Anda di halaman 1dari 12

AL-IHSAN

A. PENGERTIAN PERILAKU IHSAN


Ihsan berasal dari kata yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan
bentuk masdarnya adalah , yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman
dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
Perilaku Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi
target seluruh hamba Allah SWT. Sebab, perilaku ihsan menjadikan seseorang
yang memiliki

sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya,

seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah
swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga
seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia.
Syaikh Abdurrahman as Sadi rahimahullah menjelaskan bahwa ihsan
mencakup dua macam, yakni ihsan dalam beribadah kepada Allah dan ihsan
dalam menunaikan hak sesama makhluk. Ihsan dalam beribadah kepada Allah
maknanya beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya atau merasa diawasi
oleh-Nya. Sedangkan ihsan dalam hak makhluk adalah dengan menunaikan hakhak mereka.
Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu yang wajib dan sunnah.
Yang hukumnya wajib misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil
dalam bermuamalah. Sedangkan yang sunnah misalnya memberikan bantuan
tenaga atau harta yang melebihi batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu
bentuk ihsan yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang berbuat
jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya.
Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu
hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai
bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam
1

dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti yang
telah diterangkan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya yang shahih. Hadist ini
menceritakan saat Raulullah saw. menjawab pertanyaan Malaikat Jibril yang
menyamar sebagai seorang manusia mengenai Islam, iman, dan ihsan. Setelah
Jibril pergi, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, Inilah Jibril yang
datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian. Beliau menyebut
ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah swt. memerintahkan untuk
berbuat ihsan sebagaimna firman-Nya dalam Al-Qur`an.

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. AlBaqarah: 195)

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan.Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl: 90)

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila
datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orangorang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam
mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan
untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(QS. AlIsra: 7)

B. LANDASAN SYARI IHSAN


1) Al-Qur`anul Karim
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan.
Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku
dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an.
Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada
ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. ( QS. Al
Baqarah : 83 )

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada orang tuamu ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, (QS. An-Nisaa : 36)

2) As-Sunnah
. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan, ketika ia menjawab
pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan
oleh Jibril, dengan mengatakan :

Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila


engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR.
Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka


jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih,
sembelihlah dengan baik (HR. Muslim)
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan
semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang
benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini
tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat
pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat
kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa
memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan olehNya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya,
karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik
dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.
Inilah maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi, Hendaklah kamu
menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.
.

C. TINGKATAN IBADAH DAN DERAJATNYA


Berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah, maka ibadah mempunyai
tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya masing-masing seorang
hamba tidak dapat mengukurny. Pada setiap derajat, ada tingkatan tersendiri
dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, ia menempati Jannatul
Firdaus, derajat tertinggi di dalam surga. Kelak, para penghuni surga tingkat
bawah akan saling memandang dengan penghuni surga tingkat tertinggi, laksana
penduduk bumi memandang bintang-bintang di langit yang menandakan
jauhnya jarak antara mereka.
Tingkatan al-Ihsan, yaitu tingkatan tertinggi dengan derajat yang
berbeda-beda pula. Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam
kategori Muhsinun. Mereka adalah orang-orang yang telah melalui peringkat
pertama dan yang kedua (peringkat takwa dan al-bir). Untuk dapat naik ke
martabat ihsan dalam segala amal, hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan
wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah, serta dilakukan atas
dasar mencari ridha Allah.
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
1) Ihsan kepada Orang Tua
Allah SWT menjelaskan hal ini dalam kitab-Nya.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain


Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-

baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai


berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(QS. Al-isra : 23)
Ayat di atas mengatakan kepada kita bahwa ihsan kepada ibu-bapak
adalah sejajar dengan ibadah kepada Allah.
Dalam sebuah hadist riwayat Turmuzdi, dari Ibnu Amru bin Ash,
Rasulullah

saw.

Bersabda

Keridhaan Allah berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah
berada pada kemurkaan orang tua.
Dalil di atas menjelaskan bahwa ibadah kita kepada Allah tidak akan
diterima, jika tidak disertai dengan berbuat baik kepada kedua orang tua.

2) Ihsan kepada kerabat karib.


Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan
yang baik dengan mereka, bahkan Allah SWT menyamakan seseorang yang
memutuskan hubungan silatuhrahmi dengan perusak dimuka bumi.
Silaturahmi adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah.Hal ini
dikarenakan sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba
dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Dalam
sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:

Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan
rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku.Maka, barangsiapa yang
menyambungnya, akan Ku sambungkan pula baginya dan barangsiapa yang
memutuskannya, akan Ku putuskan hubunganku dengannya. (HR.
Turmuzdi)
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, Tidak akan masuk surga,
orang yang memutuskan tali silaturahmi. (HR. Syaikahni dan Abu Dawud)

3) Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin.


