Pendahuluan
Dalam tata bahasa tradisional, semua unsur bahasa yang bila dituliskan
dengan yang lainnya oleh spasi- disebut kata (Badudu, 1991: 23). Seperti yang
dikatakan Alisyahbana “kata ialah kumpulan bunji atau huruf jang terketjil jang
mengandung pengertian” (kata ialah kumpulan bunyi atau huruf yang terkecil
sebuah sintagma otonom yang dibentuk oleh monem yang tak terpisahkan (1987:
(Robins, 1992: 228). Hal serupa dikemukakan oleh Ramlan (2001: 33) “Kata
adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan
semantik, (2) pendekatan fonologis, dan (3) melihat kata sebagai yang tersendiri
istilah kalimatun atau lafdzun atau harfun. Kata, dalam BA sering didefinisikan
diucapkan oleh seseorang baik secara parsial maupun konstruktif’ (Louis, 1986:
makna. (t.th : 2)
Klasifikasi Kata
Ada beberapa istilah yang digunakan oleh para linguis untuk menamai
klasifikasi kata ini: klasifikasi, penggolongan, penjenisan, dan kelas kata, part of
speech (Ingg.). Dalam BA digunakan istilah jinsun ‘jenis’, dan anwa’ ‘macam-
macam’. Menurut Badudu (1991: 31) para ahli berbeda pendapat mengenai
pembagian kelas kata ini; ada yang membaginya menjadi 4 (Keraf), 6 (STA), 8
“ secara garis besar ada dua kubu klasifikasi kata; tradisional dan
kata kerja, kata sifat, dan kata tugas (1996; 62– 90).
Dalam TTBI (Alwi dkk, 2000) kata dibagi menjadi verba, adjektiva, adverbia,
kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas verba, adjektiva, dan
nomina; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasi preposisi,
konjungsi, adverbia, dan pronomina. Yang disebut verba adalah kata yang
menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut adjektiva adalah kata yang
menyatakan keadaan atau sifat; dan yang disebut konjungsi adalah kata yang
bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian
kalimat yang satu dengan yang lainnya (lihat Chaer, 1994: 166). Cara lain untuk
struktural yang membuat klasifikasi kelas kata berdasarkan distribusi kata itu
masalah yang cukup ruwet dan sukar diselesaikan, penggolongan kata itu memang
perlu (Chaer, 1994: 169). Oleh sebab itu, beberapa tawaran berikut perlu
diperhatikan.
ke dalam dua jenis yaitu (1) content word, dan (2) function word. Kemudian untuk
mengenal jenis yang pertama, ada lima ciri yang harus diperhatikan (1) akhiran
infleksi, (2) akhiran derivasi, (3) tertib kata, (4) tekanan, dan (5) kata-kata fungsi.
Sedangkan Pateda (1988: 81) menyarankan agar memilih antara cara yang
digunakan di Belanda dan cara yang digunakan oleh Ramlan. Dalam TTBI, kata
dibagi menjadi kelompok utama dan kelompok kata tugas. Kelompok kategori
utama terdiri atas verba (V), nomina (N), adjektiva (Adj), adverbia (Adv).
Kelompok kata tugas terdiri atas preposisi (Prep) dan konjungsi (Konj) (Alwi
dkk., 2000).
Dalam BA minimalnya ada tiga pendapat mengenai klasifikasi kata ini
jenis/kelompok:
1. ismun ‘nomina’
2. fi’lun ‘verba’
1. ismun ‘nomina’
2. sifatun ‘ajektifa’
3. fi’lun ‘verba’
4. dlamir ‘pronomina’
6. dorfun ‘adverbia’
7. adatun ‘partikel’
Indonesia), adalah klasifikasi yang membagi kata dalam BA menjadi tiga jenis:
1. isimun ‘nomina’
2. fi’lun ‘verba’
3. harfun ‘partikel’.
Verba
lebih cenderung melihat sebuah kata dari perilaku sintaksisnya, yaitu sebuah kata
yang menduduki fungsiu predikat. Pandangan robins ini digunaan oleh penulis ,
namun tentrunya tidak dengan cara membabi buta. Kriteria lain digunakan juga
kata berkatagori verba atau bukan dapat dilihat dari ciri semantis, morfologis, dan
penambahan afiks; dan secara sintaksis dinyatakan bahwa verba paling umum
menduduki fungsi predikat dalam kalimat. (lihat Juga Alwi at.all, 1998: 87).
Pandangan kedua ini nampaknya lebih lengkap bila dibanding dengan pendapat
pertama tadi. Oleh sebab itu pandangan ini penulis gunakan untuk menentukan
status keverbalan kata dalam BA dari segi morfologi, sintaksis, dan semantik.
diawali dengan kata ‘tidak’, dan dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai
ciri morfologis seperti kala, aspek, persona, atau jumlah. Dalam BA verba sering
(Alghalayini, t.th: 11) ‘sesuatu (kata) yang memiliki makna inhern dan
Sedangkan dalam Alfiyah ibn Malik (ulasan Hamdun,1993: 39) verba dideskripsi-
yang biasa melekat pada verba fa’alta ‘kamu telah berbuat/ melakukan’ dan atat
terdapat pada kata if’ali ‘kerjakanlah! (kamu perempuan), atau dengan nun yang
Menurut keraf (1984: 86) untuk mennetukan status suatu kata secara
struktur berkategori verba atau bukan, bisa menggunakan dua cara, yaitu cara
penentuan. Secara morfologis, semua kata dapat dicalonkan sebagai verba apabila
kata-kata tersebut memiliki afiks me, ber, kan,… menurut Keraf kata-kata tersebut
baru dicalonkan sebagai verba, belum menjadi verba. Dari sudut sintaksis kata
dapat dikategorikan sebagai verba apabila dapat diperluas dengan frasa dengan +
kata sifat.
1. verba dasar bebas, yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas.
3. kemungkinan dapat diikuti oleh frasa dengan sangat yang befungsi sebgai
keterangan.
verba hanya dari perilakunya dalam frase. Yakni dalam hal kemungkinannya
Berbicara tentang verba drai perilaku semantisnya berarti melihat verba itu
yang menyngkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat
aspek semantis (makan gramatikal ) ini sebagai akibat berfungsinya sebuah kata
dalam kalimat atau makna yang muncul karena hubungannya dengan kata-kata
lain yang terdapat dalam kalimat itu. Jadi pandangan Djajasudarma penulis
berikut:
1. verba statif,.verba ini ada dua jenis; verba kualitas dan verba keadaan,
adanya tiga macam kategori tata bahasa yang berurusan dengan semantik verba,
kali
sama
pada verba pangkal denag nomina yang menyatalkan benda tak bernyawa
verba:
garmatikal.
(2) Verba aktivitas 9proses), yaituy situasu dinamis yang berlangsung pada
poros waktu yang berkembang atau terus berlanjut tetapi tidak langgeng.
Verba ini bersifat dinamis, atelik, duratif, nonhomogen. Ciri khas verba ini
(3) Verba statis, yatitu verba yang situasi keberlangsungannya sama sepeti
bersifat tetap dan tanpa disertai perubahan atau pergerakan. Verba ini
Klasifikasi Verba
defectif);
2. berdasarkan proses pembentukannya; mujarrad (dasar/asal= denuned) dan
mazid (turunan/ditambah=augmented);
3. berdasarkan kala; madli, mudlari/ ‘amar ‘lampau dan kini/futur (past and
present);
‘pasif’ (ignored)
‘triteral’ (Robins, terj. Marjohan, 1995: 140). Ketiga konsonan yang membentuk
verba dasar akan sangat berpengaruh terhadap proses infleksional dan derivasional
kata. Berdasarkan fonem/bunyi yang membentuk sebuah verba BA, verba dibagi
menjadi dua macam; shahih dan mu’tal. Verba shahih adalah verba yang di
dalamnya tidak terdapat bunyi ‘ilat. Seperti kataba ‘menulis’, jalasa ‘duduk’.
Bunyi ilat adalah semi vokal /w/ , /y/, dan vokal /a/ panjang. Sedangkan verba
mu’tal adalah verba yang salah satu bunyi yang membentuknya berupa bunyi
‘ilat. Seperti wa’ada ‘berjanji’, yaisa ‘putus asa’, dan qaala ‘berkata’.
