PENGANTAR ILMU
KOMUNIKASI
Tujuan
Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk:
1. memahami ilmu komunikasi beserta kedudukan dan hubungannya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya;
2. mengetahui obyek kajian ilmu komunikasi dan perbedaannya dengan obyek kajian ilmu-ilmu sosial
lainnya;
3. mengetahui mengapa ilmu komunikasi bersifat interdisipliner dan multi-disipliner;
4. mengetahui secara ringkas perkembangan ilmu komunikasi dewasa ini.
Ilmu Alam
Sebagai ilmu, filsafat mengkaji segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Didorong naluri ingin
tahunya - tatkala melihat isi, benda, serta gejala alam - menimbulkan pertanyaan dalam diri manusia:
apakah ini? Mengapa sesuatu ini ada? Dari mana ia berasal? Bagaimana ia menjadi ada? Dalam upaya
memecahkan masalah dan menjawab berbagai pertanyaan itu, lahirlah ilmu fisika (mengkaji segala fisik
yang ada di alam), ilmu kimia (zat atau unsur alam), ilmu biologi (makhluk pengisi alam: tumbuhan,
hewan, termasuk makhluk hayati manusia). Karena obyek ilmu ini adalah benda alam, maka
dikelompokkanlah mereka dalam ilmu-ilmu alam. Cabang ilmu-ilmu alam tadi kita sebut ilmu-ilmu alam
murni.
Ilmu Sosial
Belakangan manusia sadar, terdapat masalah dan sejumlah pertanyaan muncul dalam berbagai hal
menyangkut diri manusia itu sendiri, utamanya dalam konteks perilaku dan hubungan sosial
antarmanusia. Maka, lahirlah ilmu-ilmu sosial.
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini, diharapkan Anda dapat:
1. mendefinisikan komunikasi dan berargumentasi tentang apa yang merupakan kajian dan bukan
kajian ilmu komunikasi;
2. memahami perspektif dari teori komunikasi dan hakikat komunikasi yang dianut modul ini;
3. menguraikan obyek materia dan obyek forma ilmu komunikasi.
MENDEFlNISIKAN KOMUNIKASI
Komunikasi, sebagai kata yang abstrak, pada da-sarnya sulit didefinisikan. Komunikasi memiliki
sejumlah arti. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Namun,
menetapkan satu definisi tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna, utamanya melihat pada
berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Definisi mana yang kita pilih, tergantung kegunaannya,
dalam hal apa definisi itu kita perlukan.
Dalam tahap awal pembahasan ini, cobalah Anda kaji, manakah di antara peristiwa di bawah ini yang
merupakan obyek kajian ilmu komunikasi?
1. Suatu petang Anda berdiri takjub di tepi padang ilalang dan berkata," Wahai rumput yang
bergoyang, sungguh indah pemandangan yang kau berikan padaku di petang ini..."
2. Suatu hari Anda berkunjung ke makam kakek Anda. Sambil menabur bunga, lirih Anda berkata,
"Kakek, jika selama hidup cucumu ini selalu membuatmu kesal, maafkanlah..."
3. Suatu malam Anda berdoa, "Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan Ibu dan Bapakku..."
4. Anda berkata pada kucing kesayangan, "Pus, mari sini, biar aku elus". Kucing itu, sambil mengibas
ekor, datang menghampiri.
5. Anda berkata kepada seorang teman, "Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon".
6. Teman Anda tertawa-tawa. Kepada teman Anda yang menjadi pasien RS Jiwa itu, Anda bertanya,
"Apa kabar, bagaimana kesehatanmu?"
Manakah di antara peristiwa di atas yang menjadi obyek kajian ilmu komunikasi? Untuk dapat
mengidentifikasi hal ini, kita perlu memiliki satu definisi komunikasi yang dapat kita pegang bersama.
Definisi ini kita perlukan guna memberi pengertian dan pembatasan tentang komunikasi dan ilmu komu-
nikasi yang kita maksud.
HAKIKAT KOMUNIKASI
Dari definisi kita - yang menyatakan bahwa komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar-
manusia - terdapat tiga unsur utama yang dapat kita bahas guna mengidentifikasi apakah suatu
peristiwa merupakan bagian dari komunikasi yang kita kaji atau bukan. Ketiga unsur itu adalah: (1)
usaha, (2) penyampaian pesan, (3) antarmanusia.
Usaha
Kata "usaha" dalam definisi kita menggambarkan unsur kesengajaan, adanya motif komunikasi yang
menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesannya kepada manusia lain.
Pertanyaannya adalah: benarkah komunikasi yang menjadi obyek kajian ilmu komunikasi harus
mengandung unsur kesengajaan? Perhatikan peristiwa berikut ini, idenya diambil dari Littlejohn (2000),
diinventarisir ulang serta dikembangkan dan diadaptasi sesuai kebutuhan.
1. Anda menguap secara tidak sengaja dan tidak seorang pun melihat hal itu.
2. Anda menguap secara tidak sengaja. Kemudian, teman Anda berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita
cukupkan sampai di sini dan kita lanjutkan besok".
3. Anda menguap dengan sengaja. Kemudian, teman Anda berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita cukup-
kan sampai di sini dan kita lanjutkan besok".
4. Anda menguap dengan sengaja. Namun, teman Anda tidak melihat dan terus melanjutkan
diskusinya.
5. Anda menguap dengan sengaja. Namun, teman Anda pura-pura tidak melihat dan melanjutkan
diskusinya.
Termasuk komunikasi dan kajian ilmu komunikasikah ini? Coba Anda analisis! Contoh lainnya seperti
berikut.
6. Anda melambaikan tangan pada teman Anda, namun teman Anda tidak melihatnya.
7. Anda melambaikan tangan pada teman Anda. Tidak ada balasan dari teman Anda itu. Baru
keesokan harinya, ka wan Anda berkata, "Maaf, kemarin saya tidak membalas lambaian tanganmu.
Penyampaian Pesan
Meskipun komunikasi menyangkut perilaku manusia, namun tidak semua perilaku manusia adalah
komunikasi, dalam arti ia berkomunikasi. Komunikasi adalah perilaku manusia dalam hal penyampaian
Antarmanusia
Pada awal bagian ini diajukan enam kasus, mulai dari berbicara pada rumput yang bergoyang hingga
kawan di RS Jiwa. Kita telah membahas bahwa ilmu komunikasi hanya mengkaji penyampaian pesan
antarmanusia. Antarmanusia pada definisi kita mengandung pengertian: adanya manusia sebagai
pengirim pesan dan manusia lain yang bertindak sebagai penerima pesan. Ilmu komunikasi tidak
mempelajari penyampaian pesan kepada yang bukan manusia. Ilmu komunikasi yang kita pelajari
hanya mengkaji masalah komunikasi antar-manusia. Manusia sebagai pengirim dan manusia sebagai
penerima pesan. Lebih tegasnya, ilmu komunikasi tidak mempelajari komunikasi dengan yang bukan
manusia. Maka biarlah "berbicara" dengan Tuhan, misalnya, dipelajari oleh ilmu agama.
Kata manusia dalam definisi kita mengacu kepada makhluk ciptaan Tuhan yang sehat akal budinya.
Orang yang sedang sakit akal budinya, menurut Islam, lepas dari kewajibannya selaku manusia, tidak
lagi wajib melaksanakan shalat lima waktu, misalnya. Seseorang yang tidak normal akal budinya,
menurut hukum, lepas pula dari tuntutan hukum, bahkan jika melakukan pembunuhan sekali pun. Maka
berbicara pada orang yang sedang sakit jiwa - akal budinya tidak bekerja sebagaimana seharusnya -
bukan merupakan kajian ilmu komunikasi. Artinya, ketika teman Anda tertawa-tawa dan Anda bertanya
kepada kawan yang sedang menjadi pasien di RS Jiwa, bukan merupakan obyek kajian ilmu kita.
Biarlah itu menjadi kajian ilmu psikologi. Demikian pula halnya jika Anda ingin belajar berdialog dengan
arwah - makhluk mantan manusia - silahkan belajar pada paranormal. Berbicara dengan hewan? Para
pemain sirkus hewan adalah ahli dalam bidang ini, menyuruh singa melompati api atau burung kakak
tua menyanyi misalnya; silahkan Anda mempelajari hal itu pada mereka. Obyek forma ilmu komunikasi
adalah usaha penyampaian pesan antarmanusia, yakni manusia yang sehat akal budinya. Obyek
materia ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, sama seperti obyek materia ilmu-ilmu sosial lainnya.
Karenanya, ilmu komunikasi hanya mengkaji komunikasi antarmanusia dan tidak kepada yang bukan
manusia.
Tujuan
Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk:
1. memahami dan mengurai unsur-unsur komunikasi yang utama;
2. memahami konsep dasar atas setiap unsur tersebut.
UNSUR KOMUNIKASI
Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Dari definisi ini
terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama: pengirim
pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas
tiga unsur itu. Perhatikan kasus berikut ini!
Satu
Orang
Motif ideal:
Banyak orang LSM, Yayasan
Punya tujuan sama Organisasi
Motif komersial:
Ada pembagian kerja Perseroan Terbatas
Banyak orang
Di tempat dan waktu sama
Peristiwa
- menurunkan kesadaran individu
- menimbulkan jiwa massa
Massa
Banyak orang
Tersebar dalam area geografis luas
Perhatian dan minat pada pada hal yang sama
Gambar 3.1
Dengan demikian, komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok
besar/publik, organisasi), dan massa sebagaimana terlihat pada gambar di atas.
Penerima Pesan: Komunikan
Kembali pada kasus di awal bagian ini. Dalam kasus itu, ketika kekasih Anda menerima pesan yang
Anda sampaikan melalui surat, kekasih Anda berperan sebagai penerima pesan. Dalam modul ini,
penerima pesan kita sebut komunikan. Komunikan kita definisikan sebagai manusia berakal budi,
kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran
antarpribadi, peran komunikator dan komunikan bersif at dinamis, saling berganti. Ketika kekasih Anda
menulis surat sebagai jawaban atas surat Anda, ia telah bertindak sebagai komunikator-2. Ketika Anda
menerima surat yang ditulis kekasih, dari kacamata kekasih Anda itu, Anda adalah komunikannya,
sehingga Anda kita sebut komunikan-2, demikian seterusnya.
Dalam komunikasi yang dinamis, peran ini saling dipertukarkan. Karena itu, uraian tentang komunikator
juga berlaku pada unsur komunikan, bahwa komunikan dapat terdiri dari satu orang, banyak orang
(kelompok kecil, kelompok besar, termasuk dalam wujud organisasi), dan massa. Karenanya pula,
dilihat dari jumlah komunikator dan komunikannya, maka proses komunikasi dapat terjadi dalam
sembilan kemungkinan, yaitu: antara satu orang dengan satu orang (saya dengan Anda), antara satu
orang dengan banyak orang (saya dengan satu kelas siswa), dan antara satu orang dengan massa
(saya bertindak selaku komunikator massa yang menyampaikan pesan melalui media massa). Antara
banyak orang dengan satu orang (sekelom-pok siswa berbicara kepada saya), antara banyak orang
dengan banyak orang (sekelompok siswa dengan kelompok lainnya), dan antara banyak orang dengan
massa (sekelompok polisi menca-nangkan antikorupsi, menyampaikan pesan melalui media massa).
Antara massa dengan satu orang (khalayak pembaca media massa mempertanyaan penyataan saya di
media massa), antara massa dengan banyak orang (khalayak media massa mempertanyakan sikap
sekelompok polisi yang katanya anti-korupsi), dan antara massa dengan massa (sebagian khalayak
massa pembaca Tempo yang setuju atas suatu pemberitaan, sementara sebagian khalayak lainnya
tidak setuju atas pemuatan berita di majalah itu).
Jumlah kemungkinan di atas akan makin beragam manakala kita lebih jauh mengurai unsur "banyak
orang" atas kelompok kecil, kelompokbesar/publik, dan organisasi. Misal, komunikasi antara satu orang
dengan organisasi terjadi ketika seorang pelanggan (komunikator) mengajukan ketidakpuasannya atas
kinerja produk suatu organisasi produsen (komunikan) yang baru ia beli. Maka, manakala perusahaan
produsen tersebut melalui petugas humasnya memberikan jawaban atas ketidakpuasan konsumen,
terjadilah komunikasi antara organisasi (produsen) selaku komunikator dengan satu orang (pelanggan)
selaku komunikan. Lebih jauh tentang manusia komunikan akan dibahas pada Bagian-5.
Satu
orang
Komunikator Banyak
orang
Massa
Satu
orang
Komunikan Banyak
orang
Massa
Pada buku lain, komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan lazim
disebut khalayak, tujuan (destination), pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran. Dalam
komunikasi pemasaran disebut target pasar atau target konsumen. Sebagian buku lain menyebutkan
bahwa penerima adalah decoder. Dalam modul ini, decoder tidak diartikan sebagai manusia kepada
siapa pesan komunikator ditujukan, melainkan adalah alat penyandi balik; dan decoding adalah proses
penyandian balik, yang disandibalikkan adalah pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang
proses penyandian balik (encoder) dan alat penyandi (decoder) ini saat mengupas pesan di Bagian-6.
Pesan
Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh
komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasiberupa suara,
mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat abstrak; komunikan Anda tidak
akan tahu apa yang ada dalam benak Anda sampai Anda mewujudkannya dalam salah satu bentuk
atau kombinasi lambang-lambang komunikasi ini. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk
pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret.
Suara, mimik, dan gerak gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan
bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal.
Awalnya manusia berkomunikasi hanya dengan mimik dan gerak gerik serta suara yang relatif tanpa
makna, kecuali untuk mempertegas mimik dan gerak gerik. Pesan disampaikan komunikator kepada
komunikan untuk mewujudkan motif komunikasi: apa yang ia pikir dan rasakan. Karena itu, pesan kita
definisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan komunikator kepada
komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Penekanan terhadap motif komunikasi dianggap penting, karena modul ini menganut pandangan bahwa
obyek kajian ilmu komunikasi adalah pe-nyampaian pesan secara sengaja, walau derajat kesengajaan
itu sulit ditentukan. Selain bentuk pesan, pemahaman atas makna pesan dan penyajian pesan juga
penting untuk dikaji. Makna pesan terkait dengan makna denotatif, yakni makna formal yang biasanya
tertera sebagaimana di kamus, sedangkan makna konotatif terkait dengan konotasi dari lambang
komunikasi yang digunakan. Selain itu, cara penyajian dan teknik penyajian pesan juga
Suara
merupakan
sesuatu yang mutlak diperhatikan agar komunikasi berlangsung efektif. Karenanya, ketiga dimensi
inilah yang akan kita kaji lebih jauh di Bagian-6. Nonverbal Mimik
Gerak-gerik
Bentuk Pesan Lambang komunikasi
Gerak-gerik
Denotatif Verbal
Pesan Makna Pesan
Gerak-gerik
Konotatif
Cara Penyajian
Penyajian Pesan
Struktur Penyajian
Media
Massa Manusia Sales promotion,Girl,
Nonperiodik/ Juru kampanye
Eventual
Benda Spanduk, Leavlet,
Dengan Media Umbul-umbul, Booklet
Pengantar Ilmu Komunikasi 18 Kurir/
Manusia Massangger
Nonmedia
Massa
Elektronik Telepon, Fax
Gambar-3.4 Saluran dan Media Komunikasi
Kognitif — Tahu
Efek Afektif — Sikap: setuju/tidak setuju
Konatif — Tingkah laku nyata
Umpan Balik
Umpan balik dapat kita maknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan
kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, sebagaimana diutarakan, komunikator dan komunikan
terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya adalah pesan juga, yakni
ketika komunikan berperan sebagai komunikator-2. Karenanya, pembahasan tentang umpan balik pada
dasarnya sama dengan pembahasan kita tentang pesan di Bagian-6.
Pesan
Komunikator Komunikan
Komunikan-2 Komunikator-2
Umpan
Balik
Pesan
Tujuan
Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk:
1. memahami masing-masing tataran komunikasi yang ada;
2. menjelaskan perbedaan, kekuatan, dan kelemahan pada setiap tataran komunikasi.
DARI KOMUNIKASI INTRAPRIBADI HINGGA KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara
teoretis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang kita
gunakan. Misalnya, berdasarkan kategori jenis muatan pesan, komunikasi dapat dibagi atas komunikasi
politik, komunikasi bisnis, komunikasi kesehatan, komunikasi sosial, dan sebagainya.
Komunikasi Massa
Komunikasi Organisasi
Komunikasi Publik
Komunikasi Kelompok
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Intrapribadi
Sebagaimana dibahas pada bagian terdahulu, dilihat dari jumlahnya, komunikator atau komunikan
dapat dibedakan atas satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, atau organisasi), dan
massa. Maka berdasarkan kategori jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat terjadi
dalam bentuk antarpribadi, kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi, dan massa. Namun,
sebelum terjadi komunikasi antarpribadi, terjadi komunikasi di dalam diri komunikator, yang kita sebut
komunikasi intrapribadi. Penggolongan berdasarkan hal ini kita sebut tataran komunikasi. Berikut ini
adalah pembahasan atas masing-masingnya.
Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator atau lazim disebut
komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Anda bertanya kepada diri sendiri, "Dalam situasi ini, apa
yang sebaiknya saya lakukan?" Dalam komunikasi intrapribadi, Anda bertindak sebagai komunikator
dan sekaligus komunikan, orang kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Komunikasi intrapribadi
merupakan dasar komunikasi antarpribadi. Ketika berbicara dengan orang lain, sesungguhnya Anda
telah merampungkan suatu proses berkomu-nikasi dengan diri sendiri, "Apa yang ingin saya tanyakan?
Pesan apa yang akan saya sampaikan? Bagaimana sebaiknya cara menyampaikannya?" Proses ini
berlangsung dengan cepat, nyaris tanpa disadari lagi, kecuali ketika Anda pertama kali belajar berbicara
atau pertama kali menggunakan bahasa asing yang belum terlalu Anda kuasai. Dengan selesainya
komunikasi intrapribadi, di mana manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan
pesannya, maka ia masuk pada tataran komunikasi antarpribadi.
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam kon-teks satu komunikator dengan satu komunikan
(komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga
orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat
Tujuan
Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk:
1. memahami perbedaan hakiki antara manusia dengan makhluk lainnya;
2. memahami adanya peralatan rohani, selain peralatan jasmani pada manusia komunikator dan
komunikan serta bagaimana perangkat peralatan jasmani dan rohani ini mempengaruhi komunikasi;
3. memahami secara konseptual mengapa manusia berkomunikasi;
4. memahami bahwa manusia selain berperan sebagai komunikator dan komunikan dapat juga
menjadi medium.
HAKIKAT MANUSIA
Peralatan Tubuh Manusia
Seperti juga hewan atau tumbuhan, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Namun, apakah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya itu? Mari kita kaji makhluk manusia berdasarkan
peralatan tubuh yang dimilikinya.
Berdasarkan sifat materinya, peralatan tubuh manusia dapat kita bedakan atas peralatan jasmani dan
peralatan rohani. Baik komunikator dan komunikan adalah manusia, keduanya menggunakan peralatan
jasmani dan rohaninya dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi intrapribadi, manusia komunikator
menggunakan peralatan rohani seperti hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri untuk menyusun
pesan. Dalam komunikasi antarpribadi, manusia komunikator menggunakan peralatan jasmani seperti
mulut, kaki, tangan, dan seba-gainya untuk menyampaikan pesan. Misalkan, komunikator
menggunakan mulutnya untuk menyampaikan kata-kata lisan. Pesan ini kemudian didengar oleh
komunikan dengan telinga dan diteruskan pada akal budinya untuk dimaknai. Telinga adalah peralatan
jasmani serta akal budi adalah peralatan rohani.
Meminjam terminologi komputer, peralatan jasmani bisa kita ibaratkan hardware, perangkat keras;
sedangkan peralatan rohani adalah software, perangkat lunak. Peralatan jasmani bersifat konkret,
dapat dilihat dan dipegang; sedangkan peralatan rohani bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dan
dipegang, namun dapat kita rasakan fungsi-fungsinya. Kemampuan peralatan rohaniah inilah yang
membe-dakan manusia dengan makhluk lainnya.
Peralatan Jasmaniah
Peralatan jasmani memiliki fungsinya masing-masing. Misal, paru-paru untuk memompa udara, jantung
untuk memompa darah, kaki untuk berdiri dan berjalan, tangan untuk memegang, mulut untuk bicara,
telinga untuk mendengar, dan sebagainya. Pada sisi komunikator, peralatan jasmani yang berfungsi
tidak sebagaimana adanya dapat berma-salah. Misalnya, ketidakmampuan dalam mengi-rimkan
(transmit) pesan: seorang pedagang Cina ketika ditawar barangnya menjawab, "Lu gila!". Maksudnya,
rugilah. Namun, peralatan jasmaninya mengalami hambatan dalam mengucapkan "R". Pada sisi
komunikan, peralatan jasmani yang berfungsi tidak sebagaimana adanya juga dapat menimbulkan
masalah dalam penerimaan (receive) pesan. Misalnya, ketika seorang anak bernama Otong berkata,
"Besok Otong camping"'. Didengar oleh bapaknya, "Besok potong kambing".
Peralatan Rohaniah
Seperti halnya peralatan jasmani, peralatan rohani juga memiliki fungsinya masing-masing. Peralatan
rohani bekerja secara simultan, bersama-sama, terus-menerus sepanjang kesadaran manusia
pemiliknya, dan baru berhenti ketika pemiliknya mati. Dari kerja peralatan rohani, pesan komunikasi
diha-silkan. Karena sifatnya yang konkret, kita mudah membedakan masing-masing peralatan jasmani
yang kita miliki. Karena sifatnya yang abstrak, kita hanya bisa membedakan masing-masing peralatan
rohani berdasarkan fungi-fungsinya. Dalam berko-munikasi, agar berhasil, Anda harus benar-benar
memperhatikan masalah peralatan jasmani dan rohani ini. Berikut ini uraian lebih jauh tentang peralatan
rohani manusia.
Akal