Anda di halaman 1dari 10

Bagaimana Asap Rokok Mempengaruhi

Janin sebuah?
By Adrienne Warber , eHow Contributor Oleh Adrienne Warber , eHow Kontributor

How Does Cigarette Smoke Affect a Fetus? Bagaimana Asap Rokok Mempengaruhi Janin
sebuah?
Difficulty: Easy Kesulitan: Mudah

Instructions Petunjuk

Cigarette Smoke Exposes a Fetus to Toxic Substances Asap Rokok Paparan Janin
untuk Bahan Beracun

1. 1 1

When a pregnant woman smokes, she risks miscarriage and negatively affects her unborn
child's lifelong health . Ketika seorang wanita hamil merokok, ia risiko keguguran dan
negatif mempengaruhi's janin sepanjang hidupnya kesehatan . Expectant mothers should
avoid smoking cigarettes and secondhand smoke. ibu hamil harus menghindari merokok
dan perokok pasif. Cigarette smoke exposes the fetus to 1,000 chemical compounds and
carcinogens, including carbon monoxide, lead, nicotine and hydrogen cyanide. Asap
rokok menghadapkan janin sampai 1.000 senyawa kimia dan karsinogen, termasuk
karbon monoksida, timbal, nikotin dan hidrogen sianida. Carbon monoxide and nicotine
alone cause significant potential damage to a fetus. Karbon monoksida dan nikotin saja
menyebabkan kerusakan potensi penting untuk janin. Carbon monoxide exposure
decreases the flow of oxygen to the fetus. Karbon monoksida paparan mengurangi aliran
oksigen ke janin. The fetus and amniotic fluid retain higher levels of nicotine than the
mother's body. Janin dan cairan ketuban mempertahankan tingkat yang lebih tinggi dari
nikotin dari tubuh ibu. A 1999 study linked a similarity in the number of miscarriages due
to cocaine use and cigarette use. Sebuah studi 1999 terkait kesamaan dalam jumlah
keguguran akibat menggunakan kokain dan penggunaan rokok. Some 34.6 percent of the
smoking expectant mothers miscarried compared to 28.9 percent of the pregnant women
who used cocaine. Beberapa 34,6 persen dari merokok ibu hamil mengalami keguguran
dibandingkan dengan 28,9 persen dari wanita hamil yang menggunakan kokain.

Cigarette Smoke Contributes to Miscarriage and Premature Labor Asap Rokok


Berkontribusi pada Tenaga Kerja dan Keguguran Prematur

2. 1 1

Pregnant women who smoke are at high risk for early- and late-term miscarriages,
stillbirths and premature labor. Wanita hamil yang merokok berisiko tinggi untuk
keguguran awal dan akhir-panjang, saat dilahirkan dan persalinan prematur. The
miscarriages are often caused by spontaneous abortion and placental issues. Para
keguguran sering disebabkan oleh aborsi spontan dan masalah plasenta. Nicotine, which
reduces blood flow to the uterus and placenta, may be a major factor in fetal death.
Nikotin, yang mengurangi aliran darah ke rahim dan plasenta, mungkin menjadi faktor
utama dalam kematian janin. The Ontario Perinatal Mortality Study from 1960 and 1961
demonstrated that smoking contributed to placenta complications and stillbirth. Ontario
Studi Mortalitas Perinatal dari tahun 1960 dan 1961 menunjukkan bahwa merokok
memberikan kontribusi terhadap plasenta komplikasi dan kelahiran mati. The expectant
mothers who smoked experienced 33.4 percent more stillbirths due to placenta problems
than the nonsmoking women out of the 1,000 study participants. Para ibu hamil yang
merokok mengalami stillbirths 33,4 persen lebih karena plasenta masalah daripada
perempuan merokok dari 1.000 peserta penelitian.
Cigarette smoke may lead to placenta abruption, the early separation of the placenta from
the uterus, because the reduced blood flow to the uterus may cause tissue death in the area
where the placenta attaches to the uterus. Asap rokok dapat menyebabkan plasenta
abrupsi, pemisahan awal plasenta dari rahim, karena aliran darah ke rahim dapat
menyebabkan kematian jaringan di daerah mana plasenta menempel pada rahim. Preterm
labor or fetal death can occur when the placenta separates from the uterus because the
fetus cannot receive nutrients. buruh prematur atau kematian janin dapat terjadi jika
plasenta memisahkan dari rahim karena janin tidak dapat menerima nutrisi. Smoking also
increases the risk for placenta previa, which occurs when the placenta blocks the birth
canal, because the carbon monoxide exposure decreases oxygen flow to the fetus and
enlarges the placenta. Merokok juga meningkatkan risiko plasenta previa, yang terjadi
ketika blok plasenta jalan lahir, karena paparan karbon monoksida berkurang aliran
oksigen ke janin dan plasenta membesar. Placenta abruption and placenta previa are
leading causes of emergency cesarean sections for premature babies. Plasenta abrupsi dan
plasenta previa adalah penyebab utama bagian sesar darurat untuk bayi prematur.

