Stimuli
(Problem)
Jika ada stimuli dari luar diri kita, maka stimuli ini akan kita tangkap melalui
panca indera, kemudian panca indera akan meneruskan kedalam otak, seterusnya di
dalam otak stimuli dinalar sesuai dengan pengetahuan yang telah ada (logis) untuk
menentukan pemecahannya, yang pada akhirnya diberikan perintah kepada organ
tubuh untuk melakukan respon berupa tindakan (empiris) dalam rangka menjawab
stimuli. Jika belum berhasil proses akan berulang kembali sampai diperoleh tindakan
yang paling sesuai. Demikian seterusnya, jika ada stimuli (problem) baru mekanisme
pemecahan stimuli (problem) tersebut akan berulang lagi.
Jika diperhatikan dengan seksama mekanisme atau prosedur tersebut
mempunyai tiga ciri pokok, yaitu: sistematis (mempunyai tata urutan terterntu, logis
(menggunakan dan dapat diterima akal) dan empiris (sesuai dengan realita).
Prosedur atau mekanisme tersebut di atas adalah merupakan acuan dasar atau
embrio dari metode ilmiah (scientific method). Jika prosedur tersebut digunakan
untuk memcahkan suatu problem (permasalahan) karena adanya konflik atau
keraguan atas kebenaran suatu pengetahuan, maka prosedur atau proses tersebut
dinamakan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah digunakan sebagai wahana
“pengadilan” yang obyektif untuk mengakhiri konflik atas kebenaran suatu
pengetahuan.
Dari suatu penelitian ilmiah akan diperoleh kebenaran ilmiah atau
pengetahuan ilmiah. Penelitian ilmiah (seterusnya disebut penelitian atau riset)
mempunyai ciri: sistematis, logis dan empiris.
Jadi penelitian adalah proses yang sistematis, logis dan empiris untuk mencari
kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.
Ciri dari penelitian ilmiah adalah suatu proses yang sistematis, logis dan
empiris. Sistematis dalam arti bahwa proses yang mempunyai tatacara, tata urutan,
bentuk kegiatan yang runtut. Logis artinya dapat diterima oleh akal/nalar manusia.
Empriris artinya berdasarkan fakta empiris dan dapat dibuktikan
Berdasarkan ciri-ciri di atas, penelitian dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu : pendekatan rasional-empiris (deduktif) dan pendekatan
empiris-rasional (induktif).
1. Problematik 1. Problematik
? Y
X
X P
P
X
4. Kesimpulan: 4. Kesimpulan:
Hipotesis diterima/ditolak, Konsep, Proposisi, teori,
Verifikasi teori hipotesis
Deduktif
Teori
Konsep
Teoritisasi
Rekonsepsi Problem
Rumusan Problem
Kesimpulan Hipotesis
Rancangan
Analisis Penelitian
Data
Data Empiris
Induktif
PENALARAN DEDUKTIF
Indikator 1
? ? Konsep Indikator 2 Konsep
? ? Konsep
Indikator 3
PENALARAN INDUKTIF
Observasi 1 Observasi 1
Konsep Konsep
Observasi 2 Konsep Observasi 2 Konsep
Observasi 3 Observasi 3
III. JENIS-JENIS PENELITIAN
TABEL 3.1
JENIS-JENIS PENELITIAN MENURUT TUJUAN, METODE,
TINGKAT EKSPLANASI DAN JENIS DATA
Tujuan Metode Tingkat Eksplanasi Analisis & Jenis
Data
A. Murni A. Survey A. Deskriptif A. Kuantitatif
B. Terapan B. Ex. Post Facto B. Komparatif B. Kualitatif
C. Eksperimen C. Asosiatif C. Gabungan
D. Naturalistik
E. Policy Research
F. Action Research
G. Evaluasi
H. Sejarah
Sumber (Sugiyono, 2004)
3. Penelitian Eksperimen
3. Penelitian Naturalistic
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara induktif.
Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Contoh: hubungan antara keyakinan bersedekah dengan kekayaan.
6. Penelitian Evaluasi
Dalam hal khusus, penelitian evaluasi dinyatakan sebagai evaluasi, tetapi
dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi bearti
hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk
membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standard dan
program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi
untuk menjelaskan fenomena.
Terdapat dua jenis dalam penelitian evaluasi yaitu: penelitian evaluasi
formatif yang menekankan pada proses dan evaluasi sumatif yang menekankan
pada produk (Kidder 1981:84)
7. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis logis terhadap kejadian-kejadian
yang berlangsung dimasa lalu. Jadi penelitian tidak mungkin lagi mengamati
kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian sumber datanya bisa primer, yaitu
orang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang
berkenaan dengan kejadian itu.
1. Penelitian Deskriptif
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Suatu penelitian yang
berusaha menjawab pertanyaanyaan seperti:
- Bagaimanakah profil pelaku bisnis di Indonesia
- Seberapa besar produktivitas kerja karyawan di PT A
- Seberapa besar keuntungan PT B tahun ini
- Bagaimanakah etos kerja dan prestasi kerja para karyawan di departemen X
2. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif, adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Disini variabelnya masih sama dengan penelitian variable mandiri tetapi untuk
sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Contoh: adakah
perbedaan keuntungan antara BUMN dengan perusahaan Swasta. Adakah perbedaan
nilai penjualan antara tahun 1997 dengan 1999.
3. Penelitian Asosiatif/hubungan
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variable atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan
tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan
penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mngontrol suatu gejala.
1. PENGERTIAN MASALAH
Seperti telah dikemukan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan guna
mendapatkan data yang digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan
Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat
dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan
untuk membuat keputusan.
Permasalahan atau problem penelitian adalah kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan; antara apa yang diperlukan dengan
apa yang tersedia; antara harapan dengan capaian. Secara singkat permasalahan
penelitian adalah kesenjangan antara das sollen dan das sein.
Pada umumnya kesulitan yang dihadapi calon peneliti terutama para calon
peneliti pemula, adalah bagaimana mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan penelitian secara jelas dan lengkap. Sugiyono (2004) mengatakan
bahwa bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul
masalah, maka pekerjaan penelitian 50% telah selesai.
Hubungan antara ketepatan memilih masalah dan cara pemecahan
ditunjukkan pada Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1 maka yang paling baik adalah
pertama, pemilihan masalah benar dan pemecahannya juga benar.
Tabel 4.1
Ketepatan Masalah Ketepatan Cara Pemecahan
1. Masalah benar Cara pemecahan benar
2. Masalah benar Cara pemecahan salah
3. Masalah salah Cara pemecahan benar
4. Masalah salah Cara pemecahan salah
Sumber: Sugiyono (2004)
a. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu
dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang populer dalam
bidang bisnis (Emory, 1985).
Contoh rumusan masalah Deskriptif:
1. Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan di PT. X ?
2. Bagaimanakah interaksi kerja karyawan di Industri A?
3. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap adanya impor gula tanpa dibebani
bea masuk?
4. Bagaimanakah efektivitas perdagangan dengan sistem multi level marketing?
5. Seberapa tinggi jumlah barang yang terjual, dan keuntungan PT Petani (dua
variabel).
b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda. Contoh rumusan masalahnya:
1. Apakah ada perbedaan produktivias kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan
Swasta? (satu variabel pada 3 sampel).
2. Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?
3. Apakah ada perbedaan, kemampuan dan didiplin kerja antara pegawai Swasta
Nasional, dan Perusahaan Asing (dua variabel pada dua sampel)
4. Adakah perbedaan kenyamanan naik kereta api dan bus menurut berbagai
kelompok masyarakat.
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan
desa, gunung (satu variabel pada tiga sampel)
6. Adakah perbedaan jumlah penjualan antara mobil sedan dan niaga?
7. Apakah ada perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank
Pemerintah?
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/reciprocal/timbal balik.
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif,
contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang
datang?” Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi
burung.
b.Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan marketing?
2. Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi),
contoh:
a. Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b. Seberapa besar pengaruh tata ruang toko terhadap jumlah pengunjung?
c. Seberapa besar pengaruh toko yang diberi AC dan keramahtamahan pelayan
terhadap nilai penjualan.
Contoh judul penelitiannya:
1. Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di Departemen X.
2. Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja
di PT. Samudra.
Contoh pertama dengan satu variabel independen dan contoh kedua dengan dua
variabel independen.
Dalam proses penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 terlihat
bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca
buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir.
Membaca buku adalah prinsip berfikir deduksi dan membaca hasil penelitian
adalah prinsp berfikir induksi.(Sugiyono,2004)
Dari penelaahan kepustakaan akan diperoleh konsep-konsep dan teori-teori
yang bersifat umum yang berkaitan dengan masalah penelitian. Melalui prosedur
logika deduktif akan ditarik kesimpulan yang spesifik yang mengarah pada
penyusunan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Dari penelaahan
kepustakaan juga akan diperoleh informasi empirik yang spesifik yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Melalui prosedur logika induktif akan diperoleh
kesimpulan umum yang diarahkan pada penyusunan jawaban teoritis terhadap
permasalahannya. (Zainudin,1998).
Dalam landasan teori perlu dikemukakan diskripsi teori dan kerangka
berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
A. DESKRIPSI TEORI
Deskripsi teori dalam statu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan /dideskripsikan, akan tergantung pada variable yang diteliti. Bila dalam
suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka
kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok
yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu,
semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu
dikemukakan.
C. HIPOTESIS
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian.
Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tidak semua
penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan
sering juga dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
Menurut Zaenudin, Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis
(pernyataan). Jadi hipótesis ádalah pernyataan yang masi lemah, maka perlu duji
untuk menegaskan apakah hipótesis tadi dapat diterima atau harus ditolak,
berdasarkan fakta atau data empirik yang telah dikumpulkan dalam penelitian.
Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang hipotesis, berikut ini adalah
sebuah ilustrasi, yang diambil dari kejadian sehari-hari.
Pada suatu hari seorang sopir menghidupkan mesin mobilnya. Ternyata estela
kunci kontak dimasukkan dan diputar keposisi “on”, mesin tidak mau hidup. Maka
timbal permasalahan bagi si sopir. Mengapa mesin tidak mau hidup? Apakah
gerangan sebabnya?
Berdasarkan pengetahuan teoritis yang pernah dipelajari, berdasarkan
pengalaman empirik yang diperoleh, maka akan timbul dugaan “ teoritis” yang
paling mungkin atau dugaan yang beralasan dan logis sebagai berikut:
Mesin mobil tidak mau hidup karena: (1). Bensin habis (2) businya kotor (3)
”accu” –nya lemah. Tentu si sopir tidak akan mengajukan dugaan: karena banya
bocor atau karena ia belum mandi. Dugaan seperti tidak didukung oleh dasar
”teoritis”.
Berdasarkan dugaan diatas dirancanglah eksperimen atau observasi untuk
mencari data agar dugaan tersebut dapat diterima atau harus ditolak. Sebagai contoh:
untuk membuktikan dugaan (hipotesis) bensin habis, dicari panel atau alat untuk
melihat atau mengukur seberapa jumlah bensin yang ada. Jika ternyata fakta atau
data menunjukkan ternyata masih ada dan jumlahnya cukup, maka hipotesis (1)
harus ditolak. Artinya tidak benar bahwa mesin tidak mau hidup karena kehabisan
bensin. Demikian seterusnya sehingga didapat fakta atau data empiris melalui
eksperimentasi dan atau observasi sehingga semua hipotesis dapat diuji untkuk
diterima atau ditolak, sehingga pada akhirnya dapat diketahui jawaban mengapa
mesin tidak mau hidup.
Dari uraian dan ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah :
jawaban sementara terhadap permasalahan yang secara teoritis paling mungkin
terjadi. Secara tersirat hipotesis merupakan ramalan. Ketepatan peramalnya
tergantung pada ketepatan landasan teoritis yang digunakan.
Kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
- Memberikan batas, lingkup dan jangkauan penelitian
- Mensiagakan peneliti agar tepat memilih data apa yang harus
dikumpulkan dan yang tidak perlu.
- Memfokuskan data yang bercerai-cerai
- Sebagai panduan memilih metode analisis data.
Pengujian hipotesis pada hakekatnya adalah menguji validitas hipotesis
tersebut. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Menguji konsistensinya terhadap logika
2. Mencocokkan dengan data empiris yang didapat.
Pengujian hipotesis dengan (1) mengunakan prosedur ilogika indukif –analitis,
atau prosedur deduktif-verifikatif, atau menggunakan prosedur logika Canon Mill
yang dikembangkan oleh John Stuart Mill. Adapun pengujian hipotesis dengan
pendekatan (2) adalah melalui eksperimentasi dan observasi untuk mendapatkan data
empiris, kemudian dilakukan analisis dan disimpulkan apakah data yang diperoleh
tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis
dengan pendekatan (2) pada umumnya dilakukan dengan metode statistik induktif.
VI. RANCANGAN PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
Jika ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya berkenaan
dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara umum dinyatakan bahwa variabel adalah operasionalisasi dari suatu
konsep. Dengan demikian variabel adalah konsep atau faktor yang dapat
menunjukkan variasi.
Berdasarkan fungsinya variabel dibedakan atas tiga fungsi, yaitu: variabel
sebab, variabel penghubung dan variabel akibat. Variabel sebab dapat dibedakan
atas: variabel bebas, variabel mobderator, variabel kendali dan variabel random
(rambang).
Secara skemastis hubungan varabel sebab, variabel penghubung dan variabel
akibat dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas
Variabel Moderator Variabel Variabel
Variabel Random Intervening Tergantung
Variabel Kendali
Macam-macam variabel:
1. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent. Variabel ini sering disebut pula variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Variabel ini sering pula disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
3. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.
Variabel ini disebut juga variabel independen kedua.
4. Variabel intervening: adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
(memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen
dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
5. Variabel kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
6. Variabel random
BOX.7.1
HUBUNGAN TEORI, PROPOSISI, KONSEP DAN
VARIABEL
Variabel bebas
Variabel penghubung Variabel
tergantung
Teori
VIII. PENGUMPULAN DATA
a. Model Terbuka
Penataran apa sajakah yang pernah anda ikuti pada tahun 1999 yang sesuai
dengan keahlian (gelar)anda.
b. Model Tertutup
Contoh Checklist
Berikan tanda silang pada kolom penanggungjawab beberapa pekerjaan di STIE
Betawi!
Catatan:
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. cukup Puas
4. puas
5. sangat puas
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data. Pelaksanaannya
dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, dapat juga
secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada
kesempatan lain. Instrumen yang digunakan dapat berupa pedoman wawancara
maupun ‘checklist’
3. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung
ataupn tidak langsung terhadap obyek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat
berupa pengamatan, panduan pengamatan, dan lainnya.
4. Tes
Untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses atau
untuk mendapatkan kondisi awal sebelum proses (pre-test dan post test) teknik ini
dapat dipakai. Instrumennya dapat berupa soal-soal ujian atau soal-soal tes.
Instrumen yang akan dipakai dalam pengumpulan data harus dapat menampung data
dibutuhkan dalam analisis. Bagaiamana menyusun instrumen yang baik, perhatikan
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Tentukan variabel-variabel yang akan terpakai dalam penelitian. Variabel-
variabel ini dapat tercermin pada judul penelitian.
Judul: faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada PT.X
2. Variabel-variabel tadi dicarikan jabaranya dalam bentuk subvariabel yang
diketahui dari teori atau penelitian terdahulu. Misalnya, variabel kepuasan
kerja. Menurut teori atau pendapat para ahli, kepuasan kerja seorang
karyawan itu ditentukan oleh lima subvariabel, yaitu 1)kepuasan terhadap
mutu pekerjaan, 2)promosi, 3)kepenyeliaan, 4)hubungan dengan rekan
sekerja, dan 5)gaji.
