Anda di halaman 1dari 48

I.

KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH

A. PENGERTIAN DAN PERANAN PENELITIAN


Diantara anugerah Allah SWT kepada manusia adalah kemampuan menalar
dan sifat serba ingin tahu. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa, jika kita melihat,
merasakan atau mengalami suatu fenomena yang membuat kita kagum, heran atau
ragu, maka kita akan selalu mempertanyakan: apa sebabnya, bagaimana terjadinya,
bagaimana mengatasinya dan berbagai pertanyaan atau keingintahuan yang lain
Berbagai pertanyaan dan keingintahuan tersebut akan kita cari jawabannya
terus-menerus dengan berbagai cara dan sumber sampai kita merasa terpuaskan.
Jawaban atau informasi atas semua pertanyaan dan keingintahuan tersebut, dari yang
sangat sederhana sampai ke yang sangat rumit, sedikit demi sedikit terkumpul dalam
diri kita, menjadi suatu kumpulan keterangan atau informasi yang membangun
pegetahuan (knowledge) kita. Pengetahuan yang kita punyai akan siap kita gunakan
untuk membantu menjawab atau memecahkan persoalan yang timbul kelak di
kemudian hari.
Pengetahuan yang kita miliki pada dasarnya kita peroleh dari dua sumber
yaitu: dari orang lain dan dari hasil pengamatan atau pengalaman kita sendiri di masa
lalu. Manakala dalam diri kita timbul keraguan atas kebenaran pengetahuan yang kita
peroleh atau kita punyai, misalnya karena adanya perbedaan antara pengetahuan
yang kita peroleh dari satu sumber dengan sumber yang lain, atau antara pengetahuan
yang kita peroleh dari suatu sumber tertentu dengan pengetahuan yang kitab peroleh
dari pengalaman atau pengamatan kita sendiri, maka dalam diri kita akan timbul
konflik dan rasa ingin tahu mana yang benar.
Jika dalam diri kita timbul konflik semacam itu dan dengan hasrat ingin tahu
yang kita punyai, maka kita berada dalam kondisi mempertanyakan kembali (re-
search) atas kebenaran pengetahuan yang kita punyai. Untuk mengakhiri konflik
tersebut kita memerlukan “pengadilan” yang obyektif.
Pada kondisi normal, kita umat manusia mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah melalui mekanisme stimuli-respon. Jika kita menghadapi
suatu stimuli (problem), maka kita akan melakukan suatu respon (tindakan) ata
stimuli tersebut melalui suatu penalaran (logika) tertentu.
Secara ringkas mekanisme stimuli atau prosedur stimuli-respon tersebut dapat
digambarkan dan diterangkan sebagai-berikut:
Penalaran Tindakan
(logika) (empiris)

Stimuli
(Problem)

Gambar 1.1. Mekanisme Stimuli Respon

Jika ada stimuli dari luar diri kita, maka stimuli ini akan kita tangkap melalui
panca indera, kemudian panca indera akan meneruskan kedalam otak, seterusnya di
dalam otak stimuli dinalar sesuai dengan pengetahuan yang telah ada (logis) untuk
menentukan pemecahannya, yang pada akhirnya diberikan perintah kepada organ
tubuh untuk melakukan respon berupa tindakan (empiris) dalam rangka menjawab
stimuli. Jika belum berhasil proses akan berulang kembali sampai diperoleh tindakan
yang paling sesuai. Demikian seterusnya, jika ada stimuli (problem) baru mekanisme
pemecahan stimuli (problem) tersebut akan berulang lagi.
Jika diperhatikan dengan seksama mekanisme atau prosedur tersebut
mempunyai tiga ciri pokok, yaitu: sistematis (mempunyai tata urutan terterntu, logis
(menggunakan dan dapat diterima akal) dan empiris (sesuai dengan realita).
Prosedur atau mekanisme tersebut di atas adalah merupakan acuan dasar atau
embrio dari metode ilmiah (scientific method). Jika prosedur tersebut digunakan
untuk memcahkan suatu problem (permasalahan) karena adanya konflik atau
keraguan atas kebenaran suatu pengetahuan, maka prosedur atau proses tersebut
dinamakan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah digunakan sebagai wahana
“pengadilan” yang obyektif untuk mengakhiri konflik atas kebenaran suatu
pengetahuan.
Dari suatu penelitian ilmiah akan diperoleh kebenaran ilmiah atau
pengetahuan ilmiah. Penelitian ilmiah (seterusnya disebut penelitian atau riset)
mempunyai ciri: sistematis, logis dan empiris.
Jadi penelitian adalah proses yang sistematis, logis dan empiris untuk mencari
kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.

B.RUANG LINGKUP PENELITIAN BISNIS


Uma Sekaran (1994) mengemukakan bahwa ruang lingkup penelitian bisnis
meliputi: Accounting, Finance, Management and Marketing. Accounting berkenaan
dengan budget controls system, practice and prcedure. Finance berkenaan dengan
masalah operational of financial institutional, optimum finacial ratios, mergers and
acquisition, leveraged buyouts, and intercorporate financing. Management
berkenaan dengan masalah: employee attitudes and behaviors, human resources
management, production operation management, strategy formulation, and
information system. Marketing berkenaan dengan masalah: product image,
advertising, sales promotion, distribution, packaging, pricing, after-sale service,
consumer preferences, new product development.
Selain hal-hal tersebut di atas juga, hal-hal yang berpengaruh terhadap
kegiatan bisnis yaitu, politik, ekonomi, demografi, teknologi dll.
Secara operasional, lingkup penelitian dalam bidang bisnis meliputi:
1. Studi kelayakan bisnis.
2. Penelitian tentang bahan baku
3. Pengembangan organisasi usaha
4. Sistem produksi, prosedur dan metode kerja serta pengendalian mutu barang
dan jasa.
5. Studi tentang alat-alat produksi
6. Sistem pergudangan
7. Perilaku karyawan seperti, penampilan kerja, kehadiran dan kemangkiran.
8. Sikap kerja seperti, kepuasan kerja, loyalitas dan komitmen terhadap
organisasi
9. Kinerja supervisor, gaya kepemimpinan manajer, dan sistem penilaian kerja.
10. Situasi sosial yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan
manajer/pimpinan.
11. Validasi sistem penilaian penampilan kerja
12. Manajemen pengembangan sumber daya manusia dan strategi organisasi.
13. Evaluasi dan pusat-pusat pelatihan.
14. Dinamika kinerja karyawan dalam organisasi.
15. Strategi perumusan kebijakan dan implementasinya.
16. Jam kerja, perbaikan strategi organisasi secara berkelanjutan, dan efisiensi
produksi.
17. Tingkat penjualan, persaingan pasar, keuntungan, pertumbuhan, dan
efektivitas

C. Karakteristik penelitian yang baik.


Menurut Emory (1996) penelitian bisnis yang baik adalah sebagai berikut:
1. Masalah dan tujuan penelitian harus dirumuskan dengan betul, jelas dan
spesifik sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Masalah yang diteliti
harus betul-betul sebagai masalah, sehingga data yang terkumpul dalam
penelitian itu dapat digunakan untuk pemecahan masalah di bidang bisnis.
2. Prosedur Penelitian perlu dijabarkan secara rinci, sehingga orang lain dapat
memahami, melaksanakan penelitian tersebut dan dapat mengulanginya tanpa
konsultasi dengan penyusunnya.
3. Prosedur dalam rancangan penelitian harus dibuat dengan teliti dan hati –hati
sehingga dapat menghasilkan data yang valid, reliabel dan obyektif.
4. Peneliti harus melaporkan sejujurnya, kekurangan-kekurangan dalam design
prosedurnya dan menduga pengaruhnya terhadap hasil-hasil penelitian
5. Analisis data harus cukup memadai untuk mengungkapkan arti pentingnya,
dan metode analisis yang dipakai harus cocok.
6. Kesimpulan-kesimpulan harus dibatasi pada hal-hal yang akan ditunjang oleh
data penelitian dan juga pada hal-hal yang mana data hasil penelitian dapat
menjadi dasar yang cukup.
7. Keyakinan akan hasil penelitian lebih besar jika penelitinya berpengalaman,
mempunyai nama baik dalam bidang penelitian dan mempunyai integeritas.
BAB. II. LANGKAH-LANGKAH POKOK PENELITIAN

Ciri dari penelitian ilmiah adalah suatu proses yang sistematis, logis dan
empiris. Sistematis dalam arti bahwa proses yang mempunyai tatacara, tata urutan,
bentuk kegiatan yang runtut. Logis artinya dapat diterima oleh akal/nalar manusia.
Empriris artinya berdasarkan fakta empiris dan dapat dibuktikan
Berdasarkan ciri-ciri di atas, penelitian dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu : pendekatan rasional-empiris (deduktif) dan pendekatan
empiris-rasional (induktif).

A.PENDEKATAN RASIONAL – EMPIRIS (DEDUKTIF)


Pada pendekatan rasional-pempiris, proses penelitian dimulai dengan adanya
problematik tertentu yang dihadapi oleh peneliti, kemudian masalah ini dikaji secara
teoritis, dicari dasar rasionalnya. Berdasarkan kajian secara teoritis, dicarui dasar
rasionalnya. Berdasarkan kajian teori dan dasar reasional yang telah ada, dirumuskan
hipotesis, yaitu jawaban atau dugaan sementara atas masalah. Kemudian dilakukan
pengumpulan data empiris, dalam rangka menguji hipotesis tersebut. Atas dasar hasil
pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak.
Pendekatan rasional-empiris ini mempunyai keunggulan sekaligus juga
mempunyai kelemahan, antara lain:
1) Data empiris dipersiapkan secara khusus untuk menguji hipotesis yang
diajukan, sehingga validitas dan reliabilitas data dapat dijamin secara optimal.
2) Kesimpulan telah terarah dan terbatas.
3) Rasionalisasi terhadap data yang diperoleh terbatasi oleh paradigma teori
tertentu, sehingga temuan yang diperoleh “sebatas” verifikasi terhadap teori
tersebut.

B. PENDEKATAN EMPIRIS – RASIONAL (INDUKTIF)


Pada pendekatan empiris-rasional, penelitian dimulai tanpa atau belum
adanya problematik tertentu yang jelas pada peneliti. Penelitian justru dimulai
dengan pengumpulan data empiris atau berangkat dari data empiris yang telah ada.
Berdasarkan data empiris yang telah didapat atau yang telah ada, dilakukan
raionalisasi atau teoritisasi untuk menafsirkan data empiris tersebut. Kesimpulan
akhir dari penelitian dengan pendekatan ini adalah suatu generalisasi empiris, konsep
atau suatu teori. Jika proposisi atau teori akan diuji lagi secara empiris maka akan
menjadi hipotesis.
Pendekatan ini juga mempunyai keunggulan dan kelemahan, antara lain:
1). Data tidak dipersiapkan secara khusus untuk mengambil kesimpulan tertentu,
sehingga tidak ada jaminan tentang validitas dan reliabilitas yang optimal dari
data yang digunakan.
2) Tidak terarah pada suatu kesimpulan tertentu dan dapat melebar.
3) Rasionalisasi data empiris yang ada dapat mendalam, karena tidak terbatasi pada
paradigma teori tertentu, dengan demikian temuan bukan “sebatas” verifikasi teori
tertentu, tetapi dapat menemukan suatu “konsep atau teori yang baru “. Secara
skematis urutan langkah-langkah atau unsur-unsur penelitian pada kedua pendekatan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Rasional –Empiris Empiris - Rasional
(Deduktif) (Induktif)

1. Problematik 1. Problematik

? Y
X

2. Hipotesis 2. Pengumpulan Data


Q
Y

X P

3. Pengumpulan Data 3. Rasionalsasi data


Q
Y

P
X

4. Kesimpulan: 4. Kesimpulan:
Hipotesis diterima/ditolak, Konsep, Proposisi, teori,
Verifikasi teori hipotesis

Gambar .2.1. Langkah-Langkah Penelitian Deduktif dan Induktif


Pada kenyataannya dalam suatu penelitian, kedua pendekatan tersebut tidak
berdiri secara diametral, tetap digunakan secara simultan dan saling mengisi sesuai
kebutuhan, bagaikan harmoni dalam suatu simfoni. Sehingga akan diperoleh suatu
proses penelitian dengan ciri-ciri yang utuh dan lengkap.

Deduktif
Teori
Konsep

Teoritisasi
Rekonsepsi Problem
Rumusan Problem

Kesimpulan Hipotesis

Rancangan
Analisis Penelitian
Data

Data Empiris

Induktif

Gambar 2.2. Pola Umum Tahapan Penelitian

Dengan langkah-langkah pokok tersebut dalam skema di atas akan dipenuhi


cii-ciri pokok penelitian, yaitu : sistematis (bentuk kegiatan dan urutan yang jelas),
logis (menggunakan penalaran deduktif dan induktif secara simultan) dan empiris
(berdasarkan data empiris)
Langkah-langkah dalam penelitian meliputi:
1. Pendefinisian dan perumusan masalah
2. perumusan hipotesis
3. penentuan metode dan desain riset
4. penentuan variable, data dan sumber data
5. pengumpulan data
6. pengolahan data
7. penganalisaan dan interpretasi hasil olahan
8. pembuatan kesimpulan dan saran
9. pembuatan laporan hasil riset.

PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF

PENALARAN DEDUKTIF

 Individual needs menentukan motivasi


 Survival needs salah satu individual needs
 Kesimpulan: Survival needs menentukan motivasi

Indikator 1
? ? Konsep Indikator 2 Konsep
? ? Konsep
Indikator 3

PENALARAN INDUKTIF

 Motivasi yang kuat, meningkatkan produktifitas


 Sistem upah satuan, meningkatka produktifitas
 Sistem kerja shift, meningkatkan produktifitas

Peningkatan motivasi, sistem upah, sistem kerja menggambarkan intensitas interaksi


karyawan dengan perusahaan.
Kesimpulan :
Semakin intensif interaksi karyawan dengan perusahaan, akan meningkatkan
produktifitas.

Observasi 1 Observasi 1
Konsep Konsep
Observasi 2 Konsep Observasi 2 Konsep
Observasi 3 Observasi 3
III. JENIS-JENIS PENELITIAN

Berikut ini akan dikemukakan berbagai jenis penelitian yang dapat


digunakan untuk penelitian dalam bidang bisnis, baik yang bersifat akademik
(mahasiswa), profesional (pengembangan ilmu) dan institusional (penelitian untuk
merumuskan kebijakan atau pengambilan keputusan).
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut; (1) tujuan, (2)
pendekatan/metode, (3) tingkat eksplanasi dan (4) analisis dan jenis data. Hal ini
dapat dilihat dalam Tabel 3.1. Dengan mengetahui jenis-jenis penelitian tersebut,
maka peneliti pada bidang bisnis diharapkan dapat memilih metode yang paling
efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah dalam bidang bisnis.

TABEL 3.1
JENIS-JENIS PENELITIAN MENURUT TUJUAN, METODE,
TINGKAT EKSPLANASI DAN JENIS DATA
Tujuan Metode Tingkat Eksplanasi Analisis & Jenis
Data
A. Murni A. Survey A. Deskriptif A. Kuantitatif
B. Terapan B. Ex. Post Facto B. Komparatif B. Kualitatif
C. Eksperimen C. Asosiatif C. Gabungan
D. Naturalistik
E. Policy Research
F. Action Research
G. Evaluasi
H. Sejarah
Sumber (Sugiyono, 2004)

A. PENELITIAN MENURUT TUJUAN


Penelitian menurut tujuan dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Penelitian Dasar (Basic Research)
Husen Umar ( ) Penelitian dasar atau murni merupakan suatu penelitian yang
hasil penelitiannya tidak dimaksudkan untuk dapat diaplikasikan baik oleh
individu, kelompok atau bahkan oleh suatu badan usaha. Jenis riset ini lebih
ditujukan pada peningkatan ilmu pengetahuan.
Penelitian dasar selanjutnya dapat diklasifikasikan berdasarkan pendekatan yang
digunakan dalam pengembangan teori. Indriantoro membagi penelitian dasar
menjadi dua. 1) Penelitian deduktif dan 2) penelitian induktif (lihat Bab.1).

2. Penelitian Terapan (Applied Research)


Husen Umar ( ) Penelitian terapan merupakan penelitian yang hasil
penelitiannnya dimaksudkan untuk dapat dimanfaatkan baik oleh individu
maupun perusahaan.
Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara
penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak
pada garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan
tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar
pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan
ketat. Penelitian terapan dilakukan untuk tujuan menerapkan, menguji, dan
mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan
masalah-masalah praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan
penemuan dan pengembangan ilmu.
Jujun S Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni
adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya
belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.

B. PENELITIAN BERDASARKAN METODE


Penelitian menurut metode, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penelitian Survey
Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa, penelitian survey adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah
data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun
psikologis.
Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaipun metode survey ini
tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya pada metode eksperimen, namun
generalisasi yang dilakukan bisa akurat bila digunakan sampel yang representatif
(David Kline:1980). Contoh misalnya: penelitian untuk mengungkapkan
kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi jenis minuman.

2. Penelitian Ex Post Facto


Penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini
menggunakan logika dasar yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu jika x
maka y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap
variabel independen. Contoh misalnya: penelitian untuk mengungkapkan sebab-
sebab terjadinya kebakaran pabrik sepatu. Penelitian untuk mengungkapkan sebab-
sebab terjadinya penurunan produktivitas penjualan.