Low Birth Weight Berat Lahir Rendah

3. 1 1

Smoking doubles an expectant mother's chance of giving birth to a low-birth-weight


infant. Merokok kesempatan ganda seorang ibu hamil tentang melahirkan bayi rendah
berat lahir. The reason smoking reduces birth weight by 200 grams is unknown. Alasan
merokok mengurangi berat badan lahir dengan 200 gram tidak diketahui. Cigarette smoke
decreases the weight and length of a newborn possibly due to the reduced uterine blood
flow and oxygen available during fetal development. Asap rokok menurunkan berat dan
panjang bayi yang baru lahir mungkin karena berkurangnya aliran darah rahim dan
oksigen tersedia selama perkembangan janin.

Cigarette Smoke Causes Life Altering Consequences for the Child Asap Rokok
Penyebab Konsekuensi Mengubah Hidup untuk Anak

4. 1 1

Children exposed to cigarette smoke during fetal development are more likely to develop
serious health problems such as childhood cancers, asthma and attention deficit
hyperactivity disorder. Anak-anak terpapar asap rokok selama perkembangan janin lebih
mungkin mengembangkan serius masalah kesehatan seperti kanker pada anak, asma dan
gangguan hiperaktivitas perhatian defisit. In fact, prenatal cigarette smoking leads to a
higher incidence of sudden infant death syndrome, birth defects and mental retardation.
Bahkan, merokok kehamilan mengarah pada insiden yang lebih tinggi dari sindrom
kematian bayi mendadak, cacat lahir dan keterbelakangan mental. Cigarette smoke
exposure during fetal development may determine the lifelong health of a child. Paparan
asap rokok selama perkembangan janin dapat menentukan kesehatan seumur hidup
seorang anak.
ANALISIS RISIKO  PAJANAN  ASAP ROKOK TERHADAP  BERAT BADAN LAHIR DI RS
FATIMAH MAKASSAR 2005

Latar Belakang. Bayi dengan  berat lahir rendah  adalah salah satu  hasil  dari  ibu hamil yang
menderita  kurang energi kronis dan akan  mempunyai  status gizi  buruk.  BBLR  berdampak
serius  terhadap  kualitas generasi  mendatang  memperlambat pertumbuhan dan 
perkembangan mental anak, penurunan kecerdasan (IQ) 10-13 poin. Dan setelah dewasa  
akan menderita berbagai jenis penyakit degeneratif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari interaksi faktor lingkungan khususnya paparan asap
rokok terhadap  berat plasenta  dan dampaknya terhadap kejadian Bayi Berat Badan Lahir  
Rendah. Metode  Penelitian ini  adalah penelitian  observasional dengan  rancangan studi
kasus kelola atau   case control study. Subyek kasus adalah  bayi yang lahir dengan  berat
kurang 2500 gr, dan kelompok  kontrol  adalah  bayi dengan berat  ≥ 2500 gr.Hasil penelitian 
diperoleh hubungan   yang signifikan  terhadap BBL dengan cara suami merokok OR=30,875;
95%CI  8,570-111,106, berat plasenta OR. 43,75. 95%CI 14,736-129,891, Jarak kehamilan
dengan OR.  4,646, 95% CI  2,009-10,747 dan ANC OR.,OR=3,04; 95%CI  1,31-7,06, 
Sedangkan variabel yang tidak signifikan masing-masing  jumlah batang rokok suami,  lama 
suami merokok,  kadar nikotin. Pada analisis multivariate ditemukan  cara merokok dan  jarak
kehamilan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap  berat plasenta dan  BBL.
Analisis stratifikasi diperoleh  cara merokok yang berat  disertai rokok dengan  nikotin tinggi
berisiko  lebih besar untuk melahirkan  dengan plasenta ringan dan BBL. Saran Kepada ibu
hamil  disarankan untuk tetap  menghindari paparan asap rokok, mengatur jarak kehamilan,
mengontrol ANC  selama kehamilan, dan  bagi perokok berat  mengurangi cara menghisap 
berat menjadi ringan dengan rokok berkadar nikotin  rendah. Key word : BBLR, pajanan asap
rokok, anc, berat plasenta, jarak kehamilan. 

