Tasawwuf
Tasawwuf
1. Pendahuluan
Istilah tasawwuf tidak dikenal dalam kalangan generasi umat Islam pertama
(sahabat) dan kedua (tabiin), ilmu tasawwuf menurut Ibn Khaldun merupakan ilmu yang
lahir kemudian dalam Islam, karena sejak masa awalnya para sahabat dan tabiin serta
genearasi berikutnya telah memilih jalan hidayah (berpegang kepada ajaran Al-Quran dan
Sunnah Nabi) dalam kehidupannya, gemar beribadah, berdzikir dan aktifitas rohani
lainya dalam hidupnya. Akan tetapi setelah banyak orang islam berkecimpung dalam
mengejar kemewahan hidup duniawi pada abad kedua dan sesudahnya, maka orang –
orang mengarahkan hidupnya kepada ibadat disebut suffiyah dan mutasawwifin.1 Nah
insan pilihan inilah kemudian yang mengembangkan dan mengamalkan tasawwuf
sehingga diadopsi pemikirannya sampai sekarang ini.
Secara lughat, “tasawwuf” berasal dari macam – macam kata, menurut Hamka,
tasawwuf berasal dari kata shifa` (suci bersih), shuf (bulu binatang), dan shufah
(golongan sahabat nabi yang memisahkan diri dari suatu tempat terpencil disamping
masjid Nabi). Dalam bahasa Arab, tasawwuf berasal dari kata tasrif : tasawwaf-
yatasawwafu-tasawwufan. Misalnya, tasawwafar-rajulu, yang berarti “seorang laki – laki
1
Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Ilmu Tasawuf, Penerbit : Bulan Bintang, Jakarta. Hal. 18.
.:: Makalah Studi Tasawuf, Imam Fachruddin (06510004) ::. Halaman …….- 1 -
Copyright © 03 Makalah Studi Tasawuf 3/23/2009
sedang bertasawwuf”. Dalam perspektif bahasa, tasawwuf adalah sikap mental yang
selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan selalu bersikap bijaksana, sikap dan jiwa demikian itu pada hakekatnya
merupakan akhlak yang mulia.2
Pengertian tasawwuf secara definitive banyak dilontarkan oleh para ahli
berdasarkan pengalaman para ahli tasawwuf yang berpengaruh terhadap perkembangan
tasawwuf itu sendiri, seperti Al-Bidayah, Al-Jahidah, dan Al-Mudzaqah. Tasawwuf
merupakan istilah yang berhubungan erat dengan “pengalaman kerohanian” dan karena
sifat batiniahnya berciri kas individual-subjektif, hal itulah yang membuat banyaknya
definisi tasawwuf, sehingga kita sukar dalam mendapatkan kesepakatan, seolah – olah
setiap sufi dan orang yang ahli dalam tasawwuf memberikan definisi berbeda sesuai
dengan pengalaman batinnya. Namun untuk memudahkan kita dalam memahami
tasawwuf, tasawwuf merupakan kesadaran murni (fitrah) yang mengarahkan jiwa yang
benar kepada amal dan kegiatan yang sungguh – sungguh menjauhkan diri dari
keduniawian guna mendekatkan diri pada Allah sebagai wujud yang mutlak.
Hal yang menarik dari pecinta tasawwuf adalah mereka meletakkan dasar – dasar
teori pengenalan Tuhan dengan cara tertentu yang tidak bersifat rasional, melainkan
melalui getaran hati sanubari lantaran iman dan ilham yang dilimpahkan Allah kedalam
jiwa manusia, dengan tasawwuf, seorang sufi bisa lepas dari pengaruh duniawi dan
berkonsentrasi kepada Allah yang maha kuasa, sangat berbeda dengan ahli kalam, yang
mengenal Tuhan dengan upaya penyelidikan dan mempergunakan akal pikiran,
sedangkan para ahli fiqih mencoba mempergunakan dalil naqli.
Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khulk,
dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangkai tingkah laku atau tabiat.3 Didalam
Da`iratul Ma`arif, akhlak ialah sifat – sifat manusia yang terdidik. Selain itu, pengertian
akhlak adalah sifat – sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang
mulia, sedangkan perbuatan buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.4 Di dalam Enslikopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang
2
Dr. M. Solihin, Akhlak Tasawwuf, manusia, etika dan makna hidup, Penerbit : Nuansa, Bandung Hal. 150
3
Luis Ma`luf, Kamus Al-Munjid, Al-maktabah al-Katulikiyah, Beirut, Hal. 194
4
Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hal. 1
.:: Makalah Studi Tasawuf, Imam Fachruddin (06510004) ::. Halaman …….- 2 -
Copyright © 03 Makalah Studi Tasawuf 3/23/2009
merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama
manusia5. Senada dengan ungkapan diatas, juga telah dikemukakan oleh Imam Gazali
dalam kita Ihya-nya bahwa “Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam – macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Pada hakekatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat – buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Beberapa istilah lain yang senada dengan istilah akhlak ialah
etika, moral, dan kesusilaan. Pokok pembahasan akhlak tertuju pada tingkah laku
manusia untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk, dan daerah pembahasan akhlak
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat.
Dalam perspektif perbuatan manusia, tindakan atau perbuatan dikategorikan menjadi dua,
yaitu perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja (akhlaki) dan perbuatan yang
lahir tanpa kehendak dan tak disengaja. Nah disinilah ada titik potong antara tasawwuf
dengan akhlak yang akan dibahas pada makalah ini.
Syariah berarti undang – undang atau garis – garis yang telah ditentukan termasuk
didalamnya hukum – hukum halal dan haram, yang disuruh dan dilarang, yang sunnah,
yang makruh, dan yang mubah.6 Selain itu ada juga yang menyebutkan bahwa syariah
berarti amalan lahir yang penting dalam agama dan biasa dikenal dengan rukun Islam dan
segala hal yang berhubungan dengannya. Syariat bersumber dari Al-Quran dan hadist.7
Di kalangan ahli-ahli hukum Islam, syariah diartikan seluruh ketentuan yang ada dalam
Al-Quran dan Al-Sunnah, baik yang berhubungan dengan akidah, akhlak maupun
aktivitas manusia baik diwujudkan dalam ibadah maupun muamalah.8
Haqiqah secara etimologi berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari segala
sesuatu, dalam dunia sufi, haqiqah diartikan sebagai aspek lain dari syari`ah yang
bersifat lahiriah, yaitu batiniah, sehingga rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti
dari syariah dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh orang sufi.
5
Soergarda Poerbakawatja, Enslikopedi Pendidikan, Gunung Agung, Jakarta. Hal. 9
6
Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Tasawuf, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hal. 97
7
Dr. M. Solihin, Akhlak Tasawwuf, manusia, etika dan makna hidup, Penerbit : Nuansa, Bandung Hal. 166
8
Prof. Dr. H.M. Yasir Nasution, Cakrawala Tasawwuf, sejarah, pemikiran, & kontektualitas, Penerbit :
Persada Pres, Jakarta. Hal. 77
.:: Makalah Studi Tasawuf, Imam Fachruddin (06510004) ::. Halaman …….- 3 -
Copyright © 03 Makalah Studi Tasawuf 3/23/2009
.:: Makalah Studi Tasawuf, Imam Fachruddin (06510004) ::. Halaman …….- 4 -
Copyright © 03 Makalah Studi Tasawuf 3/23/2009
karena itu seseorang yang ingin memasuki dunia tasawwuf harus lebih dahulu
mengetahui secara mendalam tentang isi ajaran Al-Quran dan Al-Hadist yang dimulai
dengan amalan lahir, baik yang wajib maupun sunnah. Sehingga setiap sufi, pada
akhirnya orang – orang yang telah mengamalkan perintah illahi secara baik, benar, tuntas
dan menyeluruh, sebab tanpa melalui tahapan ini seseorang tidak akan mampu naik ke
jenjang yang lebih tinggi. Dan jika ada orang yang mengaku sebagai pengamal ajaran
tasawwuf, tetapi ia meninggalkan syariah, maka dapat dikatakan bahwa ia mengikuti
jalan yang sesat.
Haqiqah juga dapat berarti kebenaran sejati dan mutlak, sebagai akhir dari semua
perjalanan, tujuan segala jalan. Pelaksanaan ajaran Islam tidak sempurna, jika tidak
dikerjakan secara integratif tentang empat hal, yaitu syariah, tariqah, haqiqah, dan
ma`rifah, maka apabila syariah merupakan peraturan, tariqah merupakan pelaksanaan,
haqiqah merupakan keadaan, maka ma`rifah merupakan tujuan, yaitu pengenalan Tuhan
yang sebenar – benarnya. Selain itu, syariah menurut para sufi diartikan dengan perintah
dalam melaksanakan ibadah dan hakikah diartikan dengan musyahadah terhadap Tuhan.
Referensi
Daudy, Ahmad, Dr., Kuliah Ilmu Tasawuf, Jakarta ; Bulan Bintang, 1998
Solihin, M, Dr., Akhlak Tasawwuf, Manusia, Etika Dan Makna Hidup, Bandung :
Nuansa, 2005
Asmaran , As, M.A, Dr, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2002
Asmaran , As, M.A, Dr, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2002
Solihin, M., Dr., Akhlak Tasawwuf, Manusia, Etika Dan Makna Hidup, Bandung :
Nuansa, 2005
Prof. Dr. H.M. Yasir Nasution, Cakrawala Tasawwuf, Sejarah, Pemikiran, &
Kontektualitas, Jakarta : Persada Pres. 2004
Arberry, A.J., Tasawwuf Versus Syari`at, Jakarta : Hikmah. 1979
.:: Makalah Studi Tasawuf, Imam Fachruddin (06510004) ::. Halaman …….- 5 -