Anda di halaman 1dari 2

Tiban, Berharap Hujan

Tari Tiban merupakan tari rakyat yang sudah mengakar dan berkembang
dimasyarakat Tulungagung pada umumnya. Tarian ini dipergelarkan pada saat musim
kemarau panjang, karena pada dasarnya tarian ini merupakan sarana untuk minta hujan.
Pada saat yang telah ditentukan, mereka berkumpul disuatu tempat, mereka dibagi
menjadi 2

kelompok, masing-masing dipimpin oleh 1 orang yang bertindak sebagai wasit


permainan yang disebut landang/plandang. Dengan iringan musik tradisi yang terdiri
dari : kendang 1 buah, kentongan 1 buah dan gambang laras slendro 1 buah, satu persatu
memasuki arena, mereka mulai mengadu ketrampilan bahkan kesaktian. Sambil menari-
nari dengan gaya khasnya, dalam waktu yang ditentukan penari silang menyambuk
dengan hitungan yang sama. Adapun caambuk yang digunakan terbuat dari Lidi pohon
enau/aren yang lazim disebut ujung.

Permainan terus berlanjut sampai sore hari, bagi yang merasa kalah akan
digantikan oleh anggota kelompok berikutnya, dan pada akhirnya pertunjukan apabila
Tuhan berkenan pasti akan turun hujan seperti yang diharapkan. Tari Tiban jarang sekali
dipergelarkan dirumah penduduk yang sedang hajatan, hanya dipergelarkan dalam acara
yang bersifat umum saja. ( pesona-tulungagung.com )

Ada makna-makna yang bersembunyi di sini. Bagi otak modern saat ini, tak ada
artinya Tari Tiban, malah terlihat seperti adu kekerasan. Jelas, nenek moyang kita tidak
sebodoh dan sejahat manusia modern sekarang, buktinya, mereka tidak menggunduli
hutan, tidak bunuh-bunuh dengan plastik. Rasakan lah nilainya. Kebenaran data tak
sepenting maknanya.

Makna. Ya, makna dari tarian. Makna dari pecut lucut cambuk sesama, bukan pecutnya,
bukan pula lucutnya, tapi nadanya, nada-nada purba, pesan-pesan purba. Sportifitas,
habis pulang lupa dendam, tak ada lawan, semua kawan. Kawan berkawan dengan ruh-
ruh kakek nenek.

Blog at WordPress.com. Theme: DePo Masthead by Derek Powazek.

Anda mungkin juga menyukai