah kultur 48 jam, berdasarkan oksidasi
positif, dan berdasarkan koaglutinasi, pewarnaan immunoflouresens, atau uji
laboratorium lainnya.
TAHAP-TAHAP IDENTIFIKASI
Hari I :
a. Pengambilan sampel secret vagina dan urethra.
Secret vagina
1. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Memasang sampiran
4. Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap
jaga privacy pasien)
5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien

6.
7.
8.
9.

Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)


Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan
Memakai sarung tangan
Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak

dominan
10. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dan tangan yang dominan
sesuai kebutuhan
11. Menghapuskan sekret vagina pada gelas obyek yang disediakan atau
diberikan pada media transport carry and blair.
12. Membuang kapas lidi dalam keadaan bengkok
13. Memasukkan gelas obyek dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia
dan ditutup atau tutup botol media transport,
14. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim
ke laboratorium
15. Membereskan alat
16. Melepas sarung tangan
17. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkannya
dengan handuk bersih
Secret urethra
1. Pasien diminta melepaskan celana yang menutupi bagian organ genitalnya
dan diminta untuk tidur tertelentang.
2. Bila pasien tidak disirkumsisi, tariklah preputium kearah pangkal.
3. Dengan pincet, bersihkanlah glans penis dengan kain kasa steril yang
dibasahi air garam fisiologis steril.
4. Buanglah kain kasa bekas pakai ini ke dalam tempat sampah medis. Pincet
yang telah dipakai dimasukkan ke dalam baskom yang berisi chlorin 0,5%.
5. Masukkanlah kapas lidi yang telah dibasahi NaCl fisiologis steril sedalam
kira-kira 1 cm sambil diputar untuk membersihkan orificium urthrae ecterna
dan bagian distal dari urethra.
6.

Buanglah kapas lidi ini ke tempat sampah medis.

7. Pelan-pelan masukkanlah kapas lidi kedua yang dibasahi air garam


fisiologis steril, kedalam urethra sampai sedalam kira-kira 2 3 cm sambil
diputar searah jarum jam, kemudian sambil memutar, tarik kapas lidi
tersebut pelan-pelan keluar.
8.

Sapukanlah melingkar kapas lidi ini pada bagian tengah permukaansatu


kaca benda bersih yang telah disiapkan. Biarkan terletak di meja sampai
mengering.

9. Buanglah kapas lidi kedua ini ke dalam tempat sampah medis.

10. Masukkanlah lidi kapas basah ketiga ke dalam urethra sampai sedalam
kira-kira 2 3 cm sambil diputar searah jarum jam.
11. Masukkanlah hapusan kapas lidi ketiga ini ke dalam medium transport carry
and blair hingga seluruh bagian kapas terbenam dalam medium.
12. Kemudian patahkanlah lidi tersebut dengan cara membakanya padaapi
bunzen
13. Tutuplah botol medium transport dengan rapat dan disegel
14. Berikanlah label yang berisi data penderita pada botol medium tersebut
15. Fiksasilah preparat hapus tadi setelah kering.
b. Specimen ditanam pada media penyubur KPD atau langsung ditanamkan pada
media Modified Thayer Martin Agar plate.
Specimen yang berasal dari vagina secret diambil dengan swab khusus,
digulirkan pada permukaan agar MTM, biasanya digulirkan dengan bentuk

zigzag.
Specimen yang berasal dari urethra secret diambil dengan oze, digores
goreskan pada permukaan agar MTM dengan cara seperti yang digunakan
sehari hari.

c. Masukkan kedalam kaleng anaerobic jar, yang ke dalam anaerobic jar itu
dimasukkan kapas basah dan lilin menyala. Setelah kaleng anaerobic jar ditutup
rapat, lilin padam, kemudian dimasukkan incubator 37oC selama 48 jam.
Hari II :
d. Pengamatan koloni pada media MTM
Koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid
berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen dan tidak
bersifat hemolitik.

e. Terhadap koloni yang ada pada MTM agar dilakukan :


1. Oxidase test
Reagenoksidase (larutan tetra methyl para phenylen diamin dihydrochlorida
0,5-1%) ditambahkan pada koloni tersangka. Positif bila terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda sampai merah lembayung.
2. Pengecatan gram
Terhadap koloni yang oxidase positif. Berbentuk seperti biji kopi, tersusun
berpasangan (diplococcic), berwarna merah, sifat gram negative.
Hari III :
f. Koloni yang tumbuh pada media MTM dikerjakan :
Penanaman pada media gula gula CTA (Cystine-tryptic digest agar) inkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam tanpa atau dengan CO2. Dan pada Natrium Agar
inkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam.

