Anda di halaman 1dari 14

ISSN 0854 – 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN


SENSOR SUHU IC LM 135

Saud Maruli Tua, Tonny Siahaan, Suhardi, Wagiman

ABSTRAK

Penambahan Pengaman Motor Listrik Dengan Sensor Suhu IC LM 135. Telah


dilakukan penambahan pengaman motor listrik induksi tiga fasa pada motor penggerak
pompa sirkulasi pada mesin pendingin (water chiller) di gedung MES-IRM PTBN.
Penambahan pengaman ini dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan /
terbakarnya kumparan motor akibat adanya peningkatan suhu yang disebabkan
gangguan eksternal maupun internal motor listrik. Gangguan-gangguan tersebut antara
lain terjadinya peningkatan suhu sekeliling (ambient), pembebanan berlebihan maupun
sistem pengasutan yang tidak baik sehingga untuk menghindari terjadinya peningkatan
suhu pada motor listrik maka penempatan, pembebanan dan sistem pengasutan harus
disesuaikan dengan spesifikasi kemampuan nominal motor listrik. Pelaksanaan
kegiatan dilakukan dengan melakukan survei dan pendataan pada motor listrik yang
akan dijadikan kegiatan, melakukan pengukuran arus beban dari motor listrik,
melakukan pengukuran besarnya arus pengasutan motor listrik. Selain itu, dilakukan
pula pengukuran tahanan kumparan motor listrik dan pengukuran kenaikan suhu pada
isolasi kumparan motor listrik. Setelah dilakukan pendataan dan pengukuran awal maka
alat sensor suhu dengan menggunakan IC LM 135 dirancang dan dibuat lalu diuji
fungsikan dengan alat sumber panas (solder) untuk dilakukan setting suhu. Hasil uji
fungsi menunjukkan bahwa alat sensor tersebut di-setting pada daerah kerja antara
suhu kamar sampai suhu ± 80 °C. Alat sensor tersebu t dipasang pada kumparan motor
dan dilakukan uji coba pembebanan hingga 117,6 % dari arus nominal atau sebesar 17
A dari arus nominal 14,45 A hingga terjadi peningkatan suhu pada motor listrik. Pada
saat suhu kumparan meningkat hingga 82 °C maka rela i pemutus pada alat sensor
tersebut akan beroperasi dan mematikan operasi motor listrik. Dengan demikian alat
tersebut telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dijadikan
perlengkapan pengaman untuk setiap motor listrik.

PENDAHULUAN

Instalasi Radiometalurgi (IRM) yang dikelola Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) –
BATAN yang berada di kawasan Puspiptek Serpong sebagai sarana penelitian dilengkapi dengan
sarana penunjang laboratorium dan sarana keselamatan. Sarana penunjang laboratorium terdiri dari
Sistem Tata Udara (VAC) dan Sistem Penyedia Media Energi (PME). Pada Sistem Tata Udara
ditemukan sejumlah motor listrik induksi asinkron tiga fasa baik untuk menggerakkan pompa sirkulasi
air dingin maupun blower peniup udara. Sementara itu, pada sistem penyedia media energi motor
listrik induksi asinkron tiga fasa digunakan untuk menggerakkan pompa sirkulasi air dingin. Pompa
sirkulasi berfungsi untuk mensirkulasikan air dingin (chilled water) dari mesin pendingin air ke
penukar panas (heat exchanger) serta mensirkulasi air pendingin (cooling water) ke laboratorium
untuk mendinginkan peralatan laboratorium.

