Anda di halaman 1dari 13

BAB

11
PENILAIAN SAHAM

Sebagaimana telah disinggung di bagian awal buku ini, investor bisa mela-kukan
investasi pada berbagai jenis aset baik aset riil maupun aset finansial. Salah satu jenis aset
finansial yang bisa dipilih investor adalah saham. Agar keputusan investasinva tidak salah,
maka investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan
dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apa-kah saham tersebut akan memberikan tingkat
return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkannya.

11. 1. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar


Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar
dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung ber-dasarkan pembukuan
perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang
ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal
sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi
penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual
saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan.
Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut
tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini, investor tersebut bisa mengambil
keputusan untuk menjual saham tersebut Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai
intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi
seperti ini investor scbaiknya mcmbeli saham tersebut.
Dalam bab ini akan dijelaskan dua pcndekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham
bcrdasarkan analisis fundamental.1) Kedua pendekatan tersebut adalah: (1) pendekatan nilai
sekarang (present value approach), dan (2) pendekatan rasio harga terhadap earning (Price
Earning Ratio/PER). Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan menghitung seluruh aliran
kas yang akan diterima pemegang saham dari suatu saham di masa datang, dan kemudian
didiskontokan dengan tingkat bunga diskonto (biasanya sebesar tingkat return yang
disyaratkan). Sedangkan, pendekatan PER dalam penentuan nilai suatu saham dilakukan

1)
Analisis fundamental adalah penilaian terhadap saham-saham perusahaan berdasarkan data-data keuangan
perusahaan seperti pendapatan, penjualan, resiko da lainnya.
dengan menghitung berapa rupiah uang yang diinvestasikan ke dalam suatu saham untuk
memperoleh satu rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut.

11. 2. Pendekatan Nilai Sekarang


Penentuan nilai saham dengan menggunakan pendekatan nilai sekarang pada
prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan nilai sekarang obligasi seperti pernah dibahas
dalam Bab 9 sebelumnya. Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua
aliran kas yang diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return
yang disyaratkan investor. Dalam hal ini, nilai intrinsik atau disebut juga nilai teoritis suatu
saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima
investor di masa datang.
Seperti telah disebutkan di depan, nilai suatu saham tergantung dari aliran kas yang
diharapkan investor di masa datang. Dengan demikian, proses penilaian suatu saham akan
meliputi:
1. Estimasi aliran kas saham di masa depan. Hal ini dilakukan dengan menentukan jumlah
dan waktu aliran kas yang diharapkan.
2. Estimasi tingkat return yang disyaratkan. Estimasi ini dibuat dengan mempertimbangkan
risiko aliran kas di masa depan dan besarnya return dari altematif investasi lain akibat
pemilihan investasi pada saham, atau disebut sebagai biaya kesempatan (opportunity
cost). Tingkat return yang diharapkan dari setiap aliran kas bisa bersifat konstan
sepanjang waktu atau berubah-ubah.
3. Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang
dtsyaratkan.
4. Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai intrinsik
saham bersangkutan.
Proses tersebut bisa ditunjukkan dalam gambaran proses dan rumus sebagai berikut :

di mana :
Vo = Nilai sekarang dari suatu saham
CFt = Aliran kas yang diharapkan pada periode t
kt = return yang disyaratkan pada periode t
n = jumlah periode aliran kas
Dalam penentuan nilai teoritis suatu saham, investor perlu menentukan berapa
besarnya tingkat return yang disyaratkan atas saham tersebut sebagai kompensasi atas risiko
yang ditanggung. Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat return minimum yang
diharapkan atas pembelian suatu saham. Artinya, jika investor mempunyai tingkat return
yang disyaratkan 25% atas saham yang akan dibeli, maka return minimum yang diharapkan
dari saham tersebut adalah 25%. Tingkat return minimum ini juga menggambarkan besarnya
biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu hilangnya kesempatan memperoleh return dari
alternatif Investasi lain akibat keputusan untuk berinvestasi pada saham.
Komponen lainnya dalam penentuan nilai saham dengan pendckatan nilai sekarang
adalah aliran kas (cash flow). Dalam komponen ini, permasalahannya kemudian adalah: (1)
aliran kas dalam bentuk apa yang akan digunakan dalam penilaian saham, (2) berapa jumlah
aliran kas yang diharapkan, dan (3) kapan aliran kas terscbut diporoleh.
Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham adalah earning perusahaan. Dari
sudut pandang investor yang membeli saham, aliran kas yang akan diterima investor adalah
earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan demikian, kita bisa menggunakan
komponen dividen sebagai dasar penilaian saham. Penen-tuan nilai saham (pendekatan nilai
sekarang) dengan menggunakan komponen dividen bisa dilakukan dengan menggunakan
berbagai model berikut ini.
Model Diskonto Dividen. Model diskonto dividen merupakan model untuk
menentukan estimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan
diterima di masa datang. Secara matematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
D1 D2 D3 D∞
Pˆ0 = + + + ...... +
(1+ k ) (1+ k ) (1+ k )
2 3
( 1+ k )


Dt
Pˆ0 = ∑
(1+ k )
t
t =1

di mana:
Po = Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen
D1, D2, ... D∞ = Dividen yang akan diterima di masa datang
k = tingkat return yang disyaratkan
Dalam persamaan di atas bisa dilihat bahwa aliran dividen yang diterima investor
merupakan aliran dividen yang tidak terbatas (disimbolkan dengan ∞) dan konstan. Padahal
dalam kenyataannya, ada kalanya perusahaan membayarkan dividen secara tidak teratur,
dividen dengan jumlah yang tidak konstan atau pemba-yarannya mengalami pertumbuhan
(growth). Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami pertumbuhan kita bisa
menggunakan model pertumbuhan nol (zero-growth model). Untuk kasus aliran dividen yang
bertumbuh secara konstan, model yang bisa dipakai adalah model pertumbuhan konstan
(constdut grcrwlli model). Sedangkan untuk saham yang mengalami pertumbuhan yang tidak
konstan, kita bisa menggunakan model pertumbuhan tidak konstan (nonconstant growth).

Model Pertumbuhan Nol. Model ini berasumsi bahvva dividen yang dibayarkan
perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang
dibayarkan akan tetap sarna dari vvaktu ke waktu. Model pertumbuhan nol ini sebenarnya
sarna dengan prinsip perhitungan saaam preferens karena dividen yang dibayarkan
diasumsikan selalu satna dan tidak akan mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang
vvaktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah:
D
Pˆ0 =
k
di mana, Do adalah dividen yang akan diterima dalam jumlah konstan selama periode
pembayaran dividen di masa datang, dan k adalah tingkat return yang disyaratkan investor.
Contoh: Misalkan saham A menawarkan dividen tetap sebesar Rp800,00. Tingkat
return yang disyaratkan investor adalah 20%. Dari data di atas, kita bisa meng-hitung nilai
saham A sebesar Rp 4.000,00.
800
Pˆ0 = = Rp 4.000, 00
0, 20
Model Pertumbuhan Konstan. Model petumbuhan konstan juga disebut sebagai model
Gordon, setelah Myron J. Gordon mengembangkan dan mempopulerkan model ini. Model ini
dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami
pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas, di mana g t + 1 = gt untuk semua waktu
t. Persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai berikut:

D ( 1+ g ) D (1+ g ) D ( 1+ g ) D ( 1+ g )
2 3 ∞

Pˆ0 = 0 + 0 + 0 + ...... + 0
(1+ k ) ( 1+ k )
2
(1+ k )
3
(1+ k )

Rumus tersebut bisa disederhanakan menjadi:2
D1
Pˆ0 =
k−g
Contoh : Misalkan PT Omega membayarkan dividen Rp 1.000,00, per tahun.
Pertumbuhan dividen direncanakan sebesar 5% per tahun. Tingkat return yang disyaratkan
investor sebesar 15%. Misalnya, harga pasar saham PT Omega saat ini adalah Rp 10.000,00.
Dari data ini kita bisa menghitung nilai intrinsik atau nilai teoritis saham PT Omega dengan
menggunakan rumus 11.5, sebagai berikut:
1.000 ( 1 + 0, 05 ) 1.050
Pˆ0 = = = Rp 10.500, 00
0,15 − 0, 05 0,10
Jadi, nilai intrinsik saham PT Omega adalah Rp 10.500,00. Jika harga pasar saham
tersebut misal Rp 10.000,00 (di bawah nilai intrinsik), investor sebaiknya membeli saham
tersebut.

Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda). Asumsi perusahaan akan membayarkan


dividen seeara konstan dalam kenyataannya kadangkala kurang tepat. Adakalanya,
perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh di atas pertumbuhan normal dan
sangat menjanjikan selama beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Kasus seperti
ini bisa terjadi pada perusahaan yang mampu menciptakan produk inovasi baru yang
langsung diserap pasar dan mengakibatkan perusahaan memperoleh pertumbuhan keuntungan
yang fantastis selama beberapa tahun. Pertumbuhan fantastis tersebut mungkin berlangsung
selama beberapa tahun, dan setelah itu bertumbuh seeara mendatar dan tidak sefantastis
tahun-tahun awal, karena produk yang sebelumnya 'lads' tersebut, lambat laun mulai
memasuki tahap kedewasaan (maturity stage), yang ditandai oleh semakin menurunnya
permintaan akan produk tersebut. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi kemampuan perusa-
haan membayarkan dividen bagi investor, sehingga bisa juga mempengaruhi pertumbuhan
tingkat dividen yang akan dibayarkan perusahaan kepada investor, ceteris paribus. Pada
beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu
membayarkan dividen dengan pertumbuhan di atas normal, dan setelah melcwati masa
tersebut pertumbuhan fantastis di tahun awal tersebut, pertumbuhan tingkat dividen yang
dibayarkan perusahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dari masa sebclumnya dan
selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Misalnya, suatu perusahaan yang mengalami

2)
Catatan : k harus lebih besar dari g. Jika terjadi sebaliknya, hasil yang kita temukan adalah hasil yang tidak masuk
akal.
pertumbuhan fantastis selama 5 tahun, mungkin bisa membayarkan tingkat dividen dengan
pertumbuhan 20% pertahun (selama lima tahun), dan setelah itu, hanya akan membayarkan
dividen dengan tingkat pertumbuhan hanya 10% per tahun (sampai tahun-tahun berikutnya).
Untuk kasus seperti ini, penentuan nilai saham akan meliputi empat langkah perhitungan:
1. Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian awal yang meliputi aliran
dividen yang tidak konstan, dan (b) aliran dividen ketika dividen mengalami
pertumbuhan yang konstan.
2. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen yang tidak konstan (bagian awal).
3. Menghitung nilai sekarang dari sernua aliran dividen selama periode pertumbuhan
konstan (bagian b). Ingat, perhitungan ini dimulai dengan aliran dividen pada saat akhir
periode bagian awal (dividen terakhir dari bagian awal).
4. Menjumlahkan kedua hasil perhitungan nilai sekarang dari kedua bagian perhitungan
aliran dividen (bagian a dan bagian b).
Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan
dividen tidak konstan seperti di atas bisa dilakukan dengan rumus berikut:3

D0 ( 1 + gt ) Dn ( 1 + g 0 )
t
n
1
Pˆ0 = ∑ +
(1 + k ) k − g0 (1 + k )
t n
t =1

di mana:
P0 = nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan
n = jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal
D0 = dividen saat ini (tahun pertama)
gt = pertumbuhan dividen supernormal
Dn = dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal
gj = pertumbuhan dividen yang konstan
k = tingkat return yang disyaratkan investor
Contoh: Misalkan data saham PT SGPC adalah sebagai berikut:
n = 3 tahun D0 = Rp 1.000,00
g0 = 10% k = 15%
g1 = 20% per tahun selama 3 tahun pertama
Berdasarkan data-data di atas, kita bisa menghitung nilai intrinsik saham PT SGPC,
dengan mengikuti empat tahap perhitungan di atas:
3
Dalam hal ini, pertumbuhan dividen supernormal adalah pertumbuhan dividen perusahaan pada periode di mana
perusahaan mampu beroperasi dan menghasilkan pertumbuhan di atas normal (supernormal). Hal ini bisa terjadi misalnya
pada perusahaan yang menemukan produk teknologi baru yang langsung diserap pasar, sehingga perusahaan tersebut mampu
menghasilkan earning di atas normal pada tahun-tahun awal.
1. Membagi aliran dividen menjadi dua bagian: (a) bagian pertumbuhan tidak konstan dan
(b) bagian pertumbuhan konstan.

2. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen selama periode pertumbuhan tidak konstan
(PVDtk):

D0 ( 1 + g ) 1.000 ( 1, 2 ) 1.000 ( 1, 2 ) 1.000 ( 1, 2 )


t t 2 3
3
PVDtk = ∑ =
( 1,15)
+ +
(1 + k ) ( 1,15) ( 1,15 )
t 2 3
t =1

1.200 2.440 1.728


= + +
1,15 1,3225 1,5208
= 1.043 + 1.088,85 + 1.136,19
= Rp 3.268,04

3. Menghitung nilai sekarang dari aliran dividen pertumbuhan konstan (PV Pc).
1.728 ( 1,10 ) 1
PV P̂0 =
( 0, 05 − 0,10 ) ( 1 + 0,15) 3
= Rp 38.016 (0,6575)
= Rp 24.996,14.
4. Menjumlahkan kedua hasil perhitungan bagian awal dan kedua.
P̂0 = Rp 3.268,04 + Rp 24.996,14
= Rp 28.264,66
11. 3. Pendekatan PER
Di samping pendekatan nilai sekarang (model diskonto dividen), dalam metode
penilaian saham berdasar analisis fundamental dikenal juga pendekatan lain yang disebut
pendekatan Price Earning Ratio (pendekatan PER). Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang lebih populer dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan
PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali
(multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER
menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Jika misalnya PER suatu sanam sebariyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3
kali nilai earning perusahaan tersebut. PER ini juga akan memberikan informasi berapa
rupiah harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rpl,00 earning
perusahaan.
Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga saham
perusahaan terliadap earning per lembar saham. Secara matematis, rumus untuk menghitung
PER adalah sebagai berikut:
Harga per lembar saham
PER =
Earning per lembar saham

Contoh: Misalnya harga saham DX saat ini adalah Rp 10.000,00 per lembar, dan
tahun ini perusahaan memperoleh earning sebesar 900 juta rupiah. Jumlah saham beredar
saat ini adalah 900 ribu lembar saham. Dari data tersebut kita bisa menghitung PER dengan
cara sebagai berikut:
(1) Menghitung earning per lembar saham DX.
Earning Perusahaan
Earning Per Lembar =
Jumlah Saham Beredar
Rp 900.000.000,00
=
900.000 lembar
= Rp 1.000,00 per lembar saham
(2) Menghitung PER dengan menggunakan rumus 11.7 di atas
Rp 10.000,00
PER = = 10 kali
Rp 1.000,00
Jadi PER saham DX adalah 10 kali. Artinya, untuk memperoleh Rp 1,00 dari earning
perusahaan DX, investor harus membayar Rp 10,00.
Rumus lainnya untuk menghitung PER suatu saham bisa juga diturunkan dari rumus
yang dipakai dalam model diskonto dividen. Dalam hal ini, kita bisa menemukan rumus PER
dengan mengacu pada rumus 11.5. Baiklah kita ulang lagi rumus 11.5 tersebut:
D1
P̂0 =
k−g
Jika kita membagi sisi kiri dan sisi kanan persamaan tersebut dengan earning yang
diperoleh perusahaan (E1), maka akan kita peroleh rumus PER sebagai berikut:
Pˆ0 D / E1
= 1
E1 k−g
Dengan demikian, variabel-variabel yang mempengaruhi PER atau disebut juga
sebagai faktor-faktor plier earning adalah:
1. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR), yaitu D,/E,.
2. Tingkat return yang disyaratkan investor dari saham bersangkutan (k).
3. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan dari saham tersebut (g).
Contoh: Seorang investor membeli saham DPS. Misalkan perusahaan DPS tersebut
hanya akan membagikan 80% (D1/E1 = 0,8) dari earning yang diperolehnya bagi investor
dalam bentuk dividen. Pertumbuhan dividen sebesar 5% dan tingkat return yang disyaratkan
investor adalah 15%. Dari data tersebut, kita bisa menghitung PER, sebagai berikut:
P 0,8 0,8
= =
E 0,15 − 0, 05 0,10
P
= 8 kali
E
Kita telah membahas dua pendekatan yang paling sering digunakan dalam penilaian
saham perusahaan, yaitu pendekatan diskonto dividen dan pendekatan PER. Kedua
pendekatan tersebut masing-masing mendasarkan diri pada konsep dasar ilmu investasi yaitu
konsep nilai sekarang (present value). Perbedaannya adalah bahwa secara teoritis, pendekatan
diskonto dividen lebih baik dibanding pendekatan PER, sedangkan di sisi lainnya pendekatan
PER lebih populer digunakan oleh para analis dibanding pendekatan diskonto dividen karena
lebih mudah menggunakannya.
Lalu, manakah di antara kedua pendekatan tersebut yang paling baik? Kedua
pendekatan yang telah kita bahas sangat penting bagi seorang investor dalam pembuatan
keputusan investasi serta mengandung konsep dasar penilaian yang sama. Barangkali
jawaban yang lebih tepat untuk pertanyaan di atas adalah bahwa di antara kedua pendekatan
tersebut, tidak ada yang mutlak lebih baik dibanding pendekatan lainnya. Kiranya, akan lebih
tepat jika kita menggunaknn kedua pendekatan tersebut sebagai dua hal yang bersifat saling
melengkapi (komplementer), dan bukannya sebagai dua hal yang saling menggantikan
(substitusi). kegunaan kedua pendekatan itu secara komplementer diharapkan akan membantu
investor menentukan keputusan yang tepat dalam membeli, menahan ataupun menjual saham.
Akan tetapi, satu hal perlu dicatat bahwa kedua penilaian tersebut masih berpotensi
mengandung kesalahan karena apa yang kita lakukan dalam penilaian saham dengan
pendekatan-pendekatan tersebut hanyalah meru-pakan estimasi tentang sesuatu yang akan
terjadi di masa datang.