Diriwayatkan oleh Turmuzdi, Nabi saw. Bersabda :
Dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi SAW bersabda : Barangsiapadari
Kaum Musliminyang memelihara anak yatim dengan memberi makan dan
minumnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga selamanya,
selama ia tidak melakukan dosa yang tidak terampuni.

4) Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat.


Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau
tetangga yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena
nasab maupun yang berada jauh dari rumah.
Adapun yang dimaksud teman sejawat adalah yang berkumpul
dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus,
perjalanan, mahad, dan sebagainya.Mereka semua masuk ke dalam katagori
tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja,
tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan
sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak,
yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan sebagai kerabat.

Rasulullah saw. menjelaskan hal ini dalam sabdanya :


Dari Abdullah bin Masud RA berkata, bersabda Rasulullah SAW : Demi
Yang jiwaku berada di tangan-NYA tidaklah selamat seorang hamba sampai
hati dan lisannya selamat (tidak berbuat dosa) dan tidaklah beriman
(sempurna keimanannya) seorang hamba sehingga tetangganya merasa
aman dari gangguannya. (HR.Ahmad)

5) Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya.


Selain itu, ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi
kebutuhannya,

menjaga

hartanya,

memelihara

kehormatannya,

menunjukinya jalan jika ia meminta, dan memberinya pelayanan.


Pada riwayat yang lain, dikatakan bahwa seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah saw. dan berkata, Ya, Rasulullah, berapa kali saya harus
memaafkan hamba sahayaku? Rasulullah diam tidak menjawab.Orang itu
berkata lagi, Berapa kali ya, Rasulullah?Rasul menjawab, Maafkanlah
ia tujuh puluh kali dalam sehari. (HR. Abu Daud dan at-Turmuzdi).

6) Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia.


Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan
Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Masih riwayat dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda :

Ucapan yang baik adalah sedekah.

7) Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.


Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan
jika ia lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar
kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya
jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah dengan
menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta
menggunakan pisau yang tajam.

D. KEUTAMAAN IHSAN
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang


yang berbuat ihsan. (QS. An Nahl: 128).
Dalam ayat ini Allah menunjukkan keutamaan seorang muhsin yang
bertakwa kepada Allah, yang tidak meninggalkan kewajibannya dan menjauhi
segala yang haram. Kebersamaan Allah dalam ayat ini adalah kebersamaan yang
khusus. Kebersamaan khusus yakni dalam bentuk pertolongan, dukungan, dan
petunjuk jalan yang lurus sebagai tambahan dari kebersamaan Allah yang umum
(yakni pengilmuan Allah).

10

E. PENERAPAN MAKNA IHSAN DALAM KEHIDUPAN


Sikap ihsan ini harus berusaha kita terapkan dalam kehidupan seharihari. Jika kita berbuat amalan kataatan, maka perbuatan itu selalu kita niatkan
untuk Allah. Sebaliknya jika terbesit niat di hati kita untuk berbuat keburukan,
maka kita tidak mengerjakannya karena sikap ihsan yang kita miliki. Seseorang
yang sikap ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha
membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat
kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.Ihsan adalah
puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak seorang hamba. Oleh
karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha agar
sampai pada tingkat tersebut. Siapa pun kita, di mata Allah tidak ada yang lebih
mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam
seluruh amalannya. Kalau kita cermati pembahasan di atas, untuk meraih
derajat ihsan, sangat erat kaitannya dengan benarnya pengilmuan seseorang
tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah.
Pembiasaan perilaku ihsan yang mempunyai pengaruh cukup besar
dalam membentuk perilaku, membina dan meningkatkan kualitas keimanan dan
pengetahuan dikalangan siswa. Pembiasaan bagi siswa ini lebih dituntut untuk
menekankan amaliah yang mendorong dalam berbuat baik, baik dalam
perbuatan, ucapan dan lainnya.

11

KESIMPULAN
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan
kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata
Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh
ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan
akhlak yang mulia.
Ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keikhlasan dan jujur
pada saat beramal. Ini adalah ihsan dalam tata cara (metode). Kedua, ihsan adalah
senantiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada
Allah, selama hal itu adalah sesuatu yang diridhai-Nya dan dianjurkan untuk
melakukannya. Untuk dapat naik ke martabat ihsan dalam segala amal, hanya bisa
dicapai melalui amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh
Allah, serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah swt.

12

Anda mungkin juga menyukai