291
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

Sesuai dengan fungsi, umumnya motor listrik tersebut dioperasikan secara sinambung.
Didalam pengoperasian dan perawatan peralatan, seringkali motor listrik tersebut mengalami
kerusakan baik mekanik maupun elektrik dan yang lebih buruk lagi adalah jika kumparan motor listrik
tersebut terbakar. Kerusakan ini selain membutuhkan biaya perbaikan juga menghambat operasi
peralatan lainnya seperti peralatan laboratorium sehingga program penelitian menjadi terhambat.
Meskipun motor listrik telah dilengkapi oleh sistem pengamanan yang standar (menurut PUIL
1977), baik pengamanan termis maupun magnetis, tetapi tetap saja adakalanya motor listrik tersebut
tetap terbakar. Untuk mencegah motor tersebut terbakar, alangkah baiknya jika pengamanan motor
listrik ditambah lagi, yaitu dengan mendeteksi sedini mungkin panas yang diderita oleh bahan
isolator kumparan motor. Pengamanan ini disebut dengan pengamanan beban lebih internal, dimana
perlindungan internal ini dipasang pada isolasi kumparan motor listrik. Pendeteksian ini bisa
menggunakan suatu sensor suhu rangkaian terpadu (IC) yaitu LM-135. Suhu yang dideteksi
haruslah dibawah suhu maksimal kelas bahan isolator kumparan motor agar dapat mengamankan
motor listrik dari panas berlebih yang diderita oleh motor listrik tersebut.
Penelitian alat sensor suhu dengan menggunakan IC LM-135 dilakukan pada motor listrik
penggerak pompa sirkulasi air pendingin di IRM-PTBN. Alat sensor tersebut diletakkan pada isolasi
kumparan motor dan dihubungkan dengan sistem pengendali motor listrik dengan perantara relai
sebagai saklar pemutus pengendali motor listrik.

DASAR TEORI
Motor listrik arus bolak-balik diklasifikasikan dengan dasar prinsip pengoperasian sebagai
motor asinkron (induksi) atau motor sinkron. Motor induksi adalah jenis motor dimana tidak ada
tegangan eksternal yang diberikan pada rotornya, tetapi arus pada stator menginduksikan tegangan
pada celah udara dan pada lilitan rotor untuk menghasilkan arus rotor dan medan magnet. Medan
[1]
magnet stator dan rotor kemudian berinteraksi dan menyebabkan rotor motor berputar.

a. Kerugian panas internal motor listrik


Pada dasarnya setiap motor listrik yang beroperasi cenderung mengeluarkan panas. Panas
ini timbul oleh karena adanya kerugian-kerugian daya yang dihasilkan motor listrik. Kerugian ini
[1]
antara lain :

1. Rugi-rugi inti yaitu energi yang diperlukan untuk memagnetisasikan beban inti (histerisis)
dan kerugian-kerugian karena timbulnya arus listrik yang kecil yang mengalir pada inti.

2. Rugi-rugi tembaga yaitu rugi-rugi pemanasan (I²R) pada lilitan stator karena arus listrik
mengalir melalui penghantar kumparan dengan tahanan.

3. Kerugian beban liar yaitu akibat dari fluks bocor yang diinduksikan oleh arus beban
bervariasi sebagai kuadrat arus beban.
4. Kerugian angin dan gesekan, kerugian ini diakibat oleh gesekan angin dan bantalan
terhadap putaran motor.

b. Panas eksternal motor listrik


Dalam melakukan tugas operasinya motor listrik sebagai sumber tenaga mekanik untuk
penggerak, haruslah dilindungi terhadap gangguan-gangguan eksternal yang dapat menimbulkan
panas pada motor listrik saat beroperasi.

292
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

[1]
Gangguan-gangguan eksternal itu antara lain :

1. Gangguan mekanik, meliputi:

a. Bantalan (bearing) yang sudah aus.


b. Salah satu tegangan fasa terbuka akibat kontaktor yang rusak.

c. Kumparan stator yang terhubung singkat.

2. Gangguan fisik sekeliling, meliputi:

a. Terjadi kerusakan akibat terbentur sesuatu sehingga terjadi perubahan fisik pada
motor listrik.

b. Suhu kamar dimana motor listrik tersebut dioperasikan.


c. Pendinginan (kipas) motor yang tidak baik.

3. Gangguan dalam operasi dari sistem keseluruhan

a. Akibat pembebanan lebih

b. Akibat pengasutan motor listrik.

c. Kelas isolasi dan batas kenaikan suhu pada kumparan

Bila arus listrik (I) mengalir dalam rangkaian dengan tahanan (R) selama t detik, nilai kalorifik
[2]
J (Joule) adalah :

J= I² . R . t ( Joule ) ………………………...(2.1)
Oleh karena itu, bila motor listrik dijalankan, suhu motor akan naik sebanding dengan waktu
kerjanya sehingga jika motor beroperasi kenaikan suhunya dapat diketahui dengan mengukur
tahanan kumparan sebelum dan sesudah dioperasikan selama beberapa jam dengan menggunakan
[3]
persamaan :

Rc 1 + α (t1)
= ……………………………..(2.2)
Rh 1 + α (t 2)
dimana:

Rc = Tahanan kumparan sebelum dioperasikan (Ohm).

Rh = Tahanan kumparan sesudah dioperasikan (Ohm).


α = Koefisien temperatur tahanan dari tembaga ( 0,00428 Ohm / Ohm / ˚ C)

t1 = Temperatur ruang awal (˚ C).

t2 = Temperatur setelah beroperasi (˚ C).

METODOLOGI PENELITIAN

a. Pemahaman rangkaian alat sensor suhu


Pemahaman tentang pembuatan rangkaian penelitian ini dapat dilihat dari gambar 1 blok
diagram sebagai berikut:

293
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

IC LM 135 voltage Penguat / Indikator


reference op-amp LED

Relay
Penghubung
Pengendali
motor

Gambar 1. Blok diagram rangkaian sensor suhu isolasi kumparan motor

Fungsi serta cara kerja masing-masing blok diagram dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sensor suhu IC LM-135

Sensor suhu IC LM-135 berfungsi sebagai pengindera panas pada isolator kumparan motor
listrik, yang memberikan tegangan keluar yang berbanding langsung dengan suhu yang ditera dalam
satuan Kelvin (K), besarnya keluaran tegangan ini adalah:10 mV/ K. cara kerja dari sensor ini
adalah jika sensor suhu ini mendeteksi panas, maka sensor akan mengkonversi panas tersebut
menjadi tegangan.

2. Voltage reference

Sensor suhu IC LM-135 berfungsi sebagai pengatur tegangan keluar dari sensor
suhu LM-135, sehingga tegangan keluaran ini dapat mengatur kerja dari op-amp. Voltage reference
terdiri dari beberapa resistor dan potensio. Cara kerjanya tergantung dari tegangan keluaran dari
sensor LM-135 dan mengatur potensio (P1) pada kedudukan minimum dan mengatur potensio (P2)
pada kedudukan maksimum.

3. Penguat tegangan

Penguat tegangan berfungsi memperbesar tegangan keluaran dari voltage reference,


selain itu juga berfungsi sebagai pembanding dua level tegangan yang berbeda dan menentukan
level yang lebih besar. Beda pada satu masukan terhadap yang lain akan menghasilkan perubahan
yang besar pada tegangan keluaran. Cara kerjanya adalah tergantung dari tegangan keluaran
voltage reference yang dipengaruhi oleh tegangan keluaran dari sensor LM-135.

4. Indikator

Indikator berfungsi sebagai indikasi bahwa alat sensor suhu tersebut telah bekerja
sebagaimana mestinya. Cara kerjanya adalah indikator akan menyala jika ada tegangan input dari
op-amp. Indikator ini terdiri dari 3 macam warna yang berbeda yang masing-masing warna mewakili
daerah kerja suhu yang ditera dari sensor suhu LM-135.
Warna dan daerah kerja suhu tersebut antara lain :

1. Daerah I, suhu antara < 60 º C (indikator hijau).

2. Daerah II, suhu antara 60 º C s/d 80 º C (indikatior kuning).

294
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

3. Daerah III, suhu antara > 80 º C (indikator merah).

5. Relai
Relai berfungsi sebagai saklar penghubung antara alat sensor suhu dengan rangkaian
pengendali motor listrik. Cara kerjanya adalah jika suhu pada kumparan telah melebihi 80 ˚ C maka
indikator merah akan menyala dan bersamaan dengan itu relai akan beroperasi, karena relai ini
dihubungkan dengan sistim pengendali motor maka motor dengan sendirinya akan berhenti
beroperasi.

b. Langkah-langkah penelitian

Langkah – langkah dari penelitian dilakukan sebagai berikut :

1. Melakukan survei dan pendataan pada motor yang akan dijadikan penelitian.
2. Melakukan pengukuran arus beban dari motor.

3. Melakukan pengukuran besarnya arus pengasutan.

4. Melakukan pengukuran tahanan kumparan motor.


5. Melakukan pengukuran kenaikan suhu pada isolasi kumparan motor.

6. Membuat alat sensor suhu isolasi kumparan motor listrik (merakit komponen).

7. Melakukan pengujian alat sensor suhu ini pada isolasi kumparan motor.

8. Melakukan pencatatan data kenaikan suhu dan tegangan keluaran pada alat sensor dengan
menggunakan multimeter digital.

9. Membuat laporan akhir

c. Cara Kerja Alat Sensor Suhu

Cara kerja dari alat sensor suhu isolator kumparan motor dengan menggunakan IC LM-135
dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram alir 1 (flowchart).
Cara kerja rangkaian sensor suhu isolasi kumparan motor adalah sebagai berikut :

295
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

F
Fuse

+ 12 V OL

R8 Re
R1 R3 R3 C1
680 D6
6k8 8k2 8k2 10 u/16V IN 4001

D2
Hijau Off
+ 15
A1
- R7 K1` On
VR 1
500 Ω 680
VR 2 14
500 Ω D3
R9
Kuning
10 K
- K1
A2 D5
D4
+ Merah
1V2-3V3
400mW
R4 R5
D1 2k7 2k7 R8
680

Gambar 2. Rangkaian sensor suhu IC LM 135

Setelah rangkaian sensor mendapat tegangan DC 12 volt dari sumber daya, maka dengan
sendirinya sensor telah mendeteksi suhu sekitar (ambient) dari motor. Setelah motor dioperasikan
maka suhu di dalam motor akan meningkat dan tegangan keluaran dari LM-135 (D1) juga akan naik.
Jika kenaikan tegangan keluaran dari D1 lebih rendah dari tegangan potensio P1 dan
P2 , maka keluaran pada op-amp A1 dan A2 menjadi rendah sehingga hanya dioda LED D2 yang
menyala.
Jika kenaikan suhu pada motor meningkat sehingga keluaran tegangan dari D1 lebih
besar dari tegangan pada potensio P1 tapi lebih kecil dari tegangan pada potensio P2, maka
tegangan keluaran dari op-amp A2 menjadi tinggi, sehingga dioda LED D3 akan menyala tetapi
dioda LED D2 akan padam.
Lalu jika kenaikan suhu pada motor semakin meningkat sehingga keluaran tegangan dari
D1 menjadi lebih besar dari tegangan pada potensio P1 dan P2 lalu keluaran tegangan pada
kedua op -amp A1 dan A2 menjadi tinggi dan dioda zener D4 akan menghantar sehingga diode
LED D5 akan menyala tetapi dioda LED D3 akan padam. Bersamaan dengan menyalanya dioda
LED D5, maka transistor T1 akan membuka penuh sehingga relai (Re) akan beroperasi, lalu
menghentikan operasi motor.

296
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

mulai

Operasikan
alat sensor

IC LM 135
mendeteksi

Tegangan Tegangan Tegangan


tidakk tidak tidak
keluaran keluaran keluaran
D1< P1? P2 < D1< P1? D1> P2 ?

Ya Ya Ya
Keluaran Keluaran Keluaran
op-amp A1 & op-amp A2 op–amp A1 &
A2 rendah tinggi A2 tinggi

LED hijau D2 Diode zener D4


LED hijau D2 menghantar
Padam,
menyala
LED kuning D3
menyala
LED kuning D3
selesai padam
selesai LED merah D5
menyala

Transistor T1
membuka &
relay bekerja

Diagram alir 1.
Cara kerja alat sensor suhu isolasi selesai
kumparan motor

HASIL DAN DATA PENGUKURAN

Setelah melakukan penelitian dan pengujian dengan alat sensor suhu IC LM-335 pada
isolasi kumparan motor listrik maupun dengan menggunakan sumber panas lain, maka hasil dan
data pengukuran penelitian keseluruhan dapat diketahui sebagai berikut :

1. Spesifikasi dari motor yang dijadikan penelitian.


Penelitian pembuatan alat sensor suhu IC LM-135 sebagai perlengkapan
pengamanan menggunakan motor listrik induksi asinkron tiga fasa sebagai bahan yang dijadikan
penelitian dengan spesifikasi sebagai berikut :

297
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

Merk : GAE Kuat arus : ∆ / Υ 21 / 12 A

Type : K 11 R 160 M2 Putaran : 2910 RPM

Daya : 15 HP / 11 kW Frekwensi : 50 Hz

Cos φ : 0,90 Kelas isolasi : F

Tegangan : ∆ / Υ 380 / 660 V Rendamen : 0,96

2. Data dan hasil pengukuran arus beban motor

Dengan terlebih dahulu mengetahui besarnya arus nominal motor, maka pengambilan data
arus beban dapat dilakukan.
[1]
Besarnya arus nominal motor dapat dicari dengan menggunakan persamaan (4.1):

746.P
In =
η.V . 3. cos ϕ ……….……………………(4.1)

746(15)
In =
0,96(380)(1,73)(0,9)
In = 14,45 A
dimana :

In = Arus nominal motor (A)

P = Daya motor ( HP), besarnya: 15 HP

η = Rendamen motor, besarnya: 0,96


Cos φ = Faktor daya, besarnya: 0,9

Pengambilan data besar arus beban motor saat beroperasi, diambil secara bertahap :
a. Tahap pertama :

Motor diukur dan diambil datanya setelah motor diberi beban nominal (sesuai pemakaian),
besarnya arus beban nominal: R = 15,5 A; S = 15,5 A; T = 15 A. Sehingga besarnya beban motor
terhadap arus nominal motor adalah sebesar : 107,3 % In.

b. Tahap kedua :
Motor diukur dan diambil datanya setelah motor diberi beban maksimal, hingga suhu yang
diderita motor adalah sebesar 80 ˚ C, besarnya arus pada suhu ini adalah sebesar 17 A
sehingga besar beban maksimal motor terhadap arus nominal adalah sebesar : 117,6 %
In.

3. Hasil pengukuran arus pengasutan

Sistim pengasutan yang digunakan pada motor ini adalah alat pengasut star-delta otomatis
dengan menggunakan kontaktor. Besar arus pengasutan dengan waktu selama 5 detik adalah 40 A.

298
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

4. Data dan hasil pengukuran tahanan kumparan motor

a. Besar tahanan kumparan motor sebelum dioperasikan adalah sebesar: 0,8 Ohm.

b. Besar tahanan kumparan motor setelah dioperasikan adalah sebesar: 0,9 Ohm.

