Anda di halaman 1dari 8

Pelatihan Perencanaan Kehutanan

Berbasis Penataan Ruang

Modul 2

KAJIAN MODEL DINAMIK


PENATAAN RUANG
KEHUTANAN

Oleh :
Forum Kajian KebijakanSspasial Kehutanan
P4W

BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN


2006
KAJIAN OPTIMASI PENATAAN RUANG DALAM
RANGKA PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN

1. Penataan ruang berdasarkan UU No 24 Tahun 1992 terdiri atas:


perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Selain itu juga dinyatakan ruang terbagi habis
antara kawasan lindung dan kawasan budi daya, sedang secara
fungsional ruang terdiri atas kawasan perkotaan, kawasan perdesaan,
dan kawasan tertentu. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan
aktivitas ekonomi setiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan
ruang. Di sisi lain ruang sifatnya tetap dalam arti luas, namun selalu
berubah seiring dengan perubahan pemanfaatan ruang. Perubahan
pemanfaatan ruang yang tidak memperhitungkan keseimbangan
geobiofisik akan berakibat kepada kemubaziran atau sebaliknya
bencana alam yang terjadi.

2. Pemanfaatan ruang optimum merupakan pemanfaatan ruang yang


memberikan kesempatan tiap komponen aktivitas dalam unit ruang
tersebut berinteraksi secara maksimal sesuai daya dukung kawasan
yang pada akhirnya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang berkepentingan secara berkelanjutan. Aktivitas
manusia, baik sosial maupun ekonomi merupakan sumber perubahan
dalam pemanfaatan ruang atau kawasan. Dinamika sosial yang diikuti
oleh dinamika aktivitas ekonomi akan selalu membawa perubahan tata
ruang yang dinamis pula. Oleh karena itu, sifat dinamis tersebut perlu
dipertimbangkan dalam pendekatan optimalisasi pemanfaatan ruang.

3. Dinamika tata ruang bersumber pada dinamika penduduk beserta


aktivitas sosial dan ekonomi. Tiap aktivitas tersebut mengakibatkan
pada perubahan tata ruang yang ada dari waktu ke waktu. Sampai
pada tingkat tertentu, aktivitas sosial dan ekonomi pada akhirnya akan
dibatasi oleh kemampuan daya dukung biofisik kawasan.

4. Kajian Optimasi Penataan Ruang dalam Rangka Pemantapan Kawasan


Hutan telah dilaksanakan di 6 provinsi yang mewakili empat klaster
wilayah berdasarkan ciri/fungsi kawasan yaitu:
1) klaster 1, dicirikan oleh luas areal hutan produksi yang tinggi,
diwakili Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Timur,
2) klaster 2, dicirikan oleh luas areal hutan konversi yang tinggi,
diwakili Provinsi Sumatera Utara,
3) klaster 3, dicirikan oleh luas areal yang didominasi oleh hutan
produksi terbatas, konservasi, dan lindung, diwakili Provinsi Jambi
dan Sulawesi Tengah, dan

2
4) klaster 4, dicirikan oleh luas areal penggunaan lain yang tinggi,
diwakili Provinsi Bali.

5. Penyusunan rancangan penataan optimal kawasan hutan di suatu


propinsi diawali dengan mengkaji Dokumen Teknis yang meliputi
RTRWP, Laporan-Laporan Hasil Evaluasi Kegiatan Pembangunan,
Rencana-Rencana sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian, dan
Peta-Peta. Berdasarkan hasil kajian dokumen teknis disusun
permasalahan-permasalahan teknis dan informasi berbagai potensi
yang ada. Selanjutnya, dilakukan verifikasi lapangan atas informasi
potensi dan permasalahan-permasalahan teknis berikut permasalahan
lain; menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik serta
manajemen.

6. Berbagai parameter dalam aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan


biofisik kawasan perlu ditetapkan sebagai dasar membuat
perencanaan tata ruang, setelah identifikasi kondisi dilakukan. Model
optimasi pemanfaatan ruang, selanjutnya dibangun berdasarkan
parameter-parameter sosial dan ekonomi yang telah diturunkan dari
kondisi riil di lapang. Alat yang digunakan untuk membantu
menampung kedinamisan dalam kajian optimasi tata ruang ini adalah
Program Stella Research 5.1. Parameter untik tiap aktivitas yang
menjadi input model optimasi disajikan pada Tabel 1. Struktur Model
disajikan pada Gambar 1.

