Janin sebuah?
By Adrienne Warber , eHow Contributor Oleh Adrienne Warber , eHow Kontributor
How Does Cigarette Smoke Affect a Fetus? Bagaimana Asap Rokok Mempengaruhi Janin
sebuah?
Difficulty: Easy Kesulitan: Mudah
Instructions Petunjuk
Cigarette Smoke Exposes a Fetus to Toxic Substances Asap Rokok Paparan Janin
untuk Bahan Beracun
1. 1 1
When a pregnant woman smokes, she risks miscarriage and negatively affects her unborn
child's lifelong health . Ketika seorang wanita hamil merokok, ia risiko keguguran dan
negatif mempengaruhi's janin sepanjang hidupnya kesehatan . Expectant mothers should
avoid smoking cigarettes and secondhand smoke. ibu hamil harus menghindari merokok
dan perokok pasif. Cigarette smoke exposes the fetus to 1,000 chemical compounds and
carcinogens, including carbon monoxide, lead, nicotine and hydrogen cyanide. Asap
rokok menghadapkan janin sampai 1.000 senyawa kimia dan karsinogen, termasuk
karbon monoksida, timbal, nikotin dan hidrogen sianida. Carbon monoxide and nicotine
alone cause significant potential damage to a fetus. Karbon monoksida dan nikotin saja
menyebabkan kerusakan potensi penting untuk janin. Carbon monoxide exposure
decreases the flow of oxygen to the fetus. Karbon monoksida paparan mengurangi aliran
oksigen ke janin. The fetus and amniotic fluid retain higher levels of nicotine than the
mother's body. Janin dan cairan ketuban mempertahankan tingkat yang lebih tinggi dari
nikotin dari tubuh ibu. A 1999 study linked a similarity in the number of miscarriages due
to cocaine use and cigarette use. Sebuah studi 1999 terkait kesamaan dalam jumlah
keguguran akibat menggunakan kokain dan penggunaan rokok. Some 34.6 percent of the
smoking expectant mothers miscarried compared to 28.9 percent of the pregnant women
who used cocaine. Beberapa 34,6 persen dari merokok ibu hamil mengalami keguguran
dibandingkan dengan 28,9 persen dari wanita hamil yang menggunakan kokain.
2. 1 1
Pregnant women who smoke are at high risk for early- and late-term miscarriages,
stillbirths and premature labor. Wanita hamil yang merokok berisiko tinggi untuk
keguguran awal dan akhir-panjang, saat dilahirkan dan persalinan prematur. The
miscarriages are often caused by spontaneous abortion and placental issues. Para
keguguran sering disebabkan oleh aborsi spontan dan masalah plasenta. Nicotine, which
reduces blood flow to the uterus and placenta, may be a major factor in fetal death.
Nikotin, yang mengurangi aliran darah ke rahim dan plasenta, mungkin menjadi faktor
utama dalam kematian janin. The Ontario Perinatal Mortality Study from 1960 and 1961
demonstrated that smoking contributed to placenta complications and stillbirth. Ontario
Studi Mortalitas Perinatal dari tahun 1960 dan 1961 menunjukkan bahwa merokok
memberikan kontribusi terhadap plasenta komplikasi dan kelahiran mati. The expectant
mothers who smoked experienced 33.4 percent more stillbirths due to placenta problems
than the nonsmoking women out of the 1,000 study participants. Para ibu hamil yang
merokok mengalami stillbirths 33,4 persen lebih karena plasenta masalah daripada
perempuan merokok dari 1.000 peserta penelitian.
Cigarette smoke may lead to placenta abruption, the early separation of the placenta from
the uterus, because the reduced blood flow to the uterus may cause tissue death in the area
where the placenta attaches to the uterus. Asap rokok dapat menyebabkan plasenta
abrupsi, pemisahan awal plasenta dari rahim, karena aliran darah ke rahim dapat
menyebabkan kematian jaringan di daerah mana plasenta menempel pada rahim. Preterm
labor or fetal death can occur when the placenta separates from the uterus because the
fetus cannot receive nutrients. buruh prematur atau kematian janin dapat terjadi jika
plasenta memisahkan dari rahim karena janin tidak dapat menerima nutrisi. Smoking also
increases the risk for placenta previa, which occurs when the placenta blocks the birth
canal, because the carbon monoxide exposure decreases oxygen flow to the fetus and
enlarges the placenta. Merokok juga meningkatkan risiko plasenta previa, yang terjadi
ketika blok plasenta jalan lahir, karena paparan karbon monoksida berkurang aliran
oksigen ke janin dan plasenta membesar. Placenta abruption and placenta previa are
leading causes of emergency cesarean sections for premature babies. Plasenta abrupsi dan
plasenta previa adalah penyebab utama bagian sesar darurat untuk bayi prematur.