Hari IV :
g. Dibaca pertumbuhan pada media gula gula, hasilnya seperti pada table berikut :
Pembentukan Asam dari
Spesies Kuman

N.meningitis

Pertumbuhan
pada natrium

Glukosa
+

Maltose
+

Sukrosa

agar, pada

35C

(meningococcus
)
N.gonorrhoeae
(Gonococcus)
N.catarrhalis
(Branhamella)
N.sisca

D. Pemeriksaan Amplifikasi asam nukleat (PAAN)


Beberapa pemeriksaan assay amplifikasi asam nukleat yang diizinkan oleh Food Drug
Administration tersedia untuk deteksi langsung N. gonorrhoeae pada specimen
genitourinaria dan merupakan pemeriksaan yang lebih disukai untuk sumber tersebut.
Pada umumnya, assay ini mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang sangat tinggi dan
simtomatis. Keuntungannya adalah deteksi yang lebih baik, hasil yang lebih cepat, dan
dapat menggnakan urin sebagai sumber specimen. Kerugiannya adalah spesifitas
rendah beberapa assay karena karena reaksi silang dengan spesies N. nongonokokus.
Assay tersebut tidak direkomendasikan digunakan untuk mendiagnosa infeksi
gonokokus ekstragenital atau infeksi pada anak. PAAN tidak direkomendsikan sbg
pemeriksaan untuk menyatakan sembuh karena asam nukleat dapat persisten pada
specimen pasien sampai 3 minggu setelah keberhasilan terapi.
E. Uji Serologi
Serum dan cairan genetalia mengandung antibody IgG dan IgA terhadap pili, protein
membrane luar, dan LPS gonokokus. Beberapa IgM serum manusia bersifat
bakterisidal untuk gonokok secara in vitro. Pada individu yang terinfeksi, antibody
terhadap pili gonokokus dan protein membrane luar dapat dideteksi menggunakan
pemeriksaan immunoblotting, radioimmunoassay, dan ELISA (enzyme-linkes
immunosorbent assay). Akan tetapi, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak berguna
sebagai alat bantu diagnostic karena beberapa alasan heterogenitas antigen gonokokus,
keterlambatan pembentukan antibody pada infeksi akut, dan kadar antibody dasar
yang tinggi pada populasi yang aktif secara seksual.
F. Terapi
Sejak perkembangan dan penggunaan penisilin yang luas, resistensi gonokokus
terhadap penisilin telah meningkat secara perlahan, disebabkan oleh seleksi mutan
kromosom sehingga banyak galur kini membutuhkan konsentrasi tinggi penisilin G
inhibisi (MIC 2g/mL). N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) juga telah
meningkat prevalensinya. Resistensi yang diperantarai kromosom terhadap tetrasiklin
banyak terjadi. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetrasiklin (MIC 32g/mL )

juga terjadi. Resistensi terhadap stektinomisin sebagaimana halnya terhadap


fluorokuinolon telah tercatat. Terapi fluorokuinolon dosis tunggal direkomendasikan
untuk terapi infeksi gonokokus mulai tahun 1993 sampai 2006. Sejak tahun 2006,
angka resistensi terhadap kuinolon di antara isolate gonokokus telah melebihi 5%
padapria yang berhubungan seksual dengan pria dan juga pria heteroseksual. Oleh
karena Centers for Diisease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pada
infeksi genital atau rectal tanpa komplikasi diterapi dengan seftriakson (125 mg) yang
diberikan secara intramuskules dosis tunggal. Terapi tambahn dengan azitromisin 1 gr
oral dosis tunggal atau dengan doksisiklin 100 mg oral dua kal sehari selama 7 hari.
Azitromisin telah dinyatakna aman dan efektif untuk ibu hamil, tetapi doksisiklin
merupakan kontradiksi. Modifikasi terapi ini direkomendasikan untuk tipe infeksi N.
gonorrhoeae lainnya.
Karena penyakit menular seksual lainnya dapat diperoleh dalma waktu bersamaan
dengan gonore, harus dilakukan langkah-lagkah untuk mendiagnosis dan mengobati
penyakit-penyakit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai