Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu tanah merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk tanah. Tanah, seperti yang
kita ketahui menjadi tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia,
termasuk salah satu sumberdaya yang sangat penting. 

Lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan) yang membentuk kerak bumi)
dan atmosfer ini menjadi penentu kehidupan di permukaan bumi. Tanpa adanya tanah, maka
tidak ada kehidupan.

Munculnya disiplin kita sebut "Kimia Tanah" dimulai dengan observasi awal dengan
peneliti tentang kemampuan tanah untuk memodifikasi solusi. Pada tahun 1819, kimiawan
Italia, Gazzeri, mengamati bahwa pupuk kandang cair, setelah melewati partikel tanah liat
menjadi berubah warna tanpa kehilangan zat larut nya. Dalam karya yang sama, Huxtable
melihat pada tahun 1848 bahwa tanah alsoserved untuk menghilangkan bau pupuk cair.

Penelitian tanah sebagai entitas kimia sebelumnya dimulai dengan J. Thomas Way.
Cara menjadi akrab dengan karya Thompson HS, yang melaporkan pada 1845 bahwa ketika
ia kehabisan kolom tanah dengan sulfat amonium, terkejut, kalsium sulfat berlari keluar dari
ujung lainnya. Bereksperimen dengan tanah yang berbeda, pipa tanah liat, dan beberapa
"rumah buatan" alumino-silikat, Way menunjukkan bahwa tanah dapat mempertahankan
+, +, +, 2 +
kation seperti NH 4 K dan Na sebagai imbalan atas setara jumlah Ca ion. Dengan
waktu, Way berhasil memperbaiki (dan dalam beberapa kasus yang benar) kesimpulan awal
tentang tanah berperilaku sebagai penukar kation, sehingga produktif dia judul, sebagai
"Bapak Kimia Tanah.

Dengan penemuan Way datang ledakan penelitian yang melibatkan reaksi pertukaran
ion dalam tanah. F. Stohmann dan W. Henneberg adalah yang pertama untuk
mengembangkan isoterm adsorpsi, alat yang masih tetap populer di kalangan ahli kimia tanah
hari ini. Pada tahun 1859, Samuel Johnson digunakan ini alat baru untuk menyelesaikan
perbedaan awal sekitar ketidakmampuan seharusnya dari bahan organik tanah untuk

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 1


+
menyerap NH 4 ion. Johnson menemukan bahwa tidak hanya bahan organik mampu
+,
menyerap NH 4 tetapi dalam jumlah yang lebih signifikan dari tanah liat. Selain itu,
Johnson menemukan bahwa adsorpsi ion (ion hara umum) adalah reversibel dalam tanah,
coining istilah akrab "pertukaran basis". Pada 1888, van Bemmelen menemukan tukar kation
2+
tidak dibatasi hanya untuk Ca ion, tetapi bisa melibatkan Na + ion juga. Dengan demikian,
percobaan tersebut meletakkan dasar bagi konsep sederhana yang biasanya kita sebut hari ini,
kapasitas tukar kation.

Dengan munculnya abad 20, pemahaman ilmiah tentang mekanisme kimia fisik
mediasi reaksi pertukaran ion tumbuh dalam kecanggihan teori dan aplikasi. Kinetika reaksi
pertukaran di tanah dipelajari secara terpisah oleh KK Gedroiz dan DJ Hissink. Menonjol di
antara kemajuan dalam pertukaran ion reaksi menggambarkan usaha untuk menafsirkan
keseimbangan nilai kuantitatif dengan analisis empiris. Salah satu yang pertama pendekatan
yang sangat, yang digunakan oleh Weigner pada tahun 1931, memodifikasi isoterm adsorpsi
Freundlich untuk menciptakan isoterm tukar. Pada tahun 1932, Albert Vanselow
dikembangkan persamaan pertukaran ion nya berdasarkan H. Kerr 's persamaan sebelumnya
(tahun 1928) memasukkan prinsip aksi massa untuk menggambarkan pertukaran. Teman-
perbaikan Vanselow, fraksi mol, sangat berguna dalam memperoleh konstanta pertukaran
untuk heterovalent (misalnya, Na-Ca) reaksi tukar. Sebaliknya, ilmuwan Rusia EN Gapon
pada tahun 1933 mengembangkan sebuah pertukaran persamaan relatif sederhana, yang
menyatakan bursa fase tanah dalam hal miliekuivalen per 100 gram tanah. Karena
kesederhanaan, persamaan Gapon tetap hari ini sebagai bursa persamaan paling populer,
namun fakta ini tidak menghalangi penyidik dari mencoba untuk memperbaiki hal itu.
Terkemuka upaya dilakukan oleh Krishnamoothy, Davis, dan Overstreet tahun 1948
(menggunakan pertimbangan entropis oleh fisika statistik), dan Thomas Gaines pada tahun
1953 (yang menggantikan mol fraksi Vanselow dengan fraksi setara kuantitas), dan Schofield
pada tahun 1953 (yang revisi konsep pertukaran konstan pertukaran unitless koefisien, yang
tersirat selektivitas tanah untuk ion).