3. 1 1
Cigarette Smoke Causes Life Altering Consequences for the Child Asap Rokok
Penyebab Konsekuensi Mengubah Hidup untuk Anak
4. 1 1
Children exposed to cigarette smoke during fetal development are more likely to develop
serious health problems such as childhood cancers, asthma and attention deficit
hyperactivity disorder. Anak-anak terpapar asap rokok selama perkembangan janin lebih
mungkin mengembangkan serius masalah kesehatan seperti kanker pada anak, asma dan
gangguan hiperaktivitas perhatian defisit. In fact, prenatal cigarette smoking leads to a
higher incidence of sudden infant death syndrome, birth defects and mental retardation.
Bahkan, merokok kehamilan mengarah pada insiden yang lebih tinggi dari sindrom
kematian bayi mendadak, cacat lahir dan keterbelakangan mental. Cigarette smoke
exposure during fetal development may determine the lifelong health of a child. Paparan
asap rokok selama perkembangan janin dapat menentukan kesehatan seumur hidup
seorang anak.
ANALISIS RISIKO PAJANAN ASAP ROKOK TERHADAP BERAT BADAN LAHIR DI RS
FATIMAH MAKASSAR 2005
Latar Belakang. Bayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berdampak
serius terhadap kualitas generasi mendatang memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan mental anak, penurunan kecerdasan (IQ) 10-13 poin. Dan setelah dewasa
akan menderita berbagai jenis penyakit degeneratif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari interaksi faktor lingkungan khususnya paparan asap
rokok terhadap berat plasenta dan dampaknya terhadap kejadian Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Metode Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi
kasus kelola atau case control study. Subyek kasus adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang 2500 gr, dan kelompok kontrol adalah bayi dengan berat ≥ 2500 gr.Hasil penelitian
diperoleh hubungan yang signifikan terhadap BBL dengan cara suami merokok OR=30,875;
95%CI 8,570-111,106, berat plasenta OR. 43,75. 95%CI 14,736-129,891, Jarak kehamilan
dengan OR. 4,646, 95% CI 2,009-10,747 dan ANC OR.,OR=3,04; 95%CI 1,31-7,06,
Sedangkan variabel yang tidak signifikan masing-masing jumlah batang rokok suami, lama
suami merokok, kadar nikotin. Pada analisis multivariate ditemukan cara merokok dan jarak
kehamilan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap berat plasenta dan BBL.
Analisis stratifikasi diperoleh cara merokok yang berat disertai rokok dengan nikotin tinggi
berisiko lebih besar untuk melahirkan dengan plasenta ringan dan BBL. Saran Kepada ibu
hamil disarankan untuk tetap menghindari paparan asap rokok, mengatur jarak kehamilan,
mengontrol ANC selama kehamilan, dan bagi perokok berat mengurangi cara menghisap
berat menjadi ringan dengan rokok berkadar nikotin rendah. Key word : BBLR, pajanan asap
rokok, anc, berat plasenta, jarak kehamilan.
ABSTRACT
Background, low birth weight infant (LBW) is one of many outputs from pregnant women who suffering
chronic low calorie intake and poor nutritional status. LBW, in return, will give a serious impact to the
quality of the next generation, halt the growth and mental development, and reduce the child intelligence
question (IQ) by 10-13 points. Besides, LBW will increase their chance to get degenerative
diseases. Study objective was to find the interaction between environmental factors, especially tobacco
smoke exposure, and placenta weight which caused LBW. Research method was observational method
using case-control study design. The case was baby who having birth weight less than 2500 grams, and the
control group was the baby having birth weight equal or more then 2500 grams. Results of research, it
was found significant relationships between LBW and way of their husband smoke with OR=30,875 (95%
CI; 8,570-111,106), placenta weight with OR=43,750 (95% CI; 14,736-129,891), birth spacing with
OR=4,646 (95%CI; 2,009-10,747), and antenatal care with OR=3,040 (95% CI; 1,31-7,060). Other
variables which were not significantly related to LBW were the number of cigarette smoked by their
husband, duration of their husband smoke, and nicotine level. Based on the multivariate analysis, it was
found that the way of their husband smoke and birth spacing were the most important variables which
having influence to placenta weight and LBW. According to stratification analysis, it was found that the
heavy weight way of their father smoke and the nicotine level had a higher risk for mother to deliver
placenta weight and LBW. Key word : LBW, exposure tobacco smoke, placenta weight, birth spacing.
