Anda di halaman 1dari 1

Secara sosiologis, subkultur adalah sekelompok orang yang memiliki Begitupun wacana dan pemikiran yang tersirat pada

an pemikiran yang tersirat pada lirik lagu, komposisi,


perilaku dan kepercayaan yang berbeda dengan kebudayaan induk mereka. aransemen, grafis visual band tersebut serta gaya berpakaian tidak memiliki
Subkultur dapat terjadi karena perbedaan usia anggotanya, ras, etnisitas, perbedaan dengan yang hadir di barat. Akan tetapi seiring dengan
kelas sosial, dan/atau gender, dan dapat pula terjadi karena perbedaan berjalannya waktu ‘kesamaan’ tersebut mulai tereduksi hingga akhirnya
aesthetik, religi, politik, dan seksual; atau kombinasi dari faktor-faktor yang tersisa adalah ‘nuansa’ dari pemikirannya saja, sedangkan teks dan
tersebut. Anggota dari suatu subkultur biasanya menunjukan keanggotaan konteks dari setiap band beserta karyanya sudah benar-benar memiliki
mereka dengan gaya hidup atau simbol-simbol tertentu. Karenanya, studi karakter serta kepribadian yang lugas. Pada titik ini saya kira kita dapat
subkultur seringkali memasukan studi tentang simbolisme (pakaian, musik sedikit lebih memahami musik metal dan underground sebagai sebuah
dan perilaku anggota sub kebudayaan) —dan bagaimana simbol tersebut subkultur di Indonesia dengan berbagai artefak kebudayaannya, masih
diinterpretasikan oleh kebudayaan induknya— dalam pembelajarannya. terus hadir dan berkembang hingga saat ini dapat digunakan sebagai
Paparan diatas adalah penjelasan singkat dari kata subkultur, walaupun sebuah gerbang untuk lebih memahami bahwa ada nilai lebih dari
hingga kini masih banyak pendapat dari para ahli sosiologi, antropologi dan perkembangan tersebut dari hanya sekadar celana ketat, rambut gondrong
para pemerhati budaya yang masih memperdebatkan dan dan jaket kulit dengan berbagai aksesorisnya. Mereka menunjukan
mempertentangkannya. Pada tulisan ini saya tidak hendak untuk kreatifitas yang murni dan semangat dari pemikiran global sebagai sebuah
mempertentangkan atau memperdebatkan makna dan pengertian pengalaman dan pengetahuan yang dapat berkembang sesuai dengan
subkultur itu sendiri di Indonesia, akan tetapi ‘subkultur’ pada beberapa kondisi sosiologis dan geofrafis dimana mereka berada.
paragraf ke depan akan digunakan sebagai jangkar semata-mata untuk
memudahkan pembacaan dari karya-karya yang dihadirkan pada pameran Ilustrasi Grafis Band Metal di Indonesia
kali ini tanpa mengurangi nilai dan isi dari karya-karya tersebut. Karya-karya yang hadir pada pameran kali ini sebagian besar adalah karya
Menampilkan kurang lebih 44 karya dengan berbagai media dan teknik, yang dibuat sebagai ilustrasi grafis bagi band-band underground Indonesia.
pameran dengan tajuk “ KONSPIRASI TANGAN SETAN” ini di gagas oleh Karya yang dibuat untuk menjadi cover album, poster dan grafis dari
sekelompok pemuda yang memiliki latar belakang yang serupa. Sebagian merchandise yang dikeluarkan oleh band-band tersebut. Imej yang
dari mereka adalah personil dari sebuah band metal dan ilustrator grafis dihasilkan adalah hasil gambaran dari pesan dan pemikiran yang ingin
yang buah tangannya dapat kita temukan pada cover album dari sebuah disampaikan oleh band tersebut. Ilustrasi adalah sebuah terminologi yang
band, poster kegiatan, leaflet, logo dari sebuah band hingga pada berbagai dapat menjelaskan karya-karya yang hadir pada pameran kali ini. Ilustrasi
macam merchandise dari band-band metal yang ada di Indonesia. Adalah dalam pengertian singkatnya adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan
Bimantoro Amirysayno, Riandy Karuniawan (BlOSSOMDEC4Y), Indra dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang
Wirawan (MORRG), Alexander Benedict (MAYATSCHISM) dan Revan lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud
Bramadika sekelompok pemuda yang tergabung dalam kelompok seni daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau
dengan nama “KARYAWAN SETAN”. Pada pameran kali ini kita akan menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya.
berhadapan dengan karya-karya yang kesemuanya didasari, didorong serta Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.
didedikasikan oleh dan untuk ‘nafas’ yang senada, “Metal”. Ilustrasi memiliki fungsi untuk memberikan bayangan setiap karakter di
dalam cerita, bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah,
Interlude langkah kerja, mengkomunikasikan cerita, menghubungkan tulisan dengan
Pada awal mula kemunculannya di barat, musik metal hadir sebagai kreativitas dan individualitas manusia, memberikan humor-humor tertentu
pemikiran dari pemuda yang lahir pada era kekuatan adidaya mulai untuk mengurangi rasa bosan dan menerangkan konsep. Dalam sejarahnya
berkembang. Era dimana peradaban barat sedang berkembang dengan pun bangsa Indonesia memang memiliki akar untuk menceritakan dari
sangat pesat dan megah. Dengan berhasil mengalahkan fasisme dan setiap kejadian yang dialami, pesan, pengetahuan dan petuah melalui
nasionalisme dan sistem peradaban lainnya. Ketika itu kekuatan adidaya sebuah gambar.
menganggap dirinya sebagai salah satu pencapaian evolusi tertinggi
darisebuah peradaban manusia dalam hal demokrasi liberal. Sebuah sistem Melalui penjelasan diatas, kita dapat menyebut karya-karya dari “KARYAWAN
yang lebih menguntungkan manusia sebagai individu lebih dari berbagai SETAN” kali ini adalah sebuah ilustrasi grafis dari Band metal di Indonesia.
sistem peradaban sebelumnya karena memungkinkan bagi setiap individu Hal tersebut dimaksudkan agar pembacaan terhadap karya-karya yang
untuk memiliki tatanan nilainya sendiri terhadap konsep keadilan dan hadir pada pameran kali ini tidak tercerabut dari konteksnya. Karya-karya
moralitas. Hingga akhirnya memicu persaingan fisik dan dominasi antar yang hadir pada pameran kali ini tidak dapat dipisahkan dari asal dan
individu.. Budaya tandingan dari hal tersebut adalah gerakan perdamaian dimana karya tersebut berada. Kita tidak dapat dengan serta-merta
atau yang sering disebut dengan kaum hippies Musik metal lahir sebagai memisahkan pemikiran, metal, subkultur, band, dan teks yang terdapat
sebuah semangat komunal dari sebuah generasi pada masanya, ia hadir dalam karya “KARYAWAN SETAN” dengan setiap elemen visual yang terdapat
untuk kembali mengingatkan manusia atas seluruh kerapuhan dan didalamnya untuk kemudian dibaca sebagai sebuah karya yang berdiri
kefanaannya. Karenanya pada masa tersebut musik metal hadir sebagai sendiri. Seperti cara kita membaca karya-karya seni di galeri-galeri pada
sesuatu yang kontras, musiknya keras, penuh dengan distorsi, lagu-lagunya umumnya. Karena karya-karya dari “KARYAWAN SETAN” ini lahir sebagai seni
membicarakan persoalan kematian, kekuasaan, ketidakadilan, siklus yang didasarkan pada konteks dan fungsi tertentu, ia tidak dapat di pahami
kehidupan dan sebagainya. Sebuah pokok pemikiran terhadap berbagai dengan pengertian seni sebagai ‘objek yang tak lekang oleh waktu’ dan
macam persoalan dalam kehidupan dengan menghapuskan nilai serta dinilai dengan kriteria abadi dari kacamata estetika tradisional (dalam
kekuatan ‘baik’ dan ‘jahat’ pada saat bersamaan. Karena tidak ada apapun di pengertian barat). Alih-alih menggunakan budaya dalam pengertian yang