Seperti menjadi jelas bahwa fenomena pertukaran ion tidak bisa hanya menjelaskan
banyak dari variabilitas dalam respon tanaman dengan kondisi tanah, peneliti mengambil
jalan lain penyelidikan, berkali-kali mengembangkan subdisiplin baru dari kimia tanah
sepanjang jalan, atau setidaknya menambah wawasan baru signifikan pengetahuan yang ada.
Secara khusus, kami menyoroti empat topik tambahan yang penting terbukti kimia tanah:

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 2


mineralogi tanah dan fiksasi ion, keasaman tanah dan alkalinitas, bahan organik tanah, dan
muatan permukaan dan flokulasi / dispersi perilaku dalam tanah. Jadi, kimia tanah adalah
studi tentang kimia karakteristik. Kimia tanah dipengaruhi oleh mineral komposisi, bahan
organic dan lingkungan faktor.

1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menentukan kadar
air, P- tersedia (tanah), Basa-basa (tanah) seperti K, Na, Ca, Mg, KTK (kapasitas tukar
kation), Pengukuran PH H2O / KCL

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 3


II. BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Tanah ini dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 03 Desember
2010, pukul 07.00-08.40 WIB. Di Laboratorium Analaitik, Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya.

2.2 Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah contoh sampel tanah, sentrifugal, oven, tanur,
gelas kaca, pH meter, larutan NaOH 0,1N, Erlenmeyer, larutan H2SO4 pekat, timbangan
analitik, kertas saring, paraffin, dan sebagainya.

2.3 Cara Kerja

a. Cara kerja menghitung kadar air.


1. Menimbang sampel 0,5 g , masukkan kedalam labu kjedahl 50 ml. Tambahkan 1,5 g/
1 canting kecil campuran (selen) Se , CUSO4hga dan Na2SO4.
2. Menambahkan 5 ml H2SO4 pekat , goyang perlahan
3. Memanaskan labu dalam kamar asap dengan api kecil , kemudian perlahan api
dibesarkan hingga akhirnya cairan tadi berwarna terang (hijau – biru) pemanasan
diteruskan ± 15 menit, dinginkan.
4. Menambahkan 50 ml air.
5. Memindahkan labu ke labu destilasi , tambahkan 5 ml NaOH 5% dan 5 tetes parafin.
6. Menampung destilasi dalam erlenmayer 125 ml yang berisi campuran: 10 ml H2SO4
0,1 N dan 5 tetes indikator conway ( metil red solution)
7. Mentitrasi distilat dengan NaOH o,1 N sampai terjadi perubahan warna dari merah
kekuningan.
8. Penetapan blanko

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 4


b. Cara kerja menghitung P- tersedia (tanah)
1. Memasukan 1,5 tanah kedalam labu ekstraksi
2. Tambahkan 15 ml lrutan PA, kocok 15 menit
3. Saring pipet 5 ml ketabung eaksi
4. Menambahkan 5 ml larutan PB, kocok
5. Menambahkan 5 tetes larutan PC
6. Menunggu 15 menit ukur kerapatan optik dengan spektro
PJ = 660 nm

c. Basa-basa (tanah) K, Na, Ca, Mg


1. Menimbang 5 g sampel, masukan kedalam tabung sentrifusi 100 ml
2. Menambahkan 20 ml larutan NH4OAC 4,0/7,0, aduk perlahan biarkan selama 24 jam
3. Mengaduk lagi sentifusi selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm
4. Menampung larutankedalam gelas / labu ukur
5. Mengulangi sentifusi selama 4 kali
6. Menyaring hasil larutan dengan kertas saring
7. Menambahkan aquades sampai 100 ml
8. Mengukur dengan AAS.