PENDAHULUANLatar Belakang MasalahBayi dengan berat lahir rendah adalah salah satu
hasil dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan akan mempunyai status gizi
buruk. BBLR berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan mental anak, penurunan kecerdasan (IQ) 10-13 poin. Pada
tahun 1999 diperkirakan 1,3 juta anak bergizi buruk, maka berarti terjadi kehilangan potensial
IQ sebesar 22 juta poin (Depkes, 2000; dalam N.A.Taslim,2004). Diperkirakan sekitar 17 juta
bayi lahir BBLR setiap tahun dan 16 % diantaranya lahir di negara berkembang. Dari jumlah
tersebut sekitar 80% lahir di Asia. BBLR menjadi masalah kesehatan masyarakat utama
berdasarkan rekomendasi internasional pada cut of 15%, ( De Onis et al. (1998) Eur J Cl Nutr
52(S1):S5. dalam WHO, 2004).Penyebab BBLR di berbagai negara berkembang menurut WHO
(2004), meliputi defisiensi nutrisi, pertambahan berat badan yang rendah, body maks indeks
(BMI) ibu haml yang rendah, tinggi badan yang rendah, dan defisiensi micronutrien.
Determinant etiologi yang lain meliputi umur ibu, malaria ibu hamil, penyakit gastro
intestinal, respiratory dan kebiasaan merokok. (Kramer, (1987) ;Bull WHO 65:663,
(2004).Indonesia menduduki peringkat ke lima di dunia dalam konsumsi rokok, dengan
mengkonsumsi 215 miliar batang rokok pada tahun 2002, dibawah Cina dengan konsumsi
rokok 1,643 miliar batang, Amerika serikat 451 miliar, Jepang 328 miliar dan Rusia 258 miliar
batang ( Aditama, 2003)Kenyataan menunjukkan di Indonesia , 92 % perokok biasanya
merokok dirumah saat bersama anggota keluarga lainnya. Dan anggota keluarga yang tidak
merokok tapi ikut terpapar asap rokok tersebut menjadi jauh lebih rentan kesehatannya
(Kompas, 2004). Bayi yang dilahirkan dari seorang perokok mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk mengalami BBLR dibanding yang tidak merokok. Efek rokok terhadap berat bayi
semakin bertambah dengan meningkatnya usia ibu. Persentase BBLR dari seorang perokok
sekitar 41% lebih tinggi dari bayi ibu yang tidak merokok (Bonnie, S.2000).Studi yang
dilaksanakan oleh Deskhmuth JS dkk di daerah perkotaan India, menemukan prevalensi
BBLR sebesar 30,3%, dengan faktor yang bermakna adalah anemia OR=4,81; status
sosial ekonomi rendah OR=3,96; jarak kelahiran OR=3,84; paparan asap rokok OR=3,14,
Tinggi badan OR-2,78, umur ibu OR =2,68, Body mass indeks OR=2,02, primipara, OR-1,58.
(CBM.Com, 2002). Samuel S.Gidding (1994), menjelaskan bahwa secara umum telah terjadi
penurunan berat rata-rata 200 gr terhadap bayi yang mempunyai ibu merokok selama
kehamilannya, hal ini berhubungan dengan risiko relatif 2-4 kali lebih besar untuk melahirkan
bayi yang lebih kecil. Ibu yang merokok selama trimeseter I mempunyai risiko 30%
melahirkan BBLR, yang merokok sampai rimester II berisiko 70% melahirkan BBLR,
sedangkan yang merokok selama kehamilannya berisiko 90% melahirkan BBLR.Hirve SS
dan Ganatra di India tahun 1994, menemukan insidens BBLR sebesar 29 % dengan
determinant, status sosial ekonomi dengan Risiko Relatif (RR) 1,71, umur kurang 20 tahun RR
= 1,27, primipara RR= 1,32; interval kehamilan kurang 6 bulan RR= 1,48 ; Berat badan
sebelum hamil kuran 40 Kg RR= 1,3; tinggi badan kurang 145 cm RR=1,51; kadar Hb kurang
9 g/dl RR= 1,53 Perdarahan pada trimester III RR=1,87. (Biomednet; bmn.com 11/9/02).
Sementara penelitian Wang, CS dan Chou P di Taiwan tahun 2001 menemukan inciden BBLR
sebesar 6,2%, serta ibu yang mempunyai berat badan kurang 45 kg, ANC kurang 10 kali,
anemia, pertambahan berat badan kurang dari 10 kg, serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol
dan merokok lebih berpeluang untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (CBM.com, 11/9/02).
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain PenelitianPenelitian ini adalah penelitian observasional dengan
rancangan studi kasus kelola atau case control study.B. Tempat dan waktu penelitian 1.
Tempat : Penelitian ini akan dilaksanakan di RSB Sitti Fatimah Makassar. Dengan angka
kejadian BBLR di RSB tersebut berkisar 7 %- 10 %.2. Waktu Penelitian : Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2005 sampai Februari 2006.C. Populasi dan
Sampel1. Populasi rujukan adalah semua kelahiran bayi di RS Sitti Fatimah Kota
Makassar.2. Sampel adalah ibu yang datang ke RS tersebut dan melahirkan.
HASIL PENELITIAN Hasil analisis factor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR
secara datil dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian BBLR di RS.Sitti Fatima Makassar 2005
Variabel BBLR P
Kategori Total OR (95%)
Penelitian (%) (value)
Sumber : Data Primer. Subyek kasus yang merokok dengan kandungan nikotin
berat dan bayinya mengalami BBLR sebanyak 50,6% dan 48,6% yang BBLR dengan
kandungan kadar nikotin rendah. Besarnya risiko yang dialami oleh subyek yang
merokok dengan nikotin berat adalah 1,08 kali lebih besar dibandingkan dengan
merokok dengan kadar nikotin rendah. Namun secara statistik tidak cukup bukti untuk
menyimpulkan kadar nikotin signifikan terhadap kejadian BBLR. Paparan asap
rokok pada tabel 1 juga menjelaskan jumlah bayi yang lahir BBLR dari suami yang
merokok lebih 10 batang sebesar 59,5% dan untuk yang kurang dari 10 batang lahir
BBLR sebanyak 45,5%. Hasil analisis OR sebesar 1,760 95% CI.0,795-3,897, berarti
suami dengan merokok lebih 10 batang perhari berisisko 1,76 kali lebih besar untuk
mempunyai bayi lahir BBLR. Namun secara statistik tidak ditemukan hubungan yang
bermakna.Subyek kasus yang melakukan ANC tidak teratur sebanyak 68,6% dan yang
teratur sebesar 41,8%. Besarnya risiko yang dialami oleh subyek yang melakukan
ANC tidak teratur adalah 3,041 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang
melakukan ANC secara teratur. Secara statistik diperkuat dengan nilai p value sebesar
0,008 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Antenatal Care signifikan terhadap
kejadian BBLR.Selanjutnya, subyek kasus yang dengan berat plasenta < 400 sebanyak
87,5% dari seluruh kasus dan 13,8%. Besarnya risiko yang dialami oleh subyek dengan
berat plasenta < 400 gr adalah 43,75 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek
dengan berat plasenta > 400 gr. Secara statistik diperkuat dengan nilai p value sebesar
0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa berat plasenta signifikan terhadap
kejadian BBLR.Hasil distribusi tabel 1 memperlihatkan bahwa, bila suami merokok
secara dalam atau menghisap rokok secara berat, maka terdapat 92,3% bayi lahir
rendah. Sedangkan bila merokok secara ringan maka ditemukan 28,0% lahir BBLR.
Hasil uji odds ratio menggambarkan bahwa dengan merokok berat berisiko melahirkan
bayi dengan BBLR sebesar 30,857 kali lebih besar dibanding bila suami hanya
merokok secara ringan. Hasil uji statistik menjelaskan adanya pengaruh yang
bermakna.Analisis stratifikasi ini dimaksudkan untuk melihat kekhususan pengarah
masing-masing strata kadar nikotin dengan cara merokok terhadap berat plasenta.
Tabel 2. Analisis stratifikasi kadar nikotin dengan variable cara merokok dan terhadap
Kejadian BBLR di RS Bersalin Sitti Fatimah Kota Makassar 2005
Sumber : Data primer Analisis stratifikasi tabel 2 ini dimaksudkan untuk melihat besaran
risiko kejadian BBLR berdasarkan strata nikotin. Pada kelompok nikotin berat dengan
variabel cara merokok berat ditemukan 96,3% mengalami BBLR, dengan nilai Odds Ratio
sebsar 74. 95% CI 9,108-601,211, secara statistic sangat signifikan. Begitu pula halnya dalam
kelompok nikotin rendah, ditemukan dengan cara merokok berat, jumlah yang BBLR sebanyak
83,3%, nilai OR = 10,625,95% CI 1,874-60,246, dan secara statistic bermakna. Analisis
strata selanjutnya berdasarkan variabel paparan asap rokok, pada analisis ini tabel 2
menjelaskan, dengan nikotin berat dan paparan lebih dari 10 batang ditemukan kelahiran
BBLR sebanyak 55,6 %, sementara untuk kadar nikotin rendah dengan paparan berat jumlah
yang BBLR sebanyak 70,0%. Namun hasil uji statistic untuk kedua strata tersebut tidak cukup
signifikan. Tabel 3. Analisis multivariate Kejadian BBLR di RS Bersalin Sitti Fatimah Kota
Makassar 2006