dunia ini yang memiliki nilai yang inheren dan dapat diklasifikasikan, akan lebih luas sebagai sebuah sistem komunikasi, bentuk ekspresi dan
tetapi dapat digambarkan sebagai sebuah pengalaman. Hal tersebut representasi. “KARYAWAN SETAN” tetap setia untuk menggunakan budaya
tercermin pada berbagai grafis visual yang mengiringi perkembangannya dalam pengertian antropologis sebagai sebuah pertukaran kode dari pesan
hingga saat ini. Masuk ke Indonesia pada akhir era 80’an dengan pemikiran yang berlawanan. Hal tersebut terlihat bagaimana akhirnya sebuah ilustrasi
yang serupa metal berkembang dengan cukup pesat dan menjadi sesuatu grafis dari sebuah band dapat memberikan nuansa dan imaji tertentu bagi
yang digandrungi ketika itu. Banyak band yang bermunculan seiring sebuah band. Dengan secara lugas dan cerdas mereka mengeksplorasi dan
dengan semakin banyaknya pentas musik yang diselenggarakan di berbagai memodifikasi kode-kode yang diwariskan oleh pemikiran underground
kota besar di Indonesia. Pada masa itu lahirlah istilah ‘Underground’ yang dengan kondisi sosial dan lingkungan mereka berada. Selayaknya kutipan
pertamakali di tuliskan oleh majalah gaya hidup asal Bandung, Aktuil. Istilah ucapan dari Umberto Eco pada awal tulisan, “I speak through my clothes”
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan sebagai sebuah cara membaca gestur, anotasi, afeksi dan perilaku yang
musik keras dengan gaya yang lebih ..liar’ dan ..ekstrem’ untuk ukuran memiliki signifikansi. Sebuah rangkaian beragam kode yang membentuk
jamannya. Perkembangannya kemudian diiringi dengan semakin banyak figur manusia sebagai sebuah alat komunikasi yang didalamnya terdapat
bermunculannya pentas musik underground, media cetak yang secara teks dengan signifikansinya sendiri. Tegangan yang terdapat pada setiap
spesifik mengulas dan mencatat perkembangan musik tersebut, munculnya elemen yang tersebut baik yang disengaja dan yang tidak disengaja adalah
radio yang memiliki segmen acara yang secara khusus memutar lagu-lagu bahasa yang memang diberikan untuk dibaca dan bahasa yang memang
dari band metal nasional dan internasional dan berkembangnya pula ‘bocor’. Singkat kata karya-karya dari “KARYAWAN SETAN” selayaknya dapat
industri merchandise dari band-band tersebut dalam berbagai bentuk dilihat sebagai sebuah apropriasi, pencurian pemikiran, transformasi yang
produk. Perkembangan yang kemudian lambat laun mulai menghidupkan subversif atau bahkan mungkin sebuah pergerakan.
dan memunculkan karya-karya grafis dalam bentuk poster, fanzine, leaflet,
logo band, gambar kaos dan cover album. Seiring dengan waktu berjalan Pameran ini ditujukan untuk membuka dan memperluas pemahaman seni
semakin banyak orang yang tertartik dengan perkembangan musik di Indonesia secara umum. Setidak-tidaknya membuka pengalaman dan
underground tersebut Hingga akhirnya Indonesia menempati urutan kelima cara pembacaan baru, berhadapan dengan jenis karya yang jarang kita lihat
sebagai negara yang memiliki basis komunitas underground terbesar di pada pameran-pameran di galeri seni pada umumnya. Bagi “KARYAWAN
dunia setelah Amerika, Jerman, Inggris dan Belanda. SETAN” saya ucapkan selamat berpameran dan kepada para hadirin saya
mengucapkan selamat menikmati pameran.
Metal di Indonesia pada awal kehadirannya mengadopsi pokok pemikiran
metal yang lahir di barat. Hal tersebut terlibat pada awal perkembangannya
di Indonesia, belum banyak band Indonesia yang mampu sukses tanpa Bandung, 25 Juni 2010
membawakan lagu dari band – band metal ternama dunia. Rifandy Priatna

