Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara
resesiI. Ditandai oleh deIisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana teriadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit meniadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia)
Komplikasi yang dapat teriadi pada Klien Dengan Thalasemia O Fraktur patologis O Hepatosplenomegali O Gangguan Tumbuh Kembang O DisIungsi organ Tanda Dan Geiala Klien Dengan Thalasemia KlasiIikasi Thalasemia Secara molekuler talasemia dibedakan atas : 1. Thalasemia -(gangguan pembentukan rantai -) 2. Thalasemia . (gangguan p|embentukan rantai .) 3. Thalasemia .-0 (gangguan pembentukan rantai . dan 0 yang letak gen nya diduga berdekatan). 4. Thalasemia 0 (gangguan pembentukan rantai 0) Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu : 1. Thalasemia Mayor (bentuk homozigot) Memberikan geiala klinis yang ielas 2. Thalasemia Minor biasanya tidak memberikan geiala klinis
Geiala Klinis Thalasemia Thalasemia mayor, geiala klinik telah terlihat seiak anak baru berumur kurang dari 1 tahun, yaitu: O Lemah O Pucat O Perkembangan Iisik tidak sesuai dengan umur O Berat badan kurang O Tidak dapat hidup tanpa transIusi Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot. Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot. Pada anak yang besar sering diiumpai adanya: O Gizi buruk O Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba O Aktivitas tidak aktiI karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saia Geiala khas adalah: O Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, iarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi iuga lebar. O Keadaan kuning pucat pada kulit, iika sering ditransIusi, kulitnya meniadi kelabu karena penimbunan besi PatoIisiologi Thalasemia Penyebab anemia pada thalasemia bersiIat primer dan sekunder. Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak eIektiI disertai penghancuran sel- sel eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena deIisiensi asam Iolat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limIa dan hati. Penelitian biomolekular menuniukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alIa atau beta dari hemoglobin berkurang. Teiadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transIusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak eIektiI, anemia kronis serta proses hemolisis. O Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai alpa dan dua rantai beta. O Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai Beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen. O Ada suatu kompensator yang meninghkatkan dalam rantai alpa, tetapi rantai Beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin deIektive. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah meniadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis. O Kelebihan pada rantai alpa pada thalasemia Beta dan Gama ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intra-eritrositk yang mengalami presipitasi, yang teriadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. O Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar meniadi eritropoitik aktiI. Kompensator produksi RBC terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan distruksi RBC menyebabkan bone marrow meniadi tipis dan mudah pecah atau rapuh. Pemeriksaan Penuniang O Hasil apusan darah tepi didapatkan gambaran perubahan-perubahan sel dara merah, yaitu mikrositosis, anisositosis, hipokromi, poikilositosis, kadar besi dalam serum meninggi, eritrosit yang imatur, kadar Hb dan Ht menurun. O lektroIoresis hemoglobin: hemoglobin klien mengandung HbF dan A2 yang tinggi, biasanya lebih dari 30 kadang ditemukan hemoglobin patologis. Penatalaksanaan Thalasemia O Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien thalasemia. TransIusi darah diberikan iika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 6 gr) atau bila anak terlihat lemah dan tidak ada naIsu makan. O Pemberian transIusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian transIusi darah yang berlebihan akan menyebabkan teriadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian DeIeroxamine(desIeral). O Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum teriadi pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu diberikan berbagai vitamin tanpa preparat besi.
Diagnosa Yang mungkin Muncul Pada Asuhan Keperawatan Klien Dengan Thalasemia 1. Perubahan perIusi iaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen ke sel. 2. Activity Intolerance berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. 3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal. 4. Resiko teriadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis. 5. Resiko inIeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tak adekuat: penurunan Hb, leukopeni atau penurunan granulosit. 6. Kurangnya pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi inIormasi dan tidak mengenal sumber inIormasi. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html 28nov09 11.08
Deteksi Dini Thalasemia Minggu, 06 Mei 2007
Tanpa perawatan yang baik, penderita thalasemia hanya dapat bertahan hidup sampai usia delapan tahun saja.
Thalasemia memang kurang populer. Namun, bukan berarti tak ada penderita penyakit ini di sekitar kita. Dengan perawatan yang baik, penderita thalasemia bisa melakukan aktivitas layaknya orang normal. Tapi jika tidak, thalasemia bisa merenggut nyawa.
Karena kurang populer, orang pada umumnya tidak paham gejala thalasemia. Mereka juga tidak tahu cara mendeteksi penyakit ini secara dini. Deteksi dini merupakan hal yang sangat penting. Sebab, jika terdeteksi secara dini, penanganan penyakit pun bisa dilakukan sedini mungkin. Hasilnya tentu lebih baik dibanding jika penanganan dilakukan ketika perjalanan penyakit sudah lanjut.
Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan. Seperti dijelaskan Dr Suthat Fucharoen dari Pusat Studi Thalasemia Universitas Mahidol, Thailand, dalam simposium thalasemia di Jakarta, belum lama ini, jika suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia atau tidak.
Selain dalam kandungan, thalasemia juga bisa dideteksi ketika si anak telah lahir dan mulai tumbuh. Pada mereka, gejala dini thalasemia dapat dilihat dari kulit dan wajah yang tampak pucat, pertumbuhan lebih lambat dibanding anak-anak pada umumnya, dan terjadi pembengkakan pada perut akibat pembengkakan limpa.
Hanya saja, gejala ini amat umum dan dapat terjadi pada banyak penyakit. ''Karena itu, untuk memastikan apakah seseorang menderita thalasemia atau tidak, maka harus dilakukan pemeriksaan darah,'' tutur Suthat. Gejala thalasemia, kata Suthat, dapat dilihat pada anak usia tiga sampai 18 bulan. Bila tidak mendapat perawatan serius, anak-anak dengan kelainan darah bawaan yang disebut thalasemia ini hanya dapat hidup hingga delapan tahun saja. ''Satu-satunya perawatan yang bisa dilakukan untuk penderita thalasemia mayor adalah dengan transfusi darah secara teratur seumur hidup,'' katanya.
Dengan perawatan rutin ini, penderita thalasemia bisa hidup normal bahkan dapat berkarier seperti halnya orang yang tidak menderita thalasemia. Tak heran, ada penderita thalasemia yang berhasil menjadi dokter, insinyur, atau profesi lainnya. ''Mereka memiliki kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan manusia normal,'' demikian Suthat.
Kerusakan DNA Thalasemia, menurut pakar hematologi dari Rumah Sakit Leukas Stauros, Yunani, dr Vasili Berdoukas, merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan DNA dan penyakit turunan. Penyakit ini muncul karena darah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin sehingga tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah secara normal.
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, jelas Berdoukas, mengandung zat besi (Fe). Nah, kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi organ tubuh. Menurut Berdoukas, penumpukan zat besi terjadi karena penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah. Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian. ''Penderita thalasemia tidak bisa memproduksi rantai globin sehingga tidak bisa memproduksi hemoglobin dan sel darah merahnya mudah rusak,'' kata dia dalam simposium yang sama.
Dikatakan Berdoukas, tidak sedikit penderita thalasemia yang meninggal dunia akibat penimbunan zat besi pada organ jantung. Walau penimbunan zat besi akibat transfusi darah terjadi di berbagai organ -- paling banyak di hati -- namun karena jantung mempunyai daya kompensasi yang kurang di banding organ lain, maka banyak penderita thalasemia meninggal karena komplikasi jantung.
!encegahan Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat. Selama ini, kata Suthat, zat besi yang menumpuk di tubuh penderita thalasemia hanya bisa dikeluarkan dengan penyuntikan obat Desferal. Obat yang disuntikkan di bawah kulit ini akan mengikat zat besi dan dikeluarkan melalui urine.
Dia mengatakan, saat ini telah ditemukan tablet yang dapat menggantikan proses pembuangan zat besi berlebih dalam tubuh sehingga penderita tidak perlu mendapat suntikan Desferal. ''Tablet ini dapat mengurangi risiko gagal jantung karena penumpukan zat besi,'' kata Suthat. Walau begitu, pencegahan tetap lebih penting ketimbang pengobatan. Untuk mencegah penyebaran thalasemia, menurut Berdoukas, hal paling baik adalah melakukan tes darah pada setiap calon pengantin. ''Karena apabila salah satunya memiliki kerusakan DNA yang dapat menyebabkan thalasemia, maka ada kemungkinan penyakit itu menurun pada anak mereka.''