11. 4. Pendekatan Penilaian Saham Lainnya


Pendekatan diskonto dividen dan pendekatan PER merupakan pendekatan yang sangat
populer untuk menentukan nilai suatu saham. Kedua pendekatan tersebut didasarkan pada
model pertumbuhan dividen. Di samping penggunaan kedua pendekatan tersebut, ada tiga
pendekatan lainnya yang bisa dipakai investor untuk menentukan nilai saham. Pendekatan
tersebut adalah rasio harga terhadap nilai buku, rasio harga terhadap aliran kas, dan economic
value added (EVA).

RASIO HARGA/NILAI BUKU. Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar
saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan altematif untuk menentukan nilai suatu saham,
karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencer-minkan nilai bukunya. Rasio
harga terhadap nilai buku ini kebanyakan digunakan untuk menilai saham-saham sektor
perbankan, karena aset-aset bank4) biasanya memiliki nilai pasar dan nilai buku yang relatif
sama. Idealnya, harga pasar saham bank jika dibagi dengan nilai buku asetnya akan
mendekati 1. Tetapi, jika ternyata bank tersebut misalnya banyak menghadapi masalah kredit
macet yang tidak bisa ditagih lagi, tentu saja rasio harga/nilai bukunya akan lebih kecil dari 1.
Tapi di sisi lain, bisa saja terjadi bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1, terutama jika bank
tersebut mengalami pertumbuhan yang meyakinkan atau sedang menjadi target merger
dengan beberapa bank.
Bagaimana informasi rasio harga/nilai buku ini bisa dipakai investor dalam keputusan
investasi? Hasil penelitian Rosenberg dkk (1985), menemukan bahwa saham-saham yang
memiliki rasio harga/nilai buku yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan
lebih tinggi dibanding saham-saham yang memiliki rasio harga/nilai buku yang tinggi.

4)
ASet-aset bank biasanya terdiri dari obligasi yang diterbitkan pemerintah yang dibeli bank, serta pinjaman-pinjaman yang
disalurkan bank pada pihak lain.
Dengan demikian Rosenberg dkk, merekomendasikan untuk membeli saham-saham yang
mennpunyai rasio harga/nilai buku yang rendah jika investor mengharapkan tingkat return
yang lebih besar pada tingkat risiko tertentu.

RASIO HARCA/AURAN KAS. Pendekatan lainnya dalam penilaian saham adalah pendekatan
rasio harga saham/aliran kas. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pelengkap bagi
pendekatan PER yang telah kita bahas sebelumnya. Pendekatan ini mendasarkan diri pada
aliran kas perusahaan, bukannya earning perusahaan. Hal ini disebabkan karena aliran kas
perusahaan lebih relevan dibanding data earning menurut laporan secara akuntansi.
Dalam penilaian saham perusahaan, investor bisa menggunakan informasi rasio
harga/aliran kas ini sebagai pelengkap informasi PER, karena data aliran kas perusahaan bisa
memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi investor tentang perubahan nilai saham
yang akan terjadi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Gentry dkk (1985), yang
menemukan bahwa informasi aliran kas merupakan informasi penting untuk menilai kinerja
perusahaan dan memprediksi kemungkinan kebangkrutan atau suksesnya perusahaan di masa
datang.

