Anda di halaman 1dari 58

-NAMA KELOMPOK -

1. TINA DWI SAGITA


2. MELANI NURUL ISNAENI
3. SOFIA MUSTAHABAH LARASATI
4. NURUL HAFIDOH
5. RINGGITA SENJA NURCAHYA
6. ZULFA AGUSTINA NAWANG SARI
Hakikat dan Peranan Model
Pembelajaran Konsep Dasar IPS

Secara umum, istilah “inquiry” berkaitan dengan masalah


dan penelitian untuk menjawab suatu
masalah. Sebagai sebuah metode mengajar yang
berorientasi pada latihan meneliti dan
mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode
pemecahan masalah, berpikir reflektif dan atau
‘discovery’.
Salah satu komponen kurikulum yang lebih banyak mendapat
perhatian dan pengujian adalah metode pembelajarannya.
Misalnya mendefinisikan metode sebagai suatu pendekatan
umum belajar yang mendasarkan hakikat dan tujuan pendidikan
pada sejumlah teori dan kepercayaan.
Banks mengemukakan pendekatan mengajar dalam IPS
dengan menggunakan inkuiri sosial untuk
menghasilkan fakta, konsep, generalisasi, dan teori.
Namun tujuan utama inkuri sosial adalah
membangun teori.
Banks mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran inkuri untuk
kelas IPS sebagai berikut :

1.Perumusan masalah (Problem Formation),


2. Perumusan Hipotesis (Formulation of Hypotheses),
3. Definisi Istilah,
4. Pengumpulan Data (Collectuon of Data),
5. Pengujian dan Analisis Data (Evaluation and Analysis
of Data),
6. Menguji Hipotesis Memperoleh Generalisasi dan
Teori,
7. Memulai inkuri, Apabila penelitian telah menemukan
bahwa data itu mendukung hipotesinya maka
dukungan terhadap teori kecemburuan dalam
persaingan ekonomi akan semakin meningkat.
Model-model Pembelajaran Konsep Dasar
IPS
Secara etimologis, istilah “berpikir kritis” (cristical thinking) berasal dari kata
“critic” atau “critical” atau “krinein” , yang berarti “menaksir nilai sesuatu”.

Kritik adalah perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai,


dan menaksir nilai sesuatu hal. Tugas orang yang berpikir kritis
adalah menerapkan norma dan standar yang tepat terhadap suatu hasil dan
mempertimbangkan nilainya, dan mengartikulasi pertimbangan tersebut.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai
bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik dari suaru pemikiran dan
nilai tersebut.

Contoh keterampilan berpikir kritis pembelajaran disiplin ilmu-ilmu sosial


yaitu :
- Menentukan akurasi fakta dari suatu pertanyaan
- Mendeteksi penyimpangan
- Menentukan reliabilitas sumber
- Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat
- Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan.
Implementasi Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
 
Pembahasan materi dalam kegiatan belajar 3 modul ini akan lebih difokuskan pada
uraian teoretis dan contoh praktis. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
baik masalah pribadi maupun masalah sosial sangat diperlukan karena pada
hakikatnya siswa hidup ditengah lingkungan masyarakat yang penuh dengan benih-
benih potensi munculnya masalah. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan untuk
mendewasakan siswa maka salah satu indikator dewasa adalah kemampuan akan
kemandirian sebagai warga masyarakat. Oleh karena itu, sekolah sebagai Lembaga
Pendidikan dan pengajaran memiliki tanggung jawab untuk membina kemampuan
ini khususnya melalui proses pembelajaran IPS.
1. Model Pembelajaran “ Problem Solving”
Savage and Armstrong (1996) mengemukakan bahwa sejumlah masalah ada solusi
terbaiknya secara benar dan tepat. Apabila dihadapkan pada situasi seperti ini guru hendaknya
mendorong siswa menerapkan pendekatan “ problem solving ”. Ada empat tahap proses
pemecahan masalah menurut Savage and Armstrong sebagai berikut.
a. mengenal adanya masalah
b. mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya
c. memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut
d. mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan
Sedangkan menurut Wilkins ( 1990 ) menguraikan enam langkah model pembelajaran “
problem solving ” yang dapat digunakan pula sebagai keterampilan dalam penyuluhan melalui
model belajar individual, sebagai berikut
1. Mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah.sejalan dengan peran guru sebagai fasiliator
memberi kemudahan kepada siswa, maka dalam proses bimbingan terkadang guru lebih
banyak mendengarkan berbagai keluhan, ungkapan kesulitan, dan masalah. Guru berusaha
menyediakan waktu untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan masalah.
2. Mencari alternatif solusi. Tugas guru adalah sebagai fasiliator, bukan sebagai pemecah
masalah sehingga tidak perlu guru memberikan memecahkan masalah yang telah dirumuskan
oleh siswa. Apabila siswa telah dapat merumuskan masalah secara benar maka kemungkinan
besar ia pun dapat memberikan alternatif pemecahannya. Potensi inilah yang perlu didorong
oleh guru agar siswa berani mengemukakan pendapatnya. Guru sebagai fasiliator hanya
berperan dalam menggunakan keterampilan mendengarkan secara baik
 
3. Menguji alternatif solusi. Sebagaimana pada tahap mencari alternatif solusi maka pada
tahap menguji alternatif pun, peran guru hendaknya tidak terlepas dari keterampilan
mendengarkan secara baik. Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang menggali misalnya
“apakah kamu merasa senang melakukan alternatif solusi tersebut?”.
4. Memilih solusi. Bantulah siswa untuk memilih solusi yang dirasakan oleh mereka
menyenangkan (cocok) dan yang akan menimbulkan potensi hasil yang positif dan
menguntungkan.
5. Bertindak sesuai dengan pilihan solusi. Ambillah kesepakatan untuk sesuatu hal yang akan
dilakukan. janganlah sekali-kali mengambil suatu komitmen yang masih ragu untuk
melaksanakannya
6. Tindak lanjut (follow-up). Selain sebagai fasiliator, tugas dan peran guru juga memberikan
dukungan/harapan (support) selama siswa melakukan perbuatan solusi.
2. Model “problem solving”, Inkuiri atau Model Pembelajaran Penemuan
Secara umum batasan yang tegas antara tiga pendekatan/model pembelajaran
tersebut belum ada kesepakatan. Demikian pula apabila kita lihat ke ruang kelas
maka guru menerapkan ketiga model pendekatan tersebut lebih banyak
persamaannya dari pada perbedaannya.
Secara singkat, persamaan dari ketiga model pembelajaran tersebut adalah
semuanya mensyaratkan adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar
melalui penelitian, yakni meneliti hubungan antar sejumlah data atau informasi
untuk tercapainya suatu solusi.
 
Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan
 
1. Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan
Makna konsep “pengambilan keputusan” (decision-making) berkaitan dengan
kemampuan berpikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti
yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Dalam konteks proses
belajar mengajar, konsep “pengambilan keputusan” sebagai model pembelajaran dalam IPS
merupakan salah satu model keterampilan dalam penentuan pilihan dari alternatif di atas.
Ada perbedaan antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran
pengambilan keputusan. Banks (1990) menyatakan bahwa tujuan dasar dari inkuiri sosial
adalah untuk menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori.
Tujuan tersebut adalah untuk mengakumulasikan pengetahuan sebanyak mungkin.
 
Banks mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan tidaklah
muncul dengan sendirinya. Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus
dibina dan dilatihkan. Apabila seseorang selalu membina kemampuan dalam membuat
keputusan maka orang tersebut akan memiliki kemampuan bertindak secara cerdas.
Savage and Armstrong (1996) mengemukakan langkah-langkah proses pembelajaran
pengambilan keputusan sebagai alternatif model pembelajaran dalam IPS sebagai berikut.
1. Mengidentifikasikan persoalan dasar atau masalah
2. Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif
3. Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif
4. Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif
5. Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif
6. Membuat pilihan dari berbagai alternatif
7. Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan
Selain Savage and Armstrong, Banks (1990) mengemukakan pula urutan langkah atau
prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dengan komponen
esensial sebagai syaratnya : (1) pengetahuan sosial; dan (2) metode atau cara mencapai
keputusan.
Komponen kedua yang perlu di miliki oleh orang yang melakukan pengambilan keputusan
(decision maker) adalah metode atau cara mencapai pengetahuan. Pengetahuan diperlukan
untuk membuat keputusan reflektif. Kerlinger menyimpulkan bahwa ada empat metode
untuk memperoleh pengetahuan, ialah (1) berpegang pada apa yang telah diketahui
kebenarannya (method of tenacity; (2) mencari informasi untuk mempercayai (method of
authority; (3) mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya (a priori method);
(4) metode ilmiah (method of science).
Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan proses pengambilan keputusan
secara sekuensial, sebagai berikut.
1. Mengenal masalah yang perlu diambil keputusan
2. Perolehan pengetahuan melalui inkuri ilmu sosial
3. Mengorganisir masalah dan pengetahuan untuk bahan pembelajaran
4. Inkuiri nilai
5. Pengambilan keputusan dan tindakan untuk warga negara
6. Menentukan urutan tindakan
PRINSIP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN
DASAR IPS
1. Keterampilan dasar IPS harus diberikan sebagai bagian dari sebuah
topik pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisah,
2. Siswa sebaiknya diberikan pemahaman tentang arti dan tujuan
keterampilan tersebut agar termotivasi untuk
mengembangkannya,
3. Pemodelan berupa contoh yang baik sebaiknya diberikan, serta
siswa dipandu untuk menggunakan keterampilan dasar tersebut
sehingga dapat mengembangkan kebiasaan yang baik sejak awal.
MERANCANG DAN MENERAPKAN
KETERAMPILAN DASAR IPS
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam
mengembangkan keterampilan pembelajaan IPS
yaitu:

1. Kebermaknaan,
2. Penguatan,
3. Umpan balik.
BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN DALAM
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN
DASAR IPS
1. Diskusi,
2. Penyelidikan Terbimbing,
3. Model pemecahan masalah.
Adapun langkah-langkah model pemecahan masalah
yaitu: identifikasi masalah,
survei masalah, merumuskan definisi masalah;
pendefinisian masalah, fokus
masalah, analisis faktor-faktor penyebab dan
pemecahan masalah.
KONSEP DASAR DAN JENIS-JENIS
PEMBELAJARAN TERPADU

Model pembelajaran integrasi pada dasarnya merupakan suatu


sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara
individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik bermakna
dan otentik. Karakteristik modelpembelajaran integrasi adalah
holistik,bermakna,otentik,dan aktif.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan
beberapa mata pelajaran yg terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. (Beane, 1995:615).

Ditinjau dari cara memadukan konsep,keterampilan,topik,dan unit


tematisnya,menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty terdapat
sepuluhh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu.
Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: fragmented, connected, nested,
sequenced, shared, webbed, threaded, integrased, immersed, dan
networked.
1. Model Penggalan (Fragmented)
Pembelajaran fragmented seperti pada pembelajaran tradisional yang
memisah misahkan disiplin ilmu atas beberapa seperti matematika,
sains, bahasa, studi sosial, serta humaniora, sains, dan seni. Model ini
mengajarkan disiplin-disiplin tersbut secara terpisah tanpa adanya
usaha untuk mengaitkan atau memadukan.
2. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir
pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
Butir-butir pembelajaran kosa kata, struktur, membaca dan
mengarang. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut
merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan
bersastra.
3. Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan
konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan
tersebut keseluruhanya tidak harus dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi
dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan
yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan
mengarang puisi.
4. Model Urutan atau Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik antar mata pelajaran
yang berbeda secara paralel. Misalnya topik pembahasanya secara paralel
atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah
perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode
tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Dengan
demikian, siswa mudah menerima, memahami, menyimpan dan
mereproduksi serta menghayati makna yang terkandung dalam dua mata
pelajaran tersebut. Penerapan ini secara metodologis lebih praktis dan
hemat.
5. Model Berbagi (Shared)
Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
“overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
Pembelajaran terpadu berbagi adalah pendekatan atau tata cara
pembelajaran yang dilakukan dengan cara berbagi pokok bahasan di antara
mata pelajaran yang tumpang tindih.
Dalam strategi pembelajaran model terpadu ini, seorang guru dituntut
memeiliki kepiawaian untuk memahami secara detail dan terurai terhadap
konsepkonsep yang berserakan tersebut sehingga menjadi konsep yang utuh.
6. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Pembelajaran terpadu jejaring adalah model pembelajaran yang
dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang
berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi
lain. Dengan demikian, model ini merupakan model yang
mempergunakan pendekatan temetik lintas bidang studi. Guru
dituntut jeli memilih pokok bahasan yang kemudian tema
utama/pokok terbebut disebarkan kedalam berbagai mata pelajaran.
7. Model Galur (Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan,
misalnya melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan
terhadap kejadiankejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel.
Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.
8. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata
pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik
tertentu. Model ini berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa
konsep, keterampilan dan sikap yang dituntut dalam pembelajaran
sehingga perlu adanya pengintegrasian multi disiplin.
9. Model Celupan (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring
dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan
dengan medan pemakaiannya.
Dalam model ini, semua konten kurikuler dilihat melalui satu
pandangan lensa. Individu mengintegrasikan semua data dari setiap
bidang studi dan disiplin dengan mengaitkan gagasan-gagasan melalui
minatnya
10. Model Jejarinng (Networked)
Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa
mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
PEMEBLAJARAN TERPADU
Keunggulan Pembelajaran
Terpadu
1. Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas
sehingga guru dituntut untuk memiliki wawasan,
pemahaman dan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan
untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan
(substansi) dengan pokok bahasan lain dari berbagai mata
pelajaran.
2. memberikan peluang bagi guru untuk mengembangakan
situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan
bermakna sesuai dengan keinginan dan kemempuan guru
maupun kebutuhan dan kesiapan siswa.
3. Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal,
menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau
hubungan antara konsep, pengetahua, nilai atau tindakan
yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang
studi.
4. Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya
pembelajaran, disamping menyederhanakan langkah-
langkah pembelajaran.
Kelemahan pemebelajaran
terpadu
1. Dilihat dari aspek guru, medel ini menuntut tersedianya
peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang
luas, kreativitas tinggi, keterampilan metodologi yang
handal, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi dan
berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.
2. dilihat dari aspek siswa, pembelajaran terpadu termasuk
memiliki peluang untuk pengembangan kreatifitas
akademik, yang menuntut kemampuan belajar siswa yang
relatif “baik”, baik dalam aspek intelegensi maupun
kreatifitas.
3. Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran terpadu
memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk
pengembangannya.
PEMBELAJARAN TERPADU DALAM
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Pengetahuan Sosial (PS) merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, politik, hukum,
budaya. Pengethuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, budaya).
John Jarolimek menegaskan bahwa IPS atau studi sosial itu merupakan
bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-
cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
antropologi, filsafat, psikologi sosial.
Pengertian dan struktur yang demikian itu maka IPS
di sekolah dapat dikenali dengan beberapa rumusan
singkat sebagai berikut :
1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur:
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama
(Numan Soemantri, 2001).
2. Materi kajian IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian
rupa menjadi pokok bahasan atau tema tertentu.
3. Materi IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan melalui tema - tema dengan pendekatan interdisipliner
dan multidisipliner.
4. Isi materi dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan
masyarakat dengan
prisip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan
lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya
perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan,
kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
a) Model Integrasi Berdasarkan Tema.

Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat


dilakuakan berdasarkan tema yang terkait seperti
pariwisata. Pariwisata dalam hal ini ditinjau dari
persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup
dalam disiplin geografi. Secara sosiologis, pariwisata
itu juga ditinjau dari partisipasi masyarakat,
pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya
setempat, dan interaksi antara wisatawan dengan
masyarakat lokal. Secara historis dapat
dikembangkan malalui sejarah daerah peristiwa itu.
b) Model Integrasi Berdasarkan Potensi
Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui tema yang
didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah
setempat. Sebagai contoh, disini adalah potensi
kebudayaan Bali. Dalam pembelajaran yang dikembangkan
dalam kebudayaan Bali dikaji dari faktor alam,
sosial/antropologis, ditinjau historis kronologis dan
kausalitas, serta perilaku terhadap aturan.
c) Model Integrasi Berdasarkan
Permasalahan

Berdasarkan pengalaman yang ada, contohnya adalah


permasalahan banjir. Permasalahan banjir dapat ditinjau
dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya.
Diantaranya faktor ekonomis, sosial dan budaya, faktor
alam, tinjauan historis kronologis dan kausalitas, serta
perilaku masyarakat terhadap aturan.
PENGERTIAN KETERAMPILAN DASAR IPS

IPS merupakan suatu kajian terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu-
ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan
(civic comeptence). IPS menyediakan kajian antropologi, arkeologi,
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologis,
agama, dan sosiologi serta ilmu-ilmu kemanusiaan, matematika, dan
ilmu-ilmu alam.
Tujuannya utama ilmu IPS adalah membantu generasi muda
dalam mengembangkan kemampuan membuat keputusan yang
informatif dan rasional bagi kebaikan masyarakat sebagai warga
negara dari sebuah dunia yang berbudaya majemuk
KLARIFIKASI KETERAMPILAN DASAR IPS

Keterampilan IPS merupakan dasar seseorang untuk dapat


berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat maka
NCSS (1971) mengemukakan terdapat beberapa keterampilan yang
dapat dimiliki siswa, antara lain :
1. Keterampilan Penelitian (research skills)
2. Keterampilan Berfikir (thinking skills)
3. Keterampilan Berpatisipasi Sosial (social participation skills)
4. Keterampilan Berkomunikasi (communication skills)
PERKEMBANGAN SISWA DALAM MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN DASAR IPS

Pieget mengemukakan bahwa anak-anak berkembang sementara


menjadi matang dan memperoleh pengalaman baru dari sekitarnya.
Mereka meenempuh serangkaian perkembangan intelektual yang
memperlihatkan kualitas sesuai dengan pengalaman yang diperoleh.
Karakteristik perkembangan anak-anak
kelas satu,dua dan tiga didefinisikan
setiap aspek oleh Bredekamp sebagai
berikut :
1. Perkembangan fisik-psikomotorik,
2. Perkembangan kognitif-bahasa,
3. Perkembangan psikologi,
emosional ,dan moral.
TERIMAKASIH
malu bertanya sesat dijalan. Tapi ini di Microsoft team jadi ngga usah
tanya😇

Anda mungkin juga menyukai