Karya sastra merupakan hasil Kenyataan disini mengandung arti yang pemikiran dan cerminan dari sebuah cukup luas, yakni segala sesuatu yang budaya kelompok masyarakat mana saja berada di luar karya sastra dan yang diacu yang memiliki kebudayaan, oleh karena itu oleh karya sastra. Demikianlah, dalam karya satra banyak menceritakan pendekatan sosiologi sastra menaruh tentang interaksi manusia dengan manusia perhatian pada aspek dokumenter sastra dan lingkunganya. Karya sastra juga dengan landasan suatu pandangan bahwa merupakan salah satu ungkapan rasa sastra merupakan gambaran atau potret estetis dari seorang pengarang terhadap fenomena sosial. alam sekitarnya. Karya sastra merupakan suatu karya imajinatif dari seorang yang Pada hakikatnya, fenomena sosial dilandasi kesadaran dan tanggung jawab itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling dari segi kreativitas sebagai karya seni. kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, Karya sastra juga banyak memberikan dan didokumentasikan. Oleh pengarang, gambaran kehidupan sebagai mana yang fenomena itu diangkat kembali menjadi diinginkan oleh pengarangnya sekaligus wacana baru dengan proses kreatif menunjukkan sosok manusia sebagai insan (pengamatan, analisis, interpretasi, seni yang berunsur estetis dominan. refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra. Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan Maka, memandang karya sastra orang-orang yang berada disekitarnya, sebagai penggambaran dunia dan maka dalam proses penciptaan karya sastra kehidupan manusia, kriteria utama yang seorang pengarang tidak terlepas dari dikenakan pada karya sastra adalah pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, "kebenaran" penggambaran, atau yang karya sastra yang lahir ditengah-tengah hendak digambarkan. Dengan demikian, masyarakat merupakan hasil sebuah karya sastra tidak pernah berangkat pengungkapan jiwa pengarang tentang dari kekosongan sosial. Artinya karya kehidupan, peristiwa, serta pengalaman sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial hidup yang telah dihayatinya. masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatar Menurut pendekatan sosiologi belakanginya. sastra, karya sastra dilihat hubungannya Kegiatan penulisan lakon sebagai yang salah satu diantaranya adalah lakon salah satu bentuk pengucapan kesusastraan “Citra”, merupakan kegiatan penciptaan karya seni Citra awalnya adalah sebuah sajak yang tidak dapat dilepaskan dari karya Usmar Ismail yang disusun oleh lingkungan seniman yang bersangkutan. Balai Pustaka di Malang pada tanggal 20 Hubungan karya seni yang dihasilkan oleh September 1943. Belakangan, Usmar seorang seniman dengan kondisi Ismail meminta seorang komposer, yaitu lingkungan pada saat karya seni itu C. Simanjuntak, untuk mengaransemen diciptakan sedikit banyak akan tercermin sajak tersebut menjadi sebuah lagu. Pada pada karya itu sendiri. Dalam hal ini akhir tahun 1943, Usmar Ismail kegiatan kesusastraan kita pada khususnya mementaskan "Citra" sebagai lakon di mengalami gelombang pasang surut arus Bangil, Jawa Timur, yang dibintangi oleh politik sedemikian rupa. seorang gadis bernama Citra sebagai tokoh Setiap angkatan tertentu utamanya. “Citra” dimuat dalam kumpulan kelahirannya bersamaan dengan perubahan puisi Usmar Ismail Poentoeng Berasap dalam bidang politik. Kenyataan ini dapat (Balai Pustaka, 1950). Mbijo Saleh dilihat dalam perkembangan kesusastraan kemudian mengutip puisi tersebut (1967 di Indonesia, tepatnya dalam penulisan 74-75) dalam bukunya Lakon Pendidikan lakon pada masa pendudukan Jepang (Gunung Agung). Sebagai drama, "Citra" (1942-1945). Pada masa ini setiap karya ditayangkan perdana pada Desember 1943 seni yang dilahirkan tidak bisa lepas dari oleh Grup Teater Maya, disutradarai oleh campur tangan pihak Jepang. Jepang Usmar Ismail, di Bangil, Jawa Timur. dengan tegas melarang setiap kegiatan seni Karya tersebut kemudian dipadukan yang tidak sesuai dengan kepentingan dengan dua karya lainnya, "Api" dan propagandanya. Proses kreatif seniman "Liburan Seniman", yang diterbitkan dalam olah cipta seni tidak bisa dalam buku Surulinen ja haplis (Balai berkembang secara bebas sesuai realitas Pustaka, 1948). yang dihadapi Pada lakon “Citra” ini memiliki Dalam waktu tiga tahun Jepang tokoh utama bernama Citra yang memliki menduduki Indonesia ternyata membaca segudang konflik sosial, pada drama ini pengaruh penulisan sastra lakon pada saat garis besar waktu yang terlihat adalah itu. Jumlah Sastra lakon yang dihasilkan masa merintis kemerdekaan yang menunjukkan jumlah yang sangat besar, kemudian tokoh citra bisa dilambangkan kedudukannya sebagai Indonesia.
Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menggunakan metode kualitatif dengan alasan karena permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat dijaring secara kuantitatif (Sugiyono, 2011, hlm. 381).
Sedangkan menurut Ratna, 2015:
47) metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, dan hubungannya dengan konteks keberadaanya. cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Dalam penelitian karya sastra misalnya akan dilibatkan pengarang lingkungan sosial dimana pengarang berada, termasuk unsur- unsur kebudayaan pada umumnya. Penelitian ini menggambarkan data dalam bentuk kata- kata atau gambar-gambar bukan berupa angka. Oleh karena itu, melalui metode penelitian kualitatif ini penulis menganalisis sastra drama “ Citra” Karya Usmar Ismail berdasarkan Sosiologi Sastra. DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Elistia, inong. 2012. Sosiologi sastra sebagai pendekatan menganalisis karya sastra.
Boen Sri, Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia, ( Jakarta : Gunung Agung, 1971)
Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia ( Bandung : Binacipta)
Endraswara, Suwardi.2008. Metode Penelitian Sastra: Epistemologi, Model. Teori,
dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta
Embang Logita, Analisis Sosiologi Sastra Drama “Opera Kecoa”Karya Noerbertus