Anda di halaman 1dari 39

KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK

Files under Bengkel Hati | Posted by admin

Meskipun banyak orang tua yangmengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi

masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan

anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.

Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan

tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya,

banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yangmenjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka

itu.

Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil

munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.

Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak

Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan

gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut

pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yangsebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi

sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita

khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap

tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya,

menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras

tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap

Pemberani.

Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan

tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap

berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong,

karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang

buasyang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.

Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya

mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan oranglain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak

fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan

kebenaran.

[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak

Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya

bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya.

Misalnya si anak minta tas baru yangsedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya

tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya,

maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta

mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.

Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa

atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena
kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng

dan tidak punya jati diri.

[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran

Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-

cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali

melakukannya.

[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran

Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi

kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya :

dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi,

ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada

pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik

[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga

Menemukan Yang Dicarinya.

Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –

waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari

perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu,

karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.

Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi,

pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar

beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja.

Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia

akan mencarinya dari orang lain.

[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya

Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-

baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak

mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba,

mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua

tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yangtersisa hanyalan

penyesalan tak berguna.

Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah

melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan

pendidikan anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal

akibatnya bagi masa depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan

shalihah serta berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.


Home Fatherhood Kesalahan-kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak
Kesalahan-kesalahan Orangtua dalam
Mendidik Anak
Penilaian Pengguna: /0

Nilai
Jelek Bagus
Ditulis oleh Administrator
Selasa, 15 Juni 2010 10:18
Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ?. Maka jawaban Anda, pasti tentu
saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih "Harimau yang memakan anaknya
sendiri", atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu
berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang
melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik
anak Anda :

1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies - Universitas
Indiana, "Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah
tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua". Nah sekarang tahu kan, bagaimana
menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan
mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang,
solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak
Anda butuh perhatian.

2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. "Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian -
cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan", contohnya Aisyah pulang dengan
mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara
berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang
tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.

3. Jarang Bertemu Muka


Kesibukan orang tua membuat intensitas bertemu dengan anak sangat kurang. Anak lebih
dipercayakan kepada pembantu, pengasuh anak, atau benda mati seperti televisi, vcd, dan play
station. Makanya jangan heran kalau perilaku anak tidak seperti orang tuanya, tetapi meniru apa
dan siapa yang lebih sering mengisi hari-harinya.

4. Terlalu Berlebihan dan Over Protektif


Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak
belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi
masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. Anak juga perlu
waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan
kreatifitas tumbuh.

5. Bertengkar Dihadapan Anak


Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah
"bertengkar" dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak
lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat
berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara
mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi
usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan
merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua
harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.

7. Mengabaikan Kata Hati


Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, "lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan
mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar
bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu".
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam
dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua
cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua.
Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.

9. Segalanya Diukur Dengan Materi


Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, "anak sekarang mempunyai banyak benda
untuk dikoleksi". Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah.
Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua
mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.

10. Bersikap Berat Sebelah


Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil
menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk
bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda.
Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

11. Tidak Sehati


Seringkali ayah tidak kompak dengan ibu dalam mendidik anak. Atau mungkin orang tua sudah
kompak, tetapi oma-opa/kakek-neneknya tidak demikian. Bila hal ini terjadi, maka akan membuat
anak tidak respek pada didikan orang tuanya. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya lebih menghargai
opa-omanya dan tidak menghargai orang tuanya. Oleh sebab itu, diskusikan hal ini ke semua
anggota keluarga, terlebih yang tinggal satu rumah, agar dalam mendidik anak, selalu satu suara,
satu standard, satu hati.
Dapet dari milis nih.. Terlalu bagus untuk hanya disimpan, lebih baik dishare di sini

Otak akan bertumbuh jika terus-menerus digunakan. Mengajarkan sesuatu kepada anak sejak usia dini, akan
memberikan banyak kesempatan bagi otaknya untuk berkembang.

Doronglah dan rangsanglah perkembangan sensor majemuk dan intelektual untuk menjamin lebih banyak
terjadinya interkoneksi sel otak pada anak. Kita dapat melakukan hal ini dengan menciptakan sebuah lingkungan
yang menggairahkan bagi keluarga. Yaitu dengan menciptakan suasana rumah yang kaya akan aneka warna
dan tekstur, di mana musik merupakan ciri khas yang selalu ada. Orang-orang di rumah berbicara satu sama
lain, di mana permainan untuk segala usia tak pernah berhenti, dan terdapat gelak tawa setiap hari.

Pastikan bahwa perkembangan mental anak kita adalah “padat otak”, dengan mendorong perkembangan
belahan otak kiri dan otak kanannya. Sedapat mungkin buatlah dia tertarik pada banyak subyek dan topik sejak
usia dini. Jangan biarkan dia menjadi ‘berat sebelah’. Doronglah dia agar mampu menangani berbagai kegiatan
fisik dan mental dan tekankan pentingnya memiliki banyak bakat dalam berbagai bidang. Hal ini sangat penting
dalam masa sekarang di mana dunia kerja sangat membutuhkan orang-orang yang kreatif dan serba bisa.

Suasana belajar sambil bermain membantu belajar menjadi menyenangkan. Dalam keadaan “happy”, informasi
yang diberikan akan mudah diserap oleh otak anak. Anak menjadi cerdas dan orang tuapun bangga. Pada
umumnya semua orang tua sayang banget kepada anak-anaknya (kecuali ada beberapa yang tidak sayang
karena suatu alasan tertentu!). Anak-anak penuh rasa ingin tahu. Apa saja yang dilihatnya pasti akan
ditanyakannya. Kalau bisa benda itu diutak-atik, maka dia akan mengotak-atiknya sampai puas, bahkan sampai
benda itu rusak berat.

Orang tua yang mungkin tidak mengerti, bisa menjadi marah karena benda kesayangannya rusak. Dan anak
yang merasa telah puas dengan hasil karyanya menjadi kaget dan takut sekali karena dimarahi bapaknya.

Dalam usia ini, otak anak yang penuh imaginasi dan rasa ingin tahu akan banyak membuat kesalahan dan
banyak bertanya. Jawablah setiap pertanyaan anak dengan jujur, sesuai fakta, dan happy. Wajarlah jika mereka
membuat kesalahan. Kita saja sebagai orang dewasa yang telah “makan bangku sekolahan” selama bertahun-
tahun, masih saja melakukan kesalahan. Jadi jika anak salah, ya gak apa-apa lagi…..

Seperti kata Ibu Irene, seorang praktisi Glenn Doman, mendidik anak perlu 4S, yaitu SABAR, SABAR, SABAR,
dan SABAR.

Ada juga cara lain yang bisa dilakukan yaitu jangan marahi anak pada waktu dia melakukan
kesalahan. Membacakan cerita kepada anak yang ada hubungannya dengan kesalahannya itu adalah jalan yang
lebih baik. Bacakan cerita pada saat hati anak dan orang tua lagi happy.

Nah, jika di kesempatan lain dia melakukan kesalahan yang sama lagi, bisa mengingatkan dia akan cerita itu,
dengan suara yang ramah, hati dipenuhi oleh kasih sayang, tanpa perasaan marah sedikit pun, dan muka penuh
senyum.

Orang tua adalah guru pertama dan terbaik bagi anak. Orang tua adalah teladan bagi anak. Jika ingin anak
tidak ringan tangan, maka perlakukan mereka dengan ramah. Anak adalah PENIRU yang ulung. Mereka akan
meniru dengan cepat apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Berhati-hatilah!
Mendidik anak dengan kekerasan akan menimbulkan si anak juga akan melakukan hal yang sama kepada orang
lain. Sebagai orang tua, s sangat mengerti bahwa dibutuhkan berjuta-juta kesabaran.

Menerapkan prilaku yang baik memerlukan cara yang efektif agar anak dapat memahaminya. Bukan dengan ikut
memukul, dsb.

Dengan memangku anak dan membacakan cerita itu untuknya dengan penuh kasih sayang, anak akan lebih
memahami bahwa perbuatannya tidak baik. Dia akan berprilaku baik tanpa harus dimarahi.

Bukankah ini cara yang lebih menyenangkan? Daripada menggenjot emosi buruk dan sesudah itu baru
menyesal, kenapa anak dimarahi? Jadi belajar lebih sabar dan berempati pada anak

Anak harus diajar disiplin sejak balita. Bukan hanya mulai usia 2 tahun ya.

Menerapkan displin dengan komunikasi efekfif akan sangat membantu. Ada beberapa teknik dasar untuk
berbicara pada anak.

• Turunkan tubuh setinggi tubuh anak. Duduk atau berlutut, pilih yang nyaman.

• Tatap mata anak. Hal ini sangat penting. Jika perlu, palingkan wajah anak dengan lembut

dengan tangan agar dia menatap langsung ke mata orangtua.

• Jika anak dalam keadaan kesal / marah, usaplah punggung atau perutnya.

• Berkatalah dengan suara yang tegas tapi lembut. Suara yang serius adalah suara yang

tidak tinggi.

• Beri kata-kata pada anak untuk mengalirnya percakapan. Contohnya untuk anak yang

masih kecil, katakan, “Coba ikuti Ibu” dan doronglah mereka untuk mencoba. Untuk anak-

anak yang lebih besar, kita bisa berkata sesuatu yang terlihat jelas, “Kamu kelihatannya

kesal” atau “Coba kasih tahu Ibu / Ayah apa yang membuatmu kesal?” atau “Kamu tidak

mau minum susu karena apa?”

• Ulangi apa yang dikatakan oleh anak. Ini menunjukkan kalau kita benar-benar

mendengarkan.

• Jangan menyela. Biarkan anak mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Katakan

kalau kita mengerti. Dan jika giliran kita tiba, anak akan berhenti bicara dan anak akan

mendengarkan.

• Tetap tenang, betapa pun bergejolaknya hati kita.

Jadi, yang diperlukan di sini adalah komunikasi yang efektif. Kata-kata ancaman biasanya hanya temporer saja.
Untuk lebih membuat anak mengerti kenapa sesuatu itu tidak boleh dilakukan, lebih baik dengan cara di
atas. Ajaklah anak berkomunikasi dari hati ke hati.

Kebiasaan ini sangat bermanfaat sampai anak dewasa. Dengan kedekatan emosi antara orang tua dan anak,
maka apa pun yang menjadi keresahan hatinya, anak akan mencari orangtua untuk sharing.

Jika orang tua membentak anak, maka anak akan membentak orang tuanya dengan suara yang lebih keras. Jika
dia tidak menurut, cari tahu dan tanyakan, “Kenapa adik tidak mau melakukan apa yang Mama katakan?”

Dengan nada suara yang tetap ramah dan wajah tersenyum. Mungkin anak akan terkejut kok mamanya bisa
tetap tenang begini? Lama-lama anak akan tersentuh juga hatinya karena melihat mamanya tidak marah. Pada
saat dia mengatakan alasannya kenapa tidak menurut sama mama, bahaslah itu bersamanya. Ajaklah dia
berdiskusi seperti kita dengan seorang teman.

Anak juga merasa dihargai dan senang kalau mamanya meminta pendapatnya akan sesuatu.
MAKALAH : MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN
MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN
Oleh : Daniel F. Iswahyudi, S.Th.

PENDAHULUAN
Masalah anak dan remaja masa kini sungguh kompleks. Ayah dan ibu pun harus bahu-membahu
dalam mendidik dan membina anak-anak mereka. Ibu Ani, sebut saja begitu, tersentak saat
menemukan kalimat ‘aneh’ di buku anaknya. Kalimat itu kurang lebih begini, …”Aku mencintaimu.
Nanti kita mandi bareng, baru ciuman.” Sang buah hati masih duduk di kelas 1 SD. Wanita itu tidak
membayangkan anak seusia anaknya berpikiran seperti dalam kalimat yang ditulisnya. Tak percaya
dengan ungkapan dalam kalimat itu, Ani lalu bertanya, `’Ini tulisanmu, ya?”`’Ya, tapi disuruh
(teman),” jawab si anak. Merasa tidak puas, Ani menyampaikannya kepada guru kelas. Sang guru
mengatakan, teman anaknya itu memang suka menyuruh teman-temannya menuliskan hal-hal
semacam itu. Ani pun bertanya, “Bagaimana saya bicara ke anak saya?”

Kalau anak sudah menulis seperti itu, orang tua jangan lagi membuang waktu. Misalnya, menunggu
waktu yang dianggap tepat untuk mengatasinya. Apalagi berharap penyelesaian dari guru di sekolah.
Anak kita harus kita urus sendiri. Masalah anak dan remaja saat ini memang berat. Orang tua sibuk
dengan banyak persoalan, juga serbuan media seperti koran, majalah, televisi, video hingga internet.
Mengharapkan sekolah untuk bisa mengatasinya, pun tidak mudah, karena umumnya sekolah lebih
mengedepankan perkembangan otak kiri.

Dalam Amsal 22:6 dikatakan “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Ini adalah sebuah perintah dan janji yang datang dari Tuhan bagi setiap orang tua dan para pembina
anak. Perintah untuk mendidik anak dan janji bahwa pendidikan yang dilakukan sejak dini itu akan
terus tertanam hingga ia dewasa. Dan setiap orang tua pasti merindukan anak-anaknya memiliki
karakter yang baik mulai dari kecil hingga mereka dewasa. Tetapi, mendidik anak sehingga anak
menjadi seperti yang diharapkan orang tua, bukanlah hal yang mudah. Ada tantangan yang harus
dihadapi oleh orang tua sebagai pendidik dan pembimbing anak. Tantangan itu bisa berasal dari diri
orang tua sendiri, maupun dari lingkungan dan media modern saat ini.

I. TANTANGAN DARI DIRI ORANG TUA


Ketika anak tidak mau mendengarkan nasihat orang tua, bertindak semau sendiri dan suka
memberontak melawan orang tua, maka orang tua seperti mendapat tantangan dalam mendidik
anak-anaknya. Tetapi tanpa disadari, jauh sebelum sifat dan perilaku yang ‘tidak baik’ itu muncul,
orang tualah yang kemungkinan salah mendidik atau salah memberikan teladan kepada mereka.
Kalau bicara tantangan, sebenarnya tantangan yang pertama dan paling utama, berasal dari orang tua
sendiri. Tantangan dari diri orang tua lebih bisa disebut kesalahan-kesalahan orang tua dalam
mendidik anak atau dalam membangun hubungan dengan anak-anaknya.

Ada beberapa kesalahan yang harus dibenahi dari pihak orang tua dalam hal ini:

1. Gagal Menjadi Pendengar


Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua cenderung mengabaikan apa yang anak
mereka ungkapkan.” Contohnya: suatu hari anak pulang dengan baju kotor, pipi dan matanya lebam
membiru, ada sedikit darah kering di sela bibirnya yang terluka. Apa reaksi orang tua? Ada orang tua
yang langsung menghakimi anaknya berkelahi dan langsung menghukumnya. Ada juga yang bereaksi
dengan mencecar anaknya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Dan tidak banyak yang
mendudukkan anaknya, memberi minum dan membiarkan anaknya tenang, kemudian duduk di
hadapannya dan berkata, ceritalah nak, ibu/ayah siap mendengarkan….

Menjadi pendengar yang baik itu berarti mendengarkan dengan sungguh-sungguh tanpa
menginterupsi dan tanpa terganggu oleh keadaan sekitar, atau memalingkan perhatian ke hal yang
lain selama anak bercerita. Dengan mendengar anak-anak Anda secara aktif berarti menganggap
bahwa mereka cukup istimewa untuk menerima perhatian penuh dari Anda. Berikan tanggapan yang
bukan hanya sekedar basa-basi ketika anak Anda mengungkapkan atau menceritakan apa yang telah
terjadi atau yang mereka rasakan. Biarkan mereka membangun kebiasaan berkata jujur dan terbuka
tanpa rasa takut, sejak mereka kecil. Karena ini akan sangat berpengaruh ketika mereka menginjak
remaja dengan pergaulan dan pengaruh dunia luar yang kompleks.

Bila anak kita sedang bercerita pada kita, jangan memotong cerita anak. Jangan mendengarkan
dengan posisi tiduran, karena saya yakin Anda akan tertidur sebelum anak selesai bercerita. Jangan
mendengarkan cerita sambil melakukan kegiatan lain, seperti nonton TV, main komputer, makan, dll.
Itu menunjukkan bahwa kita tidak sungguh berminat mendengarkan anak kita. Jangan menghakimi
atau mengecam anak, ketika ia mengungkapkan kejujuran yang ternyata berisi pelanggaran atau
kenakalan. Hargailah kejujurannya, kalau memang harus dihukum, kurangilah hukumannya sebagai
reward atas kejujurannya.
Keberhasilan kita mendengarkan anak kita akan terlihat dengan imbal balik anak mendengarkan kita.
Tetapi bila kita tidak mau atau gagal mendengarkan anak kita, jangan heran dan marah ketika mereka
tidak lagi mau mendengarkan kita. Jangan menjadi orang tua yang otoriter, yang menganggap setiap
perkataan kita harus didengarkan, sementara kita sendiri tidak mau mendengarkan. Mendengarkan
itu memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Ingat apa yang kita tabur, itu
yang kita tuai.

2. Gagal Untuk Berbagi


Anak-anak membutuhkan perhatian, diajak berbicara, kebenaran, kepercayaan, sentuhan, ucapan
terima kasih, dll. Itu semua adalah bentuk dari kesediaan kita sebagai orang tua untuk berbagi kepada
anak. Kadang-kadang cerita-cerita kita di masa kecil/remaja merupakan cerita yang menarik dan bisa
diteladani bagi anak-anak kita. Diskusikan hal-hal yang membebani anak atau justru membebani kita
dalam waktu bersama, sehingga terbentuk sebuah keterikatan saling membutuhkan antara kita dan
anak kita.

Kegagalan untuk berbagi ini bisa disebabkan karena kesibukan orang tua sehingga tidak punya waktu
atau kurang waktu untuk bertemu dengan anak. Apalagi di kota-kota besar yang kebanyakan kedua
orang tua bekerja. Bukan kwantitas waktu yang saya bicarakan di sini, tetapi kualitas waktu
kebersamaan kita dengan anak, itulah yang lebih penting. Jadikan waktu bersama dengan anak
menjadi waktu yang menyenangkan. Nikmati kebersamaan itu sehingga anak tahu, bahwa ayah
ibunya juga senang bersama dengan mereka.

Mendengarkan dan didengarkan adalah bentuk dari hasrat untuk berbagi. Kita memberi pendapat,
dan biarkan anak juga mengemukakan pendapatnya. Kita memberi nasihat, biarkan pula
mengungkapkan nasihatnya. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan kita.
Jadikan waktu libur, adalah waktu untuk keluarga. Jangan berdalih pekerjaan atau pelayanan lebih
penting. Keluarga kita adalah tanggung jawab kita yang pertama sebelum kita melayani orang lain.
Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

Kegagalan yang lain mungkin disebabkan oleh ketidakpedulian orang tua akan perkembangan anak
mereka. Ayah menganggap pendidikan anak adalah kewajiban ibu, ibu menganggap ayah tidak
mendukung, sehingga yang terjadi kemudian lebih kepada tidak peduli. Yah, biarkan saja anak
tumbuh dengan sendirinya, toh di sekolah mereka sudah mendapatkan pendidikan.

Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda
untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi
yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka.
Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.

Kenali bagaimana anak Anda bertumbuh dan mengembangkan pikiran- pikiran dan kreativitasnya.
Hasil riset yang telah dilakukan menemukan bahwa 'seorang ayah yang berhasil' mengetahui apa yang
dilakukan oleh anaknya ketika merasa sedih, menghadapi hari yang sulit, hal-hal apa saja yang
membuat anak mereka merasa senang, kelebihan dan kekurangan dari anak-anak mereka, nama-
nama teman anak mereka, dan lain sebagainya. Anda dapat mengenal anak Anda dengan meluangkan
waktu sejenak bersama dengan anak-anak Anda.

3. Tidak Konsisten
Kadangkala orang tua sendiri tidak konsisten dengan apa yang mereka katakan, sehingga gagal
menegakkan aturan dan norma kebenaran dalam rumah. Hari ini melarang, besok mengizinkan, atau
ibu melarang tetapi ayah memperbolehkan. Sehingga dalam rumah ada aturan ganda. Ada dualisme
yang membuat anak bingung harus melakukan yang mana. Bila orang tua tidak konsisten, maka anak
akan berpikir bahwa setiap aturan yang diterapkan dalam rumahnya, tidak kuat dan gampang untuk
dilanggar. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
Disamping itu, bila kita membuat aturan, jangan pula kita yang melanggarnya. Seringkali orang tua
membuat aturan, ketika anak melanggar, orang tua menghukum, tetapi ketika orang tua melanggar,
siapa yang menghukum???

Sikap konsisten tidak hanya menyangkut aturan, tetapi juga janji-janji yang diucapkan kepada anak.
Setiap janji harus ditepati, apapun konsekuensinya. Anak-anak di sekolah minggu diajari bahwa Janji
Tuhan Ya dan Amin, artinya selalu ditepati. Darimana mereka belajar, penggenapan janji ini, kalau
tidak dari orang tuanya. Bila ayah atau ibu suka mengingkari janji, maka gambaran anak akan Bapa di
Sorga yang tidak pernah ingkar janji akan rusak.

Sikap konsisten orang tua mengenai penegakan aturan dan ketepatan janji, akan membuat anak
percaya pada orang tuanya. Tidak hanya takut dan hormat, tetapi akan bangga kepada ayah atau ibu
yang bisa dipercayai.

4. Gagal Menjadi Teladan


Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah
“bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar di depan anak mereka, khususnya anak
lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat
berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara
mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi
usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

Ini hanyalah salah satu bentuk keteladanan orang tua kepada anak. Bentuk keteladanan yang baik
dari orang tua dibutuhkan dalam segala aspek perilaku dan perkataan. Orang tua ibarat guru: digugu
dan ditiru, kalau orang tua kencing berdiri, anak kencing berlari. Artinya, apa yang kita teladankan,
maka anak akan melakukannya lebih lagi. Kita beri dia teladan buruk, maka ia akan berperilaku lebih
buruk lagi. Bila kita gagal memberi teladan yang baik kepada anak, maka bisa dipastikan, suatu saat
perilaku anak akan menjadi bumerang yang menyusahkan kita.

Anak adalah peniru yang ulung. Anak akan mengucapkan apa yang dia dengar dan melakukan apa
yang dia lihat. Berilah anak teladan yang baik dalam berbicara, dalam kesopanan dalam pengenalan
akan Tuhan, dalam doa, dalam ibadah, dll. Teladan kita lebih keras berbicara, ketimbang perkataan
kita. Berilah mereka teladan, maka mereka akan menirunya.

5. Gagal Membina Cinta Kasih


Tunjukan kasih sayang Anda pada istri di depan anak-anak. Perkataan dan tindakan yang berjalan
bersama-sama memberikan bukti yang menyakinkan bahwa ayah mencintai ibu dan semua berjalan
dalam satu kesatuan. Hal ini penting karena bagi anak seorang ayah merupakan contoh seorang
pemimpin yang patut ditiru. Cinta itu juga berarti menerima apa adanya dan selalu bersedia
mengampuni kesalahan orang lain.