Saran tersebut tentu perlu dipertimbangkan oleh para calon pengantin. Sebab, harus diakui, thalasemia sudah ada di tengah masyarakat ndonesia. Data menunjukkan, terdapat 3.000 penderita thalasemia yang terdaftar dan tersebar di Pulau Jawa. Dari jumlah itu, 1.300 di antaranya tinggal di Jakarta. Untuk ndonesia, diperkirakan terdapat 3.000 penderita baru setiap tahun. Sementara di Thailand, terjadi penambahan penderita thalasemia sebanyak 12 ribu orang setiap tahunnya. bur ( ) http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/anak/thalasemia060507.htm 28nov09 11.10
9haIasemia O 'iew O clicks Posted August 14th, 2008 by riskhan O Kedokteran abstraks: I. ABSTRAK Thalassemia merupakan kelainan genetik yang diwariskan secara autosomal resesiI yang dapat menyebabkan berbagai maniIestasi klinis. Di Indonesia berdasarkan parameter hematologi, Irekuensi pembawa siIat thalassemia masih cukup tinggi. Dari dua ienis thalassemia yang ada, tipe thalassemia-u didapatkan lebih banyak dibandingkan tipe thalassemia-, khususnya pulau Sumatera. Dari penelitian sebelumnya didapatkan bahwa pembawa siIat thalassemia u di Palembang mencapai 13,4. ManiIestasi klinis thalassemia u bervariasi yaitu silent carrier, thalassemia u ringan, penyakit hemoglobin H dan hidrops Ietalis yang menyebabkan kematian ianin dalam rahim. Berdasarkan data Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI/RS. Moh. Hoesin Palembang, kasus kematian ianin dalam rahim meningkat dari 6,1 (2000) meniadi 7,5 (2004). Namun masih belum ada data mengenai penyebab kematian ianin dalam rahim tersebut.1,2,3,4 Tuiuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasangan suami dan istri dengan riwayat kematian ianin, mendeteksi kelainan hematologis pasangan dengan riwayat kematian ianin dan sebagai penyebab kematian ianin di Palembang.-. Akhir utama dari penelitian ini ingin mencari Irekuensi thalassemia -mengetahui Irekuensi wanita dengan riwayat kematian ianinyang membawa siIat thalassemia sebagai penyebab kematian ianin di Palembang dari wanita yang memiliki riwayat kematian ianin dihubungkan dengan suaminya yang iuga membawa siIat thalassemia-Metode penelitian ini adalah studi observasional dengan pendekatan kasus seri yaitu melihat besarnya Irekuensi thalassemia berdasarkan hasil pemeriksaan hematologisnya. Penelitian ini- dilakukan di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang dari 1 Januari 2006 sampai 31 Desember2006 atau sampai iumlah sampel terpenuhi. Penelitian ini dilakukan oleh dr. Novita Himawan dibawah bimbingan ProI. dr.A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K) Msed, dr. R.'. Liliani, M.Kes, dr. Wisman Tiuandra, SpPK dan pembimbing statistik dr. SyariI Husin, Ms. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat dalam mengikuti pendidikan PPDS I di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang. . DFINISI DAN IDNTIFIKASI MASALAH Thalassemia merupakan kelainan sintesis globin (komponen utama hemoglobin) yang diwariskan secara autosomal resesiI. Kelainan sintesis hemoglobin ini dapat menyebabkan anemia berat pada individu yang homozigot. Kasus thalassemia masih cukup tinggi di Indonesia, salah satunya Pulau Sumatera yang merupakan bagian dari daerah sabuk thalassemia. Karena hemoglobin terdiri dari 2 ienis globin yaitu globin-? dan globin-? maka dikenal dua ienis thalassemia, thalassemia-? dan thalassemia-?. Di Indonesia berdasarkan parameter hematologi, Irekuensi pembawa siIat thalassemia-? berkisar antara 10-15, sedangkan pada populasi Melayu di Palembang didapatkan Irekuensinya 13,4 (Liliani, 2003), dan Irekuensi pembawa siIatthalassemia ? di Sumatera Selatan sekitar 8 (SaIyudin, 2003). Dilihat dari tingginya Irekuensi pembawa siIat thalassemia ? ini di Sumatera Selatan maka penyakit ini merupakan masalah yang cukup serius di Palembang.1 Thalassemia ? umumnya disebabkan oleh delesi gen globin ?. Manusia normal mempunyai 4 (2 pasang) gen globin ?. ManiIestasi klinis thalassemia ? bervariasi sesuai dengan iumlah gen globin ? yang ada, di antaranya silent carrier (mempunyai 3 gen globin-?), thalassemia ? ringan (mempunyai 2 gen globin-?) ditandai dengan sel darah merah yang kecil, dan anemia ringan, penyakit Hemoglobin H (mempunyai 1 gen globin- ?) ditandai dengan anemia berat, sel darah merah kecil dan berIragmen, splenomegali, dan hidrops Ietalisyang menyebabkan kematian ianin pada kehamilan 24-32 mgg, pada keadaan ini tidak didapatkan gen globin-? atau delesi ke-empat gen globin-?.1,2,3 Akibatnya bayi yang lahir dengan thalassemia-? ienis ini memberikan gambaran klinis diantaranya anemia berat; eritrosit yang hipochrom, anisopoikilositik, eritroblast berinti; hepatomegali; dapat iuga splenomegali; plasentomegali; kelainan kongenital; klinis bayi hydrops Ietalis. Komplikasi pada ibu dengan ianin thalassemia ? yaitu plasentomegali; hipertensi dalam kehamilan; haemoragik antepartum; melahirkan pada usia 31 minggu yaitu dengan rata-rata 24-38 minggu (Chui, 1998). Sampai saat ini penelitianthalassemia ? di Indonesia dan di Palembang khususnya belum banyak dilakukan.1,4 Berdasarkan data bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI/ RSMH Palembang, kasus kematian ianin dari tahun ke tahun makin meningkat. Pada tahun 2000 didapatkan 6,1, tahun 2001 5,4, 2003 7,3, 2004 7,5 dari iumlah kelahiran per tahun. Data kematian ianin dari bulan Oktober 2004 sampai dengan bulan Oktober 2005 didapatkan dari 100 ianinyang mati dan lahir di RSMH Palembang, 81 kasus diantaranya teriadi pada kehamilan cukup bulan. Namun masih belum ada data apakah ianin mati dalam rahim ini disebabkan oleh hidrops Ietalis. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian thalassemia untuk membuktikan bahwa kematian ianin di Palembang disebabkan oleh kelainan pada sintesis rantai globin-?, perlu dilakukan. Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat dampak sosio-medisyang dapat ditimbulkan akibat penyakit thalassemia cukup luas. http://one.indoskripsi.com/iudul-skripsi/kedokteran/thalasemia 28nov09 11.11 Thalasemia; HB Darah Mudah Pecah Sumber . Jawa Pos. Oktober 2008 - PDPI Malang. Oktober 2008
Penderita Meningkat dari Tahun ke Tahun Penderita thalasemia menuniukkan tren meningkat belakangan. Namun, belum diketahui penyebab kenaikan tersebut. Menurut dr Mia Ratwita Andarsini SpA dari Lab Hematologi Anak RSU dr Soetomo, mungkin saia penderita thalasemia memang meningkat.
Namun, bisa iuga peningkatan kasus thalasemia itu sekadar eIek peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Karena lebih banyak yang periksa, iumlah kasus yang tercatat iuga lebih banyak. ''Pada anak-anak, tahun lalu tiap bulan kurang lebih ada dua atau tiga pasien thalasemia baru. Tahun ini kasus thalasemia baru bisa 3-5 per bulan,'' ielas Mia.
Menurut data Perkumpulan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI), penyakit tersebut tidak hanya diderita anak-anak, tetapi iuga orang dewasa. Data 2008 yang dikeluarkan POPTI mencatat, di antara 217 kasus yang ditangani di Jatim, 51 penderita berada di Surabaya (28 pria dan 23 wanita).
''Kasus thalasemia merupakan Ienomena gunung es. Jumlah penderitanya bisa saia iauh lebih banyak daripada yang diketahui,'' tambahnya. Masih banyak penderita yang mungkin belum memeriksakan penyakitnya.
Belakangan, harapan hidup penderita thalasemia meningkat. Dulu, anak penderita thalasemia umumnya hanya bisa bertahan hingga usia 15-17 tahun. Sekarang ada yang bertahan hingga dewasa.
Namun, menurut IDG Ugrasena SpA(K), kepala divisi hematologi dan onkologi anak RSU dr Soetomo, khusus pada thalasemia mayor, harapan hidup penderita seiauh ini baru sampai 23 tahun. ''Kalau ada yang bertahan lebih dari itu, thalasemianya mungkin intermedia atau minor, bukan mayor. Atau, bisa iadi itu hemoglobinopathy,'' papar Ugrasena.
Tapi, apa sesungguhnya thalasemia dan hemoglobinopathy tersebut ''Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penderita thalasemia, hemoglobin mengalami penghancuran (hemolisis),'' ielas IDG Ugrasena SpA(K), kepala Divisi Hematologi dan Onkologi Anak RSU dr Soetomo.
Sel darah merah penderita hemoglobinopathy iuga mudah hancur. Hanya, penyebabnya berbeda. Pada thalasemia, penghancuran teriadi karena adanya gangguan sintesis (produksi) rantai hemoglobin atau rantai globin. Misalnya, salah satu rantai tidak ada. Pada hemoglobinopathy, yang mengalami gangguan adalah kualitas rantai globin. Jumlahnya tetap dua pasang. Tapi, kualitas salah satu rantainya menurun.
Karena kelainan pada rantai globin tersebut, hemoglobin pada penderita thalasemia dan hemoglobinopathy mudah pecah. Hemoglobin itu bisa hancur pabriknya atau saat hemoglobin diedarkan ke seluruh tubuh. ''Pabrik hemoglobin berada di sumsum tulang,'' ielas Ugrasena.
Jika hemoglobin (Hb) pecah, ia akan meniadi heme dan globin. Heme pecah meniadi zat besi (Fe) dan protoporpirin. Jika iumlah hemoglobin yang pecah banyak, bisa teriadi penimbunan Fe (hemosiderosis) di dalam tubuh. Penimbunan Fe itu dapat membuat warna kulit lebih gelap.
Geiala yang dialami penderita thalasemia dan hemoglobinopathy iuga hampir sama. Hanya, thalasemia tampak lebih parah. Menurut Dr dr Mia Ratwita Andarsini SpA dari lab hematologi anak RSU dr Soetomo, geiala utama thalasemia adalah muka terlihat pucat. Tingkat kepucatan itu secara bertahap meningkat. ''Kadang, penderita mengganggap geiala muka pucat itu biasa. Karena itu, mereka tidak periksa,'' katanya. Pada hemoglobinopathy, kepucatan di waiah tidak separah pada thalasemia.
Kasus thalasemia kadang iuga diketahui dari riwayat transIusi darah. Awalnya, penderita dianggap menderita anemia sehingga perlu ditransIusi. Namun, belum lama ditransIusi, hemoglobin menurun dengan cepat sehingga perlu transIusi lagi. Karena keiadian tersebut, dicurigai si anak menderita thalasemia atau hemoglobinopathy.
Ugrasena menambahkan, penderita thalasemia mengalami penipisan korteks pada tulang sehingga tulang muka menipis, hidung pesek, dan tulang rahang menoniol. Kondisi itu dikenal dengan istilah paras Mongoloid (Faces Cooley). Muka Mongoloid iuga teriadi pada hemoglobinopathy.
%ALASSEMIA Apa itu thalassemia? Apa penyebabnya? Geiala klinis Faktor resiko Pengobatan Pencegahan
Apa itu Thalassemia ? Thallasemia itu adalah penyakit genetik (turunan) yang menyerang sel darah merah sehingga sel darah merah meniadi mudah rusak dan rapuh. Secara normal umur sel darah merah adalah 120 hari tetapi pada kasus ini umurnya meniadi sangat pendek yaitu bisa kurang dari 1/2-nya. Di Indonesia sendiri, tidak kurang dari 1.000 anak kecil menderita penyakit ini. Sedang mereka yang tergolong thalasemia trait iumlahnya mencapai sekitar 200.000 orang. Thalasemia, meski terdapat di banyak negara, memang secara khusus terdapat pada orang- orang yang berasal dari kawasan Laut Tengah, Timur Tengah, atau Asia. Jarang sekali ditemukan pada orang- orang dari ropa Utara. kembali ke atas Apa penyebabnya ? Gen yang rusak adalah gen penyandi hemoglobin, komponen terpenting dari sel darah merah. Hemoglobin amat dibutuhkan karena berIungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Singkatnya sel darah merah penderita akan mengecil, tak mampu mengangkut oksigen, dan sangat 1ragile (mudah pecah). kembali ke atas
Sel darah merah pada penderita thalassemia ejala klinis Dunia kedokteran membedakan thalasemia meniadi thalasemia mayor dengan trait. Mayor berarti menuniukkan geiala penyakit, yang biasanya sudah muncul seiak usia awal anak-anak. Sedang thalasemia trait-sering iuga disebut minor-digunakan untuk orang- orang sehat, namun dapat meneruskan thalasemia mayor pada anak-anaknya. geiala utama adalah geiala anemia (kurang darah merah) disertai komplikasi lain di sistem hemopoeitic (produksi dan distribusi sel darah). kembali ke atas Faktor resiko Frekuensi pembawa atau carrier penyakit ini (punya gen rusak tapi tidak sakit) di masyarakat indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 5 . Penderita thallasemia akan lahir dari suami istri yang dua duanya carrier thallasemia, sehingga timbul ide pre-marital screening (pemeriksaan sebelum nikah) untuk thallasemia, yang sering meniadi masalah adalah apabila orang sudah mau menikah dan ketahuan punya bawaan thallasemia maka apabila pernikahan tidak mungkin dibatalkan sangat dianiurkan untuk tidak mempunyai anak. kembali ke atas Pengobatan Selama ini belum ada terapi deIinitiI selain transIusi darah, harapan untuk masa depan adalah terapi genetik yaitu memasukkan kembali gen normal untuk hemoglobin ini. Karena umurnya pendek maka produksi dan yang mati tidak seimbang, akibatnya penderita mengalami kekurang sel darah merah. Untuk mempertahankan kondisi yang normal penderita sangat membutuhkan tambahan darah atau yang disebut tranIusi. Dari tranIusi ini timbul pula masalah masalah lain. Misalnya inIeksi, keracun an besi (dari hasil sel darah merah yang rusak). Saat ini pengobatan thalasemia mayor di Indonesia masih berupa transIusi darah, biasanya sekali dalam empat minggu. Anak-anak yang menialani transIusi biasanya tumbuh normal dan hidup bahagia hingga usia dua puluhan tahun. Namun, untuk hidup lama mereka perlu suntikan desIeral hampir setiap hari. Soalnya, transIusi darah membuat zat besi menumpuk di dalam tubuh, dan desIeral berIungsi membantu mengeluarkan zat besi dari tubuh melalui air seni. Dengan cara ini penderita thalasemia mayor bisa hidup normal dan sehat, bisa bekeria, menikah, dan mempunyai anak-anak.
Thalassemia termasuk penyakit genetik/turunan Di negara maiu, pengobatan terbaru adalah dengan cangkok sumsum tulang. Jaringan sumsum penderita diganti dengan sumsum tulang donor yang cocok-biasanya dari orangtua atau saudara-sehingga mampu memproduksi sendiri sel-sel darah merah yang cukup mengandung hemoglobin. Hanya saia, biayanya memang masih amat mahal. kembali ke atas Pencegahan Mereka yang tergolong thalasemia trait bisa melakukan berbagai pencegahan agar anak- anaknya tidak meniadi sakit. Salah satunya adalah menikah dengan pasangan yang berdarah normal. Anak-anak yang dilahirkan pasangan ini tidak akan terkena thalasemia mayor, meski dapat terkena thalasemia trait. Pada suami-istri yang tergolong thalasemia trait, untuk mencegah kemungkinan melahirkan anak penderita thalasemia mayor bisa dilakukan dengan perencanaan kelahiran yang teliti. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan dokter serta seorang ahli genetika. kembali ke atas http://ictiogia.net/kesehatan/C513.htm 28nov09 11.15
halassemia (penyakit keturunan yang berbahaya)
pengertian thalassemia Talasemia adalah penyakit yang diturunkan, yang berasal dari pasangan yang membawa siIat talasemia. Dalam hal ini kemungkinan yang teriadi pada anak yang dilahirkan adalah 25 talasemia mayor, 50 carrier (pembawa siIat) dan 25 sehat. Maksudnya, dalam setiap kehamilan dari pasangan tersebut terdapat kemungkinan satu berbanding empat bagi anak mereka untuk menderita talasemia mayor, dua banding empat kemungkinan anak membawa gen talasemia (carrier) dan satu banding empat kemungkinan anak berdarah normal dan tumbuh sehat. $poiler Ior 5esan:
Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.
-entar gan neh ane edit -entar ada 3 jenis thalassemia itu gan 1. 1halassemia minor Kerusakan gen yang teriadi umumnya ringan. Penderitanya hanya meniadi pembawa gen thalas-semia, dan umumnya tidak mengalami masalah kesehatan, kecuali geiala anemia ringan yang ditandai dengan lesu, kurang naIsu makan, sering terkena inIeksi dan sebagainya. Kondisi ini sering disalah artikan sebagai anemia karena deIisiensi (kekurangan) zat besi. $poiler Ior 5esan:
.1halassemia mavor Teriadi kerusakan gen yang berat, sehingga iantung penderita mudah berdebar-debar. Berkurangnya hemoglobin berakibat pada kurangnya oksigen yang dibawa, sehingga iantungnya terpaksa bekeria lebih keras. Selain itu, sel darah merahnya cepat rusak sehingga harus senantiasa dibantu suplai dari luar melalui transIusi. $poiler Ior 5esan:
3. Thalassemia intermedia Merupakan kondisi antara mayor dan minor, dapat mengakibatkan anemia berat dan masalah lain seperti deIormitas tulang dan pembengkakan limpa. Rentang keparahan klinis pada thalassemia intermedia ini cukup lebar, dan batasnya dengan kelompok thalassemia mayor tidak terlalu ielas sehingga, keduanya dibedakan berdasarkan ketergantungan sang penderita pada tranIusi darah.(yang ini ane blh dapet gambarnya gan)
1alasemia merupakan penvakit kelainan darah vang -ersifat menurun (genetik). Pada keadaan ini, sel darah merah vang dihasilkan tu-uh tidak normal dan pecah le-ih cepat dari sel darah merah normal. Aki-atnva, sepanjang hidupnva penderita terpaksa -ergantung pada pasokan darah donor agar dapat memperpanjang hidupnva.
PEAYEBAB Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alIa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya meniadi pembawa tetapi tidak menuniukkan geiala-geiala dari penyakit ini. $poiler Ior 5esan:
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 ienis yang utama adalah AlIa-thalassemia (melibatkan rantai alIa) dan Beta-thalassemia (melibatkan rantai beta).
Thalassemia iuga digolongkan berdasarkan apakah seseorang memiliki 1 gen cacat (Thalassemia minor) atau 2 gen cacat (Thalassemia mayor).
AlIa-thalassemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25 minimal membawa 1 gen), dan beta-thalassemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.