3. subvariabel, dicarikan jabarannya dalam bentuk indikator-indikator, jika ada.
Misalnya, pada subvariabel gaji. Indikatornya adalah gaji pokok, tunjangan
dan insentif.
4. Indikator, dicarikan jabarannya dalam bentuk subindikator, juga jika ada.
Misalnya untuk indikator insentif, subindikatornya adalah insentif finansial
dan insentif nonfinansial.
5. lalu, jika subindikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen paling
kecil, maka komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan. Seberapa
detail proses penjabaran suatu variabel diurai, tergantung pada seberapa luas
dan dalam penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, pertanyaan-
pertanyaan sebaiknya tersusun menurut hirarkinya agar mudah dipakai dalam
analisis berikutnya.
6. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan pada gilirannya
akan ditempatkan pada lembaran instrumen seperti angket (kuesioner). Agar
responden dapat mengisinya dengan baik, yang ditandai dengan kecilnya
ketergantungan pada si peneliti dalam mengisi angket, buatlah angket yang
sinformaif mungkin.
C. PEMBUATAN KUISIONER
Contoh
Misalkan, seorang peneliti akan mengkaji kualitas belajar mahasiswa serta
kaitannya dengan pengaruh-pengaruh kemandirian, dukungan orangtua serta
fasilitas dan pelayanan institusi. Penelitian mencerminkan sebuah peristiwa
sebab akibat.
Variabel Y : Kualitas belajar
Variabel X1 : Kemandirian
X2 : Dukungan Orang Tua dan Keluarga
X3 : Fasilitas dan Pelayanan Institusi
Didalam menentukan variabel-variabel bebas yang dicontohkan di atas,
terlihat bahwa variabel-variabel ini ditentukan secara sederhana, terkesan
seperti perseps pribadi si peneliti. Apa benar bahwa Kemandirian Mahasiswa
mempunyai dampak langsung pada Kualitas belajar, apa benar Fasilitas
Institusi mempunyai langsung apa Kualitas Belajar? Jika, tidak ada teori,
konsep atau informasi dari penelitian sebelumnya atau hal-hal laan seperti itu
yang memberikan informasi, hendaknya peneliti mencari tahu dari para ahli,
baik yang datang dari kaum akademisi maupun prkatisi. Teknik pelaksanaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan teknik atau metode
Delphi.
Kita anggap bahwa variabel-variabel diatas adalah benar, baik untuk variabel
yang bebas maupun yang terikat, selnautnya menjabarkannya menjadi bagian-
bagian yang lebh kecil. Bagian-bagian yang lebih kecil ini jika masih dapat
dipecah lagi danpecahannya diperlukan dalam riset, maka lakukan proses
pembagian ini sampai pada satu indikator tertentu yang tidak akan dipecah
lagi. Indikator-indikator inilah yang menjadi deskriptor, yaitu elemen-elemen
yang akan ditulis dalam kuesioner untuk dicari datanya.
Untuk kasus diatas, dapat dibuat beberapa subvariabel seperti berikut:
Kualitatif
Macam Diskrit
Data
Kuantitatif
Ordinal
Interval
Kontinum
Ratio
Skala data pengukuran dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Skala data nominal
Angka-angka yang diletakkan dalam skala data nominal hanya untuk pembeda antara
yang satu dengan yang lain. Ciri data nominal adalah:
- cara mendapatkannya datanya dengan cara menghitung (counting).
- satu subyek akan mempunyai salah satu kategori saja, tidak mungkin satu subyek
muncul lebih dari satu kategori laki-laki dan perempuan. Jadi sifatnya ”mutually
exclusive”
Sebagai contoh data nominal:
jumlah orang laki-laki atau perempuan yang hadir dalam sebuah pertemuan
contoh lain, agama, status perkawinan, setuju-tidak setuju dsb.
