PENDAHULUAN
Octogesima Adveniens adalah sebuah surat
apostolik terbuka Paus Paulus VI kepada
Kardinal Maurice Roy, Presiden Komisi
Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian.
Surat gembala ini ditulis tahun 1971 untuk
memperingati ulang tahun ke-80 Ensiklik
Paus Leo XIII, Rerum Novarum.
GARIS-GARIS BESAR OCTOGESIMA ADVENIENS
Paus Paulus VI mengatakan, orang-perorangan kristiani
dan gereja-geraja setempat harus menanggapi situasi
ketidakadilan dengan cara mereka sendiri. Disorot pula
permasalahan sosial baru yang berhubungan dengan kaum
wanita, generasi muda dan orang miskin, yang timbul dari
urbanisasi. Sri Paus menekankan perlunya menjamin
persamaan dan hak semua orang untuk berperan serta
dalam masyarakat. Ia mendesak semua orang kristiani
merefleksikan tanda-tanda zaman, menerapkan prinsip-
prinsip Injil, dan mengambil tindakan tepat. Bahasa utama
meliputi :
A. Menanggapi kebutuhan baru dari dunia yang berubah.
B. Masalah-masalah sosial baru-khususnya yang disebabkan oleh urbanisasi.
C. Aspirasi-aspirasi mendasar dan gagasan-gagasan yang berkembang.
D. Orang-orang kristiani berhadapan dengan masalah-masalah baru.
E. Panggilan untuk bertindak.
PAUS PAULUS VI
Pengalaman delapan belas
tahun sebagai Paus membuat
Paulus VI memahami sangat
mendalam realitas dunia.
Paus Paulus VI mengadakan
kunjungan bersejarah ke
Manila, menghadiri
Pertemuan Pertama Uskup-
Uskup Asia, November 1970.
surat kepada Kardinal
Maurice Roy ini melengkapi
pesan yang disampaikan
Kardinal di PBB dalam
Pembangunan Kedua. (17
November 1970)
TEMA-TEMA KUNCI DALAM OCTOGESIMA
ADVENIENS
PENDAHULUAN
Menanggapi Sidang Umum Ketiga Sinode para Uskup (1974) yang
bertemakan “Pewartaan Injil” (Evangelisasi), Yang Mulia Paus Paulus
VI mengeluarkan Ekshortasi Apostoliknya yang berjudul Evangelii
Nuntiandi (“Pewartaan Injil dalam Dunia Modern”), 1975, sekaligus
untuk memperingati ulang tahun ke-10 penutupan Konsili Vatikan II.
GARIS-GARIS BESAR EVANGELII NUNTIANDI
Evangelii Nuntiandi meneguhkan pengajaran Konsili Vatikan II tentang
peranan aktif yang harus dilaksanakan Gereja sebagai lembaga maupun
sebagai anggota umat Allah dalam menegakkan keadilan di dunia. Nasihat
Apostolik ini menyajikan pula ajaran utama Paus Paulus VI tentang misi
pewartaan Injil Gereja. Ensiklik Evangelii Nuntiandi memiliki tiga persoalan
hangat :
a. Apa yang telah terjadi terhadap daya tersembunyi dari Kabar Gembira
yang dapat berpengaruh pada suara hati manusia?
b. Dalam bentuk apa dan dengan cara bagaimana kekuatan Injil
sungguh-sungguh mampu membawa perubahan bagi manusia
dewasa ini?
c. Metode-metode apa yang harus diikuti agar kuasa Injil dapat
membawa pengaruh?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Evangelii Nuntiandi dibagi dalam :
A. Dari Kristus Pewarta Injil kepada Gereja yang Mewartakan Injil
B. Apakah Pewartaan Injil itu?
C. Isi Pewartaan Injil
D. Metode-Metode Pewartaan Injil
E. Orang-Orang yang Mendapat Manfaat dari Pewartaan Injil
F. Pekerja-Pekerja Pewartaan Injil
G. Semangat Pewartaan Injil
PAUS PAULUS VI Ia telah mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada
Paus Paulus VI (1963-1978)
orang-orang sengsara, dan merawat
sangat terkenal karena menuntun
orang-orang yang remuk hati, untuk
KOnsili Vatikan II sampai pada
memberitakan pembebasan kepada
pencetusan resolusi-resolusinya.
orang-orang tawanan.
Ia banyak mengunjungi ke negara-
negara Dunia Ketiga, termasuk
Asia, bahkan berpidato di PBB.
Hal ini mencerminkan suatu era
baru dalam peranan para Paus
dalam Gereja dan dunia dewasa
ini. Salah satu prestasinya yang
gemilang adalah pembentuk
Komisi Kepausan untuk
Keadilan dan Perdamaian.
TEMA-TEMA KUNCI EVANGELII NUNTIANDI
A. DARI KRISTUS PEWARTA INJIL KEPADA GEREJA YANG
MEWARTAKAN INJIL
1. Pengutusan Yesus adalah pergi dari kota ke kota sambil mewartakan kepada
orang miskin Kabar Gembira Allah. Seluruh segi dari misteri-Nya-Inkarnasi,
mukjizat-mukjizat dan pengajaran-Nya, berkumpulnya para rasul, perutusan
keduabelas rasul-Nya, Salib dan Kebangkitan-merupakan bagian dari kegiatan
penginjilan-Nya. (#6)
2. Yesus, sebagai pewarta Injil, memaklumkan Kerajaan Allah dengan kata-kata
dan tanda-tanda. (#8, 11, 12)
3. Dia memaklumkan pula penebusan yaitu pembebasan dari segala sesuatu
yang menindas umat manusia, dan pembebasan dari dosa dan Kejahatan. (#9)
4. Kerajaan dan keselamatan ini tersedia bagi setiap orang. Untuk itu, dituntut
suatu pembaruan pikiran dan hati yang mendalam. (#10)
5. Kabar Gembira dimaksudkan untuk semua orang. Mereka yang menerima
Kabar Gembira ini pada gilirannya harus menjadi pewarta Injil dengan
menyebarluaskannya. (#13)
6. “Mewartakan Injil…adalah rahmat dan panggilan yang tepat bagi Gereja.”
Gereja adalah pewarta Injil namun harus dimulai dengan mewartakan Injil
dalam tubuh Gereja sendiri. (#14, 15)
B. APAKAH PEWARTAAN INJIL ITU?
1. Evangelisasi dapat dirumuskan sebagai upaya mewartakan Kristus
kepada mereka yang belum mengenal-Nya, berkotbah, memberikan
katekese, memberikan Permandian dan Sakramen-Sakramen lainnya.
Namun, realitas penginjilan harus tidak memihak atau fragmentaris.
(#17) Unsur-unsur pewartaan Injil adalah :
a. Pembaruan - “Bagi Gereja mewartakan Injil berarti membawa Kabar
Gembira kepada segenap lapisan umat manusia, dan melaui
pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya
menjadi baru.” (#18)
b. Perubahan – Pewartaan Injil harus mempengaruhi tolok ukur
penilaian manusia, nilai-nilai, kepentingan, pemikiran dan pola
hidupnya yang bertentangan dengan Sabda Allah dan rencana
penyelamatan. (#19)
c. Budaya – Evangelisasi kebudayaan harus selalu menjadikan pribadi
manusia sebagai titik pangkalnya dan selalu kembali kepada
hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Allah.
(#20)
d. Kesaksian dan Pewartaan – Injil harus dimaklumkan dengan
kesaksian hidup pribadi dan dengan pewartaan yang jelas dan
eksplisit tentang Yesus. Kesaksian hidup berjalan bersama dengan
sabda kehidupan. (#21, 22)
e. Komunitas Umat Beriman - Umat yang mengalami perubahan
karena evangelisasi memasuki komunitas Gereja yang merupakan
tanda hidup baru. (#23)
f. Kerasulan – Orang yang telah menerima pewartaan Injil hendaknya
pula mewartakan Injil kepada orang-orang lain. (#23)
1. Pewartaan Injil tidak akan dimungkinkan tanpa karya Roh Kudus. Teknik-
teknik pewartaan Injil adalah baik, tetapi mereka tak dapat menggantikan
karya Roh Kudus yang lemah-lembut. (#75)
2. Semangat menginjil harus muncul dari kesucian hidup yang sejati, dan
kotbah harus membuat sang pengkotbah berkembang dalam kesucian,
yang diperkaya dengan doa dan cinta akan Ekaristi. (#76)
3. Dari setiap Pewarta Injil diharapkan suatu kesederhanaan hidup,
semangat doa, kasih terhadap semua orang terutama kepada mereka
yang miskin dan tersingkir, ketaatan dan kerendahan hati, sikap lepas-
bebas dan pengorbanan diri. (#76)
4. Kesatuan di antara para pewarta Injil menjadi bukti bahwa mereka diutus
Bapa. Tanda persatuan di antara semua orang kristiani merupakan pula
jalan dan alat evangelisasi. (#77)
5. Pewarta Injil akan menjadi orang yang senantiasa mencari kebenaran
yang harus ia bagikan dengan orang lain, meskipun untuk itu ia harus
menyangkal diri dan berkorban. (#78)
6. Pewarta Injil harus memiliki kasih yang semakin besar kepada mereka
yang diberi penginjilan. Situasi keagamaan dan rohani mereka yang
mendapat penginjilan haruslah dihormati. (#79)
7. Semangat rohani diperlukan untuk mengenyampingkan segala dalih yang
menghambat pewartaan Injil. (#80)
SERI
AJARAN SOSIAL No.10
GEREJA DISADURKAN DARI NOFHID
OLEH SEKRETARIAT JUSTICE AND PEACE
DAN KOMISI PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI/KWI
REDEMPTOR HOMINIS
“Rahasia Penebusan dan Martabat Manusia”
PENDAHULUAN
“Redemptor Hominis” (Rahasia Penebusan dan Martabat Manusia)
adalah ensiklik pertama yang ditulis Paus Yohanes Paulus II dalam
tahun 1979, tahun I Masa Kepausan beliau. Dalam ensiklik ini, beliau
membicarakan warisan dari para pendahuluan dan maksud beliau
untuk melanjutkan tradisi ini.
GARIS BESAR REDEMPTOR HOMINIS
Paus Yohanes Paulus II berbicara tentang Penebusan umat manusia oleh
Yesus Kristus, dampak-dampak Penebusan, dan perutusan Gereja dalam
dunia dewasa ini. Ensiklik meliputi empat bagian :
1. Warisan – warisan yang diterima Paus Yohanes Paulus II dari para
pendahulu beliau;
2. Rahasia Penebusan – artinya Penebusan bagi Manusia dan Gereja;
3. Kemanusiaan Tertebus dan Situasinya dalam Dunia Modern –
dampak-dampak Penebusan bagi manusia dan Gereja;
4. Perutusan Gereja dan Tujuan Kemanusiaan – dalam dunia dewasa ini.
YOHANES PAULUS II
Kardinal Wojtyla – Uskup Agung Krakow, Polandia, terpilih sebagai Paus dengan nama
Yohanes Paulus II.
Dalam amanatnya yang pertama mengatakan “Kami memandang tugas utama kami
untuk memajukan, dengan tindakan arif namun menyemangati, pelaksanaan cermat
akan norma-norma dan arahan-arahan dari Konsisli”. (17 Oktober 1978)
Melalui ensiklik yang pertama ini Beliau melanjutkan permenungan akan makna Gereja
dalam proses Pembaharuan.
TEMA-TEMA POKOK DALAM REDEMPTOR HOMONIS
I. WARISAN
1. Di ambang Milenium Kedua
Penebusan Kemanusiaan. Yesus Kristus, adalah pusat alam
semesta dan sejarah. Tahun 2000 akan menjadi suatu Perayaan
besar bagi Gereja dan Umat Allah. Secara istimewa kita akan
mengingat perkataan St. Yohanes :
“Sabda menjadi manusia dan bermukim di antara kita” (Yoh. 1:14),
dan “Allah demikian mencintai dunia sehingga Ia menyerahkan
Putera Tunggal-Nya dan siapapun yang percaya akan Dia tidak
akan mati tetapi memperoleh hidup kekal” (Yoh. 3:16).
2. Perkataan pertama Masa Kepausan baru
“Dengan ketaatan dalam iman akan Kristus, Tuhanku, dan dengan
kepercayaan akan Bunda Kristus dan Gereja, biarpun dalam masa
penuh kesulitan, saya terima.”
Inilah kata-kata pertama Yohanes Paulus II pada tanggal 16
Oktober 1978 sewaktu beliau menerima Kedudukan sebagai Paus
setelah pemilihan kanonik. Dengan mengikuti jejak Paus Yohanes
Paulus I mengambil nama “Yohanes Paulus”, Paus Yohanes
Paulus II mengungkapkan cintanya akan warisan istimewa yang
terpatri dalam Gereja oleh Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus
VI. Beliau secara pribadi siap mengembangkan warisan tersebut.
3. Kepercayaan dalam Roh Kebenaran dan Cinta
Dengan sepenuhnya mempercayakan dirinya pada Roh
Kebenaran, Paus memasuki warisan yang kaya dari masa-masa
kepausan yang terakhir. Yohanes XXII membuka serta
mengumpulkan Konsili Vatikan II, sedangkan Paus VI menutupnya.
Kesadaran Gereja diterangi dan disokong oleh Roh Kudus untuk
memahami semakin lebih mendalam baik misterinya yang ilahi dan
perutusannya yang manusiawi, dan malahan kelemahannya yang
manusiawi.
Kesadaran ini merupakan sumber utama cinta gereja,
sebagaimana pada gilirannya cinta membantu memberikan
kekuatan dan pemahaman mendalam.
PENDAHULUAN
Ensiklik Laborem Exercens atau “Tentang Makna Kerja Manusia”
diterbitkan Paus Yohanes Paulus II, 1981, untuk memperingati ulang
tahun ke-90 Ensiklik Leo XIII, Rerum Novarum atau “Kondisi Pekerja”.
GARIS-GARIS BESAR LABOREM EXERCENS
Dokumen ini mempunyai lima bagian rumusan yang jelas :
8. Solidaritas Pekerja
Gereja menyerukan pula solidaritas pekerja untuk mencegah
tenaga kerja manusia dari pelecehan martabatnya (mis.
pemerasan dalam pengupahan, kondisi kerja yang miskin,
kurangnya jaminan sosial). Gereja memiliki komitmen terhadap
orang “miskin”.
9. Martabat Pribadi
Seruan biblis untuk “menaklukkan bumi” dan memampukan
pribadi manusia sebagai “penguasaan” atas bumi membubuhkan
martabat pada kerja manusia. Meskipun diperlukan kerja keras
yang berat, kerja merupakan suatu usaha yang bermanfaat
karena memungkinkan seseorang mencapai pemenuhan sebagai
makhluk manusia.
10. Kerja dan Keluarga
Kerja manusia memungkinkan pula pembentukan dan
pemeliharaan kehidupan keluarga, pencapaian tujuan-tujuan
keluarga, dan penambahan warisan seluruh keluarga manusia.
16. Umum
Pribadi Manusia diharuskan bekerja. Kerja merupakan kewajiban,
dan karena keharusan ini seorang berhak dikaitkan dengan kerja
manusia. Kerja manusia harus dilihat dalam konteks Hak-Hak
Asasi Manusia.
17. Majikan Langsung dan Tak Langsung
Hak-hak tersebut di atas tergantung pada hakekat pekerjaan.
a) Majikan Langsung – orang bekerja di bawah suatu kontrak
kerja langsung dengan syarat-syarat yang pasti.
b) Majikan Tak Langsung – orang bekerja kontrak-kontrak kerja
kolektif, prinsip-prinsip dan organisasi-organisasi yang
menentukan seluruh sistem sosio-ekonomi.
Kebijakan-kebijakan ini harus memperhatikan hak-hak obyektif
dan membentuk kebijakan tenaga kerja yang secara etis benar.
Negara harus menjamin suatu kebijakan perburuhan yang adil.
Organisasi internasional juga mempunyai tanggung jawabnya.
18. Isi Kesempatan Kerja
Semua pekerja berhak atas kesempatan kerja yang sesuai.
Pengangguran dapat menjadi suatu bencana sosial dan
pengobatan berikut ini perlu dipertimbangkan :
a) Dana pengangguran
b) Sistem perencanaan menyeluruh di tingkat nasional
c) Kerja sama internasional untuk mengurangi
ketidakseimbangan dalam standar hidup.
Pemerintah hendaknya menjalankan perencanaan yang rasional,
organisasi tenaga kerja manusia yang baik, dan pemanfaatan
sepenuhnya sumber-sumber daya untuk membantu pencegahan
pengangguran.
19. Upah dan Keuntungan Sosial
Semua pekerja berhak atas balas karya yang adil. Balas karya
yang adil adalah isu kunci etika sosial karena merupakan sarana
praktis bagi orang-orang untuk mendapatkan akses terhadap
barang-barang yang dimaksudkan untuk pemakaian bersama.
Berkaitan dengan pengupahan, gereja menghimbau :
a) Upah yang cukup untuk menghidupi keluarga
b) Tunjangan bagi para ibu untuk memelihara keluarga
c) Evaluasi kembali peranan ibu untuk menjamin cinta sejati
mereka kepada anak-anak dan kesempatan yang memadai
bagi kaum wanita.
Para pekerja juga berhak atas keuntungan sosial seperti
pelayanan kesehatan, hak untuk beristirahat, hak atas hari tua
dan asuransi kecelakaan, dan hak atas lingkungan kerja yang
sehat dan aman.
20. Pentingnya Serikat Pekerja
Hak untuk berserikat merupakan unsur penting bagi keamanan
pekerja. Kebutuhan ini berasal dari perjuanagan para pekerja
untuk mencapai keadilan sosial, para pekerja yang membutuhkan
juru bicara untuk menyuarakan perjuangan haka-hakm mereka
sebagai pekerja. Hal ini bukanlah suatu “perjuangan melawan”
orang lain. Serikat membangun tatanan sosial dan solidaritas
pekerja. Keguatan serikat dapat bercorak “politis”, dalam arti
sebagai “keprihatinan yang bijaksana akan kesejahteraan umum”
dan bukan untuk “bermain politik” sebagaimana umumnya
dimengerti.
Hak untuk mogok adalah sah tetapi tidak boleh disalahgunakan
untuk tujuan-tujuan politis atau “egoisme kelas” dan harus tidak
menyimpang dari peranannya yang khusus.
PENDAHULUAN
Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dokumen “Keprihatinan Sosial
Gereja” ini tahun 1987 dalam rangka memperingati ulang tahun ke-20
ensiklik “Perkembangan Bangsa-Bangsa” (1967) dari Paus Paulus VI.
Dalam ensiklik ini Paus Yohanes Paulus II merefleksikan keadaan buruk
ekonomi global tahun 1980-an dan dampaknya yang merugikan jutaan
orang, baik di negara sedang berkembang, sambil menyebut kendala
perkembangan sebagai “struktur-struktur dosa” dari mana semua orang
dipanggil kepada pertobatan dan kesetiakawanan demi menjadikan
kehidupan bangsa-bangsa lebih manusiawi.
GARIS-GARIS BESAR SOLLICIDO REI SOCIALIS
1. OEBYEK “Keprihatinan Sosial Gereja” adalah panggilan yang konsisten
demi perkembangan sejati manusia dan masyarakat yang menghormati
serta memajukan seluruh dimensi pribadi manusia.