3. Penelitian Eksperimen

Penelitian dengan pendekatan eksperimen, adalah suatu penelitian yang berusaha


mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat. Terdapat empat bentuk metode eksperimen yaitu pre
experimental, true eksperimental factorial, dan quasi experimental (Tuckman
1982:128-156). Penelitian eksperimen ini pada umumnya dilakukan pada
laboratorium. Contoh: pengaruh unsur kimia tertentu terhadap kelezatan makanan;
pengaruh jenis bahan tertentu terhadap keawetan warna kain, dsb.

3. Penelitian Naturalistic
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara induktif.
Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Contoh: hubungan antara keyakinan bersedekah dengan kekayaan.

4. Policy Research (penelitian policy)


Policy research (penggunaan metode penelitian kebijakan) dimulai karena
adanya masalah, dan masalah ini pada umumnya dimiliki administrator/manajer
atau para pengambil keputusan pada suatu organisasi. Majchrzak (1984)
mendefinisikan policy research adalah suatu proses penelitian yang dilakukan
pada, atau analisis terhadap maalah-maalah social yang mendasar, sehingga
temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak
secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Policy research ini sangat relevan
bagi perencana dan perencanan. Contoh: penelitian untuk mendapatkan informasi
guna menentukan system penggajian karyawan.

5. Action Research (penelitian Tindakan)


Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi
dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian melibatkan
peneliti dan karyawan untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan dan
kebaikan prosedur kerja, metode kerja, dan alat-alat kerja yang digunakan selama
ini dan selanjutnya mendapatkan metode kerja baru yang dipandang paling
efisien. Metode kerja baru tersebut selanjutnya dicobakan, dievaluasi secara
terus-menerus dalam pelaksanaannya, sehingga sampai ditemukan metode yang
paling efisien untuk dilaksanakan. Contoh penelitian untuk memperbaiki
prosedur dan metode kerja dalam pembuatan suatu jenis makanan yang
diproduksi masal.

6. Penelitian Evaluasi
Dalam hal khusus, penelitian evaluasi dinyatakan sebagai evaluasi, tetapi
dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi bearti
hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk
membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standard dan
program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi
untuk menjelaskan fenomena.
Terdapat dua jenis dalam penelitian evaluasi yaitu: penelitian evaluasi
formatif yang menekankan pada proses dan evaluasi sumatif yang menekankan
pada produk (Kidder 1981:84)
7. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis logis terhadap kejadian-kejadian
yang berlangsung dimasa lalu. Jadi penelitian tidak mungkin lagi mengamati
kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian sumber datanya bisa primer, yaitu
orang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang
berkenaan dengan kejadian itu.

C. PENELITIAN MENURUT TINGKAT EKSPLANASINYA


Tingkat explanasi (level of explanation) adalah tingkat penjelasan. Jadi
menurut tingkat eksplanasi adalah adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan
kedudukan variable-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variable dengan
variable yang lain. Berdasarkan hal ini dapat dikelompokkan menjadi

1. Penelitian Deskriptif
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Suatu penelitian yang
berusaha menjawab pertanyaanyaan seperti:
- Bagaimanakah profil pelaku bisnis di Indonesia
- Seberapa besar produktivitas kerja karyawan di PT A
- Seberapa besar keuntungan PT B tahun ini
- Bagaimanakah etos kerja dan prestasi kerja para karyawan di departemen X

2. Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif, adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Disini variabelnya masih sama dengan penelitian variable mandiri tetapi untuk
sample yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Contoh: adakah
perbedaan keuntungan antara BUMN dengan perusahaan Swasta. Adakah perbedaan
nilai penjualan antara tahun 1997 dengan 1999.

3. Penelitian Asosiatif/hubungan
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variable atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan
tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan
penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mngontrol suatu gejala.

Berikut ini diberikan contoh judul-judul penelitian deskriftif, komparatif dan


asosiatif

Judul Penelitian Deskriptif


- Kinerja Badan Usaha Milik Negara tahun 1999
- Kerugian pedagang di Jakarta akibat kerusuhan
- Analisis kebijakan pemasaran pada PT ABC
Judul Penelitian Komparatif
- Perbandingan Kinerja BUMN dengan Swasta
- Perbandingan Kerugian pedagang di Jakarta dengan pedagang di solo
akibat kerusuhan
- Perbandingan biaya angkutan darat dan laut dari surabaya ke Medan

Judul Penelitian Asosiatif:


- Pengaruh iklan terhadap nilai penjualan
- Hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan daya beli
- Pengaruh interior toko, warna pakaian pelayanan, terhadap pengunjung
toko dan dampak selanjutnya terhadap nilai penjualan
- Pengaruh kebijakan pemasaran (4p/7p) terhadap kepuasan/ penjualan
- Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan
- Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa

D. Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis


Jenis data dan analisisnya dalam peneltian dapat dikelompokkan menjadi dua
hal utama yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Pada suatu proses penelitian sering
hanya terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif saja, tetapi mungkin
juga gabungan keduanya. Dalam analisis data juga terdapat dua macam, yaitu
analisis data kuantitatif dengan statistik dan kualitatif (tidak menggunakan statitik).
IV. PERMASALAHAN PENELITIAN

1. PENGERTIAN MASALAH
Seperti telah dikemukan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan guna
mendapatkan data yang digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan
Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat
dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan
untuk membuat keputusan.
Permasalahan atau problem penelitian adalah kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan; antara apa yang diperlukan dengan
apa yang tersedia; antara harapan dengan capaian. Secara singkat permasalahan
penelitian adalah kesenjangan antara das sollen dan das sein.
Pada umumnya kesulitan yang dihadapi calon peneliti terutama para calon
peneliti pemula, adalah bagaimana mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan penelitian secara jelas dan lengkap. Sugiyono (2004) mengatakan
bahwa bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul
masalah, maka pekerjaan penelitian 50% telah selesai.
Hubungan antara ketepatan memilih masalah dan cara pemecahan
ditunjukkan pada Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1 maka yang paling baik adalah
pertama, pemilihan masalah benar dan pemecahannya juga benar.

Tabel 4.1
Ketepatan Masalah Ketepatan Cara Pemecahan
1. Masalah benar Cara pemecahan benar
2. Masalah benar Cara pemecahan salah
3. Masalah salah Cara pemecahan benar
4. Masalah salah Cara pemecahan salah
Sumber: Sugiyono (2004)

2. Identifikasi dan Sumber Masalah Penelitian


Langkah pertama yang harus ditempuh seorang peneliti adalah
mengidentifikasi permasalahan penelitian. Sebagaimana diketahui , penelitian
dimulai dari keinginan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan.
Situasi tertentu yang tidak dapat berjalan dengan baik dan memuaskan dengan
kondisi atau prosedur yang telah ada, perlu penanganan atau penyempurnaan melalui
penelitian. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi di bidang profesi sehari-hari dapat
menjadi obyek penelitian yang potensiil. Pada suatu saat selalu ada fenomena yang
belum sepenuhnya dimengerti atau ada perbedaan pendapat tentang suatu fenomena
tertentu. Hal tersebut dapat merupakan obyek penelitian yang menarik.
Para calon peneliti sebelumnya harus menginventarisasi penelitian-penelitian
yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, sehingga dapat menentukan mana yang
perlu diteliti dan mana yang tidak.
Untuk memperoleh permasalahan penelitian, calon peneliti harus peka
terhadap permasalahan. Jika selama ini selalu menerima apa adanya tanpa curiga:
semua yang telah ditulis dalam literatur-literatur dan praktek-praktek profesi yang
selama ini dikerjakan, maka harus merubah pandangan dan persepsinya tentang hal-
hal tersebut. Peneliti harus meragukan setiap kesimpulan yang tidak cukup bukti atau
tidak berdasarkan fakta dan data yang lengkap. Jika semuanya itu telah dianggap
peneliti memerlukan penelitian maka ia telah sampai pada permasalahan penelitian.
Sikap kritis dan skeptis serta berfikir logis dapat memudahkan mendapatkan
permasalahan penelitian. Jadi sumber permasalahan penelitian sebenarnya ada pada
diri calon peneliti itu sendiri.
1. Stonner (dalam sugiyono, 2004:26) mengemukakan bahwa masalah-masalah
dapat diketahui bila:
2. Terjadi penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan
3. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan
dengan kenyataan
4. Ada pengaduan
5. Ada kompetisi

Menurut Zainudin (1999) Untuk melokalisir permasalahan penelitian, dapat


dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. lakukan eksplorasi literatur pada aspek tertentu dalam suatu bidang keilmuan,
kumpulkan teori-teori, pelajari perkembangannya, kelemahannya,
kesenjangannya atau inkonsistensinya. Ini akan mengarahkan kita pada
permasalahan yang diteliti lebih lanjut.
2. Menghadiri untuk menangkap permasalahan dalam seminar, pertemuan
ilmiah profesi, kuliah tamu atau mengunjungi pusat-pusat penelitian, hasil
pengamatan lapangan dan sebagainya.
3. Dari pengalaman sehari-hari dalam melakukan praktek profesi.