Jika digunakan persamaan 2.2 maka besarnya kenaikan suhu dengan suhu keliling sebesar 31
˚ C adalah:

Rc 1 + αt1
=
Rh 1 + αt 2
0,8 1 + 0,00428(31)
=
0,9 1 + 0,00428(t 2)
1,13268
0,888 =
1 + 0,00428(t 2)
0,888(1 + 0,00428(t 2)) = 1,13268
t 2 = 64,378
Maka besarnya kenaikan suhu adalah : 64,378 – 31 = 33,378 ˚ C

5. Data dan hasil pengukuran suhu isolasi kumparan motor

Pengujian dilakukan dengan menggunakan termometer saku dan pengukur temperatur


(termokopel) sebagai pendeteksi panas pada isolasi kumparan motor listrik. Pengambilan data di-
lakukan saat motor diberi beban 107,3 % dari arus nominalnya, selama 1 jam. Data ini dilakukan un-
tuk mengetahui besarnya batasan minimal dan batasan maksimal pada motor listrik. ( Lihat grafik 1 )

Grafik 1. Kenaikan suhu kumparan motor saat 1 jam beroperasi

8 0
7 0
6 0
( derajat celsius )
kenaikan suhu

5 0
4 0
3 0
2 0
1 0
0
30

35

40

45

50

55

0
,0

,0

,1

,1

,2

,2

,3
9,

9,

9,

9,

9,

9,

10

10

10

10

10

10

10

w a k tu p e n g u k u r a n

6. Data dan hasil pengukuran alat sensor suhu yang diletakkan pada kumparan motor.

a. Data hasil pengukuran langsung pada motor pada beban nominal. ( Lihat Tabel 1).
1. Pengujian dimulai saat suhu kamar 28 ˚C.

2. Arus beban motor : 15,5 A ( rata-rata).

3. Pembebanan motor : 107,3 % dari arus nominal


4. Durasi pengambilan data : 0,5 jam.

299
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

Tabel 1. Data hasil pengukuran suhu kumparan motor pada beban nominal 107,3 % In

Suhu isolasi Teg.kel. LM 135 Arus motor Status motor Status alat sensor
o (V) (A)
( C) (K)

26 299 3,07 0 Tidak operasi LED hijau ON

61 331 3,38 15,5 Beroperasi LED hijau ON

69 342 3,48 15,5 Beroperasi LED kuning ON

72 345 3,52 15,5 Beroperasi LED kuning ON

74 347 3,55 15,5 Beroperasi LED kuning ON

74 347 3,55 15,5 Beroperasi LED kuning ON

74 347 3,55 15,5 Beroperasi LED kuning ON

75 348 3,56 15,5 Beroperasi LED kuning ON

76 349 3,57 15,5 Beroperasi LED kuning ON

75 348 3,57 15,5 Beroperasi LED kuning ON

75 348 3,56 15,5 Beroperasi LED kuning ON

75 348 3,56 15,5 Beroperasi LED kuning ON

b. Data hasil pengukuran langsung pada motor pada beban maksimal, hingga
kenaikan suhu pada motor mencapai > 80˚C. ( Lihat Tabel 2 )

1. Pengujian dimulai saat suhu kamar 30˚C.

2. Arus beban maksimal motor : 17 A ( rata-rata).


3. Pembebanan motor : 117,6% dari arus nominal

4. Durasi pengambilan data : tergantung pemberian beban

300
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

Tabel 2. Data hasil pengukuran suhu kumparan motor pada beban motor 117,6 % In

Suhu Isolasi Teg.Kel. LM 335 Arus Motor Status Alat


Status Motor
(V) (A) Sensor
(°C) (K)

28 301 3,08 0 Tidak beroperasi LED hijau ON

38 311 3,17 15 Dioperasikan setelah LED hijau ON


pengasutan selesai

55 328 3,35 15 Setelah beroperasi LED hijau ON


10 menit

64 337 3,44 15,8 Diberi beban LED kuning ON

76 349 3,57 16,5 Diberi beban LED kuning ON

82 355 3,62 17 Motor mati / relai LED merah ON


sensor bekerja

PEMBAHASAN
Telah dilakukan pengujian dan penelitian alat sensor suhu pada kumparan motor dengan
menggunakan IC LM-135 sebagai detektor panas dan dapat diketahui bahwa alat tersebut telah
bekerja sebagaimana mestinya, ditandai dengan indikator yang bekerja pada tiap daerah kerja suhu
yang ditera.

Daerah kerja suhu alat sensor suhu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Daerah I, suhu antara < 60 º C ( indikator hijau )

2. Daerah II, suhu antara 60 º C – 80 º C ( indikatior kuning )

3. Daerah III, suhu antara > 80 º C ( indikator merah)

Pengaturan daerah kerja tersebut, dapat diatur dengan voltage reference pada alat sensor
suhu.

Dari hasil dan data pengukuran arus beban motor listrik, diketahui bahwa besar arus nominal
motor listrik yang dijadikan penelitian adalah sebesar 14,45 Amper. Ini diperoleh dari hasil
perhitungan dengan menggunakan persamaan 4.1. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui
dampak yang ditimbulkan oleh pembebanan pada motor. Pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui batasan suhu minimal dan batasan suhu maksimal, agar dapat dilakukan
pengaturan/pengesetan pada alat sensor suhu IC LM-135 tersebut sesuai dengan daerah kerja
suhu sehingga tidak melebihi batas maksimum kemampuan dari LM-135.

Pada pengujian dan pengukuran besar arus pengasutan motor, diketahui bahwa besar arus
yang ditimbulkan oleh alat asut adalah 40 Amper, dengan waktu pengasutan 5 detik. Menurut PUIL
[1]
1977 mengenai pembatasan arus asut, pada ayat 520 G4 dikatakan : jika digunakan alat asut,
arus asut yang ditimbulkan oleh alat asut tidak boleh melebihi 2,5 In untuk motor induksi. Dari hasil
pengukuran, alat asut tersebut menimbulkan 2,76 kali dari arus nominal sehingga terjadi peningkatan

301
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

arus sebesar 0,26 kali arus nominal, ini berarti alat asut yang digunakan belum memenuhi
persyaratan yang telah diatur oleh PUIL. Hal ini besar kemungkinan akan terjadi peningkatan panas
yang ditimbulkan saat pengasutan berlangsung.

Pada pengujian dan pengukuran besar tahanan kumparan motor listrik, diketahui bahwa
besarnya tahanan sebelum motor beroperasi adalah 0,8 Ohm dan besar tahanan setelah motor
beroperasi satu jam adalah 0,9 Ohm. Dengan menggunakan persamaan 2.2, diketahui bahwa
besarnya kenaikan suhu motor setelah beroperasi 1 jam adalah 33,378º C ( pada suhu kamar
31º C).
Pada pengujian dan pengukuran besar suhu yang diderita oleh motor setelah beroperasi
dengan menggunakan alat pengukur temperatur (termokopel) dan termometer saku dengan motor
diberi beban 107,3% dari arus nominalnya selama 1 jam penuh, durasi pengambilan data selama 5
menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pengasutan motor serta
beban nominal

Dari data (grafik 1) diketahui bahwa saat motor telah dioperasikan selama 5 menit terjadi
peningkatan suhu sebesar 11º C, tetapi setelah beberapa waktu kemudian kenaikan suhu tidak
terlalu besar dan cendrung konstan. Jadi dapat diketahui bahwa saat pengasutan dan pembebanan
dapat mempengaruhi peningkatan suhu pada motor.
Pada pengujian dan pengukuran alat sensor suhu IC LM 135 dengan meletakkannya pada
kumparan diketahui bahwa alat tersebut telah bekerja sesuai dengan daerah kerja suhu yang telah
diatur. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama pengujian dilakukan saat motor diberi
beban nominal yaitu 107,3% dari In, dengan suhu kamar 28º C dan arus beban nominal 15,5 Amper.
Sebelum motor dioperasikan alat sensor telah mengeluarkan tegangan sebesar 3,07 Volt dan
indikator hijau menyala, hal ini dikarenakan alat tersebut telah mendeteksi suhu kamar motor. Lalu
setelah motor dioperasikan terjadi peningkatan suhu pada motor sehingga alat sensor suhu juga
mengeluarkan tegangan sesuai dengan besarnya suhu motor, saat suhu motor meningkat hingga
61º C maka indikator LED kuning menyala dan indikator hijau padam.

Oleh karena beban motor hanya 107,3% dari In, maka suhu maksimal yang dideteksi sensor
hanya sebesar 75º C. Tidak terjadinya peningkatan panas ini menyebabkan indikator merah dan relai
tidak beroperasi dan hal ini sesuai dengan prinsip kerja alat sensor tersebut. Jadi dapat diketahui
bahwa alat tersebut telah bekerja dengan baik sesuai dengan daerah kerja suhu. (lihat Tabel 1 )

Tahap kedua pengujian dilakukan saat motor diberi beban maksimal yaitu 117,6% dari In,
dengan suhu kamar 30º C dan arus beban maksimal 17 Amper. Pada pegujian ini motor terlebih
dahulu dioperasikan dan diberi beban nominal, lalu setelah beberapa saat motor diberi beban
secara bertahap sehingga terjadi peningkatan arus pada kumparan motor dan terjadi peningkatan
suhu pada kumparannya. Setelah suhu motor telah mencapai diatas 80º C, maka pemberian beban
dihentikan (lihat Tabel 2). Oleh karena panel alat pengendali motor tersebut jauh dari motor maka
penyambungan relai pada pengendali motor tidak dilakukan, jadi dengan mengetahui bahwa relai
telah bekerja maka dapat diumpamakan bahwa motor telah mati.

302
ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006

KESIMPULAN dan SARAN

KESIMPULAN

a. Alat sensor suhu IC LM 135 ini telah bekerja dengan baik, walaupun hanya bersifat ON
/ OFF dan dengan rentang suhu yang terbatas tapi dapat dijadikan alternatif kelengkapan
pengamanan motor listrik.

b. Kenaikan suhu pada motor bukan hanya disebabkan oleh karena besarnya arus listrik yang
mengalir pada kumparan akibat pembebanan dan pengasutan tetapi juga dapat disebabkan
oleh suhu keliling dan sirkulasi pendinginan yang tidak sempurna.

c. Cara kerja alat sensor ini berbeda dengan cara kerja bimetal (overload), jika bimetal
hanya mendeteksi panas akibat arus yang melewatinya sedangkan alat sensor ini
mendeteksi suhu pada isolator kumparan motor.

SARAN

a. Perlu adanya peralatan yang mendukung penelitian yang lebih baik agar didapatkan hasil yang
maksimal.

b. Sebagai pengembangan penelitian alangkah baiknya jika tiap kumparan pada tiap
fasanya diletakkan alat sensor LM-135 atau LM sejenis yang memiliki rentang suhu yang
mendekati suhu maksimal dari kelas isolasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] FRANK D. PETRUZELLA, 2001, “ Elektronik Industri “ , penerbit ANDI, Yogyakarta

[2] SOELAIMAN, MABUCHI. M, 1995, “ Mesin Tak Serempak Dalam Praktek “ ,penerbit Pradnya
Paramita, Jakarta

[3] MICHAEL NEIDLE, 1991, “ Teknologi Instalasi Listrik, edisi ketiga “ , penerbit Erlangga,
Jakarta

303
Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN 0854 - 5561

lLAMPIRAN 1 :

Gambar 1. Alat sensor suhu LM 135 dan pendukungnya.

Gambar 3. Pengujian alat sensor suhu LM 135 pada motor listrik.

304

Anda mungkin juga menyukai