2. Keaslian “Populorum Progressio” menerapkan pengajaran Konsili
Vatikan II pada permasalahan khusus perkembangan yakni ciri khas etis
dan budaya masalah-masalah ini, dimensi global “persoalan sosial” dan
batasan tentang konsep baru perkembangan.
3. Penelitian Dunia semasa merupakan tinjauan mengenai beberapa ciri
khas dunia dewasa ini agar pengajaran yang terkandung dalam Populorum
Progressio dapat dikembangkan.
4. Perkembangan Sejati Manusia bukan hanya terbatas pada perkembangan
ekonomis tetapi harus diukur dan diarahkan sesuai kenyataan dan
panggilan pribadi manusia dalam keutuhannya.
5. Penelaahan Teologis mengenai Masalah-Masalah Modern – Hasil
perkembangan yang sangat kecil dan negatif lebih disebabkan oleh hakekat
moral daripada hakekat politis dari kendala-kendala perkembangan. Itulah
“dosa pribadi” yang berakar dalam individu-individu dan terungkap dalam
tindakan konkretnya yang memperkenalkan dan mengkonsolidasikan
“struktur-struktur dosa” dan menjadikannya sulit untuk disingkirkan.
6. Pedoman Khusus – Gereja bukan menawarkan “teknik-teknik khusus”
melainkan “prinsip-prinsip refleksi, tolok ukur penilaian, dan tuntutan untuk
bertindak”.
7. Kesimpulan – Gereja dengan kokoh menegaskan kemungkinan mengatasi
kendala-kendala perkembangan karena kepercayaan akan kebaikan
manusia dan himbauan kepada setiap orang agar meyakini “tanggung
jawab dalam menerapkan kesetiakawanan serta cinta yang mengutamakan
orang miskin”.
I. PENDAHULUAN
1. Ajaran Sosial Gereja berusaha menuntun umat dalam membaca
peristiwa manusia dan menanggapinya dalam terang iman dan dukungan
ilmu pengetahuan.
2. Populorum Progresio yang mencakup sebagian besar pengajaran sosial
Gereja, mengangkat banyak jawaban dari gereja dan dunia sipil, dan
Paus Yohanes Paulus II memperingati ulang tahunnya yang ke-20.
3. Paus Yohanes Paulus II meneguhkan kembali “nilai abadi” Pengajaran
sosial Gereja, misalnya “kesinambungan” ajaran sosial dan “pembaruan”-
nya yang terus menerus.
4. Sollicitudo Rei Socialis adalah suatu telaah teologis mengenai dunia
dewasa ini dan menekankan pentingnya suatu konsep perkembangan
yang lebih utuh.
II. KEASLIAN POPULORUM PROGRESSIO
A. Tanda-Tanda Negatif
11. Kendati dilakukan banyak usaha besar di bidang keagamaan,
kemanusiaan, ekonomi, dan teknik, banyak pribadi manusia masih
dilanda kemiskinan dan kehilangan harapan.
12. Kesenjangan di antara “Dunia Utara yang maju” dan Dunia Selatan yang
sedang berkembang” bukan hanya terjadi di bidang sosial-ekonomi,
melainkan pula dalam kebudayaan dan sistem nilai.
13. Kemiskinan lebih daripada hanya sekedar kekurangan benda-benda
materiil. Kemiskinan adalah penyangkalan dan pembatasan hak-hak
asasi manusia. Buta huruf, pemerasan, penindasan dan diskriminasi
menjadi “momok” yang memiskinkan pribadi manusia.
14. Kemiskinan adalah juga manipulasi “mekanisme ekonomi, keuangan dan
sosial” oleh para pemimpin dan bangsa-bangsa demi kepentingan
mereka sendiri.
15. Di belakang keterpecahan dunia secara jelas menjadi dunia Pertama,
Kedua, Ketiga, dan Keempat terdapat keterkaitan yang mendalam.
Bilamana aspek moral hubungan ini disangkal maka akibat-akibat yang
menghancurkan akan terjadi, dan yang pertama adalah krisis perumahan.
Perkembangan sejati tidak mungkin tercapai kalau tenpa keikutsertaan
segenap masyarakat dunia dalam proses perkembangan.
16. Pengangguran dan pengangguran terselubung menjadi sebab pelecehan
dan hilangnya harga diri, maka dibutuhkan penghargaan kembali kerja
manusia secara terus menerus.
17. Hutang luar negeri adalah rintangan besar pembangunan di negara-
negara miskin—khususnya dalam berbagai masalah keterbelakangan
yang menjengkelkan. Dalam hal ini Gereja mengajak semua orang untuk
merefleksikan hakekat etis dari kesalingtergantungan dan tuntutan serta
kondisi untuk bekerja sama demi perkembangan.
18. Konflik Timur-Barat: Kolektivisme Marxis di Timur dan kapitalisme liberal
di Barat adalah dua ideologi bertentangan yang melahirkan dua blok
kekuatan yang saling mencurigai dan menakuti dan menjadi kendala-
kendala langsung perkembangan.
19. Kesenjangan yang melebar antara Utara dan selatan dengan bentuk baru
kolonialisme seperti manipulasi konflik-konflik lokal, bantuan internasional
dan penanaman modal asing merupakan rintangan perkembangan.
20. Keterhambatan atau stagnasi di Selatan beserta kerugian akibat
pandangan menyimpang tentang kehidupan dan sikap acuh tak acuh
terhadap prioritas, problem, dan kebudayaan.
21. Penghianatan terhadap harapan sah umat manusia beserta penolakan
untuk bekerja sama demi meniadakan kesengsaraan manusia dan
penghindaran (para pemimpin) dari kewajiban moral untuk memajukan
kesetiakawanan dan kesejahteraan umum.
22. Dengan perdaganagan senjata dan terorisme, “kehidupan yang lebih
manusiawi” bukannya dikembangkan, tetapi semakin dihancurkan. Ajaran
Sosial Gereja kritis menghadapi kedua ideologi itu.
23. Pertumbuhan jumlah penduduk tidak berarti berlawanan dengan
pembangunan terencana. Gereja memandang kontrol kependudukan
yang tidak mengindahkan kaidah moral sebagai suatu “bentuk baru
penindasan”.
B. Tanda-Tanda Positif
44. Aspirasi kemerdekaan dari segala bentuk perbudakan adalah mulia dan
sah. Kendala utama yang harus ditanggulangi adalah dosa dan struktur-
struktur yang dihasilkannya akibat penggandaan dan penyebabnya.
45. Gereja dengan gigih menegaskan kemungkinan tertanggulanginya dosa
pribadi dengan rahmat ilahi dan keyakinannya akan “kebaikan” mendasar
setiap pribadi dan dengan segera menghimbau agar setiap orang YAKIN
akan keseriusan saat ini; MENERAPKAN ukuran-ukuran yang
berinspirasikan SOLIDARITAS dan CINTA YANG MENGUTAMAKAN
KAUM MISKIN.
Kaum AWAM, SEBAGAI AGEN-AGEN PERDAMAIAN DAN KEADILAN
mengemban tugas untuk menganimasi kenyataan-kenyataan duniawi
dengan komitmen kristiani.
Sri Paus menghimbau kerja sama yang lebih besar dengan sesama
Kristen lain, orang-orang Yahudi dan semua penganut agama-agama
besar untuk bersaksi tentang kebenaran.
46. Kita sekalian yang mengambil bagian dalam Ekaristi dipanggil untuk
menemukan kembali MAKNA tindakan kita serta memiliki KOMITMEN
pribadi yang mendalam dalam memajukan perkembangan dan
perdamaian.
47. Kepada Bunda Maria, Sri Paus mempercayakan “saat yang sulit” ini serta
upaya-upaya demi perkembangan sejati segenap umat manusia.