2+1=3
4–2=2
a.Skala Likert
Menurut Kinnear (1988), skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan
tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya: setuju – tidak setuju, senang –
tidak senang, dan baik-tidak baik. Responden diminta mengisi pernyataan dalam
skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu bisa 3,5 atau 7 (agar
dapat menampung kategori yang ”netral”) atau memasukkan kategori ”tidak tahu”.
Beberapa buku teks menganjurkan agar data pada kategori ’netral’ tidak dipakai
dalam analisis selama responden tidak memberikan alasannya (Umar, 2000:137).
Contoh :
1. Sangat setuju diberi skor = 5
2. Setuju diberi skor = 4
3. Ragu-ragu diberi skor =3
4. Tidak setuju diberi skor =2
5. Sangat tidak setuju =1
b.Skala Guttmann
Pengukuran dengan menggunakan Skala Guttman, akan didapat jawaban
yang tegas yaitu ”ya-tidak”, ”benar-salah”, ”pernah-tidak pernah”, ”positif-negatif”
dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi
(dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata
”sangat setuju” sampai ”sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Gutman hanya
ada dua interval yaitu ”setuju” atau ” tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala
Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
1. Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan
ini ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. pernahkah pimpinan melakukan pemeriksan diruang kerja anda ?
a. Tidak pernah
b. pernah
c. Semantic Differential
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differential dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawabannya sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawabannya sangat
negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data
interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik
tertentu yang dipunyai oleh seseorang. (mengukur sesuatu oleh orang)
Contoh:
Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer anda
3. Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Contoh:
Seberapa baik tata ruang kerja yang ada diperusahaan A?
1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini terdiri dari, simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling.
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misal anggota populasi dari
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini mka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor 1,5,10,15,20 dan seterusnya sampai 100.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dri populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampi jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh,
akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap produk industri
tertentu. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai,
karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.
c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditmui itu cocok sebagai
sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling purposive dalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif.
d. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, kemudian dua orang ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar.
Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya
(finite) adalah sebagai berikut:
λ2. N.P.Q
S=
d2 (N – 1) + λ2. P.Q
Keterangan:
Rumus yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang tidak
diketahui jumlahnya (infinit)
λ2. P.Q
S=
d2
X. ANALISIS DATA
KUALITATIF
PENELITIAN
KUANTITATI
F
MATEMATIK STATISTIK
INFERENSIA
DESKRIPTIF L
NON
PARAMETRI
PARAMETRI
K
K
Catatan : dalam statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf
kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada
kesalahan generalisasi.
Adakah hubungan yang Terdapat hubungan yang Data kedua variabel adalah
data ratio, oleh karena itu
positif dan siginifikan positif dan signifikan antara teknik statistik yang
antara lamanya penayangan lamanya penayangan iklan digunakan untuk menguji
iklan di TV dengan nilai di TV dengan penjualan hipotesis adalah
penjualan barang? barang Korelasi Pearson Product
Moment
Regresi sederhana
Bagaimanakah pengaruh Lama penayangan iklan
lama penayangan iklan di berpengaruh positif terhadap
TV terhadap nilai penjualan nilai penjualan
barang ?
STATISTIK DESKRIPTIF
STATISTIK INFERENSIAL
• Statistik inferesial sering juga disebut satistik induktif atau statistik probabilitas.
• Statistik inferensial adalah tehnik statistik yang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
• Statistik probabilitas karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi
berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability).
• Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi
mempunyai kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk
prosentase.
• Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan
1%, maka taraf kepercayaan 99%.
• Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.
• Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan
tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada
perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan.
SUPLEMEN
1. JUDUL PENELITIAN
3. PERMASALAHAN PENELITIAN
4. TUJUAN PENELITIAN
5. MANFAAT PENELITIAN
6. LANDASAN TEORI
7.METODE PENELITIAN :
A. BENTUK PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
D. VARIABEL PENELITIAN
E. ALAT ANALISIS
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN
Halaman
I. KONSEP DASAR PENELITIAN
ILMIAH
X. ANALISIS DATA
LAMPIRAN
BAHAN AJAR
METODE PENELITIAN
OLEH :