 ABSTRACT 

Background, low birth weight infant (LBW) is one of many outputs from pregnant women who suffering
chronic low calorie intake and poor nutritional status. LBW, in return, will give a serious impact to the
quality of the next generation, halt the growth and mental development, and reduce the child intelligence
question (IQ) by 10-13 points. Besides, LBW will increase their chance to get degenerative
diseases. Study objective was to find the interaction between environmental factors, especially tobacco
smoke exposure, and placenta weight which caused LBW.  Research method was observational method
using case-control study design. The case was baby who having birth weight less than 2500 grams, and the
control group was the baby having birth weight equal or more then 2500 grams. Results of research, it
was found significant relationships between LBW and way of their husband smoke with OR=30,875 (95%
CI; 8,570-111,106), placenta weight with OR=43,750 (95% CI; 14,736-129,891), birth spacing with
OR=4,646 (95%CI; 2,009-10,747), and antenatal care with OR=3,040 (95% CI; 1,31-7,060). Other
variables which were not significantly related to LBW were the number of cigarette smoked by their
husband, duration of their husband smoke, and nicotine level. Based on the multivariate analysis, it was
found that the way of their husband smoke and birth spacing were the most important variables which
having influence to placenta weight and LBW. According to stratification analysis, it was found that the
heavy weight way of their father smoke and the nicotine level had a higher risk for mother to deliver
placenta weight and LBW. Key word : LBW, exposure  tobacco smoke, placenta weight, birth spacing.
 PENDAHULUANLatar Belakang MasalahBayi dengan  berat lahir rendah  adalah salah satu 
hasil  dari  ibu hamil yang menderita  kurang energi kronis dan akan  mempunyai  status gizi 
buruk.  BBLR  berdampak serius  terhadap  kualitas generasi  mendatang  memperlambat
pertumbuhan dan  perkembangan mental anak, penurunan kecerdasan (IQ) 10-13 poin. Pada
tahun 1999 diperkirakan  1,3 juta anak  bergizi buruk, maka berarti  terjadi kehilangan potensial 
IQ sebesar  22 juta poin (Depkes, 2000; dalam  N.A.Taslim,2004). Diperkirakan  sekitar  17 juta 
bayi  lahir BBLR setiap tahun  dan 16 % diantaranya lahir di negara  berkembang.  Dari jumlah
tersebut sekitar 80%  lahir di Asia.   BBLR menjadi   masalah kesehatan masyarakat  utama
berdasarkan rekomendasi  internasional pada cut of 15%, ( De Onis et al. (1998) Eur J Cl Nutr
52(S1):S5. dalam  WHO, 2004).Penyebab BBLR di berbagai negara berkembang menurut WHO
(2004),  meliputi defisiensi  nutrisi, pertambahan berat badan  yang rendah,  body maks indeks
(BMI)   ibu haml yang rendah,  tinggi badan yang rendah, dan defisiensi  micronutrien. 
Determinant etiologi   yang lain meliputi  umur ibu,  malaria ibu hamil,   penyakit gastro
intestinal, respiratory dan  kebiasaan merokok. (Kramer, (1987) ;Bull WHO 65:663,
(2004).Indonesia menduduki peringkat ke lima di dunia dalam konsumsi  rokok, dengan
mengkonsumsi  215 miliar  batang rokok pada tahun  2002, dibawah Cina dengan konsumsi
rokok 1,643 miliar batang, Amerika serikat 451 miliar, Jepang 328 miliar dan Rusia 258 miliar
batang ( Aditama, 2003)Kenyataan menunjukkan di Indonesia , 92 % perokok biasanya
merokok  dirumah saat  bersama  anggota keluarga lainnya.  Dan anggota keluarga yang  tidak
merokok tapi ikut terpapar asap rokok tersebut   menjadi  jauh lebih  rentan kesehatannya
(Kompas, 2004). Bayi yang dilahirkan dari seorang perokok  mempunyai risiko dua kali lebih
besar  untuk mengalami BBLR dibanding yang tidak merokok.  Efek rokok terhadap berat bayi
semakin bertambah dengan  meningkatnya usia ibu.  Persentase BBLR dari seorang perokok 
sekitar  41% lebih tinggi  dari bayi  ibu yang tidak merokok (Bonnie, S.2000).Studi yang
dilaksanakan oleh  Deskhmuth JS dkk di daerah perkotaan  India,  menemukan prevalensi
BBLR sebesar   30,3%,  dengan  faktor yang  bermakna  adalah  anemia  OR=4,81; status
sosial ekonomi rendah  OR=3,96;  jarak kelahiran  OR=3,84;  paparan asap rokok OR=3,14,
Tinggi badan OR-2,78, umur ibu OR =2,68, Body mass indeks OR=2,02,  primipara,  OR-1,58.
(CBM.Com, 2002). Samuel S.Gidding (1994),  menjelaskan bahwa secara umum   telah terjadi 
penurunan berat rata-rata  200 gr terhadap  bayi  yang mempunyai ibu  merokok selama
kehamilannya, hal ini  berhubungan dengan risiko relatif  2-4 kali lebih besar  untuk   melahirkan 
bayi  yang lebih kecil.  Ibu yang merokok  selama  trimeseter I  mempunyai  risiko 30% 
melahirkan BBLR,  yang merokok sampai rimester II  berisiko  70% melahirkan BBLR,
sedangkan yang  merokok  selama kehamilannya berisiko  90%  melahirkan  BBLR.Hirve SS
dan  Ganatra di India tahun 1994, menemukan  insidens BBLR sebesar 29 % dengan
determinant, status sosial ekonomi dengan Risiko Relatif (RR) 1,71, umur  kurang  20 tahun  RR
= 1,27,  primipara RR= 1,32; interval kehamilan kurang  6 bulan RR= 1,48 ; Berat badan 
sebelum hamil  kuran 40 Kg RR= 1,3; tinggi badan kurang  145  cm RR=1,51;  kadar Hb kurang 
9 g/dl RR= 1,53 Perdarahan pada trimester III RR=1,87. (Biomednet; bmn.com 11/9/02).
Sementara penelitian  Wang, CS dan Chou P di Taiwan tahun  2001 menemukan inciden BBLR
sebesar  6,2%, serta  ibu yang mempunyai berat badan  kurang 45 kg,   ANC kurang 10 kali, 
anemia,  pertambahan  berat badan kurang  dari 10 kg, serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol
dan  merokok lebih berpeluang untuk melahirkan   bayi berat lahir rendah (CBM.com, 11/9/02).