d. KTK (kapasitas tukar kation)


1. Dari sampel tanah diatas dilakukan pencucian NH4+ tambahkan 20 ml alkohol 80%
ketabung sentrifusi yang berisi endapan tanah, aduk sentrifusi 15 menit, ulangi sampai
4 kali
2. Membuang pelrut / filtratnya
3. Tanah dipindahkan ke labu didih, tambahkan aquades ± 100 ml, tambahkan 5 tetes
parafin dan 15 ml NaOH 50% kemudian didestitasi
4. Destilasi ditampung dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 20 ml H 2SO4 0,1 ml dan 5
tetes indikator conway
5. Destilasi dihentikan ika distilaat yang ditampung mencapai 50 ml
6. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna
7. Melakukan destilsi tanpa tanah sebagai blanko

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 5


e. Pengukuran PH H2O / KCL
1. Menimbang tanah 10 g masukan kedalam gelas kaca
2. Menambahkan air (H2O) aquades 25 ml / KCL 1ml
3. Mengocok selama 30 menit, diamkan sebentar
4. Mengukur pH dengan pH meter.

f. Al – dd (Alumunium dapat dipertukarkan)


1. Menimbang 5 gram tanah, memasukkan kedalam Erlenmeyer 125 ml.
2. Menambahkan larutan KCl 1 N kedalamnya, dikocok selama 30 menit.
3. Menyaring dan menampung hasilnya.
4. Pipet 25 ml hasil saringan, memasukkan kedalam Erlenmeyer 125 ml.
5. Menambahkan 5 tetes indicator fenolptalein (PP)
6. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda (mencatat).
7. Menambakan +/- 1 tetes HCl 0,1 N sampai warna merah muda lenyap lagi.
8. Menambakan 10 ml NaF4 %, warna merah akan timbul lagi.
9. Mentitrasi lagi dengan HCl 0,1 N sampai warna merah tadi hilang kembali. Jumlah

asam yang dipakai setara dengan  Al-dd (mencatat).

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 6


IV. PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau
nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K,
Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl), untuk itu kimia tanah adalah studi tentang kimia
karakteristik. Kimia tanah dipengaruhi oleh mineral komposisi, bahan organic dan
lingkungan faktor.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa sampel tanah I memiliki status


kesuburan rendah ini terlihat karena pH tanahnya rendah yaitu sekitar 4,11 dan KTK yang
tinggi, sehingga unsure hara terjerap dengan kuat pada koloid tanah sehingga unsur hara tidak
dapat diserap oleh tanaman. Pada kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi tanaman,
karena tidak tersedianya unsur hara yang diperlukan tanaman untuk melangsungkan
kehidupannya. Sehingga kondisi tanah ini tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menjadi lahan pertanian.

Jika pH tanahnya terlalu rendah maka dapat bersifat racun bagi tanaman dan
berpengaruh terhadap kehidupan serta aktivitas mikroorganisme yang membantu dalam
proses dekomposisi bahan organic.

Sedangkan pada sampel tanah II diketahui bahwa memiliki status kesuburan sedang
Kapasitas tukar kation (KTK) terlihat sedang, sehingga dapat menjerap atau menahan unsur
hara yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

IV.2. Saran

Agar pada praktek kedepannya bisa lebih rinci dijelaskan bagaimana perhitungan –
perhitungan yang digunakan.

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 7


DAFTAR PUSTAKA

Sonon, LS, MA Chappell dan Evangelou VP. 2000. Sejarah Kimia Tanah. Url diakses pada
2006/4/11

LAPORAN PRAKTIKUM FENDY PRABOWO 8

Anda mungkin juga menyukai