KARYAWAN SETAN:
BIMANTORO AMIRYSYANO
Saat ini, Ia tengah menempuh pendidikan di FSRD-ITB. Aktif sebagai musisi,
dan terkadang suka melukis. Debut karya lukisnya yang diterbitkan menjadi
ilustrasi sampul album sebuah band lokal, yang dirilis oleh perusahaan
rekaman asal negeri jiran (2007), mendapatkan apresiasi yang sangat baik.
Karyanya dinilai sedikit berbeda dengan stereotype akan tetapi, tetap dapat
mewakili jenis musik yang diusung oleh band tersebut.

Black Pussy Rajasinga - Pandora Album Cover


100cmx100 cm 100cmx80cm
oil on canvas oil on canvas

BLOSSOMDEC4Y a.k.a. Riandy Karuniawan


Menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Parahyangan Jurusan Arsitektur
angkatan 2001. Menyukai musik Heavy Metal bukan sekedar sebagai fashion,
namun sebagai passion, sebagai semangat dalam memandang kehidupan
yang merupakan sebuah perjuangan. Karya-karya yg dihasilkan memiliki
kecenderungan figuratif, simetris namun tragis. Aktif sebagai freelancer
dalam pengerjaan ilustrasi/artwork untuk band-band indie seperti Komunal,
Rajasinga, Siksakubur, Bromocorah, Ballerina dan lainnya.

Siksakubur Siksakubur – II Siksakubur – VI Siksakubur Ballerina Rajasinga Bromocorah Die Atas Nama
Tentara Anak Lelaki Kata Sebagai Tiga Tentara Desolation Nevergrind Serangan The Another Tragedi
Merah Darah Dan Serigala Senjata 70cmx50cm 9 color plastisol Album Cover Thrash Pin666iran Death 66cmx36cm
Album Cover 80cmx50cm 47,5cmx72,5cm digital painting serigraphy on 50cmx50cm Album Cover 39cmx51,5cm oil on paper
50cmx56cm digital painting oil on paper on canvas canvas digital painting 50cmx50cm pencil
digital painting on canvas, and (Serigraphy artist on canvas digital painting on paper
on canvas 9 color plastisol by OMPEI) on canvas
serigraphy with
foil application
on canvas
(Serigraph by
OMPEI)

MAYATSCHISM a.k.a. Alexander Benedict

Salah satu pendiri PORTICO archimodel ini adalah Lulusan Arsitektur


Universitas Katolik Parahyangan tahun 2004. Hingga kini aktif dibidang
arsitektur dan miniatur tanpa meninggalkan kegemarannya menggambar.
Diluar dunia arsitektur, Ia sangat terinspirasi oleh tengkorak dan musik
absurd yang menjadi pelatuk dari setiap karya ilustrasinya.

Bleed State of Son of P.G x 3 Conversation Dragonaut No. 13 Baby The Moon part. 01 The Moon part. 02 The Moon part. 03 The Moon part. 04
Grandma Urgency Neckbone 16 33cmx50cm 44cmx74cm : Mayhem with : Eve of Salvation : Rip Her to Shred : Inhumanity and
21cmx30cm
54cmx30cm 21cmx30cm 43cmx87cm 24cmx29cm copied on copied on Mercy 25cmx25cm 25cmx25cm Death
copied on
copied on copied on copied on copied on paper paper 25cmx25cm copied on paper copied on paper 25cmx25cm
paper
paper paper paper paper copied on paper copied on paper

MORRG a.k.a. DragonIndra Morgan


Pemuda asal kota Pekanbaru yang menghabiskan waktu sepuluh tahun
terakhirnya di Bandung ini, mengasah kemampuannya secara otodidak.
Menggambar, bermain band, sudah menjadi hobi yang ditekuni sejak kecil.
Walau tercatat gagal sebagai mahasiswa jurusan DKV Universitas Pasundan
Bandung, dan kemudian lulus S1 Jurnalistik UNIKOM, tidak menyurutkan
ambisinya berkarya sebagai ilustrator untuk beberapa event organizer, dan
merchandise band lokal yang selalu menjadi favoritnya.