METODE PENELITIAN

A.     Jenis dan  Desain PenelitianPenelitian ini  adalah penelitian  observasional dengan 
rancangan studi kasus kelola atau   case control study.B.     Tempat dan waktu penelitian  1.     
Tempat : Penelitian ini  akan dilaksanakan di RSB Sitti Fatimah Makassar. Dengan angka
kejadian BBLR   di RSB tersebut  berkisar 7 %- 10 %.2.      Waktu Penelitian : Penelitian 
dilaksanakan  pada  bulan Mei tahun 2005 sampai Februari 2006.C.           Populasi dan
Sampel1.      Populasi  rujukan adalah  semua  kelahiran  bayi  di RS  Sitti Fatimah  Kota
Makassar.2.      Sampel adalah  ibu  yang datang ke  RS  tersebut dan  melahirkan. 

HASIL  PENELITIAN  Hasil analisis      factor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR 
secara  datil dapat dilihat pada tabel 1 berikut.  Tabel 1 Faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian BBLR di RS.Sitti Fatima Makassar 2005

Variabel BBLR P
Kategori Total OR (95%)
Penelitian (%) (value)

            Sumber : Data Primer. Subyek kasus yang   merokok dengan kandungan  nikotin
berat  dan  bayinya mengalami BBLR sebanyak 50,6% dan  48,6%   yang BBLR  dengan 
kandungan kadar nikotin rendah.  Besarnya risiko  yang dialami oleh subyek  yang
merokok  dengan nikotin berat  adalah  1,08  kali lebih besar dibandingkan  dengan 
merokok dengan kadar nikotin rendah. Namun secara  statistik  tidak cukup bukti  untuk 
menyimpulkan  kadar nikotin signifikan terhadap  kejadian BBLR.            Paparan asap
rokok  pada tabel 1 juga  menjelaskan  jumlah  bayi yang lahir BBLR  dari  suami yang
merokok lebih  10  batang  sebesar  59,5%  dan untuk yang  kurang dari  10 batang   lahir
BBLR sebanyak  45,5%. Hasil  analisis  OR  sebesar  1,760 95% CI.0,795-3,897, berarti  
suami   dengan  merokok lebih 10 batang  perhari    berisisko 1,76 kali lebih besar  untuk 
mempunyai bayi lahir BBLR.  Namun secara statistik  tidak ditemukan  hubungan yang
bermakna.Subyek kasus yang   melakukan ANC tidak teratur sebanyak 68,6% dan yang 
teratur  sebesar 41,8%.            Besarnya risiko  yang dialami oleh subyek  yang melakukan
ANC tidak teratur adalah  3,041  kali lebih besar dibandingkan  dengan  subyek yang
melakukan ANC secara teratur. Secara  statistik  diperkuat dengan nilai p value sebesar
0,008 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Antenatal Care signifikan terhadap 
kejadian BBLR.Selanjutnya, subyek kasus yang   dengan berat plasenta < 400 sebanyak
87,5% dari seluruh kasus dan  13,8%. Besarnya risiko  yang dialami oleh subyek  dengan
berat plasenta < 400 gr adalah  43,75  kali lebih besar dibandingkan  dengan  subyek
dengan berat plasenta > 400 gr. Secara  statistik  diperkuat dengan nilai p value sebesar
0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa berat plasenta signifikan terhadap 
kejadian BBLR.Hasil distribusi  tabel 1 memperlihatkan bahwa, bila suami merokok
secara dalam atau menghisap rokok secara berat, maka terdapat  92,3% bayi lahir
rendah. Sedangkan bila   merokok secara ringan  maka ditemukan 28,0% lahir BBLR.
Hasil uji odds ratio menggambarkan bahwa  dengan  merokok berat berisiko melahirkan
bayi dengan    BBLR sebesar 30,857  kali lebih besar dibanding bila  suami hanya
merokok secara ringan. Hasil uji statistik menjelaskan adanya  pengaruh yang
bermakna.Analisis  stratifikasi ini  dimaksudkan untuk melihat  kekhususan pengarah 
masing-masing strata  kadar nikotin  dengan cara merokok terhadap  berat plasenta.
Tabel 2.  Analisis stratifikasi kadar nikotin dengan  variable  cara merokok dan terhadap
Kejadian BBLR di RS Bersalin Sitti Fatimah  Kota Makassar 2005 

Kadar Cara merokok BBL Jumlah


nikotin  BBLR BBLN (%)
Berat Berat 26 (66,7) 1(2,6) 27(35,1)
ringan 13 (33,3) 37(97,4) 50(64,9)
Total 37(100,0) 40(100,0) 77(100,0)
OR, 95%CI 74,000(9,108-601,211)
Ringan Berat 10(52,6) 2(11,1) 12(32,4)
Ringan 8(44,4) 17(89,5) 25(67,6)
Total 19(100,0) 18(100,0) 37(100,0)
OR, 95%CI 10,625 ((1,874-60,246)

Sumber : Data primer            Analisis stratifikasi tabel 2 ini dimaksudkan untuk melihat   besaran
risiko  kejadian BBLR  berdasarkan  strata   nikotin. Pada kelompok   nikotin berat  dengan 
variabel  cara merokok  berat  ditemukan  96,3% mengalami BBLR, dengan nilai Odds Ratio
sebsar 74. 95% CI 9,108-601,211, secara statistic  sangat signifikan.  Begitu pula halnya dalam 
kelompok nikotin rendah, ditemukan  dengan cara merokok berat, jumlah yang BBLR sebanyak 
83,3%, nilai OR = 10,625,95% CI 1,874-60,246, dan secara  statistic bermakna.            Analisis 
strata selanjutnya berdasarkan  variabel paparan asap rokok, pada  analisis ini tabel    2
menjelaskan, dengan nikotin berat dan paparan  lebih dari 10 batang ditemukan  kelahiran
BBLR sebanyak 55,6 %, sementara untuk  kadar nikotin rendah dengan  paparan berat   jumlah
yang BBLR sebanyak  70,0%. Namun   hasil uji  statistic untuk kedua strata tersebut tidak cukup
signifikan. Tabel 3. Analisis multivariate Kejadian BBLR di RS Bersalin Sitti Fatimah  Kota
Makassar 2006

