Anda di halaman 1dari 16

| ||| 

 
| |
Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak
penghasilan..
penghasilan
Jumlah Laba Kena Pajak (SPT) ½ dihitung berdasar ketentuan dan
Undang ± undang yang berlaku dalam tahun fiskal yang
bersangkutan
Jumlah Laba Akuntansi (Lap
(Lap.. Rugi/Laba) ½ ditentukan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang lazim
lazim..

Perbedaan ini berakibat adanya perbedaan jumlah Pajak


Penghasilan yang diperhitungkan (menurut laba akuntansi) dengan
jumlah Pajak Penghasilan yang Terhutang (menurut SPT)
SPT)..

Sehingga masalah yang timbul dalam akuntansi adalah :


Π   
       
          
 Œ

  |     

Pajak Penghasilan diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan.Oleh karena


itu Pajak Penghasilan harus diasosiasikan dengan laba dimana pajak
penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan. Proses untuk
mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan laba dimana pajak itu
dikenakan disebut |  .

Karena tarif Pajak Penghasilan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka


diperlukan suatu metode alokasi agar diperoleh kepastian dan perlakuan
yang konsisten terhadap pajak penghasilan tersebut beserta penyajiannya
dalam Laporan Keuangan.

Pada dasarnya terdapat 3 alternatif metode alokasi pajak yang bisa dipakai,
yaitu :
[      
‰enurut metode ini, selisih jumlah Pajak Penghasilan Terhutang (berdasar SPT)
dengan Biaya Pajak Penghasilan (berdasar laba akuntansi) dalam suatu periode
harus dicatat dan disajikan dalam Laporan Keuangan sebagai  
.

Jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif pajak yang berlaku
pada saat terjadinya transaksi atau item yang menyebabkan terjadinya perbedaan
atau selisih antara laba kena pajak dan laba akuntansinya.
Deffered ‰ethod berorientasi pada Laporan Rugi ± Laba dan menitik beratkan
pada tercapainya proper matching antara pendapatan dan biaya dalam periode di
mana selisih perhitungan pajak terjadi.

!  
‰enurut metode ini jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif
pajak yang diharapkan akan berlaku dalam periode di mana selisih pajak akan
dikompensasikan. Perhitungan Pajak yang Ditangguhkan bersifat tentatif yang
selalu memerlukan penyesuaian pada setiap kali terjadi perubahan tarif pajak
penghasilan.
‰enurut liability method, Pajak yang Ditangguhkan harus dipandang sebagai
kewajiban ekonomis untuk Pajak yang Terhutang atau sebagai aktiva untuk Pajak
yang Dibayar Dimuka.
D    "  
‰enurut metode ini, melaporkan Pajak yang Ditangguhkan dalam neraca tidak dibenarkan
karena Biaya Pajak Penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi ± Laba harus sama
dengan jumlah Pajak Penghasilan Terhutang atau pajak yang harus dibayar untuk periode
yang bersangkutan.
Selisih yang terjadi karena adanya perbedaan laba kena pajak dan laba akuntansi tidak
dibukukan dalam suatu rekening tersendiri, tetapi ditambahkan atau dikurangkan kepada
aktiva atau hutang tertentu serta unsur pendapatan atau biaya yang bersangkutan.

 #  | 


Pada dasarnya Alokasi Pajak Penghasilan bagi perusahaan sebagai wajib pajak bisa
mencakup dua hal :

   |$


Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu dengan
periode-periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak penghasilan antar
periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan terhadap jumlah laba kena
pajak dan laba akuntansi.

  |$


Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena adanya
perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan
(‰isal : tarif pajak untuk laba sebelum pos luar biasa berbeda dengan tarif pajak untuk
laba atau rugi luar biasa.)
                
                  
     
          
              
 

|    |    %


&   |$'

()) |
      !"#      $  
    % !&&&&&&& ' % (&&&&&&   
     
)        $        
        *&  '       
       +  $      
        & 
            % &&&&&&& 
    ,       -  % &&&&&&  
  *&              
         .& /     
      *&     0
Y   
   
   

     

  


   

 








  

 Y  "




"


#

!

! "

"

%

  $
Tanpa alokasi pajak penghasilan, maka besarnya pajak penghasilan yang harus
disajikan dalam laporan Rugi/Laba akan sama jumlahnya dengan Pajak yang
Terutang menurut kantor Pajak (dalam SPT), yaitu sebesar Rp 2.100.000,- per
tahun, yang berlangsung selama 20 tahun.
Dengan demikian, Laporan Rugi ± Laba perusahaan akan tampak sebagai
berikut :

Laporan Rugi ² Laba Partial


(Tanpa Alokasi Pajak Antar Periode)

  
 
    
  


   & 

' & 

'
   &

' 
 
   $   

#

!   $ &"

' &"

'
 &( '   %

%#

Pada tahun buku 1987 Pajak Penghasilan dicatat dengan jurnal :

Pajak Penghasilan Rp 2.100.000,- -


Hutang Pajak Penghasilan - Rp 2.100.000,-

Perbedaan tarif depresiasi bangunan villa tersebut mengakibatkan Laporan Rugi-


Laba untuk masa 10 tahun pertama menunjukkan adanya kerugian sebesar Rp
600.000,- per tahun, dan tarif pajak efektif sebesar 140 % dari Laba sebelum
Pajak.
Sedangkan untuk 10 tahun berikutnya, di mana biaya depresiasi tidak lagi
diperhitungkan, tarif pajak efektifnya menjadi sebesar 23 % dari Laba sebelum
pajak.

|   | 


Tanpa Alokasi Pajak, Laporan Perhitungan Rugi ± Laba untuk Perusahaan tersebut
tidak menunjukkan jumlah yang realistis jika dibandingkan dengan laba yang
diperoleh perusahaan. Hal ini disebabkan Biaya Depresiasi untuk tujuan akuntansi
diperhitungkan atas dasar taksiran umur bangunan selama 10 tahun, sedang untuk
perhitungan pajak penghasilan ditetapkan umur bangunan adalah 20 tahun.
Sebagai akibatnya, Pajak Penghasilan dilaporkan (dalam Laporan Rugi ± Laba)
tidak sesuai dengan Laba Kena Pajaknya.Oleh karena itu perlu diadakan alokasi
pajak antar periode agar Pajak Penghasilan menunjukkan korelasinya dengan laba
yang diperoleh perusahaan, sehingga aplikasi prosedur alokasi pajak Pada Laporan
Perhitungan Rugi ± Laba perusahaan setiap tahunnya selama 20 tahun sbb :
Laporan Rugi ² Laba Partial (Dengan Alokasi Pajak Antar Periode)

  
 
   
  


   & 

' & 

'

     &

' 

   $  ! 

#

!   $ ) *
+ &%

' &%

'

   #

*

Dengan alokasi pajak antar periode tidak berarti jumlah pajak yang harus
dibayar perusahaan tiap tahunnya menjadi berbeda. Pada dasarnya
perusahaan tetap diwajibkan membayar pajak Penghasilan sebesar Rp
2.100.000,- setiap tahun selama 20 tahun.
Perbandingan kedua prosedur tersebut dilihat dari segi pengaruhnya terhadap
pajak penghasilan yang dilaporkan dalapm Laporan Rugi ± Laba adalah sbb :
Y   , $ !  $
 !$  -(  
 $-  $-

    .
 , $   "

"

" , $  $


  " 

" 

%


     .
 , $   "

"

%

" , $  $


  " 

" 

%

/ &"
 ' *"

*"

*"

   *! |  |  

| +
            %
*(&&&       !"# 1    
  1 !"#         %
2#(&&& ,% *(&&& 3   ½ '        
           ½   !"#
  1 !"4 5   !"#     !"#  -
     6      !"#  %
*&&&&&             
 % 4&&&&&         !"#    0
‰encatat setoran Pajak Penghasilan bulanan (Februari ± Desember 1987)

Uang muka Pajak Penghasilan Rp 125.000,- -


Kas - Rp 125.000,-

‰encatat Pajak Penghasilan yang diperhitungkan untuk tahun 1987

Pajak Penghasilan Rp 600.000,- -


Hutang Pajak Penghasilan - Rp 600.000,-

‰encatat perhitungan penyelesaian Uang ‰uka Pajak Penghasilan Terutang


menurut SPT tahunan pada tahun 1987

Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan Rp 1.500.000,- -


Uang ‰uka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,-
Hutang Pajak Penghasilan - Rp 125.000,-

Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan


akan tampak sbb :
Pajak Penghasilan Ditangguhkan
$  0-    Y  $-
 
 1 "1 ##%     

 1 "1 ##   



 1 "1 ##2    

"

d s t
 1 "1"

    



 1 "1"

%    


Pada akhir tahun 1987 rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan bersaldo debet
sebesar Rp 1.500.000,- yang akan disajikan dalam neraca sebagai | 


 Situasi yang demikian akan berlangsung untuk jangka waktu 10 tahun, yaitu
sampai 31 Desember 1996, sehingga pada akhir tahun 1996 tersebut rekening
Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan mempunyai saldo Debet sebesar Rp
15.000.000,-

Untuk masa 10 tahun berikutnya, jumlah Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan
setiap tahunnya sama, yaitu sebesar Rp 2.100.000,- sedangkan Pajak Penghasilan
yang dilaporkan dalam Laporan Rugi ± Laba setiap tahunnya sebesar Rp
3.600.000,- Sehingga dengan demikian, selama 10 tahun terakhir tersebut
rekening Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan harus dikredit sebesar Rp
1.500.000,- setiap tahun.

Jurnal yang dibuat perusahaan adalah sbb :

‰encatat PPh yang diperhitungkan untuk tahun 1997

Pajak Penghasilan Rp 3.600.000,- -


Hutang Pajak Penghasilan - Rp 3.600.000,-
‰encatat perhitungan penyelesaian Uang ‰uka PPh dan PPh terutang
menurut SPT tahunan dalam tahun 1997

Hutang Pajak Penghasilan Rp 2.875.000,-


Uang ‰uka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,-
Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan - Rp 1.500.000,-

Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan


akan tampak sbb :
Pajak Penghasilan Ditangguhkan
$  0-    Y  $-
 
 1 "1 ##%     

 1 "1 ##   



 1 "1 ##2    

"

d s t
 1 "1"

    



 1 "1"

%    

‰elalui prosedur alokasi pajak yang demikian tersebut, maka pada akhir
masa kegunaan bangunan, yaitu pada akhir tahun 2006, rekening Pajak
Penghasilan Ditangguhkan akan bersaldo ? 
.

Anda mungkin juga menyukai