1 gen untuk beta-thalassemia menyebabkan anemia ringan sampai sedang tanpa menimbulkan geiala; 2 gen menyebabkan anemia berat disertai geiala-geiala. Sekitar 10 orang yang memiliki paling tidak 1 gen untuk alIa-thalassemia iuga menderita anemia ringan.
PEACOBA1AA Pada thalassemia yang berat diperlukan transIusi darah rutin dan pemberian tambahan asam Iolat. Penderita yang menialani transIusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersiIat oksidatiI (misalnya sulIonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian. $poiler Ior 5esan:
PEACECAHAA Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalassemia. http://www.kaskus.us/showthread.php?t2466064 28nov09 11.20
Thalassemia DFINISI Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.
PNYBAB Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alIa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya meniadi pembawa tetapi tidak menuniukkan geiala-geiala dari penyakit ini.
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 ienis yang utama adalah AlIa-thalassemia (melibatkan rantai alIa) dan Beta-thalassemia (melibatkan rantai beta).
Thalassemia iuga digolongkan berdasarkan apakah seseorang memiliki 1 gen cacat (Thalassemia minor) atau 2 gen cacat (Thalassemia mayor).
AlIa-thalassemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25 minimal membawa 1 gen), dan beta-thalassemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.
1 gen untuk beta-thalassemia menyebabkan anemia ringan sampai sedang tanpa menimbulkan geiala; 2 gen menyebabkan anemia berat disertai geiala-geiala. Sekitar 10 orang yang memiliki paling tidak 1 gen untuk alIa-thalassemia iuga menderita anemia ringan.
GJALA Semua thalassemia memiliki geiala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.
Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalassemia mayor, bisa teriadi sakit kuning (aundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa.
Sumsum tulang yang terlalu aktiI bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan waiah. Tulang-tulang paniang meniadi lemah dan mudah patah.
Anak-anak yang menderita thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.
Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menialani transIusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot iantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal iantung.
DIAGNOSA Thalassemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya.
Hitung ienis darah komplit menuniukkan adanya anemia dan rendahnya MCJ (mean cor5uscular volume).
Elektro1oresa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alIa-thalassemia. Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus.
PNGOBATAN Pada thalassemia yang berat diperlukan transIusi darah rutin dan pemberian tambahan asam Iolat. Penderita yang menialani transIusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersiIat oksidatiI (misalnya sulIonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan.
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang.
Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.
PNCGAHAN Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalassemia. http://medicastore.com/penyakit/167/Thalassemia.html 28nov09 11.25
THALA$MIA THALASMIA A. DFINISI Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang siIatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah B. PNYBAB Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alIa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya meniadi pembawa tetapi tidak menuniukkan geiala-geiala dari penyakit ini. C. KLASIFIKASI Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena. 2 ienis yang utama adalah AlIa-thalassemia (melibatkan rantai alIa) AlIa-thalassemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25 minimal membawa 1 gen), Beta-thalassemia (melibatkan rantai beta). Beta-thalassemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara. Thalassemia iuga digolongkan berdasarkan Apakah seseorang memiliki 1 gen cacat (Thalassemia minor) 1 gen untuk beta-thalassemia menyebabkan anemia ringan sampai sedang tanpa menimbulkan geiala. Sekitar 10 orang yang memiliki paling tidak 1 gen untuk alIa-thalassemia iuga menderita anemia ringan 2 gen cacat (Thalassemia mayor). 2 gen menyebabkan anemia berat disertai geiala-geiala. 1. Thalasemia Mayor, karena siIat siIat gen dominan. Thalasemia maior merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih laniut, sel-sel darah merahnya iadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transIusi darah untuk memperpaniang hidupnya. Seberapa sering transIusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menialani transIusi darah. 2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor iuga akan teriadi masalah. Kemungkinan 25 anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak meniadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. D. GJALA Semua thalassemia memiliki geiala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalassemia mayor, bisa teriadi sakit kuning (iaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktiI bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan waiah. Tulang-tulang paniang meniadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menialani transIusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot iantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal iantung. Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami thalasemia atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan darah. Geiala thalasemia dapat dilihat pada banak usia 3 bulan hingga 18 bulan. Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita thalasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saia. Satu-satunya perawatan degnan tranIusi darah seumur hidup. Jika tidak diberikan tranIusi darah, penderita akan lemas, lalu meninggal . DIAGNOSA Thalassemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya. Hitung ienis darah komplit menuniukkan adanya anemia dan rendahnya MC' (mean corpuscular volume). lektroIoresa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alIa-thalassemia. Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus. F. PNGOBATAN Pada thalassemia yang berat diperlukan transIusi darah rutin dan pemberian tambahan asam Iolat. Penderita yang menialani transIusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersiIat oksidatiI (misalnya sulIonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian. G. PNCGAHAN Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalassemia. . Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menialankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat. Selama ini, kata Suthat, zat besi yang menumpuk di tubuh penderita thalasemia hanya bisa dikeluarkan dengan penyuntikan obat DesIeral. Obat yang disuntikkan di bawah kulit ini akan mengikat zat besi dan dikeluarkan melalui urine. Penyakit thalasemia dapat dideteksi seiak bayi masih di dalam kandungan. Seperti diielaskan Dr Suthat Fucharoen dari Pusat Studi Thalasemia Universitas Mahidol, Thailand, dalam simposium thalasemia di Jakarta, belum lama ini, iika suami atau istri merupakan pembawa siIat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah ianinnya mengidap thalasemia atau tidak http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/2009/08/thalasemia.html 28nov09 11.34
O Buku Tamu O FK Universitas Riau (FK UR) O Tukaran Link
Dampak %ranfusi !ada %haIasemia Posted on June 26. 2008. Filed under: Ilmu Kesehatan Anak ' Tags: Dampak TranIusi, ndang Sri Wahyuni, Riezky 'alentina Astari, Roni ka Saputra, Thalasemia, Wan Rika Haliza ' Rate This
Editor : Wan Rika Haliza. $Ked ndang $ri Wahyuni. $Ked Riezky Valentina Astari. $Ked Roni ka $aputra. $Ked Fakultas Kedokteran Universitas Riau R$UD Arifin Achmad Pekanbaru - BAB I PDAHULUA - Latar Belakang Thalassemia berasal dari kata Yunani talassa, yang berarti laut. Yang dimaksud dengan laut tersebut adalah Laut Tengah, karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. 1 Thalassemia untuk pertama kali diielaskan oleh Cooley (1925), yang ditemukannya pada orang Amerika keturunan Italia. Penyakit ini ternyata banyak ditemukan di daerah Mediterania dan daerah sekitar khatulistiwa. 2
Thalassemia merupakan salah satu kelainan genetik terbanyak di dunia dengan 1.67 penduduk dunia sebagai pasiennya. Sekitar 7 penduduk dunia diduga carrier thalassemia, dan sekitar 300.000-400.000 bayi lahir dengan kelainan ini setiap tahunnya. Frekuensi gen thalassemia tertinggi di negara-negara tropis, namun dengan tingginya angka migrasi, penyakit ini telah tersebar ke seluruh dunia. 3 Di Indonesia, thalassemia merupakan penyakit terbanyak di antara golongan anemia hemolitik dengan penyebab intrakorpuskuler. 2 Data rekam medis rawat ialan pusat Thalassemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menuniukkan bahwa seiak tahun 1993 hingga Juli 2007 terdapat 1.267 pasien thalassemia dengan penambahan 70- 80 pasien baru setiap tahunnya. 4
Thalassemia disebabkan oleh kelainan sintesis rantai globin (u atau ) dengan gambaran darah khas yaitu hipokrom mikrositer. 5 Thalassemia mayor memberikan gambaran klinis yang ielas berupa anemia berat, splenomegali, ekspansi sumsum disertai deIormitas tulang, dan kematian prematur. Thalassemia minor biasanya tidak memberikan geiala klinis. 2,5
Deraiat anemia yang teriadi pada pasien thalassemia dapat bervariasi dari ringan sampai berat akibat eritropoeisis yang tidak eIektiI. TransIusi Packed Red Cells (PRC) masih merupakan tatalaksana suportiI utama pada thalassemia dengan tuiuan mempertahankan kadar Hemoglobin (Hb) 9-10 gr/dL agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal. 1,3 Pemberian transIusi darah yang berulang-ulang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti hemosiderosis dan hemokromatosis, yaitu menimbulkan penimbunan zat besi dalam iaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti hati, limpa, ginial, iantung, tulang, dan pankreas. Tanpa transIusi yang memadai, pasien thalassemia mayor akan meninggal pada dekade kedua. 1 Iek lain yang ditimbulkan akibat transIusi yaitu tertularnya penyakit lewat transIusi, seperti penyakit hepatitis B, C, dan HI'. 1,6
- BAB II DAMPAK TRA$FU$I PADA THALA$$MIA - 2 Thalassemia a Definisi Thalassemia adalah grup kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen akibat pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin. 7 DeIek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau parsial dari gen rantai globin; serta substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. 8
Ketidakseimbangan rantai globin pada thalassemia akan mempengaruhi kegagalan eritropoeisis dan mempercepat pengrusakan eritrosit. 7
Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesiI menurut hukum Mendel dari orangtua kepada anak-anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari geiala klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait, hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mavor. 1,7
b Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Secara klinis, thalassemia dibagi meniadi 3 grup. KlasiIikasi ini memiliki implikasi klinis diagnosis dan penatalaksanaan. 7
1. Thalassemia mayor 2. Thalassemia minor 3. Thalassemia intermedia Thalassemia iuga bisa diklasiIikasikan secara genetik meniadi u - , - , o - , atau thalassemia cvo, sesuai dengan rantai globin yang berkurang produksinya. Pada beberapa thalassemia sama sekali tidak terbentuk rantai globin, disebut dengan thalassemia u o atau
o . Bila produksinya rendah, disebut thalassemia u
atau
. Sedangkan thalassemia o dapat dibedakan meniadi o o dan o
, dimana teriadi gangguan pada rantai o dan .
7
ManiIestasi klinis dari thalassemia mayor, minor, dan intermedia dapat dilihat dalam tabel 1. 6
Tabel Manifestasi Klinis Thalassemia MAYOR ITRMDIA MIOR Hemoglobin (gr/dL) 7 7-10 ~ 10 Retikulosit () 2-15 2-10 5 ritrosit berinti / / 0 Morfologi eritrosit Ikterus / 0 $plenomegali / 0 Perubahan skeletal / / 0 - 22 Transfusi pada Thalassemia Pasien thalassemia bergantung pada transIusi untuk mempertahankan kadar hemoglobin (Hb) yang cukup bagi oksigenasi iaringan. 6 Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10 gr/dL. 8 Regimen ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata, sebab memungkinkan pasien beraktiIitas normal dengan nyaman, mencegah ekspansi sumsum tulang dan masalah kosmetik progresiI yang terkait dengan perubahan tulang-tulang muka, dan meminimalkan dilatasi iantung dan osteoporosis. 8 Meskipun begitu, tindakan menaikkan kadar Hb hingga melebihi 15 gr/dL tidak dianiurkan. 6
Keputusan untuk memulai program transIusi didasarkan pada kadar Hb 6 gr/dL dalam interval 1 bulan selama 3 bulan berturut-turut, yang berhubungan dengan pertumbuhan yang terganggu, pembesaran limpa, dan atau ekspansi sumsum tulang. Sebelum dilakukan transIusi pertama, status besi dan Iolat pasien harus diukur, vaksin hepatitis B diberikan, dan Ienotip sel darah merah secara lengkap ditentukan, sehingga alloimunisasi yang timbul dapat dideteksi. 7 TransIusi dengan dosis 15-20 mL/kgBB Packed Red Cells (PRC) biasanya diperlukan setiap 4-5 minggu. 8
Pada pasien thalassemia iuga diberikan vitamin C, vitamin , dan asam Iolat. Pemberian vitamin C 100-250 mg/hari bertuiuan untuk meningkatkan ekskresi besi dan hanya diberikan pada saat kelasi besi saia. Asam Iolat 2-5 mg/hari diberikan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, dan vitamin 200-400 IU/hari bertuiuan untuk memperpaniang umur sel darah merah. Pemeriksaan kadar Ieritin iuga perlu dilakukan setiap 1-3 bulan untuk memantau kadar besi dalam darah. 9
- 2 Dampak Transfusi a Reaksi Tipe Cepat emolisis Intravaskular Akut. Teriadi karena transIusi sel darah merah yang tidak kompatibel, sehingga teriadi hemolisis. Hemolisis tersebut disebabkan oleh antibodi yang terdapat di dalam plasma darah pasien. Hal ini sering teriadi karena kesalahan penulisan Iormulir permintaan darah, pemberian label yang salah pada tabung sampel yang dikirim ke bank darah, dan pengecekan darah yang kurang memadai terhadap identitas pasien sebelum transIusi dimulai. Pasien thalassemia memiliki risiko lebih besar untuk menerima darah yang salah iika sering berganti rumah sakit. 6,10
Pada pasien yang sadar, tanda dan geiala biasanya muncul dalam beberapa menit sesudah transIusi dimulai. Kadang-kadang tanda dan geiala tersebut timbul pada pemberian 10 mL darah. Pada pasien yang tidak sadar, keadaan hipotensi dan perdarahan yang tidak terkendali akibat Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) mungkin merupakan satu-satunya tanda yang menuniukkan transIusi yang tidak kompatibel. 6
Kontaminasi Bakteri dan Svok Se5tik. Tanda-tandanya biasanya muncul dengan cepat sesudah transIusi dimulai, meskipun kemunculannya bisa saia tertunda selama beberapa iam. Reaksi yang hebat dapat ditandai dengan panas tinggi yang onsetnya mendadak, menggigil, dan hipotensi. Tindakan suportiI yang segera dan pemberian antibiotik dosis tinggi intravena sangat diperlukan. 6,7
Overload Cairan. Dapat menimbulkan gagal iantung dan edema paru. Overload cairan dapat teriadi karena terlalu banyak cairan yang ditransIusikan, pemberian transIusi (inIus) terlalu cepat, atau Iungsi ginial terganggu. Keadaan ini terutama teriadi pada pasien dengan anemia kronis berat atau pasien dengan penyakit kardiovaskular. 6
Reaksi Ana1ilaksis. Teriadi beberapa menit sesudah transIusi dimulai dan ditandai oleh kolaps kardiovaskular, gawat naIas, dan tanpa Iebris. Risiko teriadinya reaksi anaIilaksis akan meningkat pada pemberian transIusi yang cepat, khususnya bila digunakan Fresh Frozen Plasma (FFP) sebagai cairan penukar dalam terapi pertukaran plasma. 6
Sitokin plasma dapat meniadi salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada beberapa resipien tertentu. DeIisiensi IgA pada resipien merupakan kelainan langka yang dapat menyebabkan reaksi anaIilaksis yang sangat berat. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh setiap produk darah. 6
%rans1usion-Related Acute Lung Inurv (%RALI). Biasanya disebabkan oleh anti-netroIil spesiIik atau anti-HLA antibodi dalam plasma donor. Kegagalan Iaal paru yang teriadi dengan cepat biasanya muncul dalam waktu 1-4 iam sesudah transIusi dimulai, terlihat gambaran opasitas yang diIus pada rontgen toraks. Geiala TRALI berupa dispnoe, takikardia, Iebris, dan hipotensi. Penatalaksanaannya meliputi pemberian oksigen, kortikosteroid, diuretik, dan iika perlu digunakan ventilator. 6,10
Pedoman untuk penegakan diagnosis dan penatalaksanaan reaksi transIusi akut (tipe cepat) dapat dilihat dalam tabel 2 dan 3 berikut ini. 6
Tabel 2 Penegakan Diagnosis Reaksi Transfusi Tipe Cepat KATORI I : RAK$I RIA Tanda Urtikaria Ruam ejala Pruritus Kemungkinan Penyebab HipersensitiIitas KATORI II : RAK$I CUKUP BRAT Tanda Flushing Urtikaria Menggigil Febris Gelisah Takikardia ejala Kecemasan Pruritus Palpitasi Dispnoe ringan Sakit kepala Kemungkinan Penyebab HipersensitiIitas sedang-berat Reaksi transIusi Iebris nonhemolitik: - Antibodi terhadap leukosit, trombosit - Antibodi terhadap protein (IgA) Kemungkinan kontaminasi dgn bakteri KATORI III : RAK$I YA MACAM 1IWA Tanda Menggigil Febris ejala Kecemasan Nyeri dada Kemungkinan Penyebab Hemolisis akut intravaskular Kontaminasi bakteri / syok septik Gelisah Hipotensi (TD | 20) Hemoglobinuria DIC Nyeri di tempat transIusi Sesak naIas Nyeri pinggang / punggung Sakit kepala Dispnoe Overload cairan AnaIilaksis TRALI