Tahapan 95% C.I


β
danJenis S.E Wald Df Sig. Exp(β) Lowe
(Betha) Upper
Variabel  r
0,87
Cara Merokok 2,975 11,709 1 0,001 19,598 3,565 107,735
0
0,68
Berat Plasenta 3,391 24,660 1 0,000 29,702 7,789 113,256
3
0,71
Jarak Hamil 1,367 3,700 1 0,054 3,924 0,974 15,804
1
0,81
ANC 0,881 1,176 1 0,278 2,412 0,491 11,847
2
0,93
Hb -0,915 0,968 1 0,325 0,400 0,065 2,479
0
3,30
Constan -11,784 12,747          
0
Sumber : data primer Selanjutnya analisis multivariate terhadap variabel yang  berpengaruh
terhadap BBLR dengan mengeluarkan variabel  berat plasenta.  Analisis tersebut seperti
terdapat dalam tabel 3, menjelaskan adanya  dua variabel yang cukup  bermakna terhadap  
kejadian BBLR yaitu  variabel cara merokok dengan OR 19 95%CI 3,565-33,383, serta variabel 
jarak kehamilan  dengan nilai OR 3,924, 95%CI, 0,974-7,735. Tiga variabel yang lain, yaitu 
ANC, Paritas dan HB tidak  bermakna.            PEMBAHASAN        Analisis  pengaruh kadar
nikotin   terhadap  berat  plasenta maupun langsung pada berat  lahir  memperlihatkan  hasil  uji
yang tidak bermakna secara statistik.   Hal ini dapat diurai berdasarkan  keadaan  variasi  jenis
rokok yang relatif  homogen, dengan variasi  kadar nikotin antara  0,7 mg sampai  3,0 mg. 
Kecenderungan  variasi kadar nikotin yang  homogen  tersebut   serta  masih panjangnya rantai
kausalitas  antara kadar nikotin dalam rokok dengan  kejadian  BBLR maupun rendahnya
plasenta.         Meskipun  secara  statistik  kadar nikotin  tidak  barmakna, namun  sebaran
distribusinya  mempelihatkan bahwa   dengan kadar nikotin yang berat ditemukan  68,4%  bayi
lahir rendah.  Dan  nilai odds ratio sebesar 1,57, sehingga  dapat disimpulkan bahwa  kadar
nikotin berat   berisiko 1,57 kali  mempengaruhi kejadian BBLR.       Paparan asap rokok adalah
keadaan dimana ibu hamil terpapar dengan asap rokok dari  suami di rumah. Hasil analsis
ditemukan  bagi ibu hamil yang terpapar asap rokok dari suami  yang merokok  lebih dari 10
batang setiap hari, memberikan risiko  sebesar 1,760 kali lebih besar untuk melahirkan  bayi
lahir rendah dibandingkan  ibu hamil yang  terpapar  kurang 10 batang.  Namun besarnya risiko
tersebut tidak  disertai dengan kemaknaan secara statistik.      Berbagai riset  juga telah
membuktikan   besarr risiko  kejadian BBLR  dengan  semakin meningkatnya jumlah batang
rokok yang dihisap oleh suami. Hal ini dapat dilihat dari temuan di RS Umum Sarawak, dengan
risiko BBLR bila suami merokok sebesar 1,65 kali, begitu juga  temuan Wang CS. Bahwa suami
merokok lebih mudah melahirkan  bayi BBLR.       Perawatan ibu selama kehamilan    sangat 
menentukan  kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selama kehamilan berbagai program
yang termasuk dalam paket pelayanan ANC adalah  5T ( Timbang Berat badan, Ukur tinggi
fundus,  Tablet Fe, Imunisasi TT,) dengan   paket tersebut  diharapkan ibu secara rutin 
mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan  sebaran, 1 kali pada
trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga. Hasil kajian  
meninjukkan bahwa  bila  ibu tidak teratur   melaksanakan ANC, maka  42,1% bayinya lahir
BBLR. Sedangkan bila ibu rutin melaksanakan   ANC maka, bayi lahir normal  ditemukan
sebesar 80,7%.  Setelah dilaksanakan uji  odds ratio didapatkan OR. 3,041, 95% CI. 1,310-
7,060. Berarti  ibu dengan ANC tidak teratur berisiko melahirkan  BBLR sebesar  3 kali  lebih
besar disbanding bola ibu  rutin  melaksanakan  ANC.      Berat  plasenta adalah   volume
plasenta yang dikur dengan menimbang plasenta tersebut sesaat  setelah bayi dilahirkan. 
Berat  plasenta  yang   diukur pada penelitian ini  mempunyai kisaran  mean sebesar 400 gr
dengan  berat  sekitar  200  gr  -  500 gr.  Dengan membagi ke dalam dua kategori  dibawah 400
gr dan diata 400 gr maka, diperoleh  49,1%  bayi lahir dengan plasenta  ringan.      Berdasarkan 
jumlah  plasenta  kurang dari 400 gr, ditemukan  86,0% yang mengalami BBLR, sementara 
dengan plasenta  di atas 400 gr terdapat  87,7%  lahir  dengan berat normal.  Dan hanya 14 % 
lahir dengan   BBLR.      Hasil analisis odds ratio ditemukan  nilai OR sebesar 43,75, yang
berarti  dengan plasenta   kurang dari 400 gr, maka risiko untuk melahirkan BBLR sebesar 43,75
kali lebih besar  disbanding dengan   plasenta  di atas 400 gr.  Dengan demikian maka,
diharapkan  untuk  memberi perhatian yang  serius terhadap  pertumbuhan  plasenta  dengan 
cara   perbaikan intake  nutrisi, menghindari paparan faktor risiko , termasuk   asap rokok.                   
Hasil analisis menunjukkan   bagi suami yang menghisap rokok secara berat, 63,2 %  kelahiran
bayinya mengalami BBLR dan yang  lahir berat normal hanya  5,3%.  Mekanisme biologis dari  
cara menghisap rokok ini terkait dengan   tingginya  paparan nikotin masuk kedalam darah,
selanjutnya  terakumulasi dalam semen suami, sehingga  melalui mekanisme  kontak seksual 
kandungan nikotin  semen  terakumulasi dalam  rahim, sehingga  terjadi  penghambatan
transfer nutrisi dan oksigen.Dengan demikian   pertumbuhan janin dalam   rahim akan 
terhambat pula.            Sehingga dengan mereduksi kadar nikotin rokok kita dapat  mengurangi
kejadian BBLR sebanyak 74 kali.  Berkaitan dengan itu maka penekanan PP nomor 18 tahun
1999 tentang  pengamanan rokok bagi kesehatan  sangat penting.  Terutama pasal 4 ayat 1 .
Kadar kandungan  tar dan nikotin  pada setiap batang rokok  diwilayah
Indonesia  tidak boleh melebihi   kadar kandungan nikotin 1,5 mg  dan kandungan tar 20
mg. PENUTUP A.     Kesimpulan1.         Cara merokok dengan menghisap berat memberikan
risiko yang besar terhadap  berat plasenta dan berat bayi lahir.2.         Plasenta  yang 
ringan  memberikan risiko  BBLR yang lebih besar disbanding  plaenta ringan.3.         ANC
yang  tidak teratur  selama kehamilan  berisiko  melahirkan BBLR  3,04 kali lebih besaar
dibanding dengan ANC yang teratur.4.         Cara merokok dan jarak kehamilan merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap  plasenta  ringan dan kejadian BBLR.5.        
Suami yang merokok  dengan  rokok berkadar nikotin tinggi  dan cara menghisap
merokok yang berat mempunyai  risiko bagi isterinya untuk melahirkan bayi dengan berat
plasenta yang ringan sebesar 14,786 kali lebih besar dibanding  dengan kadar nikotin
yang sama tetapi dengan cara merokok yang ringan.6.         Merokok  dengan nikotin berat,
cara menghisap berat  bersiko lahir BBLR 74 kali  di banding  dengan cara 
ringan.B.Saran1.         Perokok  berat  baik dari segi jumlah maupun  cara manghisapnya 
segera  menghentikan merokok, atau mengubah cara menghisap secara dalam menjadi
cukup dihisap secara ringan.2.         Suami dalam memilih   rokok sebaiknya  memilih rokok
dengan kadar nikotin yang lebih rendah.3.         Suami isteri yang  akan merencanakan   
kehamilan agar mempertimbangkan  jarak kehamilan minimal 2 tahun.4.         Ibu hamil  agar
senantiasa mengontrol  kehamilannya di Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan 
niminal 4 kali.5.          Perlu adanya penelitian lanjutan terhadap  mekanisme  biologis  
kadar nikotin dalam   darah, serta  analisis  genetik metabolisme  nikotin dalam tubuh. 

Kepustakaan Aditama, Tjandra Yoga. Rokok Penyebab Utama Penyakit Paru, Kompas,


2/3/2003.CBN, Hak asasi  Manusia dan rokok, cybermedia .cbn.net.id. 26/3/2006.Hirve SS,
Ganatra BR. Determinants of LBW: A Community Based Prospective Cohort Study Indian
Paediatrics, vol 31, pp 1221-25, Oct. 1994. CBM.com, 11/9/02).Husaini MA. Study
Nutritional Anemia: An  Assestment of Information Compilation for Supporting and
Formulating National Policy and Program. Bogor: Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Departemen Kesehatan RI. 1989.Kramer MS.
Determinants of Low Birthweight : Metodological assessment and
Meta _ Analysis Bull of WHO, 1987;65 (5); 6633 – 6737Kompas, Biaya Tembakau di atas
biaya pendidikan, 26 Mei 2004.Kompas, Sedihnya menjadi perokok pasif,  6 Juni
2004.Lemeshow, S. Hosmer, Jr.Dw.Klar, J.
Lwanga, SK.,. Adequacy of sample siz in health studies. John Willet and sons : Chichster.
1990N.A.Taslim, Pengaruh  Pemberian zink dan makanan tambahan pada ibu hamil
kurang energi terhadap berat lahir dan status gizi bayi, PPS-Unhas,
Makassar, 2004.Peter Hindsmarsh. Risiko Rokok  terhadap BBLR,  dalam Kompas, 17 Mei
2006)Samuel S.Gidding. Active  and Passive  tobacco exposure : A serius  pediatrict
health problem, www.americanheart.org.  17/1/2005.Schaffer  Lilbrary of Drug Policy,
Development Toxicity I. Perinatal Manifestation, 2004/2005.S.Worthington, Roberts,
Bonnie. Nutrition  throhgout the life  cycle. Mc. Graw Hill.  Fourth  edition, 2000.Wang CS,
Chou P. Risk factors for low birth  weight among  first – time mothers in southern
Taiwan. Medline. BMN.com, 2001WHO,   Evidence for Health Policy,
Webmaster@who.org, 2004.WHO , Epidemiology, Causes and Consequences of Low
Birtweight., 2004  http/www.nap.edu/openbbok. Énvironmental Tobacco smoke:
Measuring exposure and assessing health effects, 1986. Diakses  September

2004. Http//ww.Pregnancy_drug_alcohol.htm. 18 Mei


2006.Http.//ww. Smokinggandyourbaby.  18/5/2006)Http.//www. Prevention Institute.
Prevention Post, Tobacco smoke : The      risk to newborn, infants & children, vol. 14
issue 3 winter  Canada, 2003. File : artikelrokokbblr2006

Anda mungkin juga menyukai