2 Verba Dasar
Ada beberapa istilah yang dipakai oleh para linguis untuk menyebut verba
ini. Chaer menyebutnya sebagai verba akar (root). Dalam TTBI digunakan istilah
dasar. Menurut yang terakhir, verba ini ditinjau dari segi aspektualitas inhern
verba, ada empat jenis; (1) verba fungtual (peristiwa); Verba ini menggambarkan
titik waktu, selalu menggambarkan terjadinya perubahan atau peralihan dari satu
keadaan ke keadaan lain, seperti; pukul, tendang, dan datang. (2) verba aktivitas
pergerakan, seperti; baca, minum, lari. (3) verba statis. Ialah verba yang
perubahan atau gerakan, seperti duduk, dengar, gali. (4) verba statif (keadaan),
bersifat langgeng atau tetap dan tidak menggambarkan adanya perubahan atau
Dalam BA, verba asal ini ada yang terdiri dari tiga konsonan, dan ada pula
yang terdiri dari empat konsonan. Verba pertama disebut tsulatsi mujarrad (tri
konsonantal), seperti ktb ‘menulis’, ?kl ‘makan’, dan nzl ‘turun’. Sedangkan yang
kedua disebut ruba’i mujarrad (sadkonsonantal), seperti jlbb ‘berjilbab’ dan
dhrj ‘mengguling-gulingkan’.
Verba Turunan
Djajasudarma (1994: 98) verba turunan, selain dapat dibentuk dari bentuk dasar
verba, juga dapat dibentuk dari bentuk dasar nonverba, seperi nomina, adjektiva,
verba seperti; Yajlisu dari jls ‘duduk’, A’roqa ‘memasuki daerah Irak’ dari
nomina ‘Iraq ‘negara Irak’, dan ‘an’ana ‘mengucapkan kata ‘an (tentang)’ dari
Verba BA mengandung unsur kala (tense). Ada tiga jenis kala dalam verba
BA; kala lampau, kala kini, dan kala mendatang. Berdasarkan ketiga jenis kala itu,
verba BA dibagi menjadi tiga jenis: madli, mudlari, dan amar. Madli untuk kala
lampau, mudlari untuk kala kini dan mendatang, sedangkan amar selain
konstruksi, verba biasanya dibagi menjadi dua macam; transitif dan tak transitif.
Secara tradisional verba transitif adalah verba yang menuntut kehadiran objek
kehadiran objek.
aktif,
2. kemungkinan O itu berfungsi sebagai S dalam kalimat pasif (Alwi dkk., 2000:
90)
Tiap Verba memiliki makna inhern, namun makna inhern tersebut tidak
terikat dengan wujud verba, juga makna inhern tidak selalu berkaitan dengan
Sebuah verba dapat dibentuk dari dasar verba atau dari dasar nonverba,
seperti yang diungkapkan Djajasudarma di atas. Ini berarti bahwa sebuah verba
dapat menurunkan verba lain yang statusnya mungkin berbeda dengan status
asalnya.
Berkenaan dengan penurunan verba ini, dalam BA dikenal dua jenis verba;
jamid dan mutasharrif. Verba jamid adalah verba yang tidak diturunkan dari
kelas kata lain dan tidak bisa menurunkan verba lain, seperti ni’ma ‘nikmat’, bi?
diturunkan dari kelas kata lain dan dapat menurunkan verba lain pula, seperti
konstruksi, verba dibagi menjadi dua macam; aktif dan pasif. Verba aktif adalah
verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau penanggap, sedangkan verba
pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran atau hasil
Dalam BA, verba ini dikenal dengan istilah verba majhul ‘tidak
jelas/diketahui’ dan verba ma’lum ‘jelas/diketahui’, tepatnya mabni lil majhul dan
mabni lil ma’lum. Berkenaan dengan kedua jenis verba ini, Eldahdah dalam
verb untuk majhul. Ia menyebutkan bahwa known verb has agent mentioned with
it. Sedangkan the ignored verb has it agent eliminated and its direct agent
Verba pasif (majhul) dalam BA hanya dapat dibentuk dari bentuk madli
dan mudlari. Dari verba madli aktif dibentuk verba madli majhul dengan pola
berikut:
Sedangkan dari verba aktif mudlari dibentuk verba pasif mudlari mengikuti pola
berikut:
1. dari bentuk yaf’alu, yaf’ilu, dan yaf’ulu diubah menjadi yuf’alu, dan