Di atas semua keteladanan dan didikan kepada anak, letakkan dasar kasih. Dalam setiap ajaran,
setiap hukuman, setiap nasihat dan aturan, kita membutuhkan kasih. Hajarlah anak dengan kasih,
nasihati mereka dengan kasih, teladankan kepada mereka hubungan yang penuh kasih dengan
menunjukkan cinta kasih antara suami dan istri. Anak akan melihat ayah mengasihi ibu, ibu
mengasihi ayah, orang tua mengasihi anak, dengan demikian mereka juga akan melakukannya
dengan kasih.

Bila kita gagal membangun hubungan yang penuh cinta kasih ini, maka bisa dipastikan anak-anak
akan tumbuh dengan hati yang luka dan pahit. Kekecewaan karena tidak menemukan kasih di rumah,
maka mereka akan mencarinya di luar rumah. Dengan bergaul dengan komunitas yang mau
menerima mereka, berpacaran, free sex, dan narkoba. Pelarian dari anak yang kurang mendapat
perhatian dan cinta dari orang tuanya, lebih cenderung ke arah yang negatif dan merugikan diri si
anak.
Oleh sebab itu, limpahilah anak-anak dengan kasih. Agar mereka tidak perlu mencarinya di luar
rumah. Terima mereka apa adanya, agar mereka juga tidak perlu mencari penerimaan di luar rumah.
Untuk membina cinta kasih yang sesungguhnya, bacalah dan lakukanlah I Korintus 13. Ini akan
membuat hubungan antara ayah dan ibu jadi baik dan berdampak pada hubungan yang baik dengan
anak dan orang tua.

II. TANTANGAN DARI LINGKUNGAN


Lingkungan di sekitar kita dan lingkungan bergaul anak akan sangat berpengaruh kepada anak.
Kecerdasan, mental dan kerohanian anak lebih banyak ditentukan oleh lingkungan dimana dia
berada, ketimbang sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Bila mereka hidup di lingkungan yang
baik, suka belajar dan bekerja, cinta Tuhan dan suka melayani, maka mereka akan tumbuh menjadi
anak yang cerdas, cinta Tuhan dan peduli dengan sesamanya.

Tetapi coba kita biarkan anak kita hidup di lingkungan orang-orang malas, tidak takut Tuhan, dan
suka berbuat kejahatan, maka bisa dipastikan, mereka akan menjadi anak yang berandalan, pemakai
atau bahkan pengedar narkoba dan hidup dalam kegagalan. Salah satu contoh anak dalam Alkitab
yang hidupnya dipengaruhi lingkungannya ada dalam : Hakim-hakim 11:1

1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan yang paling utama itu adalah keluarga. Sudahkah ayah dan ibu menjadi teladan yang
baik? Sudahkah seluruh orang dewasa dalam keluarga kita sehati dalam melakukan pendidikan dan
pembinaan kepada anak kita? Sudahkah keluarga menjadi tempat menyenangkan bagi anak kita? Bila
rumah dan keluarga kita adalah tempat menyenangkan bagi anak kita, maka bisa dipastikan, mereka
tidak akan mencarinya di luar rumah. Dan itu artinya perkembangan pribadi anak akan mudah
dikontrol.

2. Masyarakat Di Sekitar Tempat Tinggal Kita


Perhatikan bagaimana tetangga-tetangga di mana kita tinggal. Perhatikan bagaimana anak-anak kita
bergaul dengan mereka. Pengaruh apa yang paling banyak diterima anak kita dari mereka? Bila
pengaruh buruk yang lebih banyak ‘ditularkan’ maka orang tua harus pandai-pandai mengatur waktu
bermain mereka dengan anak-anak di sekitar kita.

3. Lingkungan Sekolah
Di sekolah tidak hanya pengaruh baik yang diterima anak. Tetapi ada juga anak-anak yang “nakal”
dan suka bicara/berlaku tidak baik. Pengaruh ini akan diserap anak dan akan dibawa pulang. Itu
sebabnya tidak heran ketika ada orang tua yang mengeluh ketika anaknya “bicara kasar” atau
“Ngomong jorok” di rumah. Padahal di dalam keluarga tidak pernah ada yang mengajarkan demikian.
Ada baiknya bila secara berkala orang tua juga memonitor pergaulan anak dengan cara datang sendiri
ke sekolah dana memperhatikan bagaimana teman-teman bergaul anak kita di sekolah, atau
berkomunikasi dengan gurunya mengenai hal ini.

4. Teman-Teman Bergaul Anak Kita


Selain teman di rumah, teman di lingkungan kita, teman di sekolah, kadang-kadang anak-anak kita
juga memiliki lingkungan bergaul sendiri. Misalnya mereka memiliki kelompok belajar, kelompok
home schooling, kelompok kursus, kelompok band atau kelompok di gereja. Bila hubungan orang tua
dan anak saling terbuka dan saling percaya, maka hal ini mudah dimonitor. Tetapi bila hubungan
antara anak dan orang tua dalam “masalah” maka pergaulan mereka akan sulit kita pantau. Tak heran
bila suatu hari orang tua mendapati anaknya berpenampilan “aneh”, merokok, atau bahkan menjadi
pecandu narkoba. Bila hal itu yang terjadi, maka sia-sialah semua ajaran yang baik yang diajarkan di
rumah, di gereja atau di sekolah. Ingat ayat ini: 1 Korintus 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Lalu bagaimana agar anak-anak kita tidak terbawa pada pengaruh buruk pergaulan mereka? Cara
yang paling mudah tetapi tidak mudah memulainya adalah dengan membangun mezbah keluarga.
Pastikan selalu ada waktu untuk mezbah keluarga! Sebab dalam mezbah keluarga ini kita bisa berbagi
cerita dan saling terbuka tentang kejadian-kejadian dalam keseharian kita dan anak kita. Di samping
itu kita bisa saling mendoakan di antara anggota keluarga. Dan dengan cara yang tidak kita mengerti
Doa itu akan memagari kita dan anak kita dari pengaruh buruk dunia ini.

III. TANTANGAN DARI MEDIA MASA KINI


Media cetak dan elektronik sudah menjadi barang yang dengan mudah bisa kita nikmati di mana saja.
Dapat dipastikan bahwa setiap orang sudah pernah menggunakannya, setidaknya mengetahui dan
melihatnya. Memang, di zaman yang sudah serba canggih ini peranan media massa semakin penting.
Dengan keberadaan mereka, kita bisa mendapatkan berbagai informasi dari berbagai belahan dunia.
Selain itu, media massa juga bisa menjadi sarana hiburan saat kepenatan mulai kita rasakan.

Bila dimanfaatkan dengan tepat, media massa bisa menjadi alat yang akan memperkaya pengetahuan
kita. Namun sebaliknya, media massa juga bisa menjadi "pembunuh" bila tidak digunakan dengan
bijaksana. Tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menjadi korbannya, saat ini anak-anak pun
sangat berpeluang menjadi korban. Perhatikan saja, berapa lama seorang anak duduk di depan
televisi atau permainan setiap harinya. Perhatikan juga berapa banyak majalah dan buku cerita yang
sering kali dengan jelas menampilkan cerita-cerita yang mengandung unsur kekerasan, pornografi
dan okultisme.
Di sinilah sikap bijaksana dan selektif orang tua sangat berperan. Orang tua harus pandai mengatur
dan mengontrol anak-anak mereka supaya mereka tidak dikuasai oleh media massa. Mengingat
pengaruh buruk media massa terhadap anak jika tidak digunakan dengan tepat.

Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan
22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Tetapi sayangnya,
orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama di depan TV daripada mengganggu aktifitas
orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya film atau iklan negatif yang
tidak mendidik.

1. TELEVISI
Mungkin televisi merupakan kekuatan yang dapat dengan mudah merembes masuk ke dalam
masyarakat kita. Anda dan anak Anda perlu terampil dalam menyaring hal-hal mana yang dapat Anda
terima dan mana yang tidak, selama menghadapi tabung ajaib ini. Dalam hal ini, keterampilan untuk
menyaring itu lebih diperlukan dibandingkan dalam hal-hal lainnya. Tergantung dari kebiasaan-
kebiasaan menonton dan waktu yang dihabiskan untuk itu, televisi dapat memberikan pengaruh yang
positif atau negatif terhadap anak Anda.
Dilihat dari segi negatifnya, terlalu banyak menonton televisi atau menonton televisi tanpa
pengarahan dan didikan tertentu dari orang tua, dapat memberi pengaruh yang merugikan seperti di
bawah ini.
1. Iklan di televisi itu memengaruhi anak untuk menginginkan dan membeli barang-barang yang
belum tentu baik untuk dia atau yang tidak betul-betul diperlukannya.
2. Televisi dapat dijadikan tempat pelarian dari kenyataan hidup yang sebenarnya.
3. Benda ini dapat menggantikan persahabatan dan suasana bermain yang aktif, menghalang-halangi
kreativitas, dan perkembangan pribadinya.
4. Televisi dapat menyebabkan beberapa anak tertentu menjadi agresif dan bahkan kejam.
5. Televisi dapat menyebabkan seorang anak mempunyai pandangan yang tidak realistis tentang
dunia ini.
Akan tetapi jika digunakan dengan benar, televisi dapat bermanfaat.
1. Televisi dapat mengumpulkan dan mendekatkan keluarga.
2. Televisi dapat merangsang percakapan di antara para anggota keluarga.
3. Televisi itu dapat melegakan perasaan tertekan dan memberi perasaan santai kepada seorang anak.
4. Televisi dapat menjadi hiburan yang sehat.
5. Televisi dapat menjadi sarana bagi seorang anak untuk memperoleh informasi, gagasan, dan
pandangan yang lebih luas.
6. Televisi dapat memperluas persepsi seorang anak tentang dunia ini.

Tiga pertanyaan di bawah ini merupakan pertanyaan yang paling penting.


1. Berapa lama sebaiknya menonton televisi itu?
2. Acara-acara yang bagaimana yang sepatutnya dihindari?
3. Bagaimana cara Anda meningkatkan daya saring anak Anda dalam memilih apa yang akan
ditontonnya pada layar televisi?
Ada banyak pendapat yang berbeda-beda, tetapi beberapa prinsip berikut ini pada umumnya dapat
diterima.
1. Tidak menjadi soal berapa jam sehari atau seminggu anak Anda diperkenankan menonton televisi
(sebagian mengatakan satu jam sehari itu batasnya; yang lainnya mengatakan boleh sampai empat
jam), tetapi demi kesehatan mentalnya, tidaklah baik bagi seorang anak untuk menonton televisi lebih
dari dua jam secara terus-menerus (atau lebih tepat, maksimal dua jam per hari). Menonton adalah
suatu kegiatan yang pasif, sedangkan dalam kehidupan ini orang yang aktif melakukan sesuatu jauh
lebih produktif daripada orang yang hanya sekadar menjadi pengamat.
2. Pengaturan waktu atau menonton pada saat yang tepat itu sama pentingnya dengan jumlah waktu
yang dipergunakan untuk menonton. Apakah waktu yang dipergunakan untuk Anda sekeluarga
menonton televisi itu mengganggu waktu Anda sekeluarga makan bersama atau menjadi pengganti
saat Anda sekeluarga bercakap-cakap dengan santai? Apakah menonton televisi telah merampas
waktu bercerita sebelum tidur atau waktu Anda sekeluarga berdoa bersama? Apakah menonton
televisi itu telah menyisihkan kesempatan untuk Anda sekeluarga berjalan-jalan pada waktu sore,
bermain, atau membaca bersama-sama sebagai satu keluarga?

Berikut ini langkah/tips praktis yang dapat Anda terapkan.


1. Berikan teladan. Sikap orangtua akan ditiru anak. Sebaiknya orangtua lebih dulu menentukan
batasan bagi dirinya sendiri dulu sebelum membuat batasan bagi anaknya. Misalnya, orangtua hanya
menonton TV pada saat merasa lelah atau bosan pada kegiatan lain. Dengan begitu, Anda tidak
menjadikan menonton TV sebagai menu utama setiap hari. Jangan hidupkan TV sepanjang waktu.
Matikan TV ketika sedang makan, berdoa bersama, bercengkerama, atau belajar.
2. Hindari memanfaatkan TV sebagai babysitter. Di tengah kesibukan kerja, para orangtua lebih
merasa aman dan tenang jika anak duduk manis di depan pesawat TV ketimbang main di luar.
Tingginya angka kejahatan dan semrawutnya lalu lintas sudah membuat orangtua mengkhawatirkan
keselamatan putra- putrinya. Untuk mengalihkan menonton TV, berikanlah aktivitas positif bagi anak
seperti ikut kursus, olahraga, berkebun, mewarnai, memancing, membantu memasak, dan
sebagainya.
3. Buat jadwal. Ajak anak bersama-sama membuat jadwal kegiatan anak pulang sekolah. Yang penting
beri porsi tidak lebih dari dua jam untuk menonton TV.
4. Letakkan pesawat TV di tempat terbuka. Dengan begitu Anda bisa memantau acara apa yang
sedang ditonton anak. Namun begitu, usahakan juga letak pesawat TV tidak menjadikannya sebagai
pusat aktivitas keluarga. Jangan menempatkan TV di kamar anak (kalau radio boleh).
5. Pakailah TV untuk mendidik. Ada beberapa acara TV yang bagus ditonton bersama seperti program
dokumentasi, edutainment (tayangan edukatif yang menghibur seperti discovery), kuis, olahraga,
konser musik klasik, talk show, (lihat dahulu "Acara TV" yang layak ditonton -- biasanya terdapat di
koran).
6. Diskusikan adegan anti sosial di TV. Ajaklah anak membahas: Apakah kata-kata kasar yang
diucapkan patut ditiru? Apakah perilaku kekerasan itu layak dicontoh? Apakah setiap masalah harus
diselesaikan dengan berkelahi? Diskusikan dan bandingkan nilai-nilai yang ada dalam TV dengan
nilai kristiani.
7. Terangkan antara fakta dan fiksi. Anak masih kesulitan membedakan antara fiksi dan fakta. Tokoh
drakula yang Anda anggap biasa saja, bisa membuat anak ketakutan dan susah tidur. Terangkan
proses pembuatan film/sinetron laga dan misteri, termasuk trik-trik pembuatannya. Apakah darah
yang muncrat itu sungguhan? Mengapa jagoannya bisa terbang? Jelaskan bahwa untuk adegan yang
berbahaya dilakukan pemeran pengganti yang terlatih. Ada teknik tertentu untuk memuat pemainnya
bisa mengecil, menghilang dan menembus tembok. Jelaskan juga tali (sling) yang dipakai untuk
membuat pemainnya bisa melayang.
8. Diskusikan tayangan iklan. Mengapa ada iklan di TV? Apa tujuan iklan? Mengapa iklan selalu
tampak menarik? Apakah iklan pernah menunjukkan kekurangan barang yang diiklankan? Apakah
iklan yang bagus berarti barang yang diiklankan pasti bagus? Tunjukkan barang-barang yang paling
sering diiklankan di TV. Ajak anak membandingkan: lebih bagus mana penampilan sebenarnya
dengan yang di TV?
9. Rumuskan bersama aturan menonton TV. Aturan ini berlaku untuk semua anggota keluarga, juga
pembantu, babysitter, famili, teman, tamu atau tetangga yang nebeng menonton.
10. Tolaklah semua media yang mengandung kekerasan. Bukan hanya TV, PlayStation pun
mengandung banyak adegan kekerasan. Buatlah kesepakatan bahwa tidak ada tempat dalam keluarga
bagi media yang mengandung kekerasan. Entah itu berupa TV, VCD/CD, PlayStation, Video Games,
radio, kaset atau bacaan.
Anak Anda dapat dengan bijaksana memilih acara mana yang akan ditontonnya. Percayalah bahwa
Allah dapat memberi hikmat dan bersiapsedialah untuk mulai terjun dalam pertempuran khusus ini.
Televisi tidak perlu menjadi monster di dalam keluarga Anda.

2. GAME
Banyaknya permainan yang tidak sesuai dengan usia anak membuat perkembangan anak dapat
terganggu. Terlebih lagi usia anak-anak adalah usia dimana mereka menirukan apa yang mereka lihat,
tanpa mengetahui konsekuensinya. Kalau yang mereka lihat hal-hal yang baik, tentunya tidak
masalah jika mereka menirukannya. Namun jika yang mereka lihat adalah hal-hal yang buruk, seperti
kekerasan, seksualitas, dan lain-lain, tentunya akan berpengaruh buruk pula pada psikologi mereka.

Mari bersama-sama melihat sejauh mana dampak negatif video game yang bisa menjadi candu bagi
anak-anak kita. Dalam hal ini bukan dampak yang bersifat sementara, namun dampak yang bersifat
jangka panjang, yang sedikit banyak berpengaruh pada perkembangan aspek pendidikan, kesehatan,
keadaan psikis anak, dan kehidupan sosial anak.
1. Aspek Pendidikan. Anak yang gemar bermain video game adalah anak yang sangat menyukai
tantangan. Anak-anak ini cenderung tidak menyukai rangsangan yang daya tariknya lemah, monoton,
tidak menantang, dan lamban. Hal ini setidaknya berakibat pada proses belajar akademis. Suasana
kelas seolah-olah merupakan penjara bagi jiwanya. Tubuhnya ada di kelas, tetapi pikiran, rasa
penasaran, dan keinginannya ada di video game. Sepertinya sedang belajar, tetapi pikirannya sibuk
mengolah bayang-bayang game yang mendebarkan. Kadangkala anak juga jadi malas belajar atau
sering membolos sekolah hanya untuk bermain game.
2. Aspek Kesehatan Dari sisi kesehatan, pengaruh kecanduan video game bagi anak jelas banyak
sekali dampaknya. Untuk menghabiskan waktu bermain game, anak yang telah kecanduan tidak
hanya membutuhkan waktu yang sedikit. Penelitian Griffiths pada anak usia awal belasan tahun
menunjukkan bahwa hampir sepertiga waktu digunakan anak untuk bermain video game setiap hari.
"Yang lebih mengkhawatirkan, sekitar 7%-nya bermain paling sedikit selama 30 jam per minggu."
Selama itu, anak kita hanya duduk sehingga memberi dampak pada sendi-sendi tulangnya. Seperti
dikemukakan Rab A.B., di London terdapat fenomena "Repetitive Strain Injury" (RSI) yang melanda
anak berusia tujuh tahun. Penyakit ini semacam nyeri sendi yang menyerang anak-anak pecandu
video game. Jika tidak ditangani secara serius, dampak yang terparah adalah menyebabkan kecacatan
pada anak. Hal semacam inilah yang seharusnya patut kita perhatikan.
3. Aspek Psikologis Berjam-jam duduk untuk bermain video game berdampak juga pada keadaan
psikis anak. Anak dapat berperilaku pasif atau sebaliknya anak akan bertindak sangat aktif atau
agresif. Perilaku pasif yang biasa muncul adalah anak jadi apatis dengan lingkungan sekitar,
kehidupan sosialisasi anak agak sedikit terganggu karena anak jauh lebih senang bermain dengan
game-gamenya daripada bergaul dengan teman-temannya. Video game dapat juga menyebabkan anak
dapat berperilaku aktif bahkan bisa agresif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh game-game yang
banyak menghadirkan adegan kekerasan. Dalam waktu selama itu, anak hanya berinteraksi dengan
kekerasan, gambar yang bergerak cepat, ancaman yang setiap detik selalu bertambah besar, serta
dorongan untuk membunuh secepat-cepatnya. Sangat mengerikan sekali jika tidak ada kontrol dari
orang tua untuk menyikapi hal tersebut.

Jika anak kita belum terlanjur kecanduan video game, ambillah langkah yang bijak dalam menangani
masalah ini. Berikut langkah yang bisa diambil.
1. Berikan waktu luang dan perhatian yang banyak kepada anak-anak Anda. Ada kesan bahwa orang
tua yang sibuk bekerja dengan mudah menyediakan perangkat video game hanya karena tidak mau
repot dengan anak. Mereka mau membelikan apa pun asalkan dapat membuat anak diam.
Seharusnya, orang tua boleh memberikan mainan yang anak minta asalkan ada kendali juga dari
orang tua. Padahal cara ini bisa berdampak pada lemahnya keterampilan emosi anak.
2. Orang tua harus lebih selektif dalam mencarikan mainan untuk anak-anaknya. Sebisa mungkin
permainan yang mempunyai unsur edukatif, bukan permainan yang memertontonkan adegan
kekerasan.
3. Buatlah sebuah peraturan yang dibuat oleh Anda dengan anak Anda secara bersama-sama. Di
antaranya perihal batasan waktu antara bermain game, belajar, dan kegiatan sosialisasi anak dengan
teman-temannya.
4. Orang tua harus menanamkan pemahaman keagamaan kepada anak dengan baik. Dari segi
kerohanian, orang tua dapat melibatkan anak secara aktif dalam kegiatan sekolah minggu,
mengadakan doa, atau saat teduh bersama anak di rumah. Sebab hal ini akan berpengaruh kepada
moral anak.

3. INTERNET
Bagi konsultan pendidikan Colleen Moulding, sangat penting bagi orang tua untuk memproteksi
anak-anak mereka dari pengaruh buruk internet. "Tapi juga bukan berarti mereka dilarang sama
sekali untuk mengetahui dan menggunakannya. Yang paling penting bagi orang tua adalah
mengetahui bagaimana memproteksi anak-anak mereka dari situs-situs yang belum pantas mereka
konsumsi," terangnya.

Berikut ini sepuluh tips dari Moulding bagi Anda.


1. Hal paling utama yang dapat Anda lakukan adalah dengan memastikan "keamanan" si kecil dari
situs-situs tertentu. Tetaplah waspada saat mereka menggunakan teknologi ini. "Jangan biarkan si
kecil menggunakan internet di dalam kamar mereka atau di ruangan terpisah dari keluarga," saran
Moulding. Apabila memang tidak dapat dihindari, pastikan Anda terus mengawasi dan mengamati
apa yang tengah mereka lakukan.
2. Terapkan peraturan yang tegas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan si
kecil. Tetapkan tak ada fasilitas e-mail, "chat room", atau berikan "chat room" tertentu yang Anda
pilihkan untuknya. Lakukan kesepakatan dengan anak-anak tentang situs apa saja yang boleh dan
yang tidak boleh dibuka. Bila perlu, lakukan proteksi agar mereka hanya bisa membuka situs-situs
tertentu saja.
3. Berpartisipasilah saat ia tengah menelusuri internet. Biarkan mereka memerlihatkan situs-situs
kegemaran mereka, atau membacakan e-mail dari teman-temannya dan menjelaskan apa yang tengah
mereka lakukan. Ini bukan saja membuat si kecil merasa diperhatikan, tetapi Anda pun tahu apa yang
digemari si kecil saat bermain internet.
4. Unduhlah beberapa program penyaringan (filtering) yang mampu memblokir kemungkinan
penyadapan identitas si kecil oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tekankan pada
mereka tentang pentingnya menjaga kerahasiaan identitas mereka.
5. Untuk balita, Anda bisa memberikan situs khusus anak-anak bagi mereka, misalnya di
www.surfmonkey.com yang memungkinkan Anda mengunduh gratis beberapa program yang aman
baginya. Pastikan situs pilihan Anda itu memunyai gambar dan permainan edukatif yang disukai
anak-anak.
6. Anak-anak usia sekolah umumnya lebih kritis dan rentan dibanding anak balita. Misalnya, tanpa
sepengetahuan kita, putri kita bertemu dengan orang yang hanya ia kenal melalui "chat room" yang
belum tentu berniat baik. Jadi, tekankan pada mereka untuk tidak bertemu dengan siapa pun yang ia
kenal melalui internet, kecuali bila didampingi orang tua.
7. Berilah pengertian padanya bahwa apa yang ada di dunia maya itu tidak seratus persen nyata.
Mungkin hal ini tidak sulit mereka terima pada awalnya. Tetapi bagaimanapun, si kecil harus mulai
belajar menghadapi kenyataan. Tanyakan dan diskusikan pengetahuan baru yang ia dapatkan,
berikan penjelasan tentang apa yang nyata dengan apa yang hanya sekadar opini.
8. Ajarkan mereka untuk tidak "bermain api" dengan mengirimkan hal-hal yang tidak baik bagi orang
lain -- betapa pun marahnya ia kepada orang yang ingin ia kirimi itu. Karena informasi yang
disebarkan melalui internet, semua orang bisa membacanya dan tidak dapat ditarik kembali.
9. Mereka juga harus tahu bahwa mengambil gambar, tulisan, atau pun musik dari situs tertentu
tanpa izin akan membuat kesulitan bagi dirinya kelak. Hal ini sama saja dengan mencuri hasil kerja
seseorang.
10. Beritahukan pula agar mereka tidak membayar apa pun tanpa sepengetahuan dan pengawasan
orang tua -- terutama dengan memberikan nomor kartu kredit orang tua tanpa izin. Jelaskan pada
mereka tentang hal ini sesuai dengan kemampuan pemahaman mereka.

TIPS
Berikut ini adalah tips untuk mengenali anak kita:
1. Memperhatikan. Perhatikanlah pakaian, gaya rambut, komunikasi yang tidak lisan, teman-teman,
minat, perubahan dalam kebiasaan, temperamen, perasaan, musik, program TV, video game, e-mail,
perkataan, sikap, tingkah laku, kenaikan kelas, ke mana mereka pergi, dan sebagainya. Dengan kata
lain, perhatikanlah semua.

2. Berbicara. Berbicaralah (termasuk banyak mendengarkan) mengenai perasaan, pikiran, pendapat,


sukacita, luka batin, hal-hal biasa, seksualitas, keuangan, benar dan salah, dsb.. Tidak ada batasnya.
Berbicara yang disertai banyak mendengarkan akan mengomunikasikan kehangatan, kepedulian,
minat, keprihatinan, kasih, dan empati. ’Anak-anak yang bicara dengan orang tua lebih banyak, lebih
punya ketahanan di luar,” Membicarakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Beri tahu pula
bagaimana caranya secara konkret.

3. Kebenaran. Sampaikanlah kepada anak-anak Anda kebenaran mengenai Allah, moralitas, diri Anda
sendiri, dan dunia di sekitar mereka.

4. Kepercayaan. Percayailah anak-anak Anda dan bersikaplah konsisten sehingga mereka dapat
belajar bagaimana memercayai seseorang dari memercayai Anda.

5. Kebersamaan. Biarlah anak Anda mengetahui bahwa Anda "beserta" mereka, bukan "melawan"
mereka. Anda dan mereka bukanlah musuh. Sebagai keluarga, Anda bekerja bersama, bukan
memisahkan diri.

6. Sentuhan. Anak-anak Anda membutuhkan sentuhan jasmani, pelukan, ciuman, dekapan, dan
segala macam sentuhan yang tepat.

7. Ucapan terima kasih. Suatu sikap yang berterima kasih bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Katakanlah kepada anak Anda betapa Anda berterima kasih untuk adanya mereka, dan mereka juga
akan mulai mengatakan hal yang sama kepada Anda.

8. Waktu. Anak-anak membutuhkan Anda. Kehadiran Anda tidak dapat digantikan oleh barangdan
uang.

9. Pengajaran. Anda adalah guru utama bagi anak Anda, bukan sekolah, gereja, klub, tutor, atau
pelatih.

10. Hati Bapa Sorgawi. Bagi seorang anak, gambar pertama mengenai Allah dilukis oleh orang tuanya.

11. Ucapkanlah kehidupan, bukan kematian, kepada anak-anak Anda. "Maafkan ayah. Ayah tidak
benar-benar mau mengatakan itu." Dalih-dalih yang kita kemukakan setelah kita mengucapkan
kematian tidak akan menghilangkan kerusakan dari racun yang kita masukkan dalam hati si anak.
Bila kita tidak bermaksud begitu, jangan mengatakannya. Berpikirlah sebelum Anda berbicara.
Pastikanlah bahwa Anda mengucapkan perkataan yang membangun, bukan meruntuhkan hidup
seorang anak. Jagalah diri Anda agar tetap menjadi orang yang bertanggung jawab. Selama seminggu,
catatlah dalam jurnal harian Anda semua pernyataan positif dan negatif yang Anda ucapkan kepada
anak Anda. Apakah yang negatif lebih banyak daripada yang positif? Mengucapkan kehidupan ke
dalam diri seorang anak dimulai dengan penerimaan dan mendengarkan, serta melimpah dengan
peneguhan, membesarkan hati, membangun, mendukung, dan mengucapkan hal-hal yang berarti
dalam kehidupan si anak setiap hari. Daripada terus-menerus menyampaikan kritik, cobalah
menyampaikan koreksi yang positif dan pujian supaya anak dapat bertumbuh dan menjadi matang.
"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakan, akan memakan buahnya" (Amsal 18:21).

LAKUKAN PERINTAHNYA DAN RASAKAN JANJINYA DIGENAPI


Mendidik anak sejak usia dini adalah PERINTAH mutlak dari Tuhan. Salah satu ayat yang populer
tentang perintah mendidik anak ini tertuang secara rinci dalam Ulangan 6:5-9. Bila kita mencintai
Tuhan, maka kita akan melakukan perintah-Nya dengan sungguh-sungguh, termasuk dalam hal
mendidik anak. Bila orang tuanya takut akan Tuhan dan membawa anak-anaknya kepada Tuhan
dengan benar, maka bisa dipastikan anak-anaknya akan menjadi anak yang takut akan Tuhan. Jadi,
bila kita rindu anak-anak kita dilindungi dari pengaruh jahat dunia ini dan menjadi anak-anak yang
bisa kita banggakan, maka tidak ada cara yang lebih baik selain membawa mereka kepada Tuhan.
Mengenalkan Kristus sebagai Juruselamat mereka sejak kecil dan menanamkan Firman Tuhan dalam
hati mereka setiap hari, sebab Firman itu akan bekerja dengan baik dalam kehidupan mereka. Maka
janji dalam Amsal 22:6 bahwa di masa tua mereka tidak akan berpaling dari jalan itu, pasti digenapi.
Amin.
BEBERAPA KESALAHAN YANG KERAP
KALI MENGHANCURKAN
KEPRIBADIAN ANAK ANDA
0
Share|

Posted by Admin | Posted in Pendidikan & Psikologi | Posted on 27-01-2009 | 782 views
Tags: Kesalahan Mendidik Anak
Sering kali sebagai orang tua kita tidak sadar telah melakukan berbagai hal yang menurut kita
akan bisa mendidik anak dengan sebaik-baiknya, akan tetapi pada hakikatnya bisa menyebabkan
kerugian pada anak di masa dewasanya. Oleh sebab itu, sebagai seorang ibu hendaklah kita
berusaha dengan baik untuk tidak melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan cara
pendidikan yang salah pada anak. Di antara kesalahan mendidik itu di antaranya adalah:
1. Kekakuan dan kekerasan dalam mendidik anak
Para ahli pendidikan memasukkannya dalam hal-hal yang membahayakan bagi anak jika hal ini
sering dilakukan. Maka sikap bersabar dituntut dalam mendidik anak anda. Seringkali kekerasan
dan perlakuan kaku dari orang tua tidak menambah kecuali problem-problem baru. Masalah yang
muncul akan semakin besar apabila perlakuan kekerasan itu tidak hanya berupa ucapan tetapi
meningkat menjadi pukulan!
Kadang sikap keras ini tidak membuahkan pada diri anak kecuali hilangnya perasaan aman dan
rasa percaya diri. Yang bertambah justru ketakutan terhadap orang tua yang harusnya tidak harus
( baca:tidak perlu) ada pada diri anak.
2. perhatian dan toleransi yang berlebihan
Metode ini tidak kalah bahayanya dari sikap keras dan kaku dalam mendidik anak. Sikap ini akan
menjadikan anak (merasa) tidak mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan bersama teman-
temannya, dan apabila sikap ini berlanjut hingga usia remaja dikhawatirkan anak tidak akan
sanggup mengemban tanggung jawab dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan dia belum pernah
merasakan pendidikan yang mencukupi untuk menjadi bekal di perjalanan hidupnya.
Akan tetapi hal ini tidak berarti orang tua harus menghilangkan sikap perhatian terhadap anak.
Yang dituntut adalah sikap pertengahan dalam segala hal. Seperti juga sikap keras juga kadang
harus diterapkan, jadi semuanya tergantung kebutuhan, kondisi dan orang tua perlu juga
menyelami karakteristik anak.
3. Tidak adanya konsisten dalam melaksanakan peraturan
Anak-anak perlu dikenalkan dengan kedisiplinan dalam menegakkan peraturan yang telah
ditetapkan dalam berbagai lingkup, yang diawali dengan peraturan dalam keluarga. Hal mendasar
yang harus dilakukan oleh orang tua adalah konsistennya orang tua dalam melaksanakan
peraturan yang telah ditetapkannya. Mengapa? Karena anak-anak tidak akan menaati peraturan
dalam rumah apabila orang tuanya sendiri tidak menaatinya.
Maka ketika terkadang orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang tidak patuh kepada mereka
atau peraturan dalam rumah, mereka hendaknya mengevaluasi diri mereka dulu. Bisa jadi orang
tua secara tidak sadar melanggar peraturan rumah dan anak-anak melihatnya, maka mereka pun
merasa berat untuk menaati. Dalam hal ini maka sikap hati-hati orang tua dalam menetapkan
peraturan rumah sangatlah penting. Juga diperlukan saling membantu mengingatkan antara suami
dan istri jika salah satunya secara tidak sadar melanggar aturan dalam rumah agar tidak terus-
menerus dan berdampak buruk bagi anak.
4. Pilih kasih antar saudara
Terkadang orang tua melakukan hal ini dalam keseharian, mereka melebihkan anak yang satu di
atas anak yang lain, entah karena kepandaiannya, fisiknya yang baik atau karena dia laki-laki.
Tidak adanya rasa adil antar saudara akan menyebabkan perasaan benci anak kepada
saudaranya. Memang tidak bisa dipungkiri dalam hati ada perasaan lebih kepada salah satu anak.
Akan tetapi hal ini harusnya tidak boleh ditampakkan dalam keseharian terlebih ketika anggota
keluarga sedang berkumpul. Maka sikap yang baik adalah berusaha menampakkan sikap adil
terhadap semua anak.
Sebenarnya masih banyak lagi kesalahan-kesalahan dalam pendidikan anak yang sebagian kita
tidak mengetahuinya. Memang benar kata orang bahwa belajar menjadi guru (patut diingat bahwa
orang tua adalah guru pertama bagi anak) adalah merupakan siklus yang tidak berujung. Selamat
menjadi guru sukses!
Tips-Tips Mendidik Anak Sejak Dini
Dari hasil pengamatan,wawancara dengan rekan kerja dan berdasarkan pengalaman
sendiri,bahwa orang tua sangat besar peranya dalam mendidik anak, terutama pada anak-anak
sejak kecil. Mendidik anak sejak dini sangat menentukan bagaimana perkembangan
kedewasaan anak. Sebagai orang tua apapun tingkah lakunya akan dilihat oleh anak dan
dijadikan contoh perilaku anak,baik yang baik maupun yang buruk sekalipun. Karena pada
dasarnya anak berumur dibawah lima tahun rasa ingin tahu dan belajarnya sangat tinggi. Daya
ingat bagi anak dibawah lima tahun sangat tajam dan sebagai orang tua sudah layaknya
memberikan cotoh dalam kehidupan sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai
contoh bila orang tua suka membaca, atau suka menulis atau suka berolah raga atau suka
menonton film-film barat dan sebagainya,si anakpun cenderung akan mencontohnya. Karena itu
berbanggalah orang tua bila bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut diatas
sebagai contoh, nantinya akan menanamkan jiwa pada diri anak untuk suka
menulis,menggambar,membaca dan lain-lain.

Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini:
1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif.
-Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main dengan mainanya
akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada anak untuk bisa
membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain.
-Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang baik. Buku
sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca dan mebahas
berbagai tema dan masalah.
-Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan menambah wawasan
pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa diajarkan.
-Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak akan memiliki
spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak.
-Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan menirunya dengan
coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku yang telah disediakan orang
tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan kebersihan.
-Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali rumput akan jadi
panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana merapikan halaman.
-Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa dicuci sendiri dirumah,
sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan kendaraan.
-Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta kebengkel,dan biasanya
akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis kendaraan bermotor,bisa juga nanti
menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan membuka bengkel dan lain-lain.

2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar dan waktu tidur.
Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih banyak dibandingkan dengan
orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu harus bisa mengajarkan waktu-waktu
kapan harus bermain dan kapan harus beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu
sendiri.

3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk:


-Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak secara otomatis
akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak, sehingga bisa menimbulkan
trauma psikis pada si anak itu sendiri.
-Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin pada
sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab.
-Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan mengakibatkan hilangnya
rasa kepercayaan diri si anak.
-Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak boleh membela si
anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu
sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang ayah pun tidak boleh membela kesalahan
pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama mendidik anak yang baik dan seimbang.
-Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama yang bersifat
cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang kurang baik dari
dampak yang ditontonya.
4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tuan sisakan
waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa kasih sayang sekaligus
pembelajaran pada anak.
5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit keras, bisa
dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera sembahyang.
6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak terlalu
merepotkan orang tua.
30 Kiat Mendidik Anak

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan
perhatian sesrius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara
yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik,
maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta
memperoleh pahala.

Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu.
Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar
ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai
bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:

• Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai
dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang
lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan.

• Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik
dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar
berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.

• Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging
dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar
tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk
mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja.

• Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan
makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya
akan sulit bagi dia melepaskannya.

• Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari
sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita.

• Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga
jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka
terbiasa dengan hal-hal ini.

• Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan
bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian.
Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak
buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain,
sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan
memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.

• Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-buku, terutama di
perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih
dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang
shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani mereka.
Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga
kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran
sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

• Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu,
karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.

• Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan
akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.

• Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau
memberi penghargaan yang dapat membahagia-kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan,
hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang
dilakukannya tidak baik.

• Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan
tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang
akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab
yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.

• Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan
menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu
hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-
anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.

• Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-
benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan
paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya
kondisi badan.

• Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan
menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi
kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.

• Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia


melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.

• Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa
malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang,
maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.

• Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti
perbuatan orang yang membangggakan diri.

• Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di
hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati
temannya.

• Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta
tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara
berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.

• Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya),
sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu
adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan
mulia dan terhormat.

• Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus
ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.
• Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan
menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua
lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
sallam.

• Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.

• Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut
tidak menjadi kebiasaan.

• Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga
dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.

• Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika
bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.

• Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau
refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.

• Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan
sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan
berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.

• Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara
umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat.
Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa
menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian,
banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak
perempuan. Wallahu a’lam.

Dari mathwiyat Darul Qasim “tsalasun wasilah li ta’dib al abna’’” asy Syaikh Muhammad bin shalih
al Utsaimin rahimahullah .
Oleh Dr Adil Syadi dan Dr Ahmad Mazid
DEWAN PENGURUS CABANG IKATAN WARGA SANIANGBAKA (DPC IWS) YOGYAKARTA

Hai annaku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman: 17)

Masalah Akidah

1. Ajarkan pada anak Anda kalimat tauhid dan apa yang dikandungnya berupa peniadaan (naïf) dan
penetapan (itsbat). Kalimat la ilaha (tidak ada ilah), artinya peniadaan sifat uluhiyyah (keberhakan
disembah) dari selain Alloh, dan illaloh (selain Alloh) adalah penetapan sifat ulluhiyyah untuk Alloh
semata.
2. beritahukan kepadanya kenapa kita diciptakan :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat
[51]:56) Juga, sekaligus menunjukan kepadanya akan arti universal dalam ibadah.
3. Jangan sering menakuti-nakutinya dengan neraka, siksa, kemurkaan Alloh dan hukuman-Nya, agar
penyebutan Robb tidak selalu terkait dengan gambaran-gambaran yang mengerikan ini dalam
pikirannya.
4. Buatlah ia lebih banyak mencintai Alloh. Sebab Dialah yang menciptakan, memberi rezeki, memberi
makan, minum dan pakaian kepada kita, serta menjadikan kita sebagai kaum muslim.
5. Peringatkanlah ia dari berbuat kesalahan saat dalam kondisi sendiri, karena Alloh selalu melihatnya
dalam setiap kondisi.
6. Perbanyaklah mengucapkan lafazh-lafazh yang mengandung dzikir kepada Alloh, misalnya ba-caan
‘bismillah’ ketika hendak makan dan minum, atau saat masuk dan keluar rumah, juga ‘alhamdu-lillah’
saat selesai makan, dan ‘subhanalloh’ ketika merasa kagum, dan lafazh-lafazh lainnya.
7. Tanamkan kecintaan anakmu terhadap kepriba-dian Rosul yang mulia dengan mangajarkan si-fat-
sifat beliau yang baik kepadanya, membacakan kisah-kisah siroh nabawiyah dihadapannya, dan
bersholawat kepada beliau tiap kali nama beliau disebut.
8. Kuatkanlah keyakinan terhadap qodho’ dan qodar dalam pikirannya. Apa yang Alloh kehendaki pasti
terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi.
9. Ajarkan kepada anak Anda enam rukun iman.
10. Ajukan berapa pertanyaan berkaitan dengan akidah kepada dirinya; siapa Robbmu? Apa
agamamu? Siapa nabimu ? Kenapa kita diciptakan? Siapakah yang memberi kita rezeki, makan dan
minum, serta menyembuhkan kita? Apa saja macam-macam tauhid? Apakah syirik , kekufuran dan
kemunafiakn itu? Bagaimana akibat yang akan dialami oleh setiap orang musrik, kafiir dan munafik? Dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Masalah Ibadah

11. Ajarkan pada anak Anda lima rukun islam.


12. Latihlah anak Anda mengerjakan sholat. Rosululloh bersabda :

“perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan sholat saat berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka
karena meninggakannya saat berusia sepuluh tahun.”

13. Ajaklah serta anak Anda pergi ke masjid dan ajarlah ia cara berwudhu.
14. Beritahukan kepadanya etika-etika di masjid, cara menghormati dan menyucikannya.
15. Latihlah ia menjalankan puasa agar terbiasa saat dewasa.
16. Motivasilah anak Anda untuk menghafal apa yang mudah dari Al-Quran dan hadits-hadits nabi,
serta dzikir-dzikir yang shohih.
17. Berilah anak Anda hadiah tiap kali menunjukan kemajuan dalam hafalan. Ibrohim dan Adham
menuturkan, “Ayahku berkata kepada diriku, ‘Anakku, carilah hadits! Dan tiap kali engkau mendengar
satu hadits serta menghafalnya, maka, engkau akan mendapatkan satu dirham. ‘Lantas, aku pun
mencari hadits karena hal ini.”
18. Jaganlah Anda terlalu membebani anak dengan banyak menghafal dan belajar, agar ia tidak
mengangap hal itu sebagai hukuman, akiabatnya ia tidak suka menghafal Al-Quran.
19. Ketahuilah bahwa Anda adalah teladan bagi anak-anak Anda. Sehingga, apabila Anda memandang
remeh ibadah atau bermalas-malasan dan merasa berat mengerjakannya, pasti anak-anak Anda akan
terpengaruh oleh Anda sendiri dalam hal itu, dan mereka akan mengangap ibadah sebagai beban,
bahkan bisa jadi mereka meninggalkannya.
20. Latihlah anak Anda bersedekah dan berinfak, adakalanya Anda bersedekah sementara ia melihat
Anda, Atau Anda menyerahkan kepadanya seseuatu agar ia menyedahkan nya kepada orang fakir atau
peminta-minta. Dan yang lebih utama lagi bila Anda mendorongnya untuk menyedahkan sebagian harta
miliknya yang ia simpan.
Masalah Akhlak
21. Apabila Anda menginginkan anak Anda menjadi orang jujur, maka jaganlah Anda menanamkan
rasa takut dalam dirinya.
22. Jujurlah Anda terlebih dahulu agar anak bisa belajar kejujuran dari diri Anda.
23. Jelaskan nilai keutamaan sifat jujur dan amanah.
24. Ujilah sifat amanah Anda tanpa ia menyadarinya.
25. Latihlah anak Anda untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa. Demikian itu dapat Anda lakukan
melalui melatihnya berpuasa atau melakukan aktivitas- aktivitas yang membutuhkan kesabaran dan
kehatian-hatian.
26. Berbuatlah adil di antara anak-anak, sebab hal itu merupakan sarana paling efektif untuk
mengajari mereka etika keadilan.
27. Latihlah anak Anda untuk berakhlak lebih mendahulukan kebutuhan orang lain (itsar) melalui
sikap-sikap nyata atas kisah-kisah yang mengandung nilai keutamaan mendahulukan kebutuhan orang
lain.
28. Jelaskan kepada anak-anak Anda sebagai dam-pak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan menipu,
curang, mencuri,dan bernohong.
29. Apabila dalam beberapa peristiwa anak Anda menunjukan keberanian, maka pujilah dirinya karena
hal itu dan berilah hadiah, serta teranng-kan kepadanya bahwa keberanian dilakukan saat engkau
melakukan sesuatu yang benar dan sangat dibutuhkan.
30. Jaganlah Anda bersikap keras, karena itu berarti Anda telah mendorongnya untuk bersikap takut,
suka berbohong dan pengecut.
31. Buatlah ia menyukai perilaku rendah hati, lemah lembut dan tidak sombong.
32. Ajarilah ia bahwa manusia meraih keutamaan dengan ketakwaan dan amal sholih, bukan dengan
garis keturunan, kemuliaan luhur dan harta.
33. Ajarkan kepadanya bahwa perbuatan zholim mengakibatkan sesuatu yang teramat buruk, sikap
sewenang-sewenang akan menjerumuskan pelakunya dan siakp khianat akan mengatarkan kepada
kebinasaan.
34. Ajarkan kepadanya sisi-sisi perberdaan antara hal-hal yang munkin tidak mereka ketahui, seperti
perbedaan antara keberanian dan kecerobohan, rasa malu dan malu karena minder, rendah hati dan
rendah diri, serta antara kecerdasan dan kelihaian tipu muslihat.
35. Biasakanlah kedermawanan melekat pada diri anak-anak Anda dengan cara Anda bersikap
dermawan di lingkungan keluarga dan suka memberikan kebaikan kepada orang lain.
36. Jangan pernah Anda menyelisihi janji selamanya, khususnya kepada anak-anak Anda. Sebab,
demikian itu bisa mengokohkan nilai keutamaan menepati janji dalam diri mereka.