Kilometer Bird Ov Prey Dalam Klorophilia Marakkahahku Holy, Gromm Gemuruh Danja; Satan is Real, Six the Hard Way
Terakhir 29 x 42 cm Kerinduan 42 x 60 cm 28 x 40 cm Itu Bukan Ilahi! 32 x 48 cm Musik Pertiwi Pucuk Dicinta Working With 22 x 70 cm
36cmx56cm Screen printing 56 x 40 cm Watercolor Watercolor 29 x 57 cm Plastisol 32 x 47 cm 20 x 20 cm Power Print on linen,
Pencil on “C” A Grain, Watercolor on “C” A, on “C” A, 210 gr Screen printing Serigraphy Watercolor on Print on linen, 42 x 65 cm 210 gr
on “C” A Grain, 180 gr on “C” A, 210 gr 450 gr on SV-145-2 on canvas “C” A, 300 gr 210 gr Watercolor
180 gr Natural White, (Serigraph by on “C” A, 450 gr
216 gr OMPEI)

REVAN BRAMADIKA
Memulai bermain musik keras dan menggambar semenjak usia belia. Telah
menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Katolik Parahyangan jurusan
Arsitektur, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di MBA-ITB.
Disela-sela kegiatan bermusik yang ditekuni, Ia juga aktif berkontribusi
membuat ilustrasi untuk band, sampul album, poster, dan merchandise.
Beberapa karyanya telah diterbitkan di dalam dan luar negeri.

Got Me Blind Tools of the Trade Pazahora / I, Zombie Rajasinga Naked Truth Rajasinga Rajasinga Mass Separation
the Spine Inmate KahRoeShi 80cmx200cm Tajulua Eye, Die, Cry Mati 8 Jam Sehari Zombie Bong the Beheading
80cmx20cm Consumption Split 7” Album cyanotype (Zombie Album Cover 25cmx25cm Session 25cmx25cm
digital painting Album Cover Cover on paper Mascot) 40cmx40cm water color 40cmx53cm water color
on tracing paper 40cmx20cm 40cmx20cm 25cmx25cm water color reproduce digital reproduce
water color ink, water color water color reproduce on tracing paper painting on tracing paper
reproduce reproduce reproduce on tracing on tracing
on tracing paper on tracing paper on tracing paper paper
paper

KONSPIRASI TANGAN SETAN SETAN MEMBERKATI KITA SEMUA...!

Pembukaan dan bincang artis: Ide untuk menyelenggarakan pameran ini sebenarnya sudah lama tercetus di
Sabtu, 26 Juni 2010 benak kami. Akan tetapi pada tahap persiapan, kami sering sekali menemui
penampilan spesial dari Kelelawar Malam hambatan, yang mungkin dikarenakan minimnya pengetahuan tentang teknis
di lapangan. Modal utama cuma semangat. Kami sangat tulus dengan
Pameran berlangsung: karya-karya yang kami buat, sangat menikmati setiap detik waktu yang kami
26 Juni - 2 Juli 2010 luangkan, bangga dengan media apapun yang kami gunakan, yakin dalam
menjalani proses berkarya, dan sangat merasa berguna dapat berkontribusi
Venue: khususnya di jalur musik independen yang sangat kami cintai.
Galeri Padi
Jalan Ir. H. Djuanda 329 Karyawan Setan adalah sekumpulan orang yang sangat terobsesi dengan
Bandung musik. Bagi kami, musik itu bukan hanya sesuatu yang bisa didengar. Musik itu
juga dapat berbicara secara visual. Apa yang kami coba lakukan di sini adalah,
Kurator Pameran: mencitrakan karya musik menjadi sebuah entitas yang tidak terlepas dari
Rifandy Priatna musisi, atau band yang menciptakannya. Singkatnya adalah, kami
menggambar musik.
Terdaftar sebagai karyawan:
Bimantoro Amirysyano (ombleomble@yahoo.com) Hingga akhirnya pameran karya ini terwujud, tentunya tidak akan terlepas dari
Blossomdec4y (riandykaruniawan@gmail.com) banyaknya dukungan dari kawan-kawan yang mencintai pergerakan kami
Mayatschism (alexanderxbenedict@gmail.com) (Joel dan tim sukses dari Batik Saketi), band dan musisi yang telah percaya dan
Morrg (morrgth@yahoo.com) menggemari karya kami, dan tentunya orang tua kami yang bangga dengan
Revan Bramadika (revanbramadika@gmail.com) rambut panjang kami. +K.S.+

Anda mungkin juga menyukai