- Tabel Penatalaksanaan Reaksi Transfusi Tipe Cepat KATORI I : RAK$I RIA Perlambat transIusi. Antihistamin IM (misalnya klorIeniramin 0.1 mg/kgBB). Jika dalam 30 menit tidak tampak perbaikan klinis atau bila tanda/geialanya memburuk, lakukan penatalaksanaan kategori 2. KATORI II : RAK$I CUKUP BRAT Hentikan transIusi. Ganti set transIusi dan pertahankan ialur inIus tetap terbuka dengan pemberian salin normal. Antihistamin IM (misalnya klorIeniramin 0.1 mg/kgBB). Antipiretik oral/rektal (misalnya parasetamol 10 mg/kgBB). Hindari aspirin pada pasien dengan trombositopenia. Kortikosteroid dan bronkodilator I' iika timbul geiala anaIilaksis (misalnya stridor, bronkospasme). Kumpulkan urin 24 iam untuk pemeriksaan hemolisis. Jika teriadi perbaikan klinis, mulai lagi transIusi secara perlahan dengan unit darah yang baru. Jika dalam 15 menit tidak tampak perbaikan klinis atau bila tanda/geialanya memburuk, lakukan penatalaksanaan kategori 3. KATORI III : RAK$I YA MACAM 1IWA Hentikan transIusi. Ganti set transIusi dan pertahankan ialur inIus tetap terbuka dengan pemberian salin normal. InIus salin normal (20-30 mL/kgBB) untuk mempertahankan TD sistolik. Jika ada hipotensi, berikan inIus tersebut selama 5 menit dan tinggikan kedua tungkai pasien. Pertahankan saluran naIas, beri oksigen aliran tinggi lewat masker oksigen. Adrenalin (larutan 1:1000) IM 0.01 mg/kgBB. Kortikosteroid dan bronkodilator I' iika timbul geiala anaIilaksis (misalnya stridor, bronkospasme). Diuretik I' (misalnya Iurosemid 1 mg/kgBB). Periksa urin untuk menemukan tanda hemoglobinuria. Kumpulkan urin 24 iam untuk memantau keseimbangan cairan. Perhatikan perdarahan/luka di tempat tusukan. Jika terdapat bukti klinis/laboratorium yang menuniukkan adanya DIC, berikan: - Konsentrat trombosit (dosis dewasa 5-6 unit), dan - Kriopresipitat (dosis dewasa 12 unit) atau FFP (dosis dewasa 3 unit) Jika masih hipotensi, ulang pemberian inIus salin normal (20-30 mL/kgBB) dalam 5 menit. Berikan preparat inotropik iika tersedia. Jika teriadi gagal ginial akut (K
, ureum, kreatinin |):
- Pertahankan keseimbangan cairan secara akurat. - Ulangi suntikan diuretik. - Berikan dopamin iika tersedia. - Ruiuk ke dokter spesialis iika diperlukan dialisis renal. Jika curiga bakteremia (menggigil, Iebris, kolaps tanda ada bukti reaksi hemolitik), berikan antibiotik broad s5ectrum I'. - b Reaksi Tipe Lambat Delaved aemolvtic %rans1usion Reactions. Geiala timbul 5-10 hari sesudah transIusi berupa Iebris, anemia, ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak dilakukan terapi. Reaksi transIusi hemolitik lambat yang berat disertai dengan geiala syok, gagal ginial, serta DIC yang mengancam iiwa pasien merupakan keiadian yang langka. Jika teriadi hipotensi dan oligouria, maka dilakukan terapi seperti keadaan hemolisis intravaskular akut. 8
Pur5ura Pasca %rans1usi. Komplikasi yang iarang teriadi, tetapi berakibat Iatal pada tindakan transIusi sel darah merah atau konsentrat trombosit. Penyebabnya adalah adanya antibodi terhadap antigen spesiIik-trombosit dalam darah resipien. Paling banyak diiumpai pada pasien wanita. Geiala berupa adanya tanda perdarahan, dan trombositopenia akut berat ( 100.000/mm 3 ) yang teriadi 5-10 hari sesudah transIusi. 8
Penatalaksanaan: 8
1. Kortikosteroid dosis tinggi. 2. Imunoglobulin intravena 2 gr/kgBB atau 0.4 gr/kgBB selama 5 hari. 3. Terapi pertukaran plasma. 4. Pantau iumlah trombosit resipien (N: 150.000-440.000/mm 3 ). 5. Sebaiknya diberikan konsentrat trombosit dengan golongan ABO yang sama seperti golongan darah pasien. Berikanlah konsentrat trombosit yang tidak mengandung antigen spesiIik-trombosit. Pemulihan iumlah trombosit biasanya teriadi sesudah 2-4 minggu. Gra1t vs ost Disease (GJD). Teriadi pada resipien cangkokan sumsum tulang yang mengalami imunodeIisiensi, dan pada pasien imunokompeten yang mendapat transIusi darah dari donor yang tipe iaringannya kompatibel dengan pasien tersebut dan biasanya memiliki hubungan darah. Secara tipikal teriadi 10-12 hari sesudah transIusi, ditandai dengan adanya Iebris, ruam dan deskuamasi kulit, diare, hepatitis, serta pansitopenia. Terapi bersiIat suportiI dan tidak ada yang spesiIik. Sebagai pencegahan, dilakukan terapi sinar v pada komponen sel darah untuk menghentikan proliIerasi limIosit. 8,10
- 2 Dampak Transfusi Berulang pada Thalassemia a Hemosiderosis Hemosiderosis adalah akibat terapi transIusi iangka paniang yang tidak dapat dihindari, karena dalam setiap 500 mL darah dibawa 200 mg besi ke iaringan. 8 Pada individu normal, semua besi plasma terikat pada transIerin. Kapasitas transIerin untuk mengikat besi terbatas sehingga bila teriadi kelebihan besi seperti pada pasien thalassemia, seluruh transIerin akan berada dalam keadaan tersaturasi. Akibatnya besi akan berada dalam plasma dalam bentuk tidak terikat, atau disebut iuga on-%rans1errin Bound Plasma Iron (NTBI). NTBI akan menyebabkan pembentukan radikal bebas hidroksil dan mempercepat peroksidasi lipid membran in vitro. 3
Besi yang berlebihan dalam tubuh terbanyak berakumulasi dalam hati, namun eIek paling Iatal disebabkan oleh akumulasi di iantung. 3 Siderosis miokardium merupakan Iaktor penting yang ikut berperan pada kematian awal penderita. 7 Geiala kelainan iantung lain yang ditemui adalah perikarditis dan gagal iantung kongestiI. Gagal iantung yang berkelaniutan akan menyebabkan blok atrioventrikular sehingga dapat menyebabkan blok iantung total atau kanan atau kiri. Juga ditemukan aritmia atrial pada setengah pasien thalassemia yang mendapat transIusi teratur tanpa terapi pengikatan besi. 3
Pada pasien-pasien yang lebih tua, penyakit hati adalah penyebab kematian yang umum, dan sering diperberat dengan inIeksi virus hepatitis C. Kelainan Iungsi endokrin iuga ditemukan, dimana kelebihan besi di hipoIisis anterior dapat menyebabkan gangguan maturasi seksual. Di RSCM, Batubara dkk menemukan sebanyak 56 pasien thalassemia mengalami hambatan pubertas. Lebih iauh lagi, dapat teriadi amenore sekunder pada seperempat pasien yang berusia ~ 15 tahun, diabetes mellitus pada 5-10 pasien dewasa, serta kerusakan keleniar tiroid, paratiroid, dan adrenal. Selain itu, kelebihan besi iuga telah dihubungkan dengan penurunan densitas tulang, hipertensi pulmonal, dan penurunan Iungsi paru. 3
Kadar kelebihan besi dalam tubuh dapat diukur dengan melakukan berbagai pemeriksaan penuniang, baik pengukuran secara langsung maupun tidak langsung. 7
TIDAK LA$U Konsentrasi Ieritin serum/plasma Saturasi transIerin serum Tes deIeroksamin 24 iam Pencitraan (C% scan hati, MRI hati, MRI iantung, MRI hipoIisis anterior) valuasi Iungsi organ 2 LA$U Biopsi iumlah besi di hati dan iantung Terapi kelasi besi secara umum harus dimulai setelah kadar Ieritin serum mencapai 1000 g/L, yaitu kira-kira 10-20 kali transIusi ( 1 tahun).
Olivieri dkk menyarankan pemeriksaan kadar besi hati dengan biopsi hati sebelum memulai terapi kelasi besi. Terapi hanya dimulai bila konsentrasi besi hati minimal 3.2 mg/g berat kering hati. Apabila biopsi tidak mungkin dilakukan, terapi kelasi besi dapat dimulai pada pasien usia 3 tahun yang sudah mendapat transIusi teratur selama 1 tahun. 3
Hemosiderosis dapat diturunkan atau bahkan dicegah dengan pemberian parenteral obat pengkelasi esi (iron chelating drugs). 8 Obat pengkelasi besi yang dikenal adalah deIeroksamin, deIeripron, dan deIerasirox. 3
1. eferoksamin (O). Dosis standar adalah 40 mg/kgBB melalui inIus subkutan dalam 8-12 iam dengan menggunakan pompa portabel kecil selama 5 atau 6 malam/minggu. Lokasi inIus yang umum adalah di abdomen, daerah deltoid, maupun paha lateral. Penderita yang menerima regimen ini dapat mempertahankan kadar Ieritin serum 1000 g/L. Iek samping yang mungkin teriadi adalah toksisitas retina, pendengaran, gangguan tulang dan pertumbuhan, reaksi lokal dan inIeksi. 3,7,8
2. eferipron (L1). Terapi standar biasanya menggunakan dosis 75 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihan deIeripron dibanding deIeroksamin adalah eIek proteksinya terhadap iantung. Anderson dkk menemukan bahwa pasien thalassemia yang menggunakan deIeripron memiliki insiden penyakit iantung dan kandungan besi iantung yang lebih rendah daripada mereka yang menggunakan deIeroksamin. Meskipun begitu, masih terdapat kontroversi mengenai keamanan dan toksisitas deIeripron sebab deIeripron dilaporkan dapat menyebabkan agranulositosis, artralgia, kelainan imunologi, dan Iibrosis hati. Saat ini deIeripron tidak tersedia lagi di Amerika Serikat. 3,7
3. eferasirox (ICL-7). DeIerasirox adalah obat kelasi besi oral yang baru saia mendapatkan izin pemasaran di Amerika Serikat pada bulan November 2005. Terapi standar yang dianiurkan adalah 20-30 mg/kgBB/hari dosis tunggal. DeIerasirox menuniukkan potensi 4-5 kali lebih besar dibanding deIeroksamin dalam memobilisasi besi iaringan hepatoseluler, dan eIektiI dalam mengatasi hepatotoksisitas. Iek samping yang mungkin teriadi adalah sakit kepala, mual, diare, dan ruam kulit. 4. 1erapi Kom-inasi. Dapat berupa terapi kombinasi secara simultan maupun sekuensial. Terapi kombinasi secara simultan adalah pemberian deIeroksamin 2-6 hari seminggu dan deIeripron setiap hari selama 6-12 bulan. Terapi kombinasi sekuensial adalah pemberian deIeripron oral 75 mg/kgBB selama 4 hari diikuti deIeroksamin subkutan 40 mg/kgBB selama 2 hari setiap minggunya. Terapi kombinasi diharapkan dapat menurunkan dosis masing-masing obat, sehingga menurunkan toksisitas obat namun tetap meniaga eIektiIitas kelasi. 3
b Infeksi Virus Hepatitis Penyakit ini dilaporkan sebagai penyebab kematian tersering pada pasien thalassemia di atas 15 tahun. Kerusakan hepar yang disebabkan besi, yang berhubungan dengan komplikasi sekunder dari transIusi dan inIeksi virus hepatitis C merupakan penyebab tersering hepatitis pada anak dengan thalassemia. 7
c Infeksi Yersinia InIeksi ersinia enterocolitica pertama kali ditemukan pada 2 pasien thalassemia pada tahun 1970. InIeksi harus dicurigai pada pasien dengan kelebihan besi yang menderita panas tinggi dan Iokus inIeksi tidak ditemukan, seringkali disertai dengan diare. Tanda- tanda kontaminasi bakteri dan syok septik biasanya muncul dengan cepat sesudah transIusi dimulai, kendati kemunculannya bisa saia tertunda selama beberapa iam. Reaksi yang hebat dapat ditandai dengan panas tinggi yang onsetnya mendadak, menggigil, dan hipotensi. Meskipun pada kultur darah tidak ditemukan adanya kuman ersinia enterocolitica, terapi Gentamisin intravena dan Trimetoprim SulIametoksazol oral sebaiknya diberikan segera dan diteruskan sedikitnya 8 hari. 6,7
d Hipersplenisme Sebagian besar pasien thalassemia mayor akan mengalami pembesaran limpa yang bermakna yang disebabkan oleh eritropoeisis ekstramedular. Meskipun hipersplenisme kadang-kadang dapat dihindari dengan transIusi lebih awal dan teratur, namun banyak pasien yang memerlukan splenektomi. Indikasi terpenting untuk splenektomi adalah meningkatnya kebutuhan transIusi, yang menuniukkan unsur hipersplenisme. Kebutuhan transIusi melebihi 240 mL/kg PRC/tahun biasanya merupakan bukti hipersplenisme dan merupakan indikasi untuk mempertimbangkan splenektomi. Splenektomi dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30 pada pasien yang indeks transIusinya melebihi 200 mL/kgBB/tahun. Karena adanya risiko inIeksi, splenektomi sebaiknya ditunda hingga usia 5 tahun. Sedikitnya 2-3 minggu sebelum dilakukan splenektomi, pasien sebaiknya divaksinasi dengan vaksin pneumococcal dan aemo5hilus in1luenzae tipe B dan sehari setelah operasi diberi penisilin proIilaksis. 7,8
- - BAB III $IMPULA DA $ARA - $impulan 1. Thalassemia merupakan suatu kelompok kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen. Thalassemia memberikan gambaran klinis anemia yang bervariasi dari ringan sampai berat. 2. TransIusi darah masih merupakan tata laksana suportiI utama pada thalassemia agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal. 3. TransIusi dapat menyebabkan teriadinya reaksi transIusi tipe cepat maupun tipe lambat. 4. TransIusi berulang pada thalassemia akan menyebabkan berbagai dampak, antara lain hemosiderosis, inIeksi virus dan bakteri, serta hipersplenisme. 5. Terapi hemosiderosis pada thalassemia adalah terapi kombinasi dari obat pengkelasi besi (iron chelating drugs), terapi inIeksi bakteri adalah pemberian antibiotik, dan terapi hipersplenisme yaitu dengan splenektomi. - 2 $aran 1. Sebaiknya dilakukan pemantauan Iungsi organ secara berkala agar berbagai dampak transIusi dapat dideteksi secara dini. 2. Perlu adanya keriasama dan komunikasi yang baik dari dokter dan pasien agar tuiuan terapi dapat tercapai dengan maksimal. - DAFTAR PU$TAKA 1. Ganie RA. Thalassemia: Permasalahan dan Penanganannya. Dalam: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada Fakultas Kedokteran. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005 2. StaI Pengaiar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Hematologi. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1998.444- 50 3. Ananta Y. Terapi Kelasi Besi pada Talasemia. Dalam: Sari Pustaka 2006 4. Yayasan Thalassaemia Indonesia. GraIik Data Penderita Thalassaemia yang Berobat di Pusat Thalassaemia RSCM dari tahun 1993 s/d Juli 2007.http://www.thalassaemia-yti.or.id/datapenderita.htm. Diakses 1 Mei 2008. 5. Greaves M. Darah dan Sumsum Tulang. Dalam: Sariadi, ditor. Patologi Umum dan Sistematik, 'ol.2, disi 2. Jakarta: GC, 2000.740-2 6. World Health Organization. Syamsi RM, ditor. Penggunaan Klinis Darah. Jakarta: GC, 2005.141-5 7. Permono HB et al. Buku Aiar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005.64-85 8. Honig GR. Sindrom Thalassemia. Dalam: Wahab AS, ditor. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 'ol.II, disi 15. Jakarta: GC, 2000.1708-11 9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Thalassemia Beta. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, disi I. Jakarta: PP IDAI, 2004.83-5 10. Thalassaemia International Federation. Guidelines Ior The Clinical Management oI Thalassaemia. Cyprus: TIF, 2000.9-19 http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/06/26/dampak-tranIusi-pada-thalasemia/ 29nov09 11.36
TNTANG THALASSAMIA
APA ITU THALA$$AMIA ?
Thalassaemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari), sehingga penderita akan mengalami anemia. Penyebab Thalassaemia dikarenakan selsel darah tidak mengandung cukup hemoglobin karena adanya kelainan atau perubahan pada salah satu bagian gen hemoglobin.
Thalassaemia trait merupakan keadaan yang teriadi pada seseorang yang sehat namun ia dapat mewariskan gen thalassaemia pada anak-anaknya. Thalassaemia trait sudah ada seiak lahir, dan tetap ada sepaniang hidup penderita. Penderita tidak memerlukan transIusi darah sepaniang hidupnya. Thalassaemia mayor.
Thalassaemia mayor mungkin teriadi bila kedua orangtua mempunyai pembawa siIat thalassaemia. Anakanak dengan thalassaemia mayor tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan darah pada usia antara 318 bulan. Penderita memerlukan transIusi darah secara berkala seumur hidupnya. Apabila penderita thalassaemia mayor tidak dirawat, maka hidup mereka biasanya hanya bertahan antara 1-8 tahun.
Thalassaemia Intermedia
Thalassaemia Intermedia merupakan kondisi antara thalassaemia mayor dan minor. Penderita thalassaemia intermedia mungkin memerlukan transIusi darah secara berkala. Penderita dapat bertahan hidup sampai dewasa. Bagamana Penyakit ini diturunkan ?
Apabila kedua orang tua penderita thalassaemia trait, maka dalam setiap kehamilan 25 kemungkinan anak mereka mempunyai darah normal, 50 kemungkinan menderita thalassaemia trait dan 25 kemungkinan menderita thalassaemia mayor. Bagamana ejala Thalassaemia ? Geiala thalassaemia bervariasi diantaranya : 1. Anemia, pucat, sukar tidur, lemas, tidak naIsu makan dan inIeksi berulang. 2. Jantung berdebar-debar. Jantung bekeria keras untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin dan semakin lama iantung akan meniadi lemah dan mudah berdebar- debar. 3. Tulang tipis dan rapuh. Sel darah diproduksi dalam sum-sum tulang bekeria keras mengatasi kekurangan hemoglobin. Hal ini sering menyebabkan batang hidung penderita masuk kedalam dengan tulang pipi yang menoniol, dimana keadaan ini disebut Iacies cooley (ciri khas thalassaemia mayor). Dapatakah thalassaemia diobatai ?
Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit thalassaemia secara total. Untuk meniaga stamina dan kesehatan yang dapat dilakukan terhadap penderita Thalassaemia mayor adalah dengan transIusi darah secara teratur, biasanya sekali dalam empat minggu. Pada umumnya anak-anak yang menialankan transIusi yang demikian ini tumbuh secara normal dan hidup bahagia sampai usia dua puluhan. Tetapi untuk hidup lebih lama, mereka memerlukan pengobatan lainnya. Dewasa ini satu-satunya cara untuk mengeluarkan zat besi yang lebih dari tubuh adalah dengan menyuntikan obat yang bernama DesIeral dibawah kulit dari suatu pompa kecil 5- 7 malam setiap minggunya. Cara pengobatan yang demikian sangat berhasil dan kebanyakan anak-anak yang diobati dengan transIusi darah dan desIeral sekarang dapat menialankan kehidupannya dengan normal dan sehat.
Apakah ada cara pengobatan lainnya ?
Di negara-negara maiu para ahli melakukan cangkok sum-sum tulang. Dengan cara ini maka iaringan sum-sum tulang penderita diganti dengan iaringan sum-sum tulang donor dari saudara kandungnya atau orang tuanya karena harus diperlukan donor yang cocok. Di Indonesia tindakan ini masih dalam persiapan. Oleh karena biayanya sangat tinggi.
Kapan saat yang baik untuk melakukan cangkok sumsum tulang ?
Sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yakni pada saat anak belum banyak mendapatkan transIusi darah, makin besar kemungkinan untuk teriadi penolakan terhadap iaringan sumsum tulang donor dan batas usianya tidak lebih dari 15 tahun, ini banyak teriadi diluar negeri atau negara-negara berkembang yang sudah biasa menangani cangkok sumsum. Thalassaemia dapat dicegah Apakah anda memiliki Thalassaemia Trait/bawaan, dan pembawa Thalassaemia yang sehat, maka terdapat dua kemungkinan yaitu : O Jika pasangan anda memiliki darah normal, maka tidak mungkin anak-anak anda akan menderita Thalassaemia Mayor O Jika anda dan pasangan anda memiliki Thalassaemia Trait/bawaan maka dalam setiap kehamilan terdapat kemungkinan satu dibanding empat, bahwa anak anda akan menderita Thalassaemia Mayor. O Hindari perkawinan sesama pembawa siIat. Untuk menangani penderita thalassaemia Mayor secara baik membutuhkan biaya yang sangat mahal yaitu antara 6 s/d 7 iuta per anak per bulan.Sedangkan sebagian besar penderita Thalassaemia berasal dari keluarga praseiahtera. Penderita Thalassaemia yang berobat di Pusat Thalassaemia RSCM pada saat ini beriumlah 1.433 penderita, sedangkan diseluruh Indonesia mencapai 5.000 penderita http://www.thalassaemia-yti.or.id/tentangthalassaemia.php 28nov09 11.39
Thalassemia
Apakah penyakit thalassemia itu? Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan geiala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan teriadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit meniadi menghitam. Penyebab penyakit ini adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin berkurang. Apakah hemoglobin? Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berIungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta.
Apakah gel globin alpha dan gen globin beta? Setiap siIat dan Iungsi Iisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen yang bekeria seiak masa embrio. Gen terdapat di dalam sel tubuh kita. Setiap gen selalu berpasangan. SAtu belah gen berasal dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Di antara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang mengontrol pembentukan hmogelon pada setiap sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin. Gen gen tersebut terdapat di dalam kromosom. Bagaimana terjadinya penyakit thalassemia? Penyakti thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan / perubahan / mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta. Karena di Indonesia thalassemia beta lebih sering didapat, maka selaniutnya kami hanya akan menielaskan mengenai thalassemia beta. Bagaimana cara penurunannya? Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa siIat thalassemia beta. Seorang pembawa siIat thalassemia tampak normal / sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berIungsi dengan baik). Seorang pembawa siIat thalassemia iarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin teriadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (homosigot / Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa siIat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa siIat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapat gen globin yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya, maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah, maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lalin adalah anak mendapatkan gen globin normal dari kedua orang tuanya. Bagaimana terjadinya gejala pucat atau anemia? Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alpha dan rantai globin beta. Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada tau berkurang. Sehingga hemoglon yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya rantai globin beta mengakitbatkan rantai globin alIa berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang emnyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita meniadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah. Mengapa limpa membesar pada penderita thalassemia? Limpa berIungsi membersihkan sel darah merah yang sudah rusak. Selain itu limpa iuga berIungsi membentuk sel darah pada masa ianin. Pada penderita thalassemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga keria limpa sangat berat. Akibatnya limpa meniadi membengkak. Selain itu, tugas limpa lebih diperberat untuk memproduksi sel darah emrah lebih banyak. Mengapa terjadi perubahan bentuk tulang muka? Sumsum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih. Pada thalassemia karena tubuh kekurangan darah, maka pabrik sel darah, dalam hal ini sumsum tulang pipih, akan berusa memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekeriaannya yang meningkat, maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan ielas dengan adanya penoniolan dahi, iarak antara kedua mata meniadi iauh, kedua tulang pipi menoniol. Apakah pengobatan penyakit thalassemia? Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit thalssemia secara total. Pengobatan yang paling optimal adalah transIusi darah seumur hidup dan mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12 g/dl dan mengatasi akibat samping transIusi darah. Apakah efek samping transfusi darah? Iek samping transIusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang ditularkan melalui darah yang ditransIusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransIusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan zat besi hanya 1 2 mg per hari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transIusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di iaringan-iaringan tubuh seperti hati, iantung, paru, otak, kulit dan lain-lain. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu Iungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan Iungsi iantung atau hati. Bagaimana mengatasi kelebihan zat besi? Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya DesIeral) secara teratur dan terus-menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi. Obat kelasi besi (DesIeral) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui iarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahan-lahan oleh alat yang disebut 'syringe driver. Pemakaian alat ini diperlukan karena keria obat ini hanya eIektiI bila diberikan secara perlahan-lahan selama kurang lebih 10 iam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam seminggu seumur hidup. Bagaimana mencegah kelahiran penderita thalassemia? Kelahiran penderita thalassemia dapat dicegah dengan 2 cara. Pertama adalah mencegah perkawinan antara 2 orang pembawa siIat thalassemia. Kedua adalah memeriksa ianin yang dikandung oleh pasangan pembawa siIat, dan menghentikan kehamilan bila ianin dinyatakan sebagai penderita thalassemia (mendapat kedua gen thalassemia dari ayah dan ibunya). $iapa yang harus diperiksa untuk kemungkinan pembawa sifat thalassemia? Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa siIat thalassemia beta. Karena Irekuensi pembawa siIat thalassemia di Indonesia berkisar antara 6 10, artinya setiap 100 orang ada 6 sampai 10 orang pembawa siIat thalassemia beta. Tetapi bila ada riwayat seperti di bawah ini, pemeriksaan pembawa siIat thalassemia sangat dianiurkan: 1. Ada saudara sedarah menderita thalassemia. 2. Kadar hemoglobin relatiI rendah antara 10-12 g/dl, walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi. 3. Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal. Bagaimana prosedur diagnosis prenatal? Diagnosis prenatal melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemeriksaan ibu ianin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa siIat thalassemia beta maka pemeriksaan dilaniutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami iuga membawa siIat thalassemia, maka suami-istri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan ienis kelainannya pada gen globin beta. Selaniutnya diambil iaringan ianin (villi choriales atau iaringan ari-ari) pada saat ianin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila ianin ternyata hanya membawa satu belah gen thalassemia beta, maka kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila ianin ternyata membawa kedua belah gen thalassemia yang artinya ianin akan menderita thalassemia beta, maka penghentian kehamilan dapat meniadi pilihan. Bagaimanakan prosedur dan apakah akibat tindakan pengambilan jaringan ari-ari terhadap janin? Pengambilan iaringan ianin dari ari-ari dilakukan dengan menusukkan iarum melalui ialan lahir atau dinding perut ke dalam alat kandungan dan menembus ke ari-ari, kemudian pada daerah ari-ari yang disebut villi choriales diambil dengan cara aspirasi seiumlah iaringan tersebut untuk bahan pemeriksaan DNA. Prosedur ini dilakukan oleh dokter ahli kandungan yang sudah berpengalaman melakukan tindakan ini. Prosedur ini dilakukan pada kehamilan 11 minggu. Tindakan ini mempunyai risiko keguguran sebesar 2 3 . Cara lain untuk mendapat sel dari ianin adalah dengan pengambilan cairan amnion yang baru dapat dilakukan pada kehamilan 15 minggu. Risiko abortus pada prosedur ini adalah 1 . Bagaimana mengetahui seseorang adalah pembawa sifat thalassemia beta? Karena penampilan sbeagian besar pembawa siIat thalassemia beta tidak dapat dibedakan dengan individu normal, maka pembawa siIat thalassemia beta hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan darah yang mencakup darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Dimana dapat diperiksa untuk kemungkinan pembawa sifat thalassemia? Pemeriksaan pembawa siIat thalassemia beta dapat dilakukan di Lembaga iikman Jalan Diponegoro 69 Jakarta pada setiap hari Senin s/d Jumat iam 09.00 s/d 14.00. Biaya pemeriksaan adalah Rp. 150.000,-/ per orang (harga sewaktu-waktu dapat berubah). Pemeriksaan ini iuga dapat dilakukan oleh beberapa laboratorium lain. http://www.phtdi.org/content/view/15/ 28nov09 11.45
Apakah Thalassemia itu?
Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan geiala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati, apabila tidak diobati dengan baik akan teriadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit meniadi menghitam. Penyebab penyakit ini adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin berkurang.
Apakah hemoglobin?
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berIungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta.
Apakah gen globin alpha dan gen globin beta?
Setiap siIat dan Iungsi Iisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen, yang bekeria seiak masa embrio. Gen terdapat di dalam setiap sel tubuh kita. Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu, dan yang lainnya dari ayah. Diantara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin. Gen-gen tersebut terdapat di dalam kromosom.
Bagaimana terjadinya penyakit thalassemia?
Penyakit thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang atau tidak ada. Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta. Karena di Indonesia thalassemia beta lebih sering didapat maka selaniutnya kami hanya akan menielaskan mengenai thalassemia beta.
Bagaimana cara penurunannya?
Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa siIat thalassemia-beta. Seorang pembawa siIat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berIungsi dengan baik). Seorang pembawa siIat thalassemia iarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin teriadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homosigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa siIat thalassemia.
Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa siIat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya. Sumber: Lembaga iikman http://sites.google.com/site/metaboliccare/penyakitthalassemia 28nov09 11.49