Sumber Masalah Penelitian antara lain dapat ditemukan dari:


1. pengalaman praktis
2. hasil pengamatan dilapangan
3. issue yang sedang hangat
4. saran dari suatu penelitian
5. saran dari forum ilmiah
6. kesenjangan dalam teori
7. sponsor instansi swasta/pemerintah/otoritas
8. institusi calon peneliti

Zainuddin (1999) mengatakan dalam melakukan observasi untuk


mengidentifikasi permasalahan penelitian, pada hakekatnya calon peneliti harus
berbekal “scientific mind” dan “prepared mind”. “Scientific mind” dalam arti harus
berpandangan obyektif (dapat melepaskan diri dari praduga dan opini sendiri),
independent (tidak terpengaruh oleh pandangan orang lain) dan berwawasan (tidak
ada otoritas dalam sains. “Prepared mind” artinya selalu siap agar dapat menangkap
permasalahan yang timbul selama melakukan observasi.
Sebagai ilustrasi: Isac Newton dapat menemukan hukum gravitasi bumi,
setelah dia kejatuhan buah apel. Banyak orang yang sebelumnya juga kejatuhan buah
apel seperti Isac Newton, tetapi tidak pernah ada yang berfikir tentang hukum
gravitasi bumi, oleh karena pikiran mereka tidak siap siaga untuk menangkap makna
yang terkandung dalam peristiwa jatuhnya apel ke kepala mereka.
Permasalahan penelitian kadang-kadang muncul dari “hint” tertentu, yaitu
fenomena-fenomena aktual yang muncul dalam keseharian yang diamati, dirasakan,
dibicarakan, tetapi belum ada eksplanasi yang jelas tentang fenomena tersebut.
Permasalahan yang telah diidentifikasi kadang-kadang sifatnya masih umum,
belum spesifik. Jika demikian keadaannya, maka permasalahan yang demikian tadi
harus dipersempit agar lebih spesifik melalui pemecahan menjadi sub-sub
permasalahan atau sederet pertanyaan yang relevan dengan permasalahan pokoknya.
Pada umumnya tujuan penelitian hanya dapat dicapai jika permasalahan
penelitian dipecah menjadi sub permasalahan yang lebih kecil. Penyusunana sub
permasalahan bukan merupakan keharusan, karena semata-mata tergantung dari sifat
permasalahannya. Sub permasalahan, sebagaimana namanya, adalah permasalahan
yang harus dijawab dulu untuk dapat memecahkan permasalahan utamanya.

3.Kriteria Permasalahan penelitian yang baik


Fraenkel dan Wallen (1990:22) dalam Sugiyono (2004:27) mengemukakan
bahwa permasalahan yang baik adalah:
1. masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicari
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga
dan waktu.
2. masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama
terhadap masalah tersebut.
3. masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah itu harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
kehidupan manusia.
4. masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.
Menurut Zainuddin (1999) kriteria permsalahan yang baik adalah:
1. Mempunyai kontribusi teoritis dan praktis
2. Mempunyai derajat keunikan dan keaslian
3. Layak untuk dilksanakan

4. Bentuk-Bentuk Masalah Penelitian


Bentuk-bentuk masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasinya yang tertera pada Tabel 2.1. Hal ini disebabkan oleh
karena pada dasarnya hasil penelitian nanti digunakan untuk menjelaskan fenomena
berdasarkan data yang terkumpul. Berdasarkan hal tersebut maka bentuk masalah
dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptof, komparatif dan asosiatif.
(Sugiyono, 2004:28).

a. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu
dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang populer dalam
bidang bisnis (Emory, 1985).
Contoh rumusan masalah Deskriptif:
1. Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan di PT. X ?
2. Bagaimanakah interaksi kerja karyawan di Industri A?
3. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap adanya impor gula tanpa dibebani
bea masuk?
4. Bagaimanakah efektivitas perdagangan dengan sistem multi level marketing?
5. Seberapa tinggi jumlah barang yang terjual, dan keuntungan PT Petani (dua
variabel).

b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda. Contoh rumusan masalahnya:
1. Apakah ada perbedaan produktivias kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan
Swasta? (satu variabel pada 3 sampel).
2. Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?
3. Apakah ada perbedaan, kemampuan dan didiplin kerja antara pegawai Swasta
Nasional, dan Perusahaan Asing (dua variabel pada dua sampel)
4. Adakah perbedaan kenyamanan naik kereta api dan bus menurut berbagai
kelompok masyarakat.
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan
desa, gunung (satu variabel pada tiga sampel)
6. Adakah perbedaan jumlah penjualan antara mobil sedan dan niaga?
7. Apakah ada perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank
Pemerintah?

c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/reciprocal/timbal balik.
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif,
contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang
datang?” Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi
burung.
b.Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan marketing?
2. Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi),
contoh:
a. Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b. Seberapa besar pengaruh tata ruang toko terhadap jumlah pengunjung?
c. Seberapa besar pengaruh toko yang diberi AC dan keramahtamahan pelayan
terhadap nilai penjualan.
Contoh judul penelitiannya:
1. Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di Departemen X.
2. Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja
di PT. Samudra.
Contoh pertama dengan satu variabel independen dan contoh kedua dengan dua
variabel independen.

3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik


Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini
tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh:
a. Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b. Hubungan antara kecerdasan dan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan
kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan gizi
terpenuhi.
V. STUDI KEPUSTAKAAN

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses


penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian ( Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu
dtegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri
bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Kerangka teori
dicari melalui studi kepustakaan. Zainuddin, 1998).
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. Mengapa banyak pengusaha
besar yang bangkrut di era reformasi ini, dapat dijelaskan melalui berbagai teori.
Setelah para pengusaha besar bangkrut, maka bagaimana akibatnya terhadap
perekonomian nasional (fungsi prediksi). Supaya harga-harga tidak mahal, maka apa
yang perlu dilakukan (fungsi kontrol).
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup ” variabel” yang
akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta
adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada
dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya
fungsi teori ke tiga (kontrol) digunakan mengevaluasi/membahas hasil penelitian,
dan selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan
masalah. (Sugiyono, 2004)
Menurut Zainuddin (1998) secara singkat studi kepustakaan dapat membantu
peneliti dalam berbagai keperluan, misalnya:
1.Mendapatan landasan teori dalam menyusun kerangka teori dan hipotesis.
2.Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3.Mendapatkan metode, tehnik atau cara pendekatan pemecahan permasalahan
yang digunakan.
4.Sebagai sumber data sekunder
5.Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya.
6.Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat
digunakan.
7.Memperkaya ide-ide baru.
8.Mengetahui siapa saja penelitian lain di bidang yang sama dan siapa pemakai
hasilnya.

Dalam proses penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 terlihat
bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca
buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir.
Membaca buku adalah prinsip berfikir deduksi dan membaca hasil penelitian
adalah prinsp berfikir induksi.(Sugiyono,2004)
Dari penelaahan kepustakaan akan diperoleh konsep-konsep dan teori-teori
yang bersifat umum yang berkaitan dengan masalah penelitian. Melalui prosedur
logika deduktif akan ditarik kesimpulan yang spesifik yang mengarah pada
penyusunan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Dari penelaahan
kepustakaan juga akan diperoleh informasi empirik yang spesifik yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Melalui prosedur logika induktif akan diperoleh
kesimpulan umum yang diarahkan pada penyusunan jawaban teoritis terhadap
permasalahannya. (Zainudin,1998).
Dalam landasan teori perlu dikemukakan diskripsi teori dan kerangka
berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

A. DESKRIPSI TEORI
Deskripsi teori dalam statu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan /dideskripsikan, akan tergantung pada variable yang diteliti. Bila dalam
suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka
kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok
yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu,
semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu
dikemukakan.

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai


berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang teliti, dan jumlah yang variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbantuk laporan
penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat
penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, alat analisis,
kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
B. KERANGKA BERFIKIR
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan
bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting.
Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan
untuk merumuskan hipotesis.

C. HIPOTESIS
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian.
Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tidak semua
penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan
sering juga dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
Menurut Zaenudin, Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis
(pernyataan). Jadi hipótesis ádalah pernyataan yang masi lemah, maka perlu duji
untuk menegaskan apakah hipótesis tadi dapat diterima atau harus ditolak,
berdasarkan fakta atau data empirik yang telah dikumpulkan dalam penelitian.
Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang hipotesis, berikut ini adalah
sebuah ilustrasi, yang diambil dari kejadian sehari-hari.
Pada suatu hari seorang sopir menghidupkan mesin mobilnya. Ternyata estela
kunci kontak dimasukkan dan diputar keposisi “on”, mesin tidak mau hidup. Maka
timbal permasalahan bagi si sopir. Mengapa mesin tidak mau hidup? Apakah
gerangan sebabnya?
Berdasarkan pengetahuan teoritis yang pernah dipelajari, berdasarkan
pengalaman empirik yang diperoleh, maka akan timbul dugaan “ teoritis” yang
paling mungkin atau dugaan yang beralasan dan logis sebagai berikut:
Mesin mobil tidak mau hidup karena: (1). Bensin habis (2) businya kotor (3)
”accu” –nya lemah. Tentu si sopir tidak akan mengajukan dugaan: karena banya
bocor atau karena ia belum mandi. Dugaan seperti tidak didukung oleh dasar
”teoritis”.
Berdasarkan dugaan diatas dirancanglah eksperimen atau observasi untuk
mencari data agar dugaan tersebut dapat diterima atau harus ditolak. Sebagai contoh:
untuk membuktikan dugaan (hipotesis) bensin habis, dicari panel atau alat untuk
melihat atau mengukur seberapa jumlah bensin yang ada. Jika ternyata fakta atau
data menunjukkan ternyata masih ada dan jumlahnya cukup, maka hipotesis (1)
harus ditolak. Artinya tidak benar bahwa mesin tidak mau hidup karena kehabisan
bensin. Demikian seterusnya sehingga didapat fakta atau data empiris melalui
eksperimentasi dan atau observasi sehingga semua hipotesis dapat diuji untkuk
diterima atau ditolak, sehingga pada akhirnya dapat diketahui jawaban mengapa
mesin tidak mau hidup.
Dari uraian dan ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah :
jawaban sementara terhadap permasalahan yang secara teoritis paling mungkin
terjadi. Secara tersirat hipotesis merupakan ramalan. Ketepatan peramalnya
tergantung pada ketepatan landasan teoritis yang digunakan.
Kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
- Memberikan batas, lingkup dan jangkauan penelitian
- Mensiagakan peneliti agar tepat memilih data apa yang harus
dikumpulkan dan yang tidak perlu.
- Memfokuskan data yang bercerai-cerai
- Sebagai panduan memilih metode analisis data.
Pengujian hipotesis pada hakekatnya adalah menguji validitas hipotesis
tersebut. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Menguji konsistensinya terhadap logika
2. Mencocokkan dengan data empiris yang didapat.
Pengujian hipotesis dengan (1) mengunakan prosedur ilogika indukif –analitis,
atau prosedur deduktif-verifikatif, atau menggunakan prosedur logika Canon Mill
yang dikembangkan oleh John Stuart Mill. Adapun pengujian hipotesis dengan
pendekatan (2) adalah melalui eksperimentasi dan observasi untuk mendapatkan data
empiris, kemudian dilakukan analisis dan disimpulkan apakah data yang diperoleh
tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis
dengan pendekatan (2) pada umumnya dilakukan dengan metode statistik induktif.
VI. RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara


mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data untuk memberi arti kepada data
tersebut secara efisien dan efektif.
Tahapan dalam rancangan penelitian :
1. penentuan alat (instrumen) pengambil data yang akan digunakan
2. cara pengumpulan, pengaturan dan analisa data yang akan digunakan
3. pemberian kesimpulan, atas hasil analisis yang telah dilakukan.
Dalam arti luas rancangan penelitian adalah semua proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan tahapan-tahapan penelitian.
Perencanaan penelitian meliputi tahapan:
1. identifikasi, pemilihan dan perumusan permasalahan penelitian (termasuk
perukusan: tujuan, definisi, asumsi dan lingkup penelitian).
2. studi kepustakaan.
3. merumuskan hipotesis penelitian
4. identifikasi, klasifikasi dan mendefinisikan variabel penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi tahapan:


1. menyusun rancangan eksperimen
2. menentukan alat pengambil data (instrumen)
3. pengumpulan data, pengaturan dan analisa data
4. pengambilan kesimpulan penelitian

Manfaat rancangan penelitian :


1. Sebagai ”blue print” penelitian, atau kerangka operasional penelitian.
2. Menegaskan intensitas (kedalaman) dan ekstensitas (keluasan) penelitian
3. Memperkirakan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dan merencanakan
alternatif pengatasannya.
4. Mengetahui keterbatasan atau kelemahan hasil penelitian.

Menurut Cooper dan Emory (1996:jilid 1) Maksud Usulan Penelitian adalah


1. Untuk Menyajikan masalah yang akan diteliti dan pentingnya masalah
tersebut
2. Untuk membahas upaya-upaya penelitian dari orang-orang lain yang telah
melakukan penelitian dalam masalah-masalah serupa
3. Untuk mengemukakan data yang diperlukan dalam penyelesaian masalah dan
bagaimana data itu dikumpulkan, diolah dan diartikan.

Dari Usulan penelitian kita mengetahui: 1) Apa yang akan dilakukan, 2)


Mengapa akan dilakukan, 3) Bagaimana akan dilakukan, 4) Dimana akan dilakukan,
5) Kepada siapa akan dilakukan dan 6) Apa manfaat melakukannya
Menurut Cooper dan Emory (1996) Desain penelitan merupakan cetak biru
bagi pengumpulan, pegukuran dan penganalisaan data. Desain ini membantu
ilmuwan dalam mengalokasi sumber daya yang terbatas dengan mengemukakan
pilihan-pilihan penting. Apakah simulasi, atau eksperimen, wawancara, observasi,
analisis laporan atau gabungan dari semua ini ? apakah metode –metode
pengumpulan data dan situasi penelitian akan ditata dengan ketat ? apakah kajian
yang intensif dari sample kecil lebih eektif dibandingkan dengan kajian yang tidak
begitu intensi dari smpel besar? Apakah analisis data lebih bersifat kuantitatif atau
kualitatif ?
Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat
sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Rencana ini merupakan program menyeluruh dari penelitian. Dalam rencana tersebut
tercakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan
implikasinya secara operasional samapai kepada analisis akhir data.
VII. VARIABEL PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN
Jika ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya berkenaan
dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara umum dinyatakan bahwa variabel adalah operasionalisasi dari suatu
konsep. Dengan demikian variabel adalah konsep atau faktor yang dapat
menunjukkan variasi.
Berdasarkan fungsinya variabel dibedakan atas tiga fungsi, yaitu: variabel
sebab, variabel penghubung dan variabel akibat. Variabel sebab dapat dibedakan
atas: variabel bebas, variabel mobderator, variabel kendali dan variabel random
(rambang).
Secara skemastis hubungan varabel sebab, variabel penghubung dan variabel
akibat dapat digambarkan sebagai berikut:

SEBAB PENGHUBUNG AKIBAT

Variabel Bebas
Variabel Moderator Variabel Variabel
Variabel Random Intervening Tergantung
Variabel Kendali

Klasifikasi atau penentuan fungsional variabel, terutama variabel sebab,


adalah sangat penting dan merupakan tahap yang kritis. Sebab jika peneliti salah
dalam mengklasifikasifikan variabel sebab ini, maka hasil penelitian akan
mengandung kesalahan (bias) klasifikasi variabel yang benar memerlukan
penguasaan dasar teoritis yang kuat dan mendalam. Memerlukan model atau
kerangka teroritis yang mantap.
Jika dalam suatu penelitian hanya diteliti satu macam tergantung variabel,
maka data yang diperoleh disebut data univariate, sedangkan jika lebih dari satu
disebut data multivariate.

Macam-macam variabel:
1. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent. Variabel ini sering disebut pula variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
2. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Variabel ini sering pula disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
3. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.
Variabel ini disebut juga variabel independen kedua.
4. Variabel intervening: adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
(memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen
dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
5. Variabel kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan
melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
6. Variabel random

B.DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Definisi operasional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam
kriteria/operasi yang dapat diuji secara khusus. Istilah ini harus mempunyai rujukan-
rujukan empiris. Artinya kita harus bisa menghitung, mengukur atau dengan cara
yang lain dapat mengumpulkan informasi melalui penalaran kita. Apakah objek yang
akan didefinisikan adalah objek fisik (misal meja, komputer, in-focus) atau objek non
fisik (misalnya motivasi untuk mencapai sesuatu), definisinya harus merinci ciri-ciri
yang akan dipelajari dan bagaimana mengamatinya. Rincian-rincian dan prosedur-
prosedurnya harus demikian jelas sehingga setiap orang yang berkompeten yang
akan memakainnya akan mengklasifikasikan objeknya dengan cara yang sama.
Masalah-masalah dengan definisi operasional khususnya sulit bilamana kita
menghadapi konstruk. Dalam hal ini hanya ada sedikit saja rujukan empiris dimana
kita dapat menegaskan bahwa suatu definisi operasional betul-betul mengukur apa
yang kita harapkan akan diukur.
Adanya korelasi antara dua rumusan definisi yang berbeda memperkuat
keyakinan bahwa kita mengukur hal yang sama.

BOX.7.1
HUBUNGAN TEORI, PROPOSISI, KONSEP DAN
VARIABEL

Proposisi : pernyataan tentang hubungan antra dua/lebih konsep.

Macam hubungan dalam proposisi:


1. Kausal (sebab-akibat) : asimetris
2. Kovariasional (beriring) : simetris

Konsep : Abstraksi dari suatu realitas atau fenomena yang kepadanya


diberikan nama atau istilah untuk dapat
mengkomunikasikan tentang realitas atau fenomena tersebut

Variabel : Indikator atau operasionalisasi dari konsep


BOX 7.2
PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENINGKATAN
JUMLAHTABUNGAN

Jarak Nasabah (Variabel moderator)

Ukuran Nasabah (Variabel kendali)

Promosi Motivasi Jumlah


Bank Menabung Tabungan

Variabel bebas
Variabel penghubung Variabel
tergantung

Jenis Pekerjaan, Etnis, Status Perkawinan


(Variabel random)

Motivasi -- prestasi kerja- kepuasan kerja


Sebab/bebas ---intervening-- akibat/tergantung
Akibat ----- sebab

Teori
VIII. PENGUMPULAN DATA

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Data adalah salah satu komponen riset, artinya tanpa data tidak akan ada riset.
Data yang akan dipakai dalam riset haruslah data yang benar, karena data yang salah
akan menghasilkan informasi yang salah. Pada bab ini akan dijelaskan perihal
bagaimana teknik dan alat untuk mengumpulkan data.
Didalam penelitian ilmiah, ada beberapa teknik pengumpulan data beserta
perangkat pengumpul datanya masing-masng paparana disajikan berikut ini.

1. Menyebarkan Angket (Kuesioner)


Teknik yang menggunakan angket (kuesioner) adalah suatu cara
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada
responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
tersebut. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, jika jawaban tidak ditentukan
sebelumnya, sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah
disediakan. Instrumen berupa lembar daftar pertanyaan dapat berupa angket
(kuesioner) ’checklist’, ataupun skala.
Contoh Angket/Kuesioner

a. Model Terbuka
Penataran apa sajakah yang pernah anda ikuti pada tahun 1999 yang sesuai
dengan keahlian (gelar)anda.

No Jenis Penataran Tempat Penataran

b. Model Tertutup

Pernahkan saudara mengajar selain di STIE Betawi?


a. Pernah b. Tidak perah

Contoh Checklist
Berikan tanda silang pada kolom penanggungjawab beberapa pekerjaan di STIE
Betawi!

No Jenis Pekerjaan Oleh Oleh Oleh


BAA BIRA Jurusan
1 Pendaftaraan Ulang
2 Penyerahan KHS
3 Penentuan UTS/UAS
4 Dispensi studi mahasiswa
Contoh Skala
Berikan tanda silang pada kolom yang saudara anggap paling tepat mengenai kinerja
manajemen di STIE Betawi!

No Faktor yang dinilai 1 2 3 4 5


1 Manajemen Keuangan
2 Manajemen SDM
3 Manajemen Pemasaran
4 Manajemen Operasional
5 Manajemen Informasi

Catatan:
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. cukup Puas
4. puas
5. sangat puas

2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data. Pelaksanaannya
dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, dapat juga
secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada
kesempatan lain. Instrumen yang digunakan dapat berupa pedoman wawancara
maupun ‘checklist’

3. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung
ataupn tidak langsung terhadap obyek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat
berupa pengamatan, panduan pengamatan, dan lainnya.

4. Tes
Untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil proses atau
untuk mendapatkan kondisi awal sebelum proses (pre-test dan post test) teknik ini
dapat dipakai. Instrumennya dapat berupa soal-soal ujian atau soal-soal tes.

Catatan Penting: Keempat teknik pengumpulan data diatas dimaksudkan untuk


mengumpulkan data primer, sedangkan untuk mengumpulkan data sekunder, akan
berbeda. Pada data sekunder, bentuk penyajian data biasanya telah disusun
sedemikian rupa oleh pihak pertama.
B. LANGKAH PENYUSUNAN INSTRUMEN

Instrumen yang akan dipakai dalam pengumpulan data harus dapat menampung data
dibutuhkan dalam analisis. Bagaiamana menyusun instrumen yang baik, perhatikan
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Tentukan variabel-variabel yang akan terpakai dalam penelitian. Variabel-
variabel ini dapat tercermin pada judul penelitian.
Judul: faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada PT.X
2. Variabel-variabel tadi dicarikan jabaranya dalam bentuk subvariabel yang
diketahui dari teori atau penelitian terdahulu. Misalnya, variabel kepuasan
kerja. Menurut teori atau pendapat para ahli, kepuasan kerja seorang
karyawan itu ditentukan oleh lima subvariabel, yaitu 1)kepuasan terhadap
mutu pekerjaan, 2)promosi, 3)kepenyeliaan, 4)hubungan dengan rekan
sekerja, dan 5)gaji.
3. subvariabel, dicarikan jabarannya dalam bentuk indikator-indikator, jika ada.
Misalnya, pada subvariabel gaji. Indikatornya adalah gaji pokok, tunjangan
dan insentif.
4. Indikator, dicarikan jabarannya dalam bentuk subindikator, juga jika ada.
Misalnya untuk indikator insentif, subindikatornya adalah insentif finansial
dan insentif nonfinansial.
5. lalu, jika subindikator masih dapat dibagi lagi menjadi komponen paling
kecil, maka komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan. Seberapa
detail proses penjabaran suatu variabel diurai, tergantung pada seberapa luas
dan dalam penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, pertanyaan-
pertanyaan sebaiknya tersusun menurut hirarkinya agar mudah dipakai dalam
analisis berikutnya.
6. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan pada gilirannya
akan ditempatkan pada lembaran instrumen seperti angket (kuesioner). Agar
responden dapat mengisinya dengan baik, yang ditandai dengan kecilnya
ketergantungan pada si peneliti dalam mengisi angket, buatlah angket yang
sinformaif mungkin.

C. PEMBUATAN KUISIONER

Di dalam membuat suatu kuesiner, perlu diketahui bahwa kuesioner di


samping bertujuan untuk menampung data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan
suatu kertas kerja yang harus ditatalaksanakan secara bak. Berikut ini adalah contoh
sederhana membuat kuesioner.
1. Komponern Inti Kuesioner
Emory (1995), mengatakan bahwa ada 4 komponen inti dari sebuah kuesioner.
Keempat komponen itu adalah:
 Adanya subyek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan riset.
 Adanya ajakan, yaitu permohonan dari periset kepada responden untuk
turut serta mengisi secara aktif dan obyektif pertanyaan maupun
pernyataan yang tersedia.
 Adanya petunjuk pengisian kuesioner, dan petunjuk yang tersedia harus
mudah dimengerti dan tidak bias.
 Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban,
baik secara tertutup, semi tertutup, ataupun terbuka. Dalam membuat
pertanyaan ini jangan dilupakan isian untuk identitas responden.
2. Kuesioner Sebagai Kertas Kerja
Suatu bentuk kuesioner dibuat untuk mengumpulkan data yang akan dipakai
untuk menghasilkan informasi tertentu. Untuk satu aplikasi riset bisa saja
membutuhkan lebih dati satu bentuk kuesioner, misalnya lima bentuk dengan
informasi yang berbeda. Jika, suatu lembaga riset tengah melakuka 4 riset
yang berbeda dan masing-masing memiliki 5 bentuk kuesioner, maka dalam
saat yang sama akan terdapat 20 macam kuesioner. Oleh karena itu, pentig
dicamtumkan kode kuesioner beserta penaggungjawab kuesioner di lembar
kuesioner agar administrasi data menjadi lebih teratur dan terkendali.

Contoh
Misalkan, seorang peneliti akan mengkaji kualitas belajar mahasiswa serta
kaitannya dengan pengaruh-pengaruh kemandirian, dukungan orangtua serta
fasilitas dan pelayanan institusi. Penelitian mencerminkan sebuah peristiwa
sebab akibat.
Variabel Y : Kualitas belajar
Variabel X1 : Kemandirian
X2 : Dukungan Orang Tua dan Keluarga
X3 : Fasilitas dan Pelayanan Institusi
Didalam menentukan variabel-variabel bebas yang dicontohkan di atas,
terlihat bahwa variabel-variabel ini ditentukan secara sederhana, terkesan
seperti perseps pribadi si peneliti. Apa benar bahwa Kemandirian Mahasiswa
mempunyai dampak langsung pada Kualitas belajar, apa benar Fasilitas
Institusi mempunyai langsung apa Kualitas Belajar? Jika, tidak ada teori,
konsep atau informasi dari penelitian sebelumnya atau hal-hal laan seperti itu
yang memberikan informasi, hendaknya peneliti mencari tahu dari para ahli,
baik yang datang dari kaum akademisi maupun prkatisi. Teknik pelaksanaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan teknik atau metode
Delphi.
Kita anggap bahwa variabel-variabel diatas adalah benar, baik untuk variabel
yang bebas maupun yang terikat, selnautnya menjabarkannya menjadi bagian-
bagian yang lebh kecil. Bagian-bagian yang lebih kecil ini jika masih dapat
dipecah lagi danpecahannya diperlukan dalam riset, maka lakukan proses
pembagian ini sampai pada satu indikator tertentu yang tidak akan dipecah
lagi. Indikator-indikator inilah yang menjadi deskriptor, yaitu elemen-elemen
yang akan ditulis dalam kuesioner untuk dicari datanya.
Untuk kasus diatas, dapat dibuat beberapa subvariabel seperti berikut:

a. Komponen Kualitas Belajar, misalnya diambil sub-sub variabelnya sebagai


berikut:
 Peran Dosen wali
 Penilaian hasil belajar
b. Komponen Kemandirian, misalnya diambil sub-sub variabelnya sebagai
berikut:
 Bertindak
 Belajar
c. Komponen Dukungan Orang Tua dan Keluarga, diambil sub-sub
Variabelnya sebagai berikut:
 Kontrol Belajar
 Hubungan dengan pihak institusi
d. Fasilitas dan Pelayanan Institusi, diambil sub-sub variabelnya sebagai
berikut:
 Perpustakaan
 Bagian Administrasi dan Akademik
 Bagian Informasi, Regristasi dan Admisi
 Buku Pedoman.

D. SKALA DATA HASIL PENGUKURAN


Macam data dibedakan menjadi dua yaitu : data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.
Data kuantitatif adalah data yang berbentu angka, atau data kualitatif yang
diangkakan (skoring: baik sekali = 4, baik = 3, kurang baik = 2, dan tidak baik = 1).
Data kuantitatif dibedakan menjadi data diskrit/ nominal dan data kontinum.

Kualitatif

Macam Diskrit
Data

Kuantitatif
Ordinal

Interval
Kontinum

Ratio
Skala data pengukuran dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Skala data nominal
Angka-angka yang diletakkan dalam skala data nominal hanya untuk pembeda antara
yang satu dengan yang lain. Ciri data nominal adalah:
- cara mendapatkannya datanya dengan cara menghitung (counting).
- satu subyek akan mempunyai salah satu kategori saja, tidak mungkin satu subyek
muncul lebih dari satu kategori laki-laki dan perempuan. Jadi sifatnya ”mutually
exclusive”
Sebagai contoh data nominal:
jumlah orang laki-laki atau perempuan yang hadir dalam sebuah pertemuan
contoh lain, agama, status perkawinan, setuju-tidak setuju dsb.

2. Skala Data Ordinal


Data tersusun atas jenjang. Di sini sudah ada keteraturan (order) bahwa suatu
angka skor lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain
Contoh : Juara I, Juara II dan Juara III : angka I berarti lebih bagus dari angka II, dan
angka II lebih bagus dari angka III.Jadi angka I, II dan III mempunyai jenjang/jarak
yang berbeda satu dengan yang lain.Selisih antara II dengan I tidak sama dengan
selisih antara III dengan II. Belum ada sifat aditif (tambah atau kurang) maupun
multiplikatif (kali atau bagi)

Sangat baik = 4 (Yati)


Baik = 3 (wati)
Kurang baik = 2 (mukti)
Tidak baik = 1 (Adi)

2+1=3
4–2=2

3. Data dengan skala interval


Pada skala interval di samping sudah ada keteraturan atau jenjang, juga sudah
ada sifat aditif dan multiplikatif. Jika terdapat data interval: 1,2,3,4,5 dan seterusnya,
maka 5-3 adalah sama dengan 4-2 dan seterusnya. Demikian juga 3 +2 adalah sma
dengan 4+1. begitu pula 4x1 sama dengan 2x2. pada skala interval ”belum ada harga
nol mutlak”.
Contoh : indeks prestasi, indeks inflasi, indeks harga, skala termometer dsb.

4. Skala Data Rasio


Skala ini mempunyai derajat yang paling tinggi diantara skala yang lain.
Skala ratio telah mempunyai harga nol mutlak.
Contoh : berat badan, tinggi badan, luas sawah, dosis obat , waktu dsb.

E. SKALA UNTUK INSTRUMEN


Teknik membuat skala ada bermacam-macam, sesuai dengan penemuan
karena kebutuhannya, misalnya:
1) skala likert
2) skala Guttmann
3) skala Semantic Differentials
4) Rating-Scale
5) skala Bogardus
6) Skala Thurstone
7) Skala Stipel
8) Skala Paired-Comparison, dan
9) Skala Rank-Order
Dalam modul ini hanya akan menjelaskan teknik skala yang banyak
digunakan dalam riset dengan data kualitatif, yaitu skala likert, skala Guttmann dan
Semantic Differentials, dan rating scale

a.Skala Likert
Menurut Kinnear (1988), skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan
tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya: setuju – tidak setuju, senang –
tidak senang, dan baik-tidak baik. Responden diminta mengisi pernyataan dalam
skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu bisa 3,5 atau 7 (agar
dapat menampung kategori yang ”netral”) atau memasukkan kategori ”tidak tahu”.
Beberapa buku teks menganjurkan agar data pada kategori ’netral’ tidak dipakai
dalam analisis selama responden tidak memberikan alasannya (Umar, 2000:137).

Contoh :
1. Sangat setuju diberi skor = 5
2. Setuju diberi skor = 4
3. Ragu-ragu diberi skor =3
4. Tidak setuju diberi skor =2
5. Sangat tidak setuju =1

b.Skala Guttmann
Pengukuran dengan menggunakan Skala Guttman, akan didapat jawaban
yang tegas yaitu ”ya-tidak”, ”benar-salah”, ”pernah-tidak pernah”, ”positif-negatif”
dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi
(dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata
”sangat setuju” sampai ”sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Gutman hanya
ada dua interval yaitu ”setuju” atau ” tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala
Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.

Contoh:
1. Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan
ini ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. pernahkah pimpinan melakukan pemeriksan diruang kerja anda ?
a. Tidak pernah
b. pernah
c. Semantic Differential
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differential dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawabannya sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawabannya sangat
negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data
interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik
tertentu yang dipunyai oleh seseorang. (mengukur sesuatu oleh orang)

Contoh:
Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer anda

1. Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat


2. Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
3.Demokratis 5 4 3 2 1 Diktator
4. Memberikan 5 4 3 2 1 Mendominasi bawahan
kepercayaan pada
bawahan
5. Bersahabat 5 4 3 2 1 Memusuhi
6. Bersahabat 5 4 3 2 1 Suka marah

3. Rating Scale
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Contoh:
Seberapa baik tata ruang kerja yang ada diperusahaan A?

Berilah jawaban angka:


4 Bila tata ruang itu sangat baik
3 Bila tata ruang itu cukup baik
2 Bila tata ruang itu kurang baik
1 Bila tata ruang itu sangat tidak baik
IX. POPULASI DAN SAMPEL

Setelah peneliti merumuskan permasalahan, tujuan dan rancangan penelitian


dengan tepat dan benar, maka tahap selanjutnya adalah menentukan obyek
penelitian, darimana data akan dikumpulkan. Idealnya data dikumpulkan dari semua
obyek yang dipermasalahkan, tetapi hal ini akan terlalu banyak membutuhkan biaya,
waktu dan tenaga, sehingga tidak efisien, maka dari itu dalam penelitian pada
umumnya hanya menggunakan sebagian (subset) dari keseluruhan (set) obyek
penelitian, yang disebut dengn sampel atau cuplikan. Pengambilan sampel untuk
penelitian disebut sampling.
Secara keseluruhan sampling mempunyai beberapa keuntungan, antara lain
akan mengurangi biaya, tenaga dan waktu serta akan meningkatkan keluasan dan
kedalaman serta ketepatan informasi (data) yang akan diperoleh. Demikian juga oleh
karena jumlah obyek relatif lebih kecil dibandingkan dengan keseluruhan obyek
(populasi), maka biaya dan tenaga untuk pengumpulan data akan lebih sedikit,
sehingga waktu yang diperlukan baik untuk pengumpulan maupun analisis data juga
akan lebih cepat.
Demikian juga oleh karena jumlah yang harus diobservasi/disurvei lebih
sedikit, maka informasi yang dikumpulkan akan lebih banyak dan mendalam dan
ketepatannya akan lebih tinggi.

A. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL


Untuk mempermudah pengertian populasi dan sampel akan ditampilkan ilustrasi
sebagai berikut:
Pada waktu si Inem (pembantu rumah tangga) memasak sayur asem, setelah
memberi garam secukupnya, tentu Inem ingin tahu apakah sayur asemnya sudah
cukup asin atau belum. Untuk mengetahuinya, si Inem mengaduknya terlebih dahulu
sampai rata, kemudian diambilnya sesendok kuah sayur asem dan dicicipinya. Jika
dirasa sudah cukup asin, maka dari sesendok kuah sayur tadi si Inem menyimpulkan
bahwa sepanci sayur asem sudah cukup asin. Si Inem tidak perlu merasakan
seluruhnya, jika tak ingin diusir oleh Nyonya besar.
Di dalam penelitian sesendok sayur dianalogikan sebagai sampel, sedangkan sepanci
sayur asem dianalogikan sebagai populsi penelitian.
Dari uraian di atas dapat didefinisikan tentang populasi dan sampel sebagai
berikut:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek itu
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan tenaga, waktu dan biaya.
B. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan, yang akan diuraikan berikut ini:

1. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini terdiri dari, simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling.

a. Simple random sampling


Pengambilan sampel pada anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen

b. Proportionate stratified random sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/umur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu
berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 =30, STM = 800, ST =
900, SMEA = 400, SD=300. jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata
pendidikan tersebut.

c. Disproportionate stratified random sampling


Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstarata tetapi kurang proporsional. Misal pegawai dari PT tertentu mempunyai: 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700
orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil
semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan
dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.

d. Cluster Sampling (Area sampling)


Teknik sampling derah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari sautu negara,
propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populsi yang telah
ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 32 propinsi, dan sampelnya akan
menggunakan 10 propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara
random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata
maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified ranom sampling.
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,kuota,
aksidental, purposive, jenuh dan snowball.

a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misal anggota populasi dari
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100. pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini mka yang diambil sebagai sampel adalah
nomor 1,5,10,15,20 dan seterusnya sampai 100.

b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dri populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampi jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh,
akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap produk industri
tertentu. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai,
karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.

c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditmui itu cocok sebagai
sumber data.

d. Sampling Purposive
Sampling purposive dalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif.

d. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.

e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, kemudian dua orang ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar.

C. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi
itu sendiri. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
Jawabannya tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat
kepercayan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga
yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah
sampel yang diperlukan, dan sebaliknya makin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan. Dapat dilihat pada Tabel
pada lampiran.

Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya
(finite) adalah sebagai berikut:

λ2. N.P.Q
S=

d2 (N – 1) + λ2. P.Q

Keterangan:

λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%,5%, 10%


P = Q = 0,5
D = 0,05
S = jumlah sampel

Rumus yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang tidak
diketahui jumlahnya (infinit)

λ2. P.Q
S=

d2
X. ANALISIS DATA

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data


dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
1) mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
2) mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
3) menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
4) melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
5) melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Untuk penelitian yang tidak menggunakan hipotesis langkah terakhir tidak perlu
dilakukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian,
yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi
statistik parametrik dan statistik non parametric, seperti dijelaskan dalam Gambar

KUALITATIF

PENELITIAN
KUANTITATI
F

MATEMATIK STATISTIK

INFERENSIA
DESKRIPTIF L

NON
PARAMETRI
PARAMETRI
K
K

Gambar Analisis Data


STATISTIK DESKRIPTIF
PENYAJIAN DATA TABEL
GRAFIK
DIAGRAM LINGKARAN
PICTOGRAM
MODUS
MEDIAN
MEAN
DESIL
PERSENTIL
PENYEBARAN DATA MELALUI
PERHITUNGAN RATA-RATA DAN
STANDAR DEVIASI
PERHITUNGAN PROSENTASE
Termasuk dalam statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel

Catatan : dalam statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf
kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada
kesalahan generalisasi.

Statistik untuk uji


Rumusan Masalah Hipotesis hipotesis
Berapakah rata-rata waktu Rata-rata penayangan iklan Teknik statistik yang
penayangan ilklan di TV? di TV paling tinggi 120 digunakan untuk menguji
menit hipotesis dapat dilihat pada
tabel 8.1. data yang
terkumpul adalah ratio.
Bentuk hipotesisnya adalah
deskriptif maka teknik uji
untuk hipotesi no 1 dan 2
adalah sama dengan yaitu :

t-test (untuk satu sampel)


Berapakah nilai penjualan Nilai penjualan barang t- test satu sampel
barang yang telah setelah diiklankan paling
diiklankan? rendah 700 juta rupiah
perhari

Adakah hubungan yang Terdapat hubungan yang Data kedua variabel adalah
data ratio, oleh karena itu
positif dan siginifikan positif dan signifikan antara teknik statistik yang
antara lamanya penayangan lamanya penayangan iklan digunakan untuk menguji
iklan di TV dengan nilai di TV dengan penjualan hipotesis adalah
penjualan barang? barang Korelasi Pearson Product
Moment

Regresi sederhana
Bagaimanakah pengaruh Lama penayangan iklan
lama penayangan iklan di berpengaruh positif terhadap
TV terhadap nilai penjualan nilai penjualan
barang ?

STATISTIK DESKRIPTIF

Termasuk dalam statistik deskriptif adalah


• penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram.
• perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral).
• Perhitungan desil, persentil
• Perhitungan penyebaran data melalui rata-rata dan standar deviasi, prosentase

Dalam statistik deskriptif juga dapat dicari:


• kuatnya hubungan antara variabel dengan analisis korelasi,
• prediksi dengan analisis regresi, dan
• membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau
populasi
Catatan : Hanya perlu diketahui bahwa analisis tersebut tidak perlu diuji
signifikansinya, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud
membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi.

STATISTIK INFERENSIAL
• Statistik inferesial sering juga disebut satistik induktif atau statistik probabilitas.
• Statistik inferensial adalah tehnik statistik yang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
• Statistik probabilitas karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi
berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability).
• Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi
mempunyai kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk
prosentase.
• Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan
1%, maka taraf kepercayaan 99%.
• Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.
• Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan
tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada
perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan.
SUPLEMEN

OUTLINE /PROPOSAL SKRIPSI

1. JUDUL PENELITIAN

2. LATAR BELAKANG PENELITIAN

3. PERMASALAHAN PENELITIAN

4. TUJUAN PENELITIAN

5. MANFAAT PENELITIAN

6. LANDASAN TEORI

7.METODE PENELITIAN :

A. BENTUK PENELITIAN

B. PENGUMPULAN DATA : SUMBER DATA DAN METODE

PENGUMPULAN DATA

C. POPULASI DAN SAMPEL

D. VARIABEL PENELITIAN

E. ALAT ANALISIS

8. DAFTAR PUSTAKA

9. LAMPIRAN

(pedoman 2 jurnal penelitian baik asing ataupun nasional, selebihnya

menggunakan buku teks)


DAFTAR PUSTAKA

Moleong J Lexy, 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Singarimbun Masri dan Sofian Effendi, 1995. Metode Penelitian


Survei, Yogyakarta: LP3ES

Cooper R Donald dan William Emory, 1996. Metode Penelitian


Bisnis Jilid I, Jakarta : Erlangga

--------, 1996. Metode Penelitian Bisnis Jilid II, Jakarta : Erlangga.

Bungin Burhan, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi


Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Hair F Joseph et.al, Mutivariate Data Analysis, USA: Macmillan


Publishing.

Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.


DAFTAR ISI

Halaman
I. KONSEP DASAR PENELITIAN
ILMIAH

II. LANGKAH-LANGKAH POKOK


PENELITIAN

III. JENIS-JENIS PENELITIAN

IV. PERMASALAHAN PENELITIAN

V. LANDASAN TEORI DAN


PENGAJUAN HIPOTESIS

VI. RANCANGAN PENELITIAN


VII. VARIABEL PENELITIAN

VIII. PENGUMPULAN DATA


IX. POPULASI DAN SAMPEL

X. ANALISIS DATA

LAMPIRAN
BAHAN AJAR

METODE PENELITIAN

OLEH :

RAMADANIA, SE, MSi

Dibiayai Oleh Dana TPSDP-Management Program Study Batch I Tahun Ketiga


ADB-Loan/1792-INO, 4 Juni 2001
Nomor Kontrak 186/J22/SPMU/B1-RS/X/2004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TPSDP-ADB
APRIL 2005
LATIHAN 2:
1. ADA DUA PENDEKATAN DALAM
PENELITIAN YAITU PENDEKATAN DEDUKTIF
DAN PENDEKATAN INDUKTIF JELASKAN
PERBEDAAN KEDUANYA.
2. SEBUTKAN DAN JELASKAN POLA
UMUM TAHAPAN PENELITIAN ILMIAH
3. BERIKAN CONTOH PENELITIAN
DENGAN PENDEKATAN DEDUKTIF DAN
INDUKTIF DILUAR CONTOH DALAM BAHAN
AJAR SAUDARA.

Kubu raya 18 desember 2007

Anda mungkin juga menyukai