Masalah Perilaku dan Etika

37. Ucapkanlah salam kepada anak-anak Anda.


38. Jaganlah memandang remeh perbuatan mem-buka aurat dihadapan anak Anda.
39. Berbuatlah baik kepada tetangga-tetangga Anda.
40. Ajarkan kepada anak Anda tentang hak-hak tetangga dan bahaya menyakitinya.
41. Berbaktilah terhadap kedua orang tua Anda, sambunglah hubungan dengan kerabat-kerabat Anda,
dan bawalah serta anak-anak Anda dalam melakukan hal itu.
42. Beritahukan kepada anak Anda bahwa orang-orang menyukai anak Anda yang sopan, yang tidak
suka menyakiti orang lain.
43. Tulislah surat untuk anak Anda yang berisi seputar etika,nasihat dan pesan bermakna.
44. jelaskan kepada anak Anda bahwa ada beberapa perilaku yang benar-benar tidak bisa diterima dan
sebutkan kepad mereka sebab-sebabnya.
45. Duduklah bersama anak Anda dan untuk setiap kesempatan bacakanlah seputar adab-adab Nabi
kemudian tanyakan kepada mereka tentang faedah apa yang mereka dapatkan? Bisa juga Anda atur
anak Anda yang membaca, sementara Anda mendengarkan.
46. Nasihatilah anak Anda secara diam-diam dan jangan menghukumnya dihadapan orang lain.
47. Jaganlah banyak mencela selagi Anda mampu.
48. Mintalah izin pada anak Anda sebelum masuk menemuinya, karena demikian itu merupakan
sarana paling efektif untuk mengajarinya etika meminta izin.
49. Jaganlah anda berasumsi bahwa anak Anda bisa memahami apa yang Anda inginkan di kali
pertama. Firman Alloh :
50. “Dan perintahkan lah kepada keluarga mu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakanya…”(Thoha [20]:132)
51. Jangan lupa menyebut nama Alloh dengan suara yang cukup bisa didengar sebelum makan,
demikian pula mengucapkan alhamdullilah seusai makan.
52. Bersikaplah seakan-akan tidak mengetahui beberapa kesalahan anak Anda, dan jangan jadikan
hati Anda sebagai tempat penyimpan kesalahan.
53. Mintalah maaf kepada anak Anda manakala Anda melakukan kesalahan.
54. Semangatilah anak Anda untuk meraih prestasi istimewa dan katakan kepada dirinya. “Aku tahu
bahwa kamu anak istimewa, dan kamu mampu melakukan hal itu.”
55. Buatlah sesuatu yang spesial untuk anak Anda .
56. Janganlah Anda mencemooh ucapan atau tindakan anak Anda.
57. Ajarilah anak Anda akan ungkapan-ungkapan ucapan selamat, penyambutan dan basa-basi.
58. Janganlah terlalu memanjakan anak Anda.
59. Janganlah membiasakan anak dengan rangsangan materi untuk memotivasinya mengerjakan suatu
perintah, sebab hal itu bisa memperlemah kepribadiannya saat berhadapan dengan materi.
60. Jadikanlah anak Anda sebagai teman Anda nomer satu.

Masalah Pembinaan Fisik

61. Berikanlah waktu yang cukup untuk bermain bagi anak Anda.
62. Sediakan dengan baik permainan- permainan yang bermanfaat untuk anak Anda.
63. Biarkanlah ia memilih sendiri sebagian permainannya
64. Ajarilah anak Anda berenang, berlari dan beberapa permainan fisik.
65. Adakalanya, buatlah anak Anda mengalahkan Anda dalam beberapa permainan.
66. Sediakan menu makan yang seimbang untuk anak anda.
67. Perhatikalah susunan menu makanan anak Anda.
68. Peringkatkan anak anda agar tidak berlebih-lebihan mengkonsumsi makanan.
69. Jangan Anda menginvestigasi kesalahan anak anda sedang menyantap makanan.
70. Buatlah makanan yang selalu disukai anak Anda

Masalah Pembinaan Mental

71. Dengarkanlah dengan baik anak Anda dan perhatikan setiap kata yang diucapkannya.
72. Buatlah anak Anda menghadapi sendiri masalah-masalahnya, sementara Anda bisa membantunya
tanpa ia sadari.
73. Hormatilah anak Anda dan berterima kasihlah kepadanya apabila ia melakukan suatu pekerjaan.
74. Jaganlah mengiring anak Anda untuk bersumpah, sebaliknya katakan kepadanya,”Aku
mempercayai mu tanpa engkau bersumpah.”
75. Hindarilah ungkapan-ungkapan terror dan ancaman.
76. Janganlah Anda membuat anak Anda merasa sebagai seseorang yang buruk dan bodoh, yang tidak
bisa cepat mengerti.
77. Janganlah mengeluh karena banyaknya pertanyaan anak Anda dan usahakan menjawab semua
yang ditanyakannya dengan jawaban sederhana dan memuaskan.
78. Peluklah anak Anda biarkanlah ia merasakan kehangatan cinta dan kasih saying Anda.
79. Mintalah pendapat anak Anda dalam beberapa hal dan ambilah pendapatnya.
80. Buatlah anak Anda merasakan kemerdekaan dalam mengambil keputusan-keputusan.

Masalah Pembinaan Sosial

81. Daftarkan anak Anda pada pusat-pusat kegiatan tertentu, forum-forum tahfizhul Qur’an,
perlombaan-perlombaan ilmiah, perkemahan pramuka dan aktivitas-aktivitas lainnya.
82. Buatlah anak Anda menjamu tamu sendiri, seperti menghidangkan minuman teh, kopi dan buah-
buahan.
83. Sambutlah anak saat masuk menemui Anda, sementara Anda sedang bersama-sama kawan-kawan
Anda.
84. Buatlah anak Anda bergabung dalam kegiatan-kegiatan masjid, seperti program-program santunan
anak yatim dan janda.
85. Latihlah anak Anda beramal, menjual, membeli dan bekerja yang halal.
86. Buatlah anak Anda berempati terhadap kesedihan orang lain dan berusaha meringankannya.
87. Janganlah Anda menjadikan anak ikut menanggung problematika dunia.
88. Buatlah anak Anda bisa melihat hasil dari aktivitas social anda.
89. Utuslah anak Anda untuk menyelesaikan sebagian keperluan, dan buatlah ia merasakan
kepercayaan Anda terhadap dirinya.
90. Janganlah Anda mencegah anak untuk memilih teman-temannya sendiri. Namun, Anda bisa
membuatnya memilih orang yang Anda kehendaki, tanpa ia merasakan hal itu.

Masalah Pembinaan Kesehatan

91. Perhatiakanlah kesehatan anak-anak Anda.


92. Jangan mengabaikan untuk memberi imunisasi tepat pada waktunya.
93. Jangan berlebihan memberi obat kecuali dengan dosis yang diperbolehkan.
94. Ruqyahlah anak Anda dengan ruqyah syar’i.
95. Biasakanlah anak Anda tidur awal dan bangun awal juga.
96. Buatlah anak Anda mau memperlihatkan kebersihan tubuh, gigi dan bajunya.
97. Jaganlah Anda menunggu sampai sakit parah.
98. Jauhkan anak Anda dari para penderita penyakit menular.
99. Janganlah Anda membuat anak merasakan bahaya sakit yang dideritanya.
100. Berlindunglah kepada Alloh, sebab Dialah yang ditangan-Nya terletak kesembuhan semua
penyakit.
Masalah Pengembangan Wawasan

101. Berikan teka-teki kepada anak Anda.


102. Mintalah ia menuliskan beberapa tema ekspresional.
103. Usahakan untuk selalu membaca yang ditulis anak Anda.
104. Jangan berhenti pada setiap kesalahan gramatika atau lingual yang dilakukan anak Anda.
105. Doronglah anak Anda untuk membaca.
106. Buatlah ia memilih buku dan kisah yang ingin dibacanya.
107. Dampingi anak Anda saat membaca satu hal tertentu.
108. Berikan kepada anak Anda permainan-permainan kecerdasan.
109. Doronglah anak Anda untuk meraih prestasi belajar.
110. Buatlah anak Anda mampu mengatasi rintangan-rintangan yang menhalangi prestasi belajarnya.
111. Motivasilah anak Anda untuk menhafal syair dan kata-kata bijak generasi dahulu dan sekarang.
112. Doronglah ia untuk menhafal peribahasa-peribahasa Arab yang fasih.
113. Latihlah anak Anda menguasai seni berpidato dan orasi.
114. Latihlah ia menguasai seni dialog dan menerima pendapat.
115. Buatlah ia ikut serta dalam forum-forum pengembangan kemampuan diri.
116. Doronglah anak Anda untuk menguasai dengan baik bahasa asing yang popular.

Masalah Balasan dan Hukuman

117. Terapkanlah metode balasan dan hukuman


118. Balaslah (prestasinya) selalu, namun jangan selalu menghukumnya (bila berbuat salah).
119. Bervariasilah dalam memberikan balasan, dimana balasan tidak mesti berbentuk materi, tapi bisa
juga berbentuk rekreasi, izin mengoperasikan komputer, hadiah atau pergi bersama seorang kawan.
120. Bervariasilah dalam menerapkan metode hukuman dan jangan sampai pukulan menjadi metode
yang paling Anda sukai. Masih ada metode lain, misalnya pandangan marah, bentakan, mengisolir
selama waktu tertentu dan tidak memberinya sebagian uang saku harian atau melarangnya menikmati
rekreasi akhri pekan.
121. Ketahuilah bahwa hukuman yang sesuai adalah yang bisa mencegah terulangnya kesalahan dan
mendorong kepada yang benar.
122. Ingatlah selalu bahwa Nabi tidak pernah memukul seorang anak pun.
123. Janganlah Anda menghukum pada kesalahan pertama.
124. Janganlah Anda bersikap keras dalam hukuman Anda.
125. Apabila Anda menghukum anak Anda, maka jelaskan kepadanya sebab hukuman Anda tersebut.
126. Janganlah Anda membuat anak merasa bahwa Anda senang memberikan hukuman kepada
dirinya atau Anda menyimpan suatu kebencian kepadanya.
127. Janganlah Anda memukul anak dihadapan orang banyak dan jangan memukulnya saat tengah
marah.
128. Jangalah memukul anak Anda pada wajahnya dan jangan mengangkat tangan lebih dari
semestinya, agar rasa sakit tidak belipat-lipat.
129. Jangalah memukul setelah Anda berjanji untuk tidak memukul, agar ia tidak kehilangan
kepercaya-an terhadap diri anda.
130. Buatlah anak Anda merasa bahwa Anda menghukumnya demi kebaikan dirinya dan bahwa rasa
cinta Andalah yang menyebabkan Anda melakukan hal itu.maka ia bersiakap keras agar mereka
mengindahkan, dan siapa berteguh hati
Hendaklah kadang-kadang bersikap keras kepada orang yang disayangi
131. Beritahukan kepadanya bahwa hukuman dterapkan tidak untuk menyiksa, tiada lain
dilaksanakan untuk memberikan pelajaran.

Kita bersama-sama memohon kepada Alloh agar diberi petunjuk, bimbingan dan kelurusan dari-Nya. Dan
semoga Alloh mencurahkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhamad. (Dikutip dari 130 Thoriqoh
fi Tarbiyatil Abna)
Latar belakang :

Sperma laki-laki mengandung unsur spermatozoa X dan Y, spermatozoon X menentukan unsur perempuan
sedangkan Y adalah unsur laki-laki. Berdasarkan sifat-sifat physiologi dari spermatozoa diatas, para ahli gynetika
membuat teori dalam memilih untuk melahirkan bayi laki-laki atau perempuan.

1. Fator makanan :

Jika menginginkan seorang bayi perempuan


Suami harus makan makanan yang banyak mengandung Alkaline, sedangkan istri banyak makan makanan yang
mengandung asam.

Makanan yang banyak mengandung alkaline adalah : sayur-sayuran, buah-buahan, putih telur, susu, dan
ganggang laut.
Makanan yang banyak mengandung asam adalah : Daging, dan sea food (makanan laut )

Jika menginginkan bayi laki-laki.


Suami harus banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam, sedangkan istri harus banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung alkaline ( lihat jenis makanan diatas )

2. Faktor waktu ( Kapan melakukan senggama ? )

Jika menginginkan seorang bayi perempuan


Keseringan senggama diklakukan pada waktu sebelum masa haid.

Jika menginginkan bayi laki-laki.


Keseringan senggama diklakukan pada waktu mendekati masa haid dan atau segera sesudah masa haid.

