Anda di halaman 1dari 3

Alrein Putrananda Wajong (0712010013)

Resume Jurnal
Edisi Jurnal

: Ophtalmologica Indonesiana Volume 41 No. 1 Jan-Apr 2015

Judul Jurnal

: Severity of Amblyopia and Its Correlation with The Amount of


Refractive Error

Latar Belakang

: Amblyopia disebabkan oleh gangguan visual saat awal kehidupan


seperti: strabismus, anisometropia, dan deprivasi stimulus. Amblyopia
refraktif terjadi ketika ada perbedaan yang besar atau
ketidakseimbangan kelainan refraksi pada mata anak. Biasanya otak
akan mematikan mata yang lebih rabun jauh atau astigmatisme.
Orang tua dan dokter anak pasien mungkin berpikir tidak ada kelainan
karena mata pasien tampak lurus. Lalu, mata baik pasien memiliki
visus normal. Amblyopia jenis ini mungkin tidak ditemukan sampai
anak menerima pemeriksaan mata

Tujuan

: Tujuan studi ini adalah menganalisa korelasi antara derajat keparahan


amblyopia dengan tingkat kelainan refraksi

Metodologi

: Metode penelitian berupa studi observasional retrospektif. Rekam


medis anak-anak dengan amblyopia yang datang ke poliklinik RSU dr.
Soetomo dari November 2011 Januari 2013. Amblyopia pada
penelitian ini didefinisikan sebagai visus dibawah 5/5 dengan refraksi
subjektif snellen chart.
Jumlah tingkat kelainan refraksi diukur dengan snellen chart secara
subjektif dan dengan retinoscopy secara objektif dalam cycloplegia
dan autorefractokeratometry. Kelainan silindris pasien juga dicatat jika
pasien memiliki astigmatisme dan dikonversikan ke bentuk minus
silinder. Segmen anterior diperiksa dengan slitlamp biomicroscopy, dan
segmen posterior diperiksa dengan funduskopi direk. Pasien
dinyatakan amblyopia jika BCVA dibawah 5/5 atau minimal 1 garis
tanpa kelainan di segmen posterior & anterior. Pasien dengan
strabismus diekslusikan dari studi.
Tingkat keparahan amblyopia didefinisikan sebagai jumlah garis pada
snellen chart yang tidak bisa dibaca pasien. Subjek yang diekslusikan
yaitu yang dengan BCVA berbeda pada kedua mata dengan lebih dari
1/50Dcyl astigmatisme, lebih dari +1.00DS hypermetropia, dan lebih

dari 3.00 DS myopia, riwayat memakai kacamata, riwayat operasi &


riwayat terapi amblyopia sebelumnya.

Hasil

Tes Kolmogorov Smirnov dan Spearman Correlation Test dipakai


untuk analisa statistik dan data diproses dengan program SPSS 18.0.
Data dianggap bila nilai statistik p<0.05
: Didapatkan 73 mata dari 40 pasien yang memenuhi kriteria studi.
Spherical Equivalent
Dari studi ini, didapatkan 27% subjek memiliki kelainan refraksi
diawah 3 Dioptri spheris dalam bentuk equivalen spheris, 37% subjek
memiliki kelainan refraksi diantara 3-6 Dioptri Spheris dan 36% subjek
memiliki kelainan refraksi elbih dari 6 Dioptri spheris.
Cylindrical Errors
Pada studi ini, 501% subjek memiliki 2.50 Dioptri Silinder dan 49.9%
memiliki lebih dari 2.50 Dioptri Silinder. Semua data ini merupakan
bentuk minus silinder.
Dari studi ini dapat dilihat subjek yang kehilangan 10 garis pada
snellen chart memiliki Spherical Equivalent RE >6.00 D ada 2, dan
Cylindrical RE 2.50 D ada 2. Sebagian besar subjek memiliki SE RE
3-6 D dan cylindrical RE 2.50 D.
Analisis statistik menggunakan Spearman Correlation Test
menunjukkan adanya korelasi signifikan antara jumlah kelainan refraki
(dalam bentuk spherical equivalent) dan jumlah garis yang tidak dapat
dibaca subjek (p<0.05) tetapi tidak ada korelaasi signifikan diantara
tingkat kelainan silindris dengan jumlah baris yang tidak dapat dibaca
subjek.

Kesimpulan

: Tingkat keparahan amblyopia memiliki korelasi dengan tingkat


kelainan refraksi spherical equivalent, tetapi tidak memiliki hubungan
korelasi dengan tingkat astigmatisme.

Rangkuman &
Hasil
Pembelajaran

Amblyopia disebabkan oleh gangguan visual saat awal


kehidupan seperti: strabismus, anisometropia, dan deprivasi
stimulus.

Amblyopia refraktif terjadi ketika ada perbedaan yang besar


atau ketidakseimbangan kelainan refraksi pada mata anak.
Biasanya otak akan mematikan mata yang lebih rabun jauh
atau astigmatisme.

Amblyopia refraktif dapat dibagi dua kategori: anisometropik


& isometropik (ametropia). Amblyopia anisometropik timbul
ketika kelainan refraksi yang tidak seimbang terjadi diantara
kedua mata sehingga gambar tidak terfokus secara kronik. Pada
amblyopia isometropik, penurunan visus bilateral yang
biasanya ringan terjadi karena kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi pada anak usia dini.

Studi ini menunjukkan adanya korelasi amblyopia dengan


kelainan refraksi spheris sedangkan korelasi tidak ditemukan
pada kelainan refraksi astigmatsme

Anda mungkin juga menyukai