: Severity of Amblyopia and Its Correlation with The Amount of
Refractive Error
Latar Belakang
: Amblyopia disebabkan oleh gangguan visual saat awal kehidupan
seperti: strabismus, anisometropia, dan deprivasi stimulus. Amblyopia refraktif terjadi ketika ada perbedaan yang besar atau ketidakseimbangan kelainan refraksi pada mata anak. Biasanya otak akan mematikan mata yang lebih rabun jauh atau astigmatisme. Orang tua dan dokter anak pasien mungkin berpikir tidak ada kelainan karena mata pasien tampak lurus. Lalu, mata baik pasien memiliki visus normal. Amblyopia jenis ini mungkin tidak ditemukan sampai anak menerima pemeriksaan mata
Tujuan
: Tujuan studi ini adalah menganalisa korelasi antara derajat keparahan
amblyopia dengan tingkat kelainan refraksi
Metodologi
: Metode penelitian berupa studi observasional retrospektif. Rekam
medis anak-anak dengan amblyopia yang datang ke poliklinik RSU dr. Soetomo dari November 2011 Januari 2013. Amblyopia pada penelitian ini didefinisikan sebagai visus dibawah 5/5 dengan refraksi subjektif snellen chart. Jumlah tingkat kelainan refraksi diukur dengan snellen chart secara subjektif dan dengan retinoscopy secara objektif dalam cycloplegia dan autorefractokeratometry. Kelainan silindris pasien juga dicatat jika pasien memiliki astigmatisme dan dikonversikan ke bentuk minus silinder. Segmen anterior diperiksa dengan slitlamp biomicroscopy, dan segmen posterior diperiksa dengan funduskopi direk. Pasien dinyatakan amblyopia jika BCVA dibawah 5/5 atau minimal 1 garis tanpa kelainan di segmen posterior & anterior. Pasien dengan strabismus diekslusikan dari studi. Tingkat keparahan amblyopia didefinisikan sebagai jumlah garis pada snellen chart yang tidak bisa dibaca pasien. Subjek yang diekslusikan yaitu yang dengan BCVA berbeda pada kedua mata dengan lebih dari 1/50Dcyl astigmatisme, lebih dari +1.00DS hypermetropia, dan lebih
dari 3.00 DS myopia, riwayat memakai kacamata, riwayat operasi &
riwayat terapi amblyopia sebelumnya.
Hasil
Tes Kolmogorov Smirnov dan Spearman Correlation Test dipakai
untuk analisa statistik dan data diproses dengan program SPSS 18.0. Data dianggap bila nilai statistik p<0.05 : Didapatkan 73 mata dari 40 pasien yang memenuhi kriteria studi. Spherical Equivalent Dari studi ini, didapatkan 27% subjek memiliki kelainan refraksi diawah 3 Dioptri spheris dalam bentuk equivalen spheris, 37% subjek memiliki kelainan refraksi diantara 3-6 Dioptri Spheris dan 36% subjek memiliki kelainan refraksi elbih dari 6 Dioptri spheris. Cylindrical Errors Pada studi ini, 501% subjek memiliki 2.50 Dioptri Silinder dan 49.9% memiliki lebih dari 2.50 Dioptri Silinder. Semua data ini merupakan bentuk minus silinder. Dari studi ini dapat dilihat subjek yang kehilangan 10 garis pada snellen chart memiliki Spherical Equivalent RE >6.00 D ada 2, dan Cylindrical RE 2.50 D ada 2. Sebagian besar subjek memiliki SE RE 3-6 D dan cylindrical RE 2.50 D. Analisis statistik menggunakan Spearman Correlation Test menunjukkan adanya korelasi signifikan antara jumlah kelainan refraki (dalam bentuk spherical equivalent) dan jumlah garis yang tidak dapat dibaca subjek (p<0.05) tetapi tidak ada korelaasi signifikan diantara tingkat kelainan silindris dengan jumlah baris yang tidak dapat dibaca subjek.
Kesimpulan
: Tingkat keparahan amblyopia memiliki korelasi dengan tingkat
kelainan refraksi spherical equivalent, tetapi tidak memiliki hubungan korelasi dengan tingkat astigmatisme.
Rangkuman & Hasil Pembelajaran
Amblyopia disebabkan oleh gangguan visual saat awal
kehidupan seperti: strabismus, anisometropia, dan deprivasi stimulus.
Amblyopia refraktif terjadi ketika ada perbedaan yang besar
atau ketidakseimbangan kelainan refraksi pada mata anak. Biasanya otak akan mematikan mata yang lebih rabun jauh atau astigmatisme.
Amblyopia refraktif dapat dibagi dua kategori: anisometropik
& isometropik (ametropia). Amblyopia anisometropik timbul ketika kelainan refraksi yang tidak seimbang terjadi diantara kedua mata sehingga gambar tidak terfokus secara kronik. Pada amblyopia isometropik, penurunan visus bilateral yang biasanya ringan terjadi karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi pada anak usia dini.
Studi ini menunjukkan adanya korelasi amblyopia dengan
kelainan refraksi spheris sedangkan korelasi tidak ditemukan pada kelainan refraksi astigmatsme