Bagaimana mengetahui periode masa haid ?


Temperatur atau suhu tubuh meningkat ( anda bisa menggunakan alat pengukur suhu tubuh dan mencatatnya
sebagai record )

3. Faktor Penetrasi ( tusukan ).

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.


Suami harus menghindari tusukan yang dalam kedalam kemaluan istri pada waktu senggama.

Jika menginginkan bayi laki-laki.


Disarankan untuk melakukan tusukan yang dalam oleh suami pada waktu senggama.

Alasan :
Karakter dari Spermatozoa X dan Y.
Spermatozoa X : Pelari maraton (jauh) dengan stamina yang tinggi ( kuat )
Spermatozoa Y : Pelari sprinter (cepat) dengan stamina yang loyo ( lemah )
Jadi, dengan tusukan yang dalam, kemungkinan untuk spermatozoa Y mencapai tujuan akan lebih besar.

4. Faktor Rangsangan.
Jika menginginkan seorang bayi perempuan.
Istri harus menhidari rangsangan selama senggama. Secresi cairan yang keluar dari kemaluan penempuan akan
menjadi alkaline jika terangsang, hal ini akan mendorong aktifitas spematozoa Y.

Jika menginginkan bayi laki-laki.


Ejakulasi suami sesudah istri terangsang.

5. Faktor persiapan istri.

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.


Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok white vinegar yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih. Hal
ini dilakukan agar kondisinya menjadi asam sehingga aktifitas spermatozoon Y menurun.

Jika menginginkan bayi laki-laki.


Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok soda yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih.

6. Faktor posisi

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.


Posisi Istri pada waktu senggama diatas suami.

Jika menginginkan bayi laki-laki.


Posisi suami pada waktu senggama berada diatas istri. Hal ini mengikuti sifat dari spermatozoon Y akan cepat
menuju sasaran ( sel telur ).

Selamat mencoba !!
Mendidik Tanggung Jawab Pada Anak
5Share
Penulis: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Ust. Subkhan Khadafi, Lc.
Pembahasan tentang tanggung jawab adalah masalah yang cukup berat. Apalagi bila
diletakkan cermin ke masing-masing dari diri kita. Nah, sambil terus berusaha untuk
menjalankan setiap tanggung jawab yang ada – yang nantinya akan ditanya di hari akhir
– maka kita juga perlu mendidik anak-anak kita memiliki sikap tanggung jawab yang ini
bermanfaat sangat besar dalam pembentukan sikap di kemudian hari insya Allah.
Mungkin akan timbul sederet pertanyaan; apakah bisa mendidik tanggung jawab pada
anak? Bagaimana? Memangnya sudah bisa dimengerti dan lain sebagainya. Pada tulisan
ini, kita akan mencontoh dari teladan terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam mendidik anak-anak untuk bertanggung-jawab.

Kapan Waktu yang Tepat ?


Mendidik tanggung jawab sesungguhnya dapat dilakukan bahkan di usia masih sangat
kecil yaitu balita. Ustadz Abdul Hakim dalam bukunya “Menanti Buah Hati dan Hadiah
untuk yang Dinanti” membagi usia anak-anak menjadi dua tahapan, yaitu sebelum
tamyiz dan sesudah tamyiz. Tamyiz secara bahasa bermakna membedakan di antara
sesuatu dan anak-anak yang yang telah dapat membedakan sesuatu dengan baik
terutama di dalam hal-hal yang membahayakan dirinya dinamakan mumayyiz. Masih
dalam kitabnya, Ustadz Abdul Hakim berkata, “Pendidikan yang terbaik bagi anak
sebelum dan sesudah tamyiz dengan jalan mendengar dan melihat kepada sesuatu yang
baik dan terbaik menurut agama dan bukan menurut akal fikiran dan adat-adat manusia
yang menyalahi agama yang mulia.”
Dan berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan tanggung jawab ini memang dapat
dilakukan bahkan ketika anak masih dalam usia kanak-kanak. Tentu saja ukuran
kemampuannya berbeda-beda. Tetapi pendidikan ini dapat dimulai dari hal-hal yang
kecil seperti membereskan mainannya atau menaruh piring di tempatnya bahkan hal
yang besar yang berkaitan dengan tanggung jawab yang akan ditanggungnya di
hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala (jika itu dilakukan ketika telah baligh). Seperti yang
dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hasan bin Ali dalam hadits
sebagai berikut

‫ فقال رسول ال صّلى ال‬.‫ي رضي ال عنهما تمرة من تمرة الصدقة فجعلها فى ِفيه‬
ٍ ‫ أخذ الحسن بن عل‬:‫عن أبى هريرة رضي ال عنه قال‬
‫ أما علمت أّنا ل نأكل الصدقة‬،‫ ِارم بها‬،‫ كخ‬،‫ كخ‬:‫عليه وسّلم‬

“Dari Abu Huroiroh rodhiallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Hasan bin ‘Ali rodhiallahu ‘anhuma
mengambil sebiji kurma dari kurma zakat, lalu ia memasukkannya ke dalam mulutnya.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Kih! Kih! (keluarkanlah dan) buanglah
kurma itu! Tidakkah engkau mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan barang
zakat?’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendidik seorang anak yang masih sangat
kecil agar nantinya seterusnya ia dapat mengetahui dan memilah makanan yang halal
dan haram baginya. Padahal kita ketahui bahwa persoalan halal dan haram adalah
menyangkut perkara yang penting yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

Seringkali seorang ibu ragu-ragu untuk memberikan tugas atau tanggung jawab kepada
anak-anak. Bahkan saat-saat yang tepat terlewatkan begitu saja dari para orang tua
karena merasa kasihan pada si kecil. Padahal, seorang anak sesungguhnya justru
menyukai ketika diberikan tugas-tugas kerumahtanggaan, sebagai contoh mencuci
piring dan gelasnya, mengepel dan lain-lain. Yang menjadi permasalahan, terkadang
orang tua merasa apa yang dilakukan anaknya malah akan menambah pekerjaannya
atau malah merepotkan. Maka sebenarnya ini dapat dicarikan solusinya.

Teknik Yang Tepat


Seperti telah disebutkan dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallammenegur Hasan yang masih kecil dengan teguran yang berbeda dengan teguran
kepada orang dewasa. Maka orang tua dalam menegur atau memberitahukan tentang
pekerjaan yang bisa diberikan kepadanya juga dengan cara-cara yang berbeda dengan
orang dewasa. Semisal tentang pekerjaan yang jika dilakukan anak dianggap malah
merepotkan, maka coba hilangkan anggapan seperti ini. Lihatlah sisi positifnya. Anak
ketika usia ini menyukai pekerjaan yang diberikan. Maka bersabar adalah poin yang
harus ditekankan pada diri orang tua. Berikanlah batasan pekerjaan pada hal-hal yang
berkaitan dengan mereka (sang anak). Semisal mencuci hanya mencuci piring dan gelas
yang mereka gunakan. Sehingga baik dari sang anak ataupun orang tua sama-sama
tidak merasa terbebani.
Menegur Anak

Termasuk dalam hal mendidik tanggung jawab pada anak adalah menegurnya dari
kesalahan yang telah dilakukannya. Hal ini sebagaimana dicontohkan dalam hadits
pertama dalam artikel ini dan juga dalam hadits berikut:

‫ب فأكلت منه قبل أن‬


ٍ ‫عَن‬
ِ ‫طف من‬ ّ ‫ بعْثني أم‬:‫عن عبد ال بن بسر ااصحاّبي ر ضي ال عنه قال‬
ْ ‫ي ألى رسول ال صّلى ال عليه و سّلم بِق‬
‫ يا غـدر‬:‫ وقال‬،‫أبلغه إّياه فلّما جئت به أخذ بأذني‬

Dari ‘Abdullah bin Busr Ash-Shahabi rodhiallahu ‘anhu ia berkata: “Ibu saya pernah
mengutus saya ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan
setandan buah anggur. Akan tetapi, sebelum saya sampai kepada beliau saya makan
(buah itu) sebagian. Ketika saya tiba di rumah Rasulullah, beliau menjewer telinga saya
seraya bersabda: ‘Wahai anak yang tidak amanah’” (HR. Ibnu Sunni)
Dari sini dapat diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan anak
sesuai dengan kadar kesalahan dan kondisi seorang anak-anak. Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak membiarkan seorang anak tidak bertanggung jawab terhadap amanah
yang telah diberikan, dan sisi lain beliau menghukum juga dengan tidak berlebihan.
Termasuk dalam menegur adalah mengingatkan seorang anak bila terjadi pertengkaran
dengan teman lainnya (yang ini memang biasa terjadi pada anak-anak) untuk berani
minta maaf. Minta maaf adalah sebuah wujud tanggung jawab terhadap kesalahan yang
diperbuatnya. Dan dalam mengajarkan ini, orang tua harus dapat bersikap adil sehingga
seorang anak tidak merasa terpojokkan dan mentalnya jatuh. Salah satu caranya adalah
dengan mendorong kedua belah pihak untuk saling memaafkan sambil diingatkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ل رفعه ال‬
ّ ‫ل عّزا و ما تواضع أحد ل إ‬
ّ ‫ما زاد ال عبدا يعفو إ‬

“Allah tidak menambah seorang hamba yang mau memaafkan kecuali kemuliaan dan
tidaklah seseorang itu bersikap rendah diri kepada Allah kecuali Allah pasti akan
mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
Tidak Hanya Tanggung Jawab Duniawi
Hal yang sangat penting untuk diingat oleh para pendidik, pendidikan tanggung jawab
tidak hanya berkaitan dengan perkara-perkara di dunia seperti membereskan tugas-
tugas, mainan dan lain sebagainya. Ada tanggung jawab yang sangat penting yang
harus pula dididik mulai dari usia yang masih belia. Dan ini berkaitan dengan rukun
Islam yaitu penegakkan sholat lima waktu. Tidaklah seseorang meninggalkan sholat
karena meremehkan tanggung jawabnya nanti di hadapan Allah, padahal sholat adalah
hal yang pertama kali dipertanyakan ketika penghisaban nanti. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ وإذا بلغ عشر سنين فاضِربوه عليها‬،‫صلة إَذا بلغ سبع سنين‬
ّ ‫ي با ال‬
ّ ‫صِب‬
ّ ‫ُمُروا ال‬

“Perintahkanlah anak-anak untuk mendirikan sholat ketika dia berumur tujuh tahun.
Dan ketika dia telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia kalau dia meninggalkan
sholat.” (HR. Abu Daud dan lain-lain dari jalan Sabrah bin Ma’bad)

Dari hadits ini, maka adalah tanggung jawab seorang bapak atau wali untuk
memerintahkan anak-anak mereka untuk mendirikan sholat fardhu ketika berumur tujuh
tahun. Dan yang diwajibkan adalah memerintahkan mereka. Adapun mereka
melaksanakan atau tidak maka mereka tidak berdosa (Abdul Hakim Amir Abdat, Menanti
Buah Hati). Sedangkan setelah berumur sepuluh tahun, maka wajib bagi bapak atau wali
untuk memukul anak-anak mereka jika mereka meninggalkan sholat fardhu. Pukulan ini
tentulah tidak pada muka dan tidak membekas pada tubuh.
Demikian yang dapat penulis berikan sedikit tentang pendidikan tanggung jawab pada
anak. Masih banyak poin-poin tentang tanggung jawab yang dapat ditanamkan pada diri
anak. Agar lebih dapat mendapat pembahasan yang luas silakan melihat pada kitab-
kitab yang penulis jadikan rujukan. Tanggung jawab yang menjadi poin untuk dididik
pada anak sesungguhnya juga merupakan hal yang patut diingat oleh setiap pemimpin
dalam hal ini ayah dan ibu yang semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya
diakhirat nanti atas apa yang mereka pimpin. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberi kemudahan dan kesabaran untuk melaksanakan amanah ini. Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai