Disusun oleh:
Bp. Djuli Prambudi
BAB I
PENGANTAR
1.1 FILSAFAT
1.1.1 Arti Kata
Berasal dari Bahasa Yunani Kuno: philos + sophos
loving + wisdom
cinta + kebijaksanaan
↓
Latin = Philosophia
Inggris = Philoshopy
Arab = Falsafah
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Phytagoras dan Socrates sebagai kritik / sindiran
terhadap kaum Sophist yang menganggap diri mereka sebagai kaum yang bijaksana.
1.1.2 Awal Mula
Filsafat berawal dari ketertarikan, keinginan manusia untuk mengerti. Dalam buku
METAPHYSICA, filsuf Yunani Aristoteles menyatakan bahwa semua orang menurut
kodratnya ingin mengerti (ens metaphysicum); contoh paling muda dapat kita temukan
pada anak-anak.
Mengerti: → Dirinya sendiri (mikro kosmos)
→ Alam sekelilingnya (makro kosmos)
→ Alam keseluruhan
Filsafat merupakan suatu kegiatan dimana pikiran digunakan dalam mencoba memahami
prinsip-prinsip di balik setiap kejadian dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari,
tampaknya dimulai antara tahun 800-400 SM. Tidak ada catatan sejarah tentang asal
usulnya, meskipun penggalan-penggalan awal dari tulisan para filsuf Yunani Kuno
seperti Thales (600 SM), Phytagoras (500 SM) dan Heraclitus (500 SM) memberi
gambaran kasar tentang kemunculannya.
1.1.3 Pengertian
Ada banyak pendapat dan pemikiran mengenai pengertian filsafat. Beberapa diantaranya
adalah:
• Filsafat adalah cara berfikir yang radikal (menyeluruh, mendalam, sampai ke akar-
akarnya ↔ radix = akar)
• Menurut tokoh Semiotika Van Peurseun: “Filsafat adalah seni untuk bertanya” =
karena filsafat tidak pernah puas dengan asumsi-asumsi, jawaban-jawaban yang
sudah ada, sekalipun berasal dari ilmu pengetahuan
Contoh: manusia secara ilmu ditinjau dari berbagai segi (psikologi, sosiologi,
anthropologi, fisiologi, anatomi, dan lain-lain) masing-masing memberi jawaban
yang berbeda. Filsafat bukan gabungan dari ilmu-ilmu tersebut.
• Menurut Plato (427 – 347 SM): “Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
(being)”
• Menurut filsuf Al-Kindi (800 – 870 SM): “Filsafat adalah kegiatan manusia yang
tertinggi tingkatannya, merupakan pengetahuan yang benar mengenai hakekat segala
yang ada”
1.1.4 Cabang-cabang Filsafat
Filsafat mendahului ilmu-ilmu pengetahuan, sebagai MATERSCIENTARUM (Mother of
Science / Induk Ilmu Pengetahuan), yang telah melahirkan sekaligus sebagai peletak
dasar dari berbagai cabang pemikiran.
Cabang-cabang Filsafat antara lain:
• METAFISIKA
- Penyelidikan tentang sifat dasar dari kenyataan, seperti: materi dan
pikiran, asal-mula alam semesta, bukti-bukti tentang keberadaan Tuhan, serta sifat
dari waktu dan tempat (time and place).
• ONTOLOGI
- Studi tentang keberadaan (eksistensi), sifat, dan karakteristik dan “ada”
(being) dan hakekat dari segala sesuatu.
• EPISTEMOLOGI
- Penjelajahan tentang sifat dan asal-usul pengetahuan : bagaimana kita
mengetahui sesuatu, bagaimana pengetahuan itu dimungkinkan, dan kepastian apa
yang terdapat dalam kegiatan mengetahui.
• ESTETIKA
- Penjelajahan tentang arti seni dan sifat keindahan
• ETIKA
- Studi tentang pengertian dan sifat dari yang baik dan yang buruk: apa
yang disebut baik, apakah ukuran baik dan buruk itu, dan sebagainya.
• LOGIKA
- Penjelajahan tentang sifat dari pemikiran dan keabsahan
pembuktian/argumentasi.