ECONOMIC VALUE ADDED (EVA). Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adaiah
dengan menghitung economic value added (EVA) suatu perusahaan. EVA adaiah ukuran
keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi
perusahaan. Asumsinya adaiah bahwa jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari
besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham
perusahaan. EVA dihitung dengan mengurangkan keuntungan operasi perusahaan dengan
biaya modal perusahaan, baik untuk biaya utang (cost of debt) maupun modal sendiri (cost of
equity). Jika perbedaan tersebut positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan ini
biasanya akan direspons oleh meningkatnya harga saham. Demikian pula sebaliknya jika
EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja, yang biasanya akan direspons
dengan penurunan harga saham perusahaan.
Secara metematis, rumus untuk menghitung EVA suatu perusahaan bisa dituliskan
sebagai berikut:
EVA = Laba bersih operasi setelah dikurangi pajak - besarnya biaya modal operasi dalam
rupiah setelah dikurangi pajak.
EVA = [EBIT (1 - pajak)] - [(modal operasi) (persentase biaya modal setelah pajak)]
Berikut ini adalahsuatu contoh perhitungan EVA untuk perusahaan ABC. Dari
perhitungan tersebut terliliat bahwa EVA perusahaan ABC mengalami peningkatan yang
besar, yaitu dari - RplOjuta pada tahun 1998 menjadi + Rp 37,5 juta pada tahun 1999.
Peningkatan ini bisa menunjukkan indikasi adanya keberhasilan manajemen dalam
memberikan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.
Perhitungan EVA Perusahaan ABC (ribuan rupiah)
1998 1999
EBIT 200.000 250.000
Pajak 25% 25%
EBIT (1-Pajak) 150.000 187.500
Modal Operasi 1.600.000 1.500.000
Biaya Modal Setelah Pajak (5) 10% 10%
Biaya Modal dalam Rupiah 160.000 150.000
EVA -10.000 37.500

PERTANYAAN:
1. Sebutkan dan jelaskan tiga jenis nilai yang biasanya dipakai dalam penilaian saham.
Mengapa investor berkepentingan dengan tiga jenis nilai tersebut?
2. Jelaskan dua pendekatan yang dipakai dalam penilaian saham. Apa perbedaan dan
persamaan kedua pendekatan tersebut?
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi multiplier. Jelaskan pula pengaruh masing-
masing faktor tersebut terhadap multiplier.
4. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan perusahaan yang di atas normal. Karakteristik
perusahaan seperti apa saja yang bisa mengalami pertumbuhan seperti ini.
5. Bagaimana pengaruh pertumbuhan abnormal suatu perusahaan terhadap pembayaran
dividen perusahaan? Jelaskan pula bagaimana cara menghitung nilai saham perusahaan
seperti ini.
6. Manakah diantara pendekatan nilai sekarang dan pendekatan diskonto dividen yang
merupakan pendekatan terbaik. Jelaskan jawaban anda.
7. Sebutkan dan jelaskan tiga pendekatan alternatif untuk menilai saham suatu perusahaan.
8. PT Kabul Basuki akan mernbayarkan dividen kepada pemegang sahamnya dalam jumlah
Rp/50 per tahun per lembar saham. Tingkat pertumbuhan dividen per tahun sebesar 10%
per tahun. Tingkat return yang disyaratkan investor adalah sebesar 20%. Hitunglah:
a. Nilai intrinsik saham PT Kabul Basuki.
b. Jika harga pasar saham PT Kabul Basuki saat ini adalah Rp8.000,00, keputusan apa
yang harus diambil investor atas saham tersebut (membeli
ataukah menjual)?
9. Jelaskan pendekatan EVA dalam penilaian saham perusahaan. Apa artinya jika EVA
positif dan apa pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham?
10. PT Ampuh adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produk-produk elektronik.
Dengan ditemukannya produk baru yang langsung diserap pasar, PT Ampuh sanggup
membayarkan dividen untuk lima tahun pertama dengan pertumbuhan 30%. Memasuki
tahun keenam dan seterusnya, pertumbuhan dividen konstan sebesar 10%, karena daya
serap pasar sudah mulai berkurang. Dividen yang dibayarkan pada tahun pertama sebesar
Rpl.000,00 per tahun per lembar saham. Jika tingkat return yang disyaratkan investor
sebesar 20%, hitunglah:
a. Nilai sekarang aliran dividen selama periode lima tahun pertama.
b. Nilai sekarang aliran dividen selama periode pertumbuhan konstan.
c. Nilai intrinsik saham PT Ampuh.
11. Seorang investor mempertimbangkan untuk membeli saham PT Pacific. Saat ini harga
pasar saham tersebut adalah Rp5.000,00. Dari data laporan keuangan, investor bisa
melihat bahwa earning FT Pacific sebesar 500 juta rupiah. Jumlah saham beredar
diketahui sebesar 100 ribu lembar saham. Hitunglah:
a. Berapa besarnya earning per lembar saham (EPS) saham tersebut?
b. Berapa PER saham tersebut?
c. Apa arti angka PER yang telah anda hitung tersebut?

Anda mungkin juga menyukai