7. Optimasi penataan kawasan hutan dilakukan berdasarkan


pertimbangan hal-hal sebagai berikut daya dukung, potensi,
kebutuhan kayu dan Kebutuhan non kayu, resiko lingkungan, dan
DAS prioritas. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan faktor-
faktor penentu dalam penataan ruang kawasan hutan yang meliputi
analisis kesesuaian lahan, analisis potensi hutan (tegakan persediaan),
analisis supplay-demand kayu dan non kayu, dan analisis resiko
lingkungan. Pemanfaatan ruang kawasan hutan optimal dicirikan oleh
: memenuhi berbagai kebutuhan terhadap hasil hutan, memecahkan
masalah sosial dan lingkungan, dan melestarikan sumberdaya hutan.

8. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam kajian ini adalah:


1) Laju parameter pertumbuhan penduduk beserta laju parameter
derivatnya terjadi secara linear selama periode simulasi, 20 tahun
92004 – 2024).
2) Harga produk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan
industri adalah tetap.
3) Kepentingan yang mendesak kawasan hutan adalah berturut-turut
adalah untuk perluasan lahan perkebunan (80%), perluasan
tanaman pangan (20%). Penggunaan lahan yang mendesak

3
kawasan pertanian adalah perluasan industri. Perluasan
permukiman dan infrastruktur (permukiman, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan jaringan jalan) diasumsikan sebagai kawasan
terbuka yang juga mendesak kawasan pertanian.
4) Produksi dan harga produk tanaman pangan, perkebunan dan
kehutanan diwakili oleh komoditas yang dominan di propinsi
tersebut.
5) PDRB yang digunakan dalam perhitungan adalah PDRB riil, dan
pertumbuhan PDRB yang digunakan adalah pertumbuhan rata-
rata per tahun pengamatan.

9. Di tiap provinsi dengan berdasarkan hasil identifikasi berbagai


permasalahan yang terkait fungsi hutan, ditetapkan 2 skenario sebagai
berikut:
1) Provinsi Bali: Skenario 1 adalah skenario keberlanjutan dengan
indikator utama bahwa luas hutan minimal yang harus tersedia
dengan tingkat run off yang diperbolehkan tidak melebihi 50 %
dari hujan bruto; Skenario 2 adalah skenario konservatif, bahwa
hutan perlu dipertahankan sebagai fungsi konservasi, terutama
untuk mencegah terjadinya longsor dan banjir. Pada kondisi ini
limpasan permukaan (run-off) di seluruh kawasan dipertahankan
rendah, atau mendekati besarnya run-off di kawasan hutan
bervegetasi (20 % - 40 % dari curah hujan).
2) Provinsi Jawa Timur: Karena desakan pada kawasan hutan adalah
didominasi untuk kepentingan tanaman pangan dan perkebunan,
ditetapkan skenario proporsi konversi lahan hutan untuk
tanaman pangan dan perkebunan, yaitu: Skenario 1, konversi lahan
hutan adalah 80 % untuk lahan perkebunan, 20 % untuk lahan
tanaman pangan dan Skenario 2, konversi lahan hutan adalah 60 %
untuk lahan perkebunan, 40 % untuk tanaman pangan.
3) Provinsi Kalimantan Timur: Skenario 1 adalah skenario
berkelanjutan, bahwa hutan perlu dipertahankan sebagai fungsi
konservasi, terutama untuk mencegah terjadinya longsor dan
banjir. Untuk itu limpasan permukaan (run off) di seluruh kawasan
dipertahankan rendah, yaitu run-off dipertahankan pada batas yang
aman bagi kelestarian lingkungan, yaitu < 0.5 * hujan bruto;
Skenario 2 adalah skenario offensif bahwa kawasan hutan menjadi
tuntutan untuk pengembangan ekonomi daerah dalam rangka
memasok industri pengolahan hasil hutan, perluasan
pertambangan dan penggalian, serta kebutuhan infrastruktur.
4) Provinsi Jambi: Karena desakan pada kawasan hutan adalah
didominasi untuk kepentingan perkebunan, ditetapkan skenario
proporsi konversi lahan hutan untuk tanaman pangan dan

4
perkebunan, yaitu: Skenario 1, konversi lahan hutan adalah 80 %
untuk lahan perkebunan, 20 % untuk lahan tanaman pangan dan
Skenario 2, konversi lahan hutan untuk pengembangan
perkebunan, disesuaikan dengan perancangan pembangunan
kelapa sawit seluas maksimum 1 juta Ha
5) Provinsi Sumatera Utara: Karena desakan pada kawasan hutan
adalah didominasi untuk kepentingan tanaman pangan dan
perkebunan, ditetapkan skenario proporsi konversi lahan hutan
untuk tanaman pangan dan perkebunan, yaitu: Skenario 1, konversi
lahan hutan adalah 80 % untuk lahan perkebunan, 20 % untuk
lahan tanaman pangan dan Skenario 2, seiring dengan semakin
sempitnya kawasan hutan, perlu di imbangi dengan penurunan
jumlah tebangan atau skenario pengurangan luas tebang
(penurunan AAC)
6) Provinsi Sulawesi Tengah: Karena desakan pada kawasan hutan
adalah didominasi untuk kepentingan tanaman pangan dan
perkebunan, ditetapkan skenario proporsi konversi lahan hutan
untuk tanaman pangan dan perkebunan, yaitu: Skenario 1, konversi
lahan hutan adalah 80 % untuk lahan perkebunan, 20 % untuk
lahan tanaman pangan dan Skenario 2, konversi lahan hutan adalah
60 % untuk lahan perkebunan, 40 % untuk tanaman pangan.

10. Berdasarkan hasil kajian menggunakan model dinamik kawasan di


seluruh provinsi yang dikaji (Bali, Jawa Timur, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tungah, Jambi, dan Sumatera Utara) dengan Skenario 1 dan
Skenario 2 masih mampu menampung berbagai aktifitas sektor
pembangunan dalam kondisi yang aman bagi lingkungan sampai
dengan akhir 2024. Tabel 2. menyajikan luas kawasan hutan dan nilai
PDRB dengan kedua skenario tersebut untuk masing-masing provinsi.

11. Kajian ini perlu di detailkan dengan data-data primer untuk kawasan
yang lebih mikro (skala kabupaten) sehingga dapat diketahui lebih
jelas pada pemanfaatan lahan dan keterkaitannya dengan aktivitas
setiap sektor yang memerlukan lahan. Dalam kajian ini, pola spasial
belum terlihat dengan jelas, oleh karena itu untuk melihat pola
spasialnya model yang telah dihasilkan perlu dihibritkan dengan
model spasialnya.

5
Tabel Lampiran 1. Parameter Input Model dalan Kajian Optimasi Penataan Ruang

Aspek Nomor Parameter Input Singkatan Satuan


Biofisik 1 Luas Kawasan Hutan saat ini/initial LuKawHUTAN Ha
2 Curah hujan tahunan kawasan provinsi CHKawProv mm/tahun
3 Luas lahan perkebunan LuBun Ha
4 Luas lahan tanaman pangan LuTP Ha
5 Luas hutan rakyat LuHutRa Ha
6 Persamaan intersepsi hujan oleh vegetasi hutan PersmIntHut 3.06+0.24*CH
7 Persamaan intersepsi hujan oleh vegetasi tan. perkebunan PersmIntKebun 2.48+0.13*CH
8 Persamaan intersepsi hujan oleh vegetasi tanaman pangan PersmIntTP 3.38+0.31*CH
9 Luas hutan yang diusahakan oleh PT Inhutani LuInhutani Ha
10 Luas hutan yang diusahakan oleh HTI LuHTI Ha
11 Luas hutan dikelola dalam HPH LuHPH Ha
12 Persentase tebangan dalam HPH per tahun PersTebHPH % per tahun
13 Persentase tebangan hutan rakyat per tahun PersTebHutRa % per tahun
14 Persentase tebangan hutan Inhutani per tahun PersTebInhutani % per tahun
15 Persentase tebangan hutan HTI per tahun PersTebHTI % per tahun
16 Persentase penghijauan per tahun PersPenghijauan % per tahun
17 Persentase reboisasi per tahun PersReboisasi % per tahun
18 Persentase penanaman hutan oleh HTI PersHTI % per tahun
19 Persentase penanaman hutan oleh HPH PersTanHPH % per tahun
Ekonomi 1 Persentase angkatan kerja PersAngKerja %
2 Persentase angkatan kerja pada usaha perkebunan rakyat PersTKTaniBun %
3 Rasio lahan perkebunan rakyat tehadap pekebun RsTKTaniBun Ha/orang
4 Persentase pertambahan luas usaha perkebunan per tahun PersPTBun %/tahun
5 Luas lahan usaha perkebunan LuPTBun Ha
6 Luas lahan untuk kegiatan industri LuIndustri Ha
7 Persentase angkatan kerja pada sektor industri PersTKindustri %
8 Rasio lahan industri tehadap pekerja industri RsTKindustri Ha/orang
9 Persentase angkatan kerja pada sektor tanaman pangan PersTaniTP %
10 Rasio lahan tanaman pangan terhadap petani RsTK_TP Ha/orang
11 PDRB provinsi PDRB_Prop
12 inflasi per tahun prosen_inflasi %/tahun
13 Jumlah penduduk saat ini JML_PENDUDUK jiwa
14 Harga rata-rata komoditas perkebunan Harga_bun Rp/kg
15 Harga rata-rata produk industri harga_ind
16 Harga rata-rata kayu harga_kayu Rp/kubik
17 Harga rata-rata komoditas tanaman pangan harga_Tpangan
18 Kapasitas produksi ruang industri kapasitas_ind Ton
19 Luas lahan untuk peruntukan jalan LuJalan Ha
20 Persentase pertambahan luas ruang untuk jalan persJalan %
21 Produktivitas kayu produktiv_ky m3/Ha
22 Produktivitas tanaman perkebunan produkt_bun kg/Ha
23 Produktivitas tanaman pangan prod_TP kg/Ha
24 Luas lahan pertambangan saat ini Ha
25 Persentase pertambahan lahan untuk pertambangan %
Sosial 1 Luas lahan untuk permukiman dan infrastruktur saat ini LuMukimInfra Ha/10000 orang
2 Laju perpindahan penduduk keluar provinsi LjKeluar %/tahun
3 Laju kelahiran penduduk per tahun LjLahir %/tahun
4 Laju perpindahan penduduk masuk provinsi LjMasuk %/tahun
5 Laju kematian penduduk per tahun LjMati %/tahun
6 Rasio kebutuhan lahan untuk fasilitas sosial Rs_fasos Ha/10000 orang
7 Rasio kebutuhan lahan untuk fasilitas umum Rs_fasum Ha/10000 orang
8 Rasio kebutuhan lahan untuk permukiman RsMukim Ha/10000 orang

6
Tabel 2.
Luas Kawasan Hutan dan Nilai PDRB pada Dua Skenario Penataan Ruang

Provinsi Luas Kawasan Hutan (Ha) PDRB (Milyar Rp)


Saat Ini (2004) Prediksi 2024 Saat Ini (2004) Prediksi 2024
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 1 Skenario 2
Bali 130 686 131 331 132 086 9 133.4 14 490
Jawa Timur 1 252 988 1 218 132 1 172 682 66 689.5 130 898.8 130 898.8
Kalimantan 14 651 553 14 338 117 7 201 898 23 000 44 822.0 45 006.7
Timur
Jambi 2 179 440 2 015 270 1 835 375 3 722.81 8 949.9 8 949.8
Sumatera Utara 3 679 338 2 755 194 2 984 607 9 623.4 24 566.8 24 443.8
Sulawesi 4 394 932 3 884 606 4 616 416 24 088.0 37 480.0 37 480.0
Tengah

7
Su b Mo del Bi ofisik

Hujan B ru to Table 1
IC Bun LuHutRa

Te rbu ka Ke bun
Lu TebHutRa
Hutan Pe rsTebHutRa Ka pin h tn

IC Htn Luas Htn Intersep KawP rov TP


Graph 1
Pe rsTebInhutani Kapin B un
Pe namba han Pe nguran gan IC TP Lu TebInh utani Lu In hutani

PersPen ghi ja uan Ta nam baru Hujan net


Lu TebHutan
Ai r Tnh Lu TebP erhutan i Pe rsTebPerhutani Kapin T P
LuPerhutani
kapi nfil trasi

Pe rsReb oi sasi
LuTebHPH Kapin terbu ka
Pe rsTan In hutani
PersTan Perhutan i i nfil tra si Lu HP H PersTeb HPH
hujan mask RUN OFF

Kapin Ind

Sub Model Eko nomi

Su b Mo del Sosial Lu as Kawasan


Lu asT P Lu Industri
Luas Te rb uka
TamLuTP Ta mL uInd
Ta mL u Terbu ka
LuasB un
Masuk Ta mL uBu n

krg TP

Lj Kel ua r Kelua r Rs Jal an


krg Bun
Lj Masuk Lu Fasu m tamb AK RsTKTani Bun RsTKi ndustri
Rs fasum Lu PTBu n
JML P ENDUDUK Lu Jal an PersTan iTP
PersPTBu n
produkti v TP PersTKTa ni Bun Pe rsTKi ndu stri
RsTK TP
pe rsAngKerja
Ku ran g
LuFasos Rs fasos
Tambah prod ukti v ky prod ukti v bun AngKerj a
Prod kayu prod TP ang an Prod perkebun
tahun
FK
Mati LuMuki m Ni l ai kayu N Tp N bun ~
Harga bun
La hi r Lj Mati harga Tpan gan pertm ind
PDRB P ro v
RsMukim ha rga kayu
Lj Lahi r ni l ai i nd

~
pe rt la in
tahu n 2 ni l ai l ai n

Gambar1. Struktur Model Mekanistik dalam Kajian Penataan Ruang untuk Pemantapan Kawasan Hutan

Anda mungkin juga menyukai