1.2 FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA
Menurut Aristoteles, ada 4 tingkatan pengetahuan (Level of Thought), yaitu:
1. Tingkatan ilmu pengetahuan (level of science)
2. Tingkatan ilmu pasti (level of mathematic)
3. Tingkatan filsafat (level of philosophy)
4. Tingkatan agama (level of religion)
1.2.1 Ilmu dan Filsafat
a. Perbedaan ilmu dan filsafat
TUJUAN • Ilmu bertujuan untuk menyatakan • Filsafat selalu mempe-
bahwa peristiwa-peristiwa berlaku rtanyakan jawaban –
menurut hukum-hukum tertentu atau jawaban ilmu.
aturan-aturan yang tetap, kenyataan • Filsafat tidak menyele-lami
alam bukanlah kekacauan, tetapi suatu suatu lapangan kenyataan
susunan ilmu-ilmu kealaman yang tertentu, tetapi mengajukan
bermaksud menyusun hukum alam yang per-tanyaan tentang
dapat dirumuskan secara ilmu pasti. kenyataan seluruhnya:
tentang hakekat, azas, dan
• Ilmu berkembang setelah ia membatasi prinsip dari kenyataan.
obyek menuju pada ilmu pengetahuan
yang seluas-luasnya pada obyek yang Contoh :
sesempit-sempitnya (SPESIALISASI). Pada abad ke-19 para ilmuwan
berkeyakinan bahwa filsafat
tidak lagi diperlukan karena
semua pertanyaan sudah
terjawab (keyakinan akan
keilmuan). Kenyataan dalil –
dalil keilmuan dapat selalu
diperbaiki (misalnya Teori
Geosentris digantikan
Hellosentris; teori Seleksi Alam
dari Lamarck digantikan oleh
Charles Darwin).
Contoh:
PLATO → Idealisme
KARLMARK → Materialisme
→ Materialisme
Kaum Proletar yang ditindas
kaum borjuis, pemilik modal
yang memanfaatkan dan
menekan kaum proletar untuk
memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya. Kaum proletar
harus dibebaskan,
dimerdekakan, melalui pikiran –
pikiran atau karya seni. Melalui
revolusi akan tercipta
masyarakat tanpa kelas.
Seni atau “art” aslinya memiliki arti teknik, keterampilan, keahlian. Baru pada abad ke-
17 di Eropa dibedakan antara keindahan umum (termasuk alam) dan keindahan karya
atau benda seni = konsep Fine Arts / High Arts.
Istilah estetika sendiri sebenarnya baru dipakai sekitar tahun 1735 oleh Alexander
Baumgarten dalam bukunya MEDITATIONES yang mengandung pengertian kurang
lebih : “Pembahasan tentang makna, istilah-istilah dan konsep-konsep yang berkenaan
dengan seni dan keindahan”. Tujuan estetika menurut Baumgarten adalah keindahan.
Pada abad ke-20 dimana modernisme turut berpengaruh terhadap berkembangnya seni
rupa dan keindahan tidak lagi menjadi tujuan, berkembang upaya-upaya untuk mencari
pemahaman filsafi atas seni. Maka lahirlah filsafat seni, yang sering disebut Estetika
Modern atau Estetika Ilmiah. Disebut demikian karena merupakan suatu bentuk telaah
ilmiah dengan memanfaatkan ilmu-ilmu yang relevan untuk menerangi arti seni dan
perannya dalam peradaban manusia, seperti contohnya ilmu-ilmu sosial, psikologi,
semiotic, anthropologi, dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa membedakan antara estetika dan filsafat seni adalah
sebagai berikut:
• Estetika membahas dan mempertanyakan keindahan secara umum, baik keindahan
alam maupun seni / karya seni.
• Filsafat seni mempersoalkan seni atau keindahan (dalam pengertian estetik) dalam
karya seni.
Menurut John Hospers, filsafat seni agak lebih sempit dari estetika karena filsafat seni
menyangkut masalah-masalah konsep seni dan persoalan-persoalan yang timbul dalam
hubungannya dengan karya seni.
Kata atau istilah “seni” di Indonesia pada awalnya diserap dari bahasa Melayu, yang
berarti kecil, halus. Pemakaian kata “seni” dalam pengertian ini misalnya dapat kita
jumpai pada karya-karya sastrawan Angkatan Pujangga Baru, seperti misalnya:
• St. Takdir Alisyahbana dalam sajak “Sesudah Dibajak” (1936) menuliskan: “Sedih
seni mengiris kalbu” ⇒ seni ≈ kecil
• Penyair Taslim Ali dalam karyanya: “Kepada Murai” (1941) menuliskan: “Hiburlah
Hati / Unggasku Seni” ⇒ seni ≈ kecil
Sementara kata “seni” dalam pengertian “art” di Indonesia baru muncul awal abad ke-20,
seiring dengan masuknya kolonialisme di Indonesia pada masa itu kata “seni” ini
merupakan padanan dari kata “Fine Arts” (Inggris) dan “Kunst” (Belanda, Jerman), yang
diartikan sebagai “seni indah” (dalam arti estetis).
Sebagai contoh, pada majalah PUNJANGGA BARU yang terbit pada tanggal 10 April
1935, dalam sebuah essay tulisan R.D. mengenai “Pergerakan ‘80” kita dapat
menemukan cuplikan kalimat sebagai berikut:
“….SENI menjadi ‘de aller-individueelste expressie van der individueelste emotie
(kelahiran yang sekhusus-khususnya dari perasaan yang sekhusus-khususnya)”.
⇒ seni ≈ art
Sesudah kemerdekaan, kata “seni” sebagai padanan untuk kata “art” semakin banyak
dipergunakan dan menjadi pengertian resmi. Bahkan pada tahun 1955 sempat terbit
majalah khusus berjudul SENI, walau usianya hanya 1 tahun.
Dalam kamus Belanda Melayu (KLINKERT) kita dapat menemukan beberapa pengertian
dari kata seni/kunst, yaitu:
• Hukmat
• Ilmu
• Pengetahuan
• Kepandaian
• Ketukangan
⇓
Pengertian arti dalam bahasa Inggris:
“Art is skill making or doing”
(The world Book Encyclopedia”
Pada kenyataannya, kata seni / art / kunst yang berkembang di masyarakat memiliki
beragam pengertian, seperti:
a. Keterampilan (skill), contohnya, seni memasak, seni merangkai bunga, dan lain-lain.
b. Aktivitas manusia, contohnya, seni berperang, seni pengobatan, seni bela diri, dan
lain-lain
c. Karya (work of art)
d. Seni indah (fine arts)
e. Seni rupa (visual arts)
f. Seni lukis (painting)
Kata “museum” yang kita kenal sekarang pun merupakan turunan dari kata “mousike”,
yaitu “museion” yang memiliki pengertian:
a. A temple of the Muses
b. A school of arts and learning
2.2 Konsep Liberal Arts pada Abad Pertengahan (Abad 14) dan sebelumnya (masa
Yunani)
Ars
(Keahlian / Kecakapan yang berguna)
Pada abad ke-16 seni lukis akhirnya masuk ke dalam artes liberales.
Pada tahun 1562 di Florence (Italia) didirikan “Academia del Disegno”, akademi seni
lukis paling awal, oleh Vasari memang memiliki ketertarikan khusus pada seni lukis.
Institusi tersebut digunakan untuk melatih para seniman muda. Vasari menggunakan
istilah “the most beautiful art” (seni paling indah” untuk “ia arti di disegno” (the arts of
design ≈ seni gambar yang paling indah). Istilah “disegno” (= gambar) diterapkan untuk
bidang-bidang seni lukis, patung, dan arsitektur, yang dianggap memiliki kesamaan yaitu
adanya dimensi gambar.
Pendekatan teoritis dengan berdirinya institusi tersebut merupakan suatu fase penting
dalam perjuangan seni lukis, patung, dan arsitektur untuk memperoleh status pada masa
Renaissance Itali. Pelukis, pematung, dan arsitek memperoleh pengakuan sebagai orang
terpelajar, kaum intelektual, anggota masyarakat humanis. Ketiganya diterima sebagai
bagian dari liberal arts.
Akademi di Italia pada dasarnya merupakan penerus dari sistem gilda (guild). Abad
pertengahan sebagai institusi untuk melatih para seniman muda. Perbedaannya, akademi
memperlakukan seni sebagai subyek ilmiah untuk diajarkan baik secara teoritis maupun
praktis, sementara gilda terutama diajukan pada penyaluran tradisi teknis atau dengan
kata lain upaya untuk melanjutkan tradisi.
Pada tahun 1648, Louis XIV mendirikan “Academie Royale des Beaux-arts”, yang pada
awalnya terbatas pada seni lukis dan patung. Baru pada tahun 1671 arsitektur (Academie
d’architecture) bergabung di dalamnya, dan selanjutnya juga bidang musik, sehingga
pada akhirnya akademi ini berdiri dari para pelukis, pematung, arsitek, dan composer.
Pada tahun 1795 terjadi perkembangan revolusioner pada “Academie Royale des Beaux-
arts”, di mana akademi tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Nationale Institute
(Institut Nasional) dengan 3 kela utama, yaitu:
I. Physical and Mathematical Science
II. Moral and Political Science
III. Literaure and Fine Arts.
French language and literature
Ancient history and literature
Fine Arts: - Seni Lukis
- Seni Patung
- Arsitektur
- Musik
Istilah Inggris “ Fine Arts” merupakan produk abad ke-18. Oxford Dictionary
menyatakan bahwa awalnya istilah ini digunakan sebagai terjemahan atau padanan dari
bahasa Perancis “Beaux-art” yang berarti jamak / plural, dan kata “Fine” sebagai kata
sifat yang memiliki pengertian “beautiful” sering dipersamakan dengan kata “beau”.
Istilah “Fine Arts” ini mengandung pengertian:
“FINE ARTS In plural, the arts which concerned with ‘the beautiful’ , or which
appeal to the faculty of taste; in the widest use including poetry, eloquence, music,
etc, but often applied in a more restricted sense to the arts of design, as painting,
sculpture, and architecture. Hence in singular one of these arts.”
Dalam “Dictionary of the English Language” (1773) Samuel Johnson tidak atau belum
mencantumkan referensi tentang “Fine Arts”, hanya memuat pengertian dari “fine”
sebagai kata sifat:
“………elegant, beautiful in thought or language, accoumplished, elegant of
manners, showy, splendid”.
Pada tahun 1769 Sir Joshua Reynolds meresmikan “Royal Academy of Arts” di Inggris
yang terdiri dari bidang seni musik, patung, dan arsitektur.
Seiring dengan munculnya konsep Fine Arts ini, selalu berlangsung kesepakatan apakah
bidang musik dan sastra masuk dalam cakupan Fine Arts tersebut atau tidak.
Sebagai contoh, Tolstoy pernah menyatakan bahwa Wincelmann sebelum tahun 1767
pernah menulis sebagia berikut : “Makes external beauty the aim or art, and even limits it
to visible beauty”. Dengan kata lain, di sini musik dan sastra dianggap tidak termasuk
dalam konsep Fine Arts. Namun, secara eksplisit para penulis abad ke-18 memasukkan
musik dan sastra sebagai Fine Arts, contohnya J.G. Sulzer (Jerman) yang pada tahun
1777 menerbitkan edisi pertama dari “General Theory of the Fine Arts”.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya konsep Fine Arts pada abad ke-17 –
18 lebih bersifat hedonitis (kesenangan estetis), menyangkut cita rasa dan keindahan.
BAB III
ARTI SENI
(Thomas Munro)
• Seni = “kecakapan apa saja dalam mengadaptasi alam untuk kepentingan manusia”.
Seni > < Teori
Seni = Techne (seni untuk kecakapan praktis) > < Episteme (pengetahuan / ilmu)
• Secara lebih terinci
“Seni dipandang sebagai kumpulan pengalaman teruji tentang cara terbaik
mengerjakan, mengarah kerangka ataupun prinsip-prinsip, teknik-teknik, atau
prosedur sistematik, yang dipakai untuk melakukan sesuatu”.
Meliputi bukan saja semua cabang seni, juga ilmu terapan, industri pabrik, bangunan,
perang, pertanian, navigasi, pengobatan, (makna teknik secara umum”).
Produk dari kecakapan ini disebut “seni”.
• “Art” dalam hal ini = “techne” = kecakapan, keterampilan, tata cara membuat
sesuatu. Dari kata itu muncul istilah:
- “technique”, “technics”, dan “technical” yang diterapkan dalam “seni murni” secara
khusus.
- “technology” terutama menunjuk industri, rekayasa, dan ilmu terapan, meniadakan
seni; padahal kata “techne” (Yunani) tidak membuat pemisahan seperti itu.
Jadi istilah “techne” terpecah menjadi 2:
- Teknologi atau ilmu terapan yang bertujuan kegunaan.
- Beragam konsepsi seni yang cenderung tidak bertujuan kegunaan praktis.
Definisi 2
“Seni adalah kecakapan di bidang budaya dan kecendekiaan, atau cabang pelajaran dari
kecakapan itu”.
Definisi 3
Definisi 4
1) Seni adalah keahlian dalam menghasilkan keindahan dalam bentuk yang terlihat, atau
hasil dari kecakapan seperti itu.
2) Seni adalah kegiatan dari seni visual estetis (= fine arts) atau hasil dari kecakapan
seperti itu.
Definisi 5
a. Seni adalah kecakapan dalam menghasilkan keindahan dalam bentuk yang dapat
dilihat dalam seni lukis, atau hasil dari kecakapan seperti itu.
b. Seni adalah lukisan, atau produk dari itu.
Kesemuanya mendukung prinsip bahwa karya seni bukan sekedar imitasi atau reproduksi
kenyataan, dna bukan sekedar manipulasi materi, seni adalah “proyeksi inspirasi
seniman, emosinya, pilihan-pilihan, atau rasa tentang nilai-nilai”.
Tidak semua teori-teori ini mengklaim memberi definisi seni, kebanyakan berupa teori.
Istilah definisi, teori doktrin, pandangan, idea, atau konsepsi seniman memang sering
dipakai estetika; padahala definisi adalah “pernyataan umum tentang makna kata sebagai
medium komunikasi”. Sementara ahli estetika membuat rumusan tentang hakekat seni,
aslinya, nilai-nilai, proses, dan sebagainya seolah mereka memberi definisi baru tentang
“seni”.
Definisi pertama adalah kelompok definisi seni yang menunjuk pada keterkaitan jenis
kecakapan tertentu, yang kedua pada jenis produk, ketiga pada bidang budaya sosial,
keempat pada pembagian bidang ini. Definisi 1.a. Mengungkapkan seluruh titik pandang
konsumen, 1.b. Pada seniman sebagai produsen, 1.c. Latar belakang sosiologis dalam
keragaman jenis.
1.a. Seni adalah kecakapan membuat atau mengerjakan apa yang dipergunakan atau
ditujukan sebagai perangsang untuk memuaskan pengalaman estetis, bersama
fungsi atau tujuan-tujuan lain, dalam cara begitu rupa sehingga rangsangan,
makna yang dikesankan, atau keduanya, terasa indah, menyenangkan, menarik,
menggerakkan perasaan, atau nilai lain sebagai obyek pengalaman langsung, dna
nilai-nilai instrumental yang mungkin menyertainya.
b. Seni adalah kecakapan mengungkapkan dan mengkomunikasikan perasaan dan
pengalaman yang pernah dialami, baik individual maupun sosial.
c. Khususnya, tahapan dalam kecakapan atau kegiatan yang berkenaan dengan
perancangan, penyusunan atau penyajian dengan penafsiran personal, yang
berbeda dari pengerjaan rutin atau reproduksi mekanis.
2. Juga, produk dari kecakapan seperti itu, atau produk secara kolektif, karya seni.
Secara umum ini mencakup setiap produk seni dipahami memiliki fungsi estetis,
seperti arsitektur dan musik, tanpa membedakan apakah produk itu dinilai indah
atau faedah lainnya.
3. Seni, sebagai satu bagian kebudayaan manusia dan suatu kelompok fenomena
sosial meliputi segala kecakapan, kegiatan, dan produk yang dicakup dalam
definisi di atas. Dengan demikian, ia dapat dibandingkan dengan agama dan ilmu,
tetapi pembagian ini saling bersinggungan.
4. Suatu seni, seperti musik, adalah satu bagian khusus dari keseluruhan lapangan
seni, terdiri dari jenis kecakapan, kegiatan, medium, atau produk tertentu.
Khususnya suatu bagian yang dianggap sebanding dalam besar, penting, atau
perbedaannya; lainnya sering dikelaskan sebagai cabang atau sub bagian suatu
seni.
BAB IV
FUNGSI SENI
Pada dasarnya Seni Rupa Modern juga menjalankan fungsi-fungsi pokok sebagaimana
seni di masa lampau:
• Seni untuk memenuhi kebutuhan individual bagi ekspresi pribadi.
• Seni sebagai pemenuhan kebutuhan sosial untuk pameran, perayaan, dan komunikasi.
• Seni sebagai pemenuhan kebutuhan fisik untuk benda-benda dna bangunan pakai.
Ekspresi sering dikaitkan atau disamakan dengan komunikasi. Tetapi sebenarnya istilah
“ekspresi” lebih dari sekedar komunikasi; sebab seni tidak hanya suatu bahasa yang
menterjemahkan pikiran dan perasaan di dalam diri seseorang menjadi tanda-tanda dan
simbol-simbol konvensional sehingga di baca orang lain (seperti misalnya tanda lalu
lintas adalah salah satu bentuk komunikasi).
Seni memang melakukan hal tersebut, akan tetapi lebih dari itu, seni menemukan dan
membentuk garis-garis, warna-warna, tekstur, raut dan volume sehingga ia nampak
bermakna bagi sang seniman, ini yang dimaksud “ekspresi” dalam karya seni, yang
berbeda dengan tanda-tanda lalu lintas. Jadi, material dan teknik seni menjadi tatacara
ekspresi seniman, ia menjelmakan makna (seni) karena ia membantu menciptakan dan
memberi wujudnya.
Contoh:
“Man Pointing” (1947) karya patung Alberto Giacometti (1966) menurut Feldman
mengekspresikan kesepian (ionelinnes). Pemanjangan sosok, pengaburan bentuk tubuh,
dan sosok seolah non-rohaniah bukan merupakan potret diri dari seseorang yang dikenal.
Karya ini lebih menggambarkan problem universal, pengalaman manusia modern secara
umum: kesulitan berkomunikasi dan manusia modern sehingga mereka cenderung
diliputi perasaan kesepian.
Contoh:
“The Kiss”, karya patung Constantin Brancussi (1876-1957), menggambarkan abstraksi
sepasang kekasih tanpa harus berkesan erotik, berbeda dengan “The Kiss” (1886) karya
Rodin yang lebih berkesan erotis.
“Birthday” karya Marc Chagall menggambarkan tema perkawinan dalam masyarakat
modern.
Spiritual Concern
Seni spiritual sering dipertukarkan pengertian dan maknanya dengan seni religius,
padahal satu sama lain memiliki perbedaan, diantaranya:
• Seni spiritual memiliki pencarian personal akan nilai-nilai spiritual melalui seni, dan
mengekspresikan pertanyaan-pertanyaan seniman tentang tempat manusia di alam
semesta. Contoh: “The Starry Night” (1889) karya Vincent van Gogh. Karya lukis
Achmad Sadali pada periode 1970-1987, karya lukis AD Pirous, dan lain-lain.
• Seni religius cenderung berhubungan dengan jawaban yang telah mapan secara
lembaga. Merupakan ekspresi ide kolektif tentang manusia dan hubungannya dengan
Tuhan. Umumnya menceritakan kisah-kisah dari Kitab Suci.
Ekspresi Estetik
Deskripsi Sosial
Merupakan penggambaran segi-segi kehidupan sehari-hari tanpa pretensi mengangkat
segi-segi penting.
Satir
Satir bertujuan untuk mengolok-olok dan lembaga supaya berubah. Sangat agresif, sinis,
dan mendramatisir. Sebagai salah satu jenis humor, meski tawa terlibat di dalamnya, satir
adalah bentuk seni serius. Ia membocorkan kepura-puraan, mendramatisasi jurang, antara
janji-janji yang diucapkan dan kenyataan di lapangan.
Barangkali satiris terbesar pada Perang Dunia II, bila bukan yang terbesar dalam
seperempat pertama abad ke-20, adalah orang Inggris, David Low (1891-1963). Kartun-
kartunnya dalam banyak hal mampu mengimbangi pidato Winston Churchill. Ia bisa
mengejek para pemimpin Axis (gabungan negara yang berkubu pada Nazi Jerman dan
Fasis Italia, Roma-Berlin-Axis), menyerukan keberanian bangsanya saat mereka
menerima perlakuan kejam, dan lain-lain.
Informasi Grafis
Kita terbiasa memikirkan seni rupa dalam bentuk bahasa obyek yang bernilai dan
dikagumi. Tetapi kita melihat bahwa seni rupa juga merupakan suatu bahasa, bahasa yang
digunakan untuk kelompok sosial dan maksud-maksud kelembagaan. Dalam hal ini
seniman harus bisa menciptakan suatu gagasan yang mampu berkomunikasi secara
obyektif yaitu membuat suatu desain untuk mempromosikan sesuatu. Masalah-masalah
yang harus dihadapi dalam proses kreasi mereka adalah: mereka harus senantiasa
memperhatikan fungsi sosial dan bentuk-bentuk kreasi seni yang mereka buat.
FUNGSI FISIK SENI
Perbedaan antara lukisan dan bangunan atau mesin adalah bahwa lukisan digunakan
hanya untuk dilihat, sementara bangunan atau alat digunakan dengan melakukan sesuatu
di dalamnya atau dengannya, disamping untuk dilihat. Dalam hal ini penampilan dan
fungsi saling berkaitan satu sama lain. Yang termasuk dalam fungsi fisik seni ini adalah
arsitektur, kria (craft), dan desain industri.
Arsitektur
Contoh arsitektur yang paling dekat dengan keseharian kita adalah bangunan rumah
tinggal. Ciri-ciri rumah tinggal kontemporer:
1. Rumah tinggal sekarang ini secara khusus lebih ditujukan untuk pemeliharaan anak
dan keluarga inti (ayah-ibu, anak). Sudha tidak umum lagi dijumpai ruangan-ruangan
permanen untuk kakek-nenek, para bibi dan paman yang belum menikah, atau
keluarga dekat lainnya.
2. Bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya, lebih sedikit privasi, lebih banyak
ruang terbuka, dan lebih sedikit ruangan yang hanya memiliki satu fungsi (lebih
bersifat multi fungsi). Pembatas ruangan dikurangi, atau tidak dibuat setinggi langit-
langit, atau tidak sepenuhnya memisahkan dan meredam ruangan serta suara.
3. Rumah tinggal umumnya dibangun mendatar, selain rumah susun.
4. ruangan-ruangan multi fungsi mengurangi luas keseluruhan rumah tinggal, dan
menyebabkan pemakaian ruangan secara lebih intensif.
5. Perlengkapan mekanis atau elektronik menyerap bagian terbesar dari biaya
keseluruhan dan bagi sebagian besar orang menjadi tolak ukur penilaian ekonomi,
estetis, dan spiritual.
Tidak heran bahwa Le Corbusier menyatakan bahwa “The house is machine a machine to
be lived in”.
Karakteristik Kria
1. Lazimnya dirancang dna dikerjakan atau dibuat oleh orang-orang yang sama.
Pembuatannya kita sebut sebagai artist-craftman. Namun di pedesaan dan sentra
kerajinan, ada pembagian kerja, jadi pengrajin bisa saja membuat rancangan-
rancangan yang diciptakan oleh yang lainnya dan mempekerjakan anggota
keluarganya untuk membuat pengulangan-pengulangan.
2. Ada kemiripan satu sama lain karena adanya faktor pengulangan (repetisi).
3. Ada variasi.
4. Menekankan penggunaan alat dan material secara benar.
5. Keunikan (uniqueness), bagaimanapun miripnya dengan obyek lain yang sejenis.
6. Memikirkan